• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan SPMI di Politeknik Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan SPMI di Politeknik Aceh"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN

MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI

Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi

Penerapan SPMI di Politeknik Aceh

Said Iskandar Zulkarnain *

*Politeknik Aceh, Ketua Unit Penjaminan Mutu

Abstract

STRATEGI PENERAPAN PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI POLITEKNIK ACEH Said Iskandar Zulkarnain[1] Pendahuluan Politeknik Aceh merupakan sebuah perguruan tinggi swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Politeknik Aceh. Kampus yang berlokasi di kota Banda Aceh ini didirikan pada tanggal 22 Mei 2008 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.78/D/O/2008. Kampus vokasi ini merupakan hasil kolaborasi Pemerintah Kota Banda Aceh, Pemerintah Provinsi Aceh, Kementrian Pendidikan Nasional, Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh/Nias (BRR) dengan Chevron Corporation, dan The United State Agency for International

Development (USAID). Para stakeholders tersebut dan juga masyarakat Aceh mengharapkan dengan kehadiran Politeknik Aceh dapat menjadi solusi bagi Aceh dalam penyediaan SDM yang terlatih, berkualitas, profesional, dan terpercaya untuk pengelolaan hasil kekayaan alam yang melimpah pasca bencana gempa bumi dan tsunami 26 Desember 2004 dan berakhirnya konflik bersenjata antara pemerintah Republik Indonesia (RI) dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan

ditandatanganinya MOU Helsinki yang telah menelan korban jiwa hingga ratusan ribu jiwa. Oleh karena itu, sesuai dengan visinya Menjadi institusi pendidikan terkemuka yang menghasilkan sumber daya yang produktif, inovatif dan mampu bersaing di tingkat global , kehadiran Politeknik Aceh diharapkan dapat menciptakan SDM-SDM handal untuk bangkit membangun kembali wilayah Aceh yang telah porak-poranda dengan memanfaatkan potensi Aceh yang kaya akan sumber daya alam. Untuk mewujudkan hal tersebut, Politeknik Aceh perlu merancang dan menerapkan sebuah sistem penjaminan mutu internal (SPMI) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem

(2)

Untuk mensiasati ketiadaan standar untuk dijadikan indikator pencapaian keberhasilan, Politeknik Aceh menetapkan nilai akreditasi sebagai titik poin pencapaian pelaksanaan penjaminan mutu. Titik poin yang dijadikan standar bukan hanya sekedar nilai yang dikeluarkan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), tetapi juga segala penilaian untuk setiap poin yang terdapat pada setiap standar yang terdapat pada borang akreditasi program studi maupun yang terdapat pada borang akreditasi institusi. Keberhasilan penjaminan mutu akhirnya dapat dilihat dari meningkatnya nilai akreditasi untuk setiap tahapan yang terdapat pada Rencana Induk

Pengembangan (RIP) Politeknik Aceh 2008-2027, sebagaimana yang terlihat pada Gambar 1 berikut: Gambar 1 Tahapan Pencapaian Mutu Seluruh seluruh poin penilaian pada borang akreditasi prodi maupun institusi ditetapkan sebagai indikator pencapaian standar yang harus dicapai sesuai dengan target pencapaian nilai akreditasi pada periode yang sedang berjalan. Setiap item tersebut

diklasifikasikan ke dalam tiga standar mutu manajemen dan organisasi (standar 1, standar 2, dan standar 6 bagian keuangan), standar mutu pendidikan (standar 3 sampai dengan standar 6 selain bagian keuangan), standar mutu penelitian dan pengabdian masyarakat (Standar 7). Terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi sangat membantu Politeknik Aceh dalam menyusun dan mengembangkan Sistem Penjaminan Mutu Internalnya. Standar mutu yang telah dibuat sebelumnya dikompilasi ulang dengan standar minimum yang ada di Permendikbud tersebut menjadi Standar Mutu Politeknik Aceh. Berdasarkan target yang harus dicapai tersebut, disusunlah program-program kerja minimal setiap unit dan bagian untuk mencapai standar yang telah ditetapkan. Program kerja tersebut dituangkan dalam bentuk Rencana Strategis (Renstra) Lima Tahunan yang kemudian dijabarkan menjadi program tahunan dalam bentuk Rencana Operasional (Renop). Tentu saja, kegiatan-kegiatan yang sudah tersusun secara sistematis tersebut tidak mematikan kreativitas tiap unit atau karyawan untuk melakukan berbagai program tambahan atau memvariasikan program yang telah ada yang diyakini dapat menambah ketercapaian standar. Setiap tahun pencapaian indikator-indikator pencapaian mutu tersebut dievaluasi dan dijadikan sebagai baseline pada Renop tahun berikutnya. Proses evaluasi dilakukan baik ketika program sedang berjalan, maupun ketika program telah berakhir. Contoh proses evaluasi yang dilakukan antara lain: teaching observation secara random setiap semester, monitoring pelaksanaan kuliah, monitoring penyelesaian tugas akhir mahasiswa, monitoring program praktik industri, dan lain-lain. Sedangkan contoh evaluasi ketika program telah berakhir antara lain: pengisian kuisioner evaluasi pengajaran dosen oleh mahasiswa, survey kepuasan calon alumni terhadap pelayanan kampus, dan evaluasi berbagai kegiatan lain. Selain evaluasi program, setiap satuan kerja di Politeknik Aceh diwajibkan membuat laporan evaluasi diri setiap tahun yang berisi pencapaian target setiap standar yang dibebankan kepada setiap unit. Laporan ini dijadikan salah satu indikator kinerja setiap pelaksana satuan kerja atau bagian. Dari evaluasi setiap program dan evaluasi diri setiap unit ini, Unit Penjaminan Mutu Politeknik Aceh melakukan audit tahunan. Audit tahunan ini tidak hanya mengecek kebenaran pencapaian standar, tetapi juga memberikan rekomendasi-rekomendasi perbaikan terhadap pelaksanaan standar ataupun peningkatan indikator pencapaian standar apabila indikator standar yang ada telah terpenuhi. Penutup Proses pengimplementasian sistem penjaminan mutu internal seperti yang telah dipaparkan di atas telah sejalan dengan sistem manajemen kendali mutu model PPEPP sebagaimana yang terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang telah diubah Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi dengan kegiatannya terdiri dari: Penetapan Standar, Pelaksanaan Standar, Evaluasi

(3)

mempersiapkan program-program untuk tahapan ketiga untuk meraih akreditasi A. Tentu saja dalam menempuh proses yang tersebut, berbagai hambatan dan tantangan akan bermunculan baik dari internal maupun eksternal. Sebagai contoh permasalahan dari internal adalah adanya dosen yang diterima menjadi PNS di berbagai instansi pemerintahan, sehingga Politeknik Aceh harus mempersiapkan penggantinya untuk memenuhi standar dosen baik dari segi kuantitas (rasio dosen terhadap mahasiswa) maupun dari segi kualitasnya (pendidikan dan jabatan fungsional). Sedangkan permasalahan dari eksternal antara lain, perubahan peraturan menteri tentang standar nasional pendidikan tinggi dan aturan-aturan yang lain membuat Politeknik Aceh juga harus menyesuaikan standarnya sesuai peraturan terbaru. Begitu pula bila Standar BAN PT diubah di masa yang akan datang, maka berbagai standar-standar mutu yang dibuat berdasarkan standar yang lama juga harus direvisi. Proses penjaminan mutu ini merupakan proses perubahan yang terus-menerus yang tidak akan pernah berakhir. Perubahan ke arah yang lebih baik hanya akan terwujud bila sistem

penjaminan mutu internal perguruan tinggi betul-betul dilakukan secara terencana, sistematis dan kontinyu, sebagaimana Firman Allah SWT: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Surat Al-Hasyr, ayat 18)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian pendidikan teknologi yang diberikan secara proporsional mengembangkan keterampilan berpikir teknologi dan keterampilan vokasional sebagai akumalasi dari

Penilaian unjuk kerja/kinerja/praktik dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai

Definisi tersebut merupakan ringkasan intisari dari beberapa pemikir pendidikan Islam sebelumnya, sehingga disini peneliti berpendapat bahwa Langgulung juga mengajak masyarakat

Audit Mutu Internal (AMI) merupakan kegiatan untuk memastikan kesesuaian antara Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dengan pelaksanaanya di setiap unit kerja

Dokumen kebijakan sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) ini berisi tentang garis besar pelaksanaan SPMI di Poltekkes Kemenkes Aceh sehingga dapat menjamin mutu

Dengan pertimbangan hal-hal tersebut maka Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim menetapkan Standar Pemeliharaan Sarana prasarana yang akan menjadi pedoman dan tolok

Berdasarkan kebijakan mutu, standar mutu Poltekkes Kemenkes Surabaya dan Jurusan Analis Kesehatan serta sasaran mutu Poltekkkes Kemenkes Surabaya yang telah ditetapkan,