• Tidak ada hasil yang ditemukan

S TE 1103304 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S TE 1103304 Chapter3"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Kirfianda, 2015

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Secara konseptual penelitian ini akan membandingkan hasil belajar

antara siswa yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi dan

rendah melalui model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dan

Problem Based Learning (PBL).

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen

dengan metode statistik faktorial.

Desain penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Tingkat Berpikir Kritis (B)

Model Pembelajaran (A) PjBL (A1) PBL (A2)

Berpikir Kritis

Tinggi (B1) A1.B1 A2.B1

Berpikir Kritis

Rendah (B2) A1.B2 A2.B2

Keterangan:

A1.B1 = Hasil belajar siswa pada model pembelajaran PjBL dan memiliki

tingkat berpikir kritis tinggi.

A2.B1 = Hasil belajar siswa pada model pembelajaran PBL dan memiliki

tingkat berpikir kritis tinggi.

A1.B2 = Hasil belajar siswa pada model pembelajaran PjBL dan memiliki

(2)

Kirfianda, 2015

A2.B2 = Hasil belajar siswa pada model pembelajaran PBL dan memiliki

tingkat berpikir kritis rendah.

B. Partisipan

Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah empat orang,

yaitu dua orang guru mata pelajaran Pengetahuan Dasar Instalasi Listrik

(PDIL) sebagai ahli judgement dan dua orang rekan peneliti yang merupakan

praktikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMKN 1 Cimahi sebagai

observer.

Dasar pertimbangan pemilihan partisipan pada penelitian ini yaitu

karena guru yang bersangkutan merupakan seorang ahli dibidang instalasi

listrik, terlebih guru yang bersangkutan merupakan guru mata pelajaran untuk

mata diklat pengetahuan dasar instalasi listrik. Sedangkan praktikan PPL

dipilih karena penelitian ini membutuhkan lebih dari satu orang agar

mempermudah dalam melakukan penilaian karena dalam pelaksanaannya

tidak mungkin peneliti melakukan sendiri proses pemberian materi ajar dan

penilaian terhadap aktivitas siswa dikelas. Oleh karena itu peneliti

membutuhkan observer untuk mengamati aktivitas siswa pada saat proses

pembelajaran.

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini menggunakan populasi dan sampel siswa SMKN

1 Cimahi kelas X dengan penentuan sampel random sebagai berikut :

1. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X kompetensi keahlian

Kontrol Proses dan Teknik Otomasi Industri.

2. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

simple random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 2

kelas antara lain siswa kelas X.KP-A dan kelas X.KP-B kompetensi

(3)

Kirfianda, 2015

D. Instumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen tes dan

non-tes. Instrumen tes yang digunakan berupa soal tes kemampuan berpikir

kritis untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dan soal

posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa (ranah kognitif) setelah

diberikan perlakuan melalui model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) dan Project Based Learning (PjBL). Sedangkan instrumen non-tes yang

digunakan berupa lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui hasil

belajar siswa untuk ranah afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan).

1. Instrumen Tes

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat dua instrumen

tes yang digunakan dalam penelitian ini. Instrumen tes yang pertama yaitu

soal tes kemampuan berpikir kritis yang digunakan untuk mengetahui

tingkat berpikir kritis siswa dan hasil tes kemampuan berpikir kritis ini

dijadikan acuan untuk pengelompokkan antara siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan

berpikir kritis rendah.

Instrumen tes yang kedua yaitu soal posttest yang digunakan untuk

mengetahui hasil belajar siswa dari segi kognitif (pengetahuan) setelah

diberikan perlakuan melalui model pembelajaran PBL dan PjBL. Dari

hasil posttest ini akan diketahui perbedaan hasil belajar siswa antara

kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan kelompok

siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah, baik yang menggunakan

model PBL maupun PjBL.

Kisi-kisi dari instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini

dilihat pada tabel-tabel berikut:

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Indikator kemampuan berpikir kritis

Materi No. Item (Butir Soal)

C1 C2 C3 C4 C5

1. Memfokuskan pertanyaan. Instalasi listrik rumah tinggal

1

2. Menganalisis argumen. Penggunaan fitting lampu 2

(4)

Kirfianda, 2015

suatu penjelasan/tantangan. tinggal 4. Mempertimbangkan kredibilitas

sumber.

Diagram pengawatan saklar

4

5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.

Instalasi listrik rumah tinggal (aturan)

5

6. Membuat deduksi dan

mempertimbangkan hasil deduksi.

Jenis-jenis pemasangan saklar

6

7. Membuat induksi dan

mempertimbangkan hasil induksi.

Aturan penggunaan kabel listrik

7

8. Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan.

Jenis-jenis kabel listrik 8

9. Mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi.

Jenis-jenis fitting lampu 9

10. Mengidentifikasi asumsi. Instalasi listrik rumah tinggal

10

11. Memutuskan suatu tindakan. Diagram pengawatan saklar

11

12. Berinteraksi dengan orang lain. Instalasi listrik rumah tinggal

12

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Posttest

Kompetensi Inti Kompetensi

Dasar Indikator

No. Item (Butir Soal)

C1 C2 C3 C4 C5

Memahami, menerapkan dan menganalisis

(5)

Kirfianda, 2015 dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.

c.Menentukan jenis material dan menghitungan rekapitulasi daya dalam

perancangan instalasi rumah tinggal.

2. Instrumen Observasi

Instrumen observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

lembar penilaian hasil belajar siswa untuk ranah afektif dan psikomotor.

Adapun intrumen tes dan intrumen observasi yang digunakan dapat dilihat

pada lembar lampiran.

3. Pengujian Instrumen

Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting

yaitu valid dan reliabel. Validitas adalah suatu aturan yang menunjukkan

tingkat kevalidan dan kesalahan instrumen. Sebuah tes dikatakan valid

apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2009).

Dalam penelitian ini butir soal diujicobakan pada kelas X.TOI-A

dan X.TOI-B kompetensi keahlian Teknik Otomasi Industri. Soal tes

kemampuan berpikir kritis diujikan pada kelas X.TOI-A dan soal posttest

diujikan pada kelas X.TOI-B untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf

kesukaran dan daya pembeda dari instrumen tes tersebut.

a. Validitas

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai

dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes

tersebut dengan kriterium (Arikunto, 2012). Untuk mengetahui tingkat

validitas dari instrumen yang telah dibuat, peneliti menggunakan

teknik korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu sebagai

(6)

Kirfianda, 2015

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

(Arikunto, 2012)

Dimana:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel

yang dikorelasikan.

Dalam menentukan valid atau tidaknya suatu butir soal/item

dilakukan dengan uji signifikansi dengan taraf signifikansi 5 %, yaitu

jika nilai rhitung lebih besar atau sama dengan nilai kritik dalam rtabel

maka butir soal/item tersebut telah signifikan atau valid dan dapat

digunakan sebagai alat ukur pengumpulan data. Apabila rhitung < rtabel,

maka dikatakan butir soal tersebut tidak signifikan atau tidak valid.

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan kepada

subjek yang sama (Arikunto, 2012). Dalam penelitian ini, pengujian

reliabilitas instrumen menggunakan rumus K-R 20 untuk soal pilihan

ganda dan rumus Alpha untuk soal uraian.

Pengujian reliabilitas instrumen dengan rumus K-R 20 yaitu

sebagai berikut:

(Arikunto, 2010)

Dimana:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

(7)

Kirfianda, 2015

(proporsi subjek yang mendapat skor 1).

q = proporsi subjek yang menjawab salah pada sesuatu butir

(proporsi subjek yang mendapat skor 0).

Vt = varians total, yaitu:

∑ ∑

(Arikunto, 2012)

Sedangkan pengujian reliabilitas instrumen dengan rumus Alpha yaitu sebagai berikut:

(Arikunto, 2012)

Dimana:

r11 = reliabilitas instrumen

∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item

= varians total

= banyaknya butir pertanyaan.

Sama halnya dengan menentukan validitas, dalam menentukan

reliabel atau tidaknya suatu butir soal/item juga dilakukan dengan uji

signifikansi dengan taraf signifikansi 5 %, yaitu jika nilai rhitung lebih

besar atau sama dengan nilai kritik dalam rtabel maka butir soal/item

tersebut telah signifikan atau reliabel dan dapat digunakan sebagai alat

ukur pengumpulan data. Apabila rhitung < rtabel, maka dikatakan butir

soal tersebut tidak signifikan atau tidak reliabel. Pada tabel berikut

disajikan kriteria dari reliabilitas soal.

(8)

Kirfianda, 2015

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas 0,810 – 1,000 Sangat tinggi

0,610 – 0,809 Tinggi

0,410 – 0,609 Cukup

0,210 – 0,409 Rendah

0,000 – 0,209 Sangat rendah

c. Taraf kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak

terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk

mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu

sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak

mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya

(Arikunto, 2012).

Untuk mengetahui taraf kesukaran dari suatu soal harus

diketahui besarnya indeks kesukaran dari soal tersebut, yaitu sebagai

berikut:

(Arikunto, 2012)

Dimana:

P = Indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran (P) Klasifikasi

0,00 - 0,30 Sukar

0,31 - 0,70 Sedang

0,71 - 1,00 Mudah

(9)

Kirfianda, 2015

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan

siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2012).

Untuk mengetahui daya pembeda dari suatu soal harus

diketahui besarnya indeks diskriminasi dari soal tersebut, yaitu sebagai

berikut:

(Arikunto, 2012)

Dimana:

D = indeks diskriminasi

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu

dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu

dengan benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PA = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Indeks diskriminasi atau daya pembeda diklasifikasikan

sebagai berikut:

Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Diskriminasi atau Daya Pembeda

Indeks diskriminasi (D) klasifikasi

0,00 - 0,20 Jelek (poor)

0,21 - 0,40 Cukup (satistifatory)

0,41 - 0,70 Baik (good)

0,71- 1,00 Baik sekali (excellent)

(10)

Kirfianda, 2015

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian pada penelitian ini meliputi tahap persiapan,

pelaksanaan dan tahap akhir penelitian. Untuk lebih jelasnya, yaitu sebagai

berikut:

1. Tahap Persiapan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam persiapan penelitian ini

diantaranya:

a) Menentuan lokasi penelitian dan mengurus perijinannya.

b) Melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui permasalahan di

lapangan dengan cara observasi kegiatan di kelas dan wawancara

kepada guru mata pelajaran.

c) Melakukan studi literatur untuk memperoleh landasan atau dasar teori

yang kuat mengenai permasalahan yang akan diteliti.

d) Mempelajari silabus untuk menentukan pokok bahasan yang akan

dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian.

e) Membuat instrumen-intrumen yang akan digunakan dalam penelitian.

f) Mengkonsultasikan instrumen penelitian kepada ahli (melakukan

expert judgement).

g) Menguji instrumen yang akan digunakan yang meliputi uji validitas,

reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 1 Cimahi pada semester

genap tahun ajaran 2014/2015, tepatnya tanggal 27 April – 27 Mei 2015.

Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X, yaitu kelas X.KP-A dan

X.KP-B kompetensi keahlian Kontrol Proses sebagai kelas yang akan

diberi perlakuan model pembelajaran PBL dan PjBL, serta kalas X.TOI-A

dan X.TOI-B kompetensi keahlian Teknik Otomasi Industri sebagai kelas

untuk uji coba instrumen penelitian.

Dalam penelitian ini, menggunakan tiga variabel, yaitu variabel

(11)

Kirfianda, 2015

a) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran PBL

dan model pembelajaran PjBL.

b) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang

diperoleh dari hasil tes setelah pembelajaran dengan menerapkan

model PBL dan PjBL pada mata diklat Pengetahuan Dasar instalasi

Listrik.

c) Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru, materi pelajaran,

alokasi waktu KBM dan soal posttest.

Terdapat dua tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini,

yaitu:

a) Data observasi dan wawancara awal yang diperoleh dengan

pengamatan dan wawancara kepada guru mata diklat Pengetahuan

Dasar instalasi Listrik, serta data kemampuan berpikir kritis yang

diperoleh dari tes kemampuan berpikir kritis siswa.

b) Data hasil belajar posttest diperoleh dengan memberikan posttest

kepada siswa setelah diberikan perlakuan dengan model pembelajaran

PBL dan PjBL.

Langkah-langkah atau alur dari penelitian ini dapat dilihat pada

(12)

Kirfianda, 2015

Mulai

Identifikasi Masalah

Membuat Rancangan Penelitian

Membuat Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Merumuskan Hipotesis

Studi literatur

Menyusun Instrumen

Tes - Tes KBK - Soal Posttest

Non-Tes - Rubrik Penilaian Afektif dan Psikomotor

Uji Instrumen (Validitas, Reliabilitas,

Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda) Uji Instrumen (Expert

Judgement)

Pengumpulan Data

Analisis Data - Uji Normalitas - Uji Homogenitas

- Uji Hipotesis

Hasil

Simpulan dan Rekomendasi

Selesai

Tidak Tidak

Tidak

Ya

(13)

Kirfianda, 2015

Gambar 3.1 flowchart penelitian

3. Tahap Akhir Penelitian

Setelah didapat data-data yang diperlukan untuk penelitan,

selanjutnya tahap akhir yang dilakukan diantaranya:

a) Melakukan analisis data.

b) Penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis yang dilakukan.

c) Penyusunan laporan berdasarkan hasil penelitian yang didapat.

F. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji

homogenitas dan uji hipotesis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

pemaparan berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang

berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini

yang diuji normalitas adalah hasil belajar siswa pada kelas eksperimen

(model PjBL) maupun kontrol (model PBL) menggunakan Uji Liliefors.

Menurut Sudjana (2010) prosedur yang digunakan untuk menguji

kenormalan dengan menggunakan uji Liliefors yaitu sebagai berikut

(misalkan kita mempunyai sampel acak dengan hasil pengamatan x1, x2,

... xn):

a. Pengamatan x1, x2, ... xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ... zn dengan

menggunakan rumus:

̅

Dimana ̅ dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan

baku sampel.

b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal

baku, kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z ≤ Zi).

c. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, ... zn yang lebih kecil atau sama

(14)

Kirfianda, 2015

d. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut. Sebutlah harga terbesar ini L0.

Untuk mengetahui bahwa populasi berdistribusi normal atau tidak,

kita bandingkan L0 dengan nilai kritis L untuk uji Liliefors sesuai dengan

taraf nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah : populasi berdistribusi normal jika L0 yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar

dan sebaliknya. Untuk nilai kritis L dari uji Liliefors dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 3.7 Nilai Kritis L Untuk Uji Liliefors

(15)

Kirfianda, 2015

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varians

sample yang digunakan homogen. Dalam penelitian ini yang diuji

homogenitas adalah hasil belajar siswa pada kelas eksperimen maupun

kontrol. Langkah-langkah untuk melakukan uji homogenitas adalah

sebagai berikut:

a. Menentukan hipotesis

H0 : varians homogen

H1 : varian tidak homogen

b. Menentukan taraf signifikan (α = 0,05)

c. Uji statistik

(Sudjana, 1996)

d. Kriteria pengujian

Tolak H0 jika sebaliknya terima H0 jika

.

3. Uji Hipotesis

Pada penelitian ini yang akan dibandingkan adalah hasil belajar

siswa antara kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi

dan kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kritis rendah, baik yang

menerima perlakuan model pembelajaran PjBL maupun PBL

menggunakan analisis of variance (anova). Langkah-langkah dari anova

yaitu sebagai berikut:

a. Menentukan hipotesis

1) Hipotesis dalam bentuk kalimat

a) H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang

memiliki tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah

(16)

Kirfianda, 2015

H1 : Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang

memiliki tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah

pada model pembelajaran PjBL.

b) H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang

memiliki tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah

pada model pembelajaran PBL.

H1 : Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang

memiliki tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah

pada model pembelajaran PBL.

2) Hipotesis statistik

a) H0 : µA1.B1 = µA1.B2

H1 : µA1.B1 ≠ µA1.B2

b) H0 : µA2.B1 = µA2.B2

H1 : A2.µB1 ≠ µA2.B2

Keterangan:

µA1.B1 : Rata-rata hasil belajar siswa dengan tingkat kemampuan

berpikir kritis tinggi pada model pembelajaran PjBL.

µA1.B2 : Rata-rata hasil belajar siswa dengan tingkat kemampuan

berpikir kritis rendah pada model pembelajaran PjBL.

µA2.B1 : Rata-rata hasil belajar siswa dengan tingkat kemampuan

berpikir kritis tinggi pada model pembelajaran PBL.

µA2.B2 : Rata-rata hasil belajar siswa dengan tingkat kemampuan

berpikir kritis rendah pada model pembelajaran PBL.

b. Uji statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menghitung Jumlah Kuadrat Total (JKtot):

JKtot = ∑ Xtot2

2) Menghitung Jumlah Kuadrat Antar Kelompok (JKantar):

JKantar =

 

N X

n

X tot

A A

2 2

 

3) Menghitunng Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok (JKdal):

N Xtot

2

(17)

Kirfianda, 2015

JKdal = JKtot─ JKantar

4) Menghitung Rerata Jumlah Kuadrat Antar Kelompok (RJKantar):

RJKantar = 1

a JKantar

 a = banyaknya kelompok

5) Menghitung Rerata Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok (RJKdal)

RJKdal =

a N JKantar

  N = jumlah seluruh sampel

6) Menghitung harga Fhitung dengan rumus:

Fhitung =

dalam antar

RJK RJK

7) Konsultasikan pada tabel F dengan db pembilang (a-1) dan db

penyebut (N-1)

8) Aturan keputusan : Jika F hitung lebih besar daripada F tabel pada

taraf signifikansi tertentu (Misalnya: ts 5% atau 1%), maka H1

Gambar

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Posttest
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Soal
Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Diskriminasi atau Daya Pembeda
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam materi flip – flop yang telah diajarkan. Tes yang dibuat merupakan tes objektif dalam bentuk pilihan ganda

dengan analisis data kuantitatif dan menggunakan analisis statistik untuk mengetahui hasil peningkatan berpikir kritis dan hasil prestasi belajar siswa melalui

O2: Tes akhir (posttest) dilakukan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam membaca teks bahasa Jerman setelah dilakukan perlakuan (treatment) menggunakan model

untuk mengetahui kemampuan awal siswa menulis teks eksposisi dan tes akhir. dilakukan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah

kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah melakukan pembelajaran. Tes ini akan digunakan sebagai soal untuk pretes dan postes. Pada penelitian ini.. digunakan tes

Setelah kedua kelas tersebut diberikan perlakuan yang berbeda, maka.. dilanjutkan dengan melakukan

Kemampuan berpikir kritis siswa dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes kemampuan berpikir kritis yang diberikan dalam bentuk Pre-test dan Post-test pada kelas

Kemampuan berpikir kritis siswa dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes kemampuan berpikir kritis yang diberikan dalam bentuk Pre-test dan Post-test pada kelas