• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TAYANGAN SERIAL KISAH 9 WALI EPISODE “SUNAN BONANG DAN GUPTAJA” DI TRANS TV TERHADAP KERUKUNAN DALAM KELUARGA MASYARAKAT KELURAHAN AMPEL KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TAYANGAN SERIAL KISAH 9 WALI EPISODE “SUNAN BONANG DAN GUPTAJA” DI TRANS TV TERHADAP KERUKUNAN DALAM KELUARGA MASYARAKAT KELURAHAN AMPEL KOTA SURABAYA."

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TAYANGAN SERIAL KISAH 9 WALI EPISODE “SUNAN BONANG DAN GUPTAJA” DI TRANS TV TERHADAP KERUKUNAN DALAM KELUARGA MASYARAKAT KELURAHAN AMPEL KOTA

SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Program Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

SITI ROHMADINI NIM. B01213022

PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

SITI ROHMADINI, NIM. B01213022, 2017. Pengaruh Tayangan Serial Kisah 9 Wali episode “Sunan Bonang dan Guptaja” di Trans TV terhadap Kerukunan dalam Keluarga Masyarakat di Kelurahan Ampel Kota Surabaya. Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Tayangan, Serial, Televisi, Kisah 9 Wali, Pesan Dakwah, Kerukunan, Keluarga.

Fokus Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah Apakah ada Pengaruh Tayangan Serial Kisah 9 Wali episode “Sunan Bonang dan Guptaja” di Trans TV terhadap Kerukunan dalam Keluarga Masyarakat di Kelurahan Ampel Kota Surabaya.

Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyuluruh, dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif deskriptif. Hasil ini diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus Rank Order Spearman’s. Untuk menguji nilai koefisien korelasinya digunakan cara sederhana yaitu dengan melihat angka indeks korelasi Rank Order Spearman’s (rho) yang telah diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan tabel interpretasi sederhana nilai “r”. Dari perhitungan tersebut dapat diperoleh rho sebesar 0,987 berarti perolehan tersebut sangat tinggi. Ini berarti antara variabel X dan variabel Y terdapat hubungan yang searah. Berdasarkan interpretasi tersebut nilai rho berada pada interval 0,800 – 1,000. Ini berarti antara variabel X dan variabel Y terdapat hubungan yang tinggi. Setelah itu nilai rho dikonsultasikan dengan tabel z dan diketahui bahwa nilai z hitung sebesar 3,427 lebih besar dari pada tabel z, baik pada taraf signifikansi 5% (0,99972) maupun 1% (0,99968) dengan ini hipotesa kerja (Ha) diterima dan hipotesa nihil (Ho) ditolak.

Adanya pengaruh tayangan serial kisah 9 wali Trans TV terhadap kerukunan dalam keluarga masyarakat di kelurahan Ampel, kota Surabaya sebesar 97,4%.

(7)

DAFTAR ISI

Judul Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan Tim Penguji ... iii

Surat Pernyataan Keorisinilan Skripsi ... iv

Halaman Motto dan Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vi

G. Definisi Operasional... 12

H. Kajian Teoritik... 15

I. Penelitian Terdahulu Yang Relevan... 19

J. Sistematika Pembahasan... 22

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN... 24

A. Media Penyiaran... 24

1. Pengertian Media Penyiaran... 24

2. Sejarah Media Penyiaran... 25

3. Karakteristik Media Penyiaran...………... 26

4. Televisi Sebagai Media Penyiaran... 28

a) Pengertian Televisi... 28

b) Sejarah Televisi... 31

c) Program Televisi... 37

d) Acara Televisi... 38

e) Kelebihan dan kekurangan media televise... 39

5. Televisi Sebagai Media Massa... 40

a) Prilaku masyarakat pasca menonton TV... 42

b) Acara Televisi dan Perubahan Sikap Pemirsa... 44

(8)

B. Konsep Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah dalam

Membentuk Kerukunan Keluarga... 46

1. Konsep Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warrahmah... 46

a) Pengertian Sakinah... 46

b) Pengertian Mawaddah... 47

c) Pengertian Warahmah... 47

d) Konsep keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah.. 48

2. Kerukunan dalam Keluarga... 54

a) Pengertian Kerukunan Keluarga... 54

b) Rumah Tangga Yang Rukun atau Harmonis... 57

c) Faktor Yang Mempengaruhi Kerukunan Keluarga.. 60

BAB III : METODE PENELITIAN... 63

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 63

B. Obyek Penelitian... 64

C. Populasi, Teknik Sampling, dan Sample... 64

D. Variabel dan Indikator Variabel... 67

E. Teknik Pengumpulan Data... 69

F. Teknik Analisis Data... 73

BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA... 81

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 81

1. Gambaran Lokasi Penelitian... 81

2. Gambaran Umum Kehidupan Beragama Masyarakat Daerah Ampel... 90

3. Sejarah dan Perkembangan TRANS TV... 91

4. Deskripsi Serial Kisah 9 Wali... 96

5. Sinopsis Episode “Sunan Bonang dan Guptaja”... 97

B. Penyajian Data... 99

1. Uji Validitas Data... 102

2. Analisis Uji Hipotesis Korelasi Rank Order Spearman’s.. 104

BAB V : PENUTUP... 111

A. Simpulan ... 111

B. Saran ... 112

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai manusia kita tidak pernah lepas dari media komunikasi, apalagi pada zaman ini media teknologi semakin berkembang dengan adanya berbagai macam media sosial yang memudahkan seseorang untuk menyampaikan pesan secara cepat. Media adalah sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya. Komunikasi bermedia juga komunikasi tidak langsung, dan sebagai konsekuensinya arus balik pun tidak terjadi pada saat komunikasi dilancarkan. Namun, komunikasi pada media dapat diukur dan sampai kepada komunikan apabila, pesan dari komunikasi tersebut memberikan pengaruh kepada komunikan itu sendiri.

Media yang sangat umum bagi semua lapisan masyarakat yang ada sekarang tidak lain adalah televisi.1 Televisi merupakan media komunikasi yang paling banyak membawa pengaruh kepada masyarakat dibandingkan radio maupun media cetak. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian, menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak geografis dan sosiologis.2 Ungkapan tersebut memaparkan bahwa media televisi tidak mengenal batas maupun usia, dan adanya

1

Purwanto Sasto Subroto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1995). h. 19-20

2

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), h. 22.

(10)

2

dampak pada tayangan televisi sangatlah besar seperti perubahan gaya hidup dan perilaku pada anak yang mengikuti budaya barat.

Di antara media massa komunikasi elektronik televisi. Televisi memiliki kelebihan yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi apabila khalayak radio siaran hanya dapat mendengar kata-kata, musik dan efek suara, maka televisi dapat melihat gambar yang bergerak.3 Hal tersebut akan memudahkan pesan sampai kepada para pemirsa. Televisi di indonesia bukan lagi dilihat sebagai barang mewah, seperti ketika pertama kali ada. Kini media layar kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat nusantara untuk mendapatkan informasi.4 Munculnya televisi tidak hanya berfungsi untuk tontonan semata, melainkan dapat digunakan sebagai media dakwah yang efektif. Sehingga dapat memberikan pola penyegaran baru dalam berdakwah. Kalau dakwah islam dapat memanfaatkan media ini dengan baik, maka secara otomatis jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan keagamaan yang ditimbulkan akan lebih mendalam. Televisi sebagai media dakwah merupakan suatu penerapan dan pemanfaatan hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaatan hasil teknologi itu diharapkan seluruh aktifitas dakwah dapat mencapai sasaran (tujuan) yang optimal.5 Pengaruh acara televisi sampai saat ini masih terbilang kuat dibandingkan dengan radio atau surat kabar. Hal ini terjadi

3

Elviranto ardianto, lukiati komala, siti karlinah, komunikasi massa suatu pengantar, (bandung: simbiosa rekatama media,2009) h.137

4

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), h. 33.

5

Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:Al-Ihlas, 1983),h. 177

(11)

3

karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa.6

Sebelum adanya teknologi, metode dakwah yang sering digunakan untuk berdakwah adalah metode ceramah; Metode ini dilakukan oleh seorang komunikator yakni ustadz atau ustadzah yang memberikan pengertian atau penjelasan tentang ajaran-ajaran islam yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Allah S.W.T. Adapun metode dakwah yang dilakukan oleh para Walisongo, seperti Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang yang berdakwah dengan memanfaatkan kesenian rakyat. Beliau bergaul dan mengumpulkan rakyat kemudian diajak mengenal agama islam. Dengan keahlian menabuh gamelan, pandai mendalang, pandai menciptakan tembang, beliau menggunakannya untuk kepentingan dakwah.

Media televisi merupakan media yang seharusnya dapat menciptakan pengaruh yang baik bagi masyarakat, sebab adanya televisi dapat sebagai alat meniru sebuah perilaku. Informasi yang disampaikan oleh televisi bersifat mentransferkan nilai-nilai budaya dan juga realitas. Namun realitas dan nilai-nilai yang disampaikan tersebut merupakan realitas yang sudah dikonstruksi. Televisi mengkonstruksikan realitas sedemikian sehingga sesuai dengan target pasar dan persaingan industri media.7 Menanggapi hal tersebut, khalayak seharusnya lebih

6

Deddy Mulyana dan Idi Subandi Ibrahim, Bercinta dengan Televisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997),h. 6

7

eJournal lmu Komunikasi, 2014, 2 (4): 259-268 ISSN 0000-0000, http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/ diakses 14 November 2016

(12)

4

pandai dan kritis dalam memilah-milah informasi. Karena tidak semua informasi yang didapat merupakan informasi yang berguna dan benar.

Dalam masa yang moderen saat ini arus globalisasi di Indonesia sangatlah pesat, para pengusaha media berlomba-lomba untuk memenuhi kepuasan masyarakat dengan menyediakan tayangan atau program acara yang bernilai non nasionalis. Tayangan tersebut akan mempengaruhi masyarakat dalam gaya hidup. Sehingga berdampak lunturnya nilai budaya lokal yang dimiliki masyarakat Indonesia. Yang kita ketahui, Indonesia adalah negara yang memiliki 34 provinsi dengan berbagai suku. Setiap suku memiliki budaya masing-masing dalam bertindak maupun memperingati sesuatu.

Sejak diberlakukannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran, dalam butir ke empat dan ke lima berbunyi sebagai berikut,

Butir ke empat. “Bahwa lembaga penyiaran merupakan media komunikasi massa yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial”;

(13)

5

budaya, kepribadian dan kesatuan bangsa yang berlandaskan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”.8 Maka, setiap media wajib menayangkan sedikitnya 10% tayangan yang bernilai Budaya lokal Indonesia.

Budaya sendiri berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar, berpikir, merasa, mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, tindakan-tindakan sosial, kegiatan ekonomi, politik dan teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola budaya. Apa yang mereka lakukan, bagaimana mereka bertindak, merupakan respons terhadap fungsi-fungsi budayanya.9

Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat sekali.10 Budaya merupakan nilai-nilai aturan dari suatu bangsa. Bagaimana masyarakat dari suatu bangsa itu berpikir dan bertindak tentu dibatasi dengan adanya Budaya. Kebudayaan Indonesia juga mempunyai nilai-nilai dasar yang berhubungan dengan latar belakang sosial masyarakat Indonesia itu sendiri.11

Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan hubungan dengan sesamanya yang direalisasikan dalam bentuk hidup bermasyarakat. Keluarga merupakan masyarakat yang paling kecil yang dihuni manusia, terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang secara sah diikat dengan adat atau agama. Pembentukan

8

Komisi Penyiaran Indonesia, Undang – undang P3SPS, h.2.

9

Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si, Komunikasi Antar Budaya Satu Perspektif Multidimensi, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2011), h. 19

10

Dr. R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1, (Yogyakarta : Kanisius, 1973) h. 9

11

Tim Ditjenbud, Strategi Pembinaan dan Pengembangan Kebudayaan Indonesia,( Jakarta : Dit Jenbud, 2000), h. 13

(14)

6

keluarga diawali dengan perkawinan yang merupakan kebutuhan fitriah manusia sebagai makhluk fisik. Sebagai bagian dari makhluk hidup, manusia memerlukan pemenuhan kebutuhan fisik dan ruhaninya, antara lain memerlukan pemenuhan kebutuhan biologisnya sehingga dapat mengembangkan keturunannya. Keluarga memiliki fungsi-fungsi yang menjaga hubungan antar anggota keluarga sehingga nilai-nilai dapat terjaga dan terpelihara dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Salah satu fungsi keluarga yang paling menonjol adalah fungsi sosialisasi atau pendidikan. 12 Pendidikan keluarga yang memberikan dasar- dasar kehidupan bagi semua orang serta nilai-nilai yang mendasari pembentukan kepribadian dapat dikatagorikan sebagai pendidikan umum. Keluarga sebagai pendidikan umum yang menjadi wahana dan pusat pendidikan nilai sekarang ini dihadapkan kepada tantangan yang besar, yakni perkembangan dan pergeseran nilai budaya masyarakat. Pergeseran nilai terjadi sebagai dampak dari kemajuan ternologi yang dicapai manusia, terutama dalam bidang komunikasi. Teknologi komunikasi seringkali dijadikan sebagai sebab terjadinya masalah-masalah pendidikan terutama perkembangan nilai-moral remaja dalam keluarga. TV yang hampir ada di setiap keluarga dengan tayangan sepanjang dua puluh empat jam tanpa henti telah merobah pola waktu dan mempengaruhi sikap anak-anak dan remaja. Iklan yang ditayangkan terus menerus telah menyebabkan lahirnya sikap konsumerisme dan hedonisme. Hiburan-hiburan yang menampilkan pornografi dan pornoaksi

12

Siti Romlah, “Karakteristik Keluarga“, Jurnal Komunikasi. No. 1/XXV/2006. Diakses pada 20 Januari 2017.

(15)

7

diduga telah membangkitkan penyimpangan perilaku seksual di kalangan remaja. Peneliti melihat suatu kondisi sosial yang sering terjadi dalam masyarakat yaitu, disharmoni dalam sebuah keluarga biasa terjadi. Hal tersebut bisa saja dampak dari sebuah adanya media televisi yang menayangkan sikap-sikap yang tidak bermoral. Jika sebuah tayangan pada televisi dapat memberikan edukasi maka terciptalah kerukunan dalam keluarga. Keluarga mempunyai peran penting dalam kehidupan bersosial, apabila dalam keluarga tidak ada pengaruh yang baik, maka dalam kehidupan bersosial pada masyarakat juga tidak akan baik.

Keadaan masyarakat Kelurahan Ampel memang sangat kental dengan nilai keislaman, tak heran jika hal tersebut terjadi karena daerah tersebut sangat dekat dengan wisata religi Sunan Ampel atau makam Sunan Ampel. Namun yang menjadi menarik minat saya melakukan penelitian di daerah ini. Selain memang dekat dengan salah satu tokoh sunan yaitu karena, di daerah ini masyarakat tersebut sangat beragam budaya. Hal itulah menjadi ketertarikan saya karena dalam setiap budaya memliki cara atau aturan dalam menyelesaikan berbagai masalah baik di dalam keluarga maupun masyarakat.

(16)

8

budaya sekaligus tayangan berupa dakwah yang paling inovatif dalam media televisi saat ini, kemasan program begitu fresh sehingga memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk menerima pesan yang terkandung dalam setiap episode tayangnya yang berbeda. Cerita serial agama yang coba diberikan oleh Trans TV, sesuai judulnya serial ini menceritakan tentang kehidupan sembilan wali saat masa lalu untuk memberikan informasi tentang agama islam dan ajarannya. Serial ini tayang pada setiap bulan ramadhan dengan durasi 120 menit.

Berangkat dari fenomena tersebut peneliti mengambil sample masyarakat di daerah Sunan Ampel Surabaya. Sehingga akan memudahkan peneliti dalam menemukan hasil berpengaruh atau tidaknya siaran ajaran islam “Kisah 9 Wali” terhadap kerukunan dalam keluarga mereka dengan melihat tayangan tersebut.

(17)

9

B. Rumusan Masalah

Permasalahan adalah pertanyaan yang diajukan dan jawabannya adalah penelitian. Dari uraian latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut ;

1. Apakah ada pengaruh Tayangan Serial Kisah 9 Wali episode “Sunan Bonang dan Guptaja” di Trans TV terhadap Kerukunan dalam Keluarga Masyarakat di Kelurahan Ampel Kota Surabaya?

2. Jika ada, sejauh mana pengaruh Tayangan Serial Kisah 9 Wali episode “Sunan Bonang dan Guptaja” di Trans TV terhadap Kerukunan dalam Keluarga Masyarakat di Kelurahan Ampel Kota Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

1. Ingin mengetahui pengaruh Tayangan Serial Kisah 9 Wali episode “Sunan Bonang dan Guptaja” di Trans TV terhadap Kerukunan dalam Keluarga Masyarakat di Kelurahan Ampel Kota Surabaya.

(18)

10

D. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang masih belum sempurna. Pengertian ini diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian. Pembuktian itu hanya dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dimaksud dengan data di lapangan.13

Berkaitan dengan ini penulis menggunakan hipotesis kerja dan hipotesis nol sebagai kesimpulan sementara, yaitu dengan rumusan sebagai berikut :

1. Ha : Hipotesis kerja atau Hipotesis Alternatif

Ada pengaruh tayangan Serial Kisah 9 Wali episode “Sunan Bonang Dan Guptaja” di Trans TV terhadap kerukunan dalam keluarga masyarakat di kelurahan Ampel Surabaya.

2. Ho : Hipotesis Nol atau Hipotesis Nihil

Tidak ada pengaruh tayangan Serial Kisah 9 Wali episode “Sunan Bonang Dan Guptaja” di Trans TV terhadap kerukunan dalam keluarga masyarakat di kelurahan Ampel Surabaya.

13

Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si, Metodologi Penelitian Kuantitatif, 2005, (Jakarta:Kencana), h. 85.

(19)

11

E. Batasan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang datanya dapat diukur dengan menggunakan rumus statistik untuk analisis data dan dihitung secara langsung. Dengan kata lain, data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka.

Penelitian ini hanya dibatasi pada masyarakat kelurahan Ampel Surabaya dan yang menjadi objek penelitian adalah focus pada masyarakatnya. Dan pembahasan yang ada tidak lepas dari tayangan yang mengandung ajaran Islam dan budaya. Peneliti membatasi serial acara Kisah 9 Wali episode “Sunan Bonang dan Guptaja” di Trans TV, tayang pada tanggal 27 Juni 2016 pukul 21.00 WIB. Dan Serial Kisah 9 Wali selalu tayang pada bulan Ramadhan pada pukul 21.00 WIB.

(20)

12

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti. Penelitian ini sebagai bahan untuk memperluas wawasan teoritik juga dapat mempraktekkan, atau implementasikan di dalam masyarakat. Selain itu juga dalam rangka untuk menyelesaikan skripsi serta, mempertajam kepekaan keadaan sekitar.

2. Bagi masyarakat. Teori yang dihasilkan atau diuji dalam penelitian ini hendaknya dapat dijadikan pertimbangan lebih untuk meningkatkan kerukunan dalam keluarga setelah melihat tayangan serial Kisah 9 Wali yang berisikan tentang ajaran Islam.

3. Bagi akademisi. Penelitian ini dapat membuktikan bahwa suatu hipotesis dapat dikukuhkan atau ditelaah sebagai teori. Selain itu, berguna sebagai bahan tambahan referensi dalam kajian ilmu dakwah dalam perspektif budaya khususnya KPI (Komunikasi dan Penyiaran Islam) yang ada di PTAI/N di Indonesia.

G. Definisi Operasional

Untuk memudahkan gambaran yang jelas dan konkrit tentang permasalahan yang terkandung dalam konsep penelitian maka diperlukan penjelasan makna yang ditimbulkannya. Definisi kata-kata tersebut antara lain:

1. Pengaruh

(21)

13

dipengaruhi. Pengaruh juga membentuk watak, percaya atas perbuatan seseorang.14 Yang dimaksud disini adalah peranan atau suatu hal dalam pembentukan watak, kepercayaan dan perbuatan seseorang dalam menghadapi lingkungan sekitar. Dalam penelitian yang di maksudkan adanya pengaruh program acara pada media televisi terhadap perilaku masyarakat.

2. Tayangan Serial Kisah 9 Wali episode “Sunan Bonang dan Guptaja”

Tayangan adalah output dari suatu program acara yang ditapikan di depan layar kaca sehingga dapat dinikmati langsung oleh para pemirsa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, serial atau drama televisi dan drama serial televisi adalah konten program televisi yang menampilkan drama fiksional namun tak jarang diambil dari kisah nyata. Mini seri kolosal Trans TV ini menceritakan tentang kehidupan 9 Wali atau wali sembilan yang dikenal sebagai tokoh yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, selalu menjadi kisah menarik. Sinopsis “Kisah 9 Wali” ini berkisah tentang Walisanga yang menjadi kisah legendaris di Indonesia, terutama yang berkaitan erat dengan penyebaran agama Islam.

Dalam episode “Sunan Bonang dan Guptaja” selain terdapat sebuah kisah tentang perjalanan Sunan Bonang dalam menyebarkan Islam di Tanah Jawa, terdapat sebuah kisah seorang keluarga dimana keluarga tersebut kurang

14

Depdikbut, kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka 2002) h. 747

(22)

14

harmonis sebelumnya, setelah bermusyawarah dan meminta pendapat kepada Sunan Bonang akhirnya keluarga tersebut kembali harmonis lagi.

3. Kerukunan dalam Keluarga

Kata kerukunan berasal dari kata dasar rukun, kata “rukun” secara etimologi, berasal dari bahasa Arab yang berarti tiang, dasar, dan sila. Kemudian perkembangannya dalam bahasa Indonesia, kata “rukun” sebagai kata sifat yang berarti cocok, selaras, sehati, tidak berselisih. Dalam bahasa Inggris disepadankan dengan harmonius atau concord. Dengan demikian, kerukunan berarti kondisi sosial yang ditandai oleh adanya keselarasan, kecocokan, atau ketidak berselisihan (harmony, concordance). Dalam literatur ilmu sosial, kerukunan diartikan dengan istilah intergrasi (lawan disintegrasi) yang berarti the creation and maintenance of diversified patterns of interactions among outonomous units. Kerukunan merupakan kondisi dan proses tercipta dan terpelihara pola-pola interaksi yang beragam diantara unit-unit (unsur / sub sistem) yang otonom. Kerukunan mencerminkan hubungan timbal balik yang ditandai oleh sikap saling menerima, saling mempercayai, saling menghormati dan saling menghargai, serta sikap saling memaknai kebersamaan.15

Keluarga merupakan kelompok primer yang penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari hubungan

15

Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama , (Jakarta, Puslitbang, 2005) h. 7-8.

(23)

15

laki-laki dan wanita, yang berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, isteri, dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, diamana saja dalam satuan masyarakat manusia.16

Jadi kerukunan dalam keluarga, adalah bentuk sebuah keselarasan yang dijalin pada hubungan anak dengan orang tua, maupun dengan saudara. Kerukunan dalam keluarga terbentuk adanya satu pendapat dari beberpa pihak dalam keluarga dan saling menghormati satu sama lain.

H. Kajian Teoritik

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori-teori komunikasi yang bisa menunjang penelitian, diantaranya yaitu:

1) Teori Peluru

Teori yang dinyatakan oleh Wilbur Schramm pada tahun 19711 ini berasumsi bahwa komponen-komponen komunikasi (komunikator, pesan, media) mempunyai pengaruh yang biasa dalam mengubah sikap dan perilaku khalayak. Disebut peluru karena seakan-akan komunikasi di tembakkan kepada khalayak dan khalayak tidak bisa menghindar. Secara substansi model ini adalah one step flow artinya arus komunikasi berjalan satu arah (dari media massa ke audience). Dasar pemikiran yang melatar belakangi model ini

16

Hartono, Amicun Aziz, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta:Bumi Persada, 1990). H:79

(24)

16

adalah keyakinan bahwa khalayak itu bersikap pasif terhadap berbagai macam informasi yang disertakan/disiapkan media massa, sebaliknya media aktif untuk mempengaruhi audience. Akibatnya berbagai informasi yang datang dari media kepada khalayak akan selalu mengenai audience.

Dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar. 1.1

Teori Peluru

Keterangan:

a) Variabel komunikasi, yaitu komunikator atau lembaga yang mengirimkan pesan melalui media.

b) Variabel antara: perhatian, pengertian, dan penerimaan atas apa yang sudah disampaikan oleh media kepada masyarakat.

c) Variabel efek: efek ini meliputi kognitif, afektif dan konatif yang dialami oleh khalayak setelah menerima pesan dari media.

Khalayak tidak menyadari dan tidak bisa menghindari masuknya pesan-pesan yang disampaikan oleh media, sifatnya khalayak sendiri bersifat homogen dan akan bereaksi yang sama terhadap pesan media yang masuk. Oleh sebab itu,

Variabel Komunikasi

Variabel Antara

(25)

17

teori ini disebut teori peluru karena pesan yang disampaikan diibaratkan peluru yang sasarannya adalah khalayak.

Menurut Werner J. Severin dan James W., Tankard Jr. Dalam bukunya Teori Komunikasi menyatakan bahwa khalayak benar-benar rentan terhadap pesan-pesan komunikasi massa. Ia menyebutkan apabila pesan-pesan tepat sasaran, maka ia akan mendapatkan efek yang diinginkan.

Jadi, pesan-pesan komunikasi yang disampaikan melaui media massa mempunyai tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan yang diinginkan oleh pengirim pesan, sehingga apabila pesan itu mengenai sasaran maka ia akan mendapatkan efek yang diinginkan.

2) Teori S – M – C – R

Teori kedua yang digunakan oleh peneliti untuk mendukung penelitian ini adalah teori S – M – C – R. Teori yang di nyatakan oleh seorang ahli komunikasi dari Amerika Serikat yang bernama Berlo. Model komunikasi SMCR Berlo terdiri dari komponen dasar.

S : Source artinya sumber atau komunikator M : Message artinya pesan

C : Channel artinya saluran atau media

R : Receiver artinya penerimaan atau komunikan

(26)

18

sebagai berikut: Apabila ada sumber (S) membawa pesan (M) disampaikan melalui saluran (C) kepada penerima (R). Deskripsi tersebut dapat diperjelas lagi: proses komunikasi akan terjadi apabila seseorang menyampaikan pesan melalui saluran kepada penerima. Dengan demikian proses komunikasi dapat terjadi apabila empat komponen tersebut terdapat saling hubungan, saling berproses dalam mewujudkan komunikasi yang dikendaki. 17

17

Hidajanto Djamal, Andi Fachruddin. Dasar-Dasar Penyiaran, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 68

(27)

19

I. Peneleitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian-penelitian dengan mengambil televisi sebagai objeknya telah banyak sekali dilakukan. Karenanya peneliti mencoba untuk menggali penelitian terdahulu, karena tidak menutup kemungkinan adanya sedikit persamaan dengan penelitian terdahulu. Dengan demikian peneliti akan berusaha untuk menampilkan hal-hal yang berbeda dari penelitian terdahulu dan memang belum diteliti sebelumnya.

Skripsi Isi Skripsi

Besarnya

(28)
(29)
(30)

22

J. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan sistematika, nantinya akan berisi tentang alur pembahasan yang akan terdapat dalam skripsi yaitu yang tersusun dari bab pendahuluan sampai bab penutup. Adapun sistematika dalam pembahasan dalam penelitian ini meliputi:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini merupakan bab awal yang berisikan latar belakang masalah yakni fenomena sosial yang mendasari penelitian ini, rumusan masalah yang merupakan akar masalah yang jawabannya akan ditemukan setelah melakukan penelitian, tujuan penelitian, hipotesis, ruang lingkup dan keterbatasan, manfaat penelitian, definisi operasional, kajian teoritik yakni pembahasan kajian teori baik secara substantif atau wacana. Serta penelitian terdahulu yang relevan sebagai rujukan dan perbandingan terhadap penelitian yang dilakukan sekarang, dan sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

Pada bab ini berisikan tentang kajian pustaka yang membahas tentang teori kepustakaan yang terkait dengan judul penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(31)

23

teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data yang akan dipakai dalam penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA.

Pada bab penyajian dan analisis data ini menjelaskan tentang setting penelitian yaitu membahas tentang obyek penelitian, penyajian data, analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. Pada bab keempat inilah yang nantinya akan menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.

BAB V PENUTUP

(32)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A.Media Penyiaran

1. Pengertian Media Penyiaran

Penyiaran atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai broadcasting adalah keseluruhan proses penyampaian siaran yang dimulai dari penyiapan materi produksi, proses produksi, penyiapan bahan siaran, kemudian pemancaran sampai kepada penerimaan siaran tersebut oleh pendengar / pemirsa di suatu tempat.1 Berbeda dengan pemancaran, pemancaran sendiri berarti proses tranmisi siaran, baik melalui media udara maupun media kabel koksial atau saluran fisik yang lain.

Sebagaimana artinya penyiaran, bersifat tersebar ke semua arah atau yang dikenal sebagai omnidirectional. Dari definisi sifat penyiaran ini bisa diketahui bahwa semua sistem penyiaran yang alat penerima siarannya harus dilengkapi dengan satu unit decoder, adalah kuang sejalan dengan definisi broadcasting. Oleh karena itu, pada nama sistemnya harus ditambahkan kata “terbatas”, sehingga menjadi sistem penyiaran terbatas.2

1

Wahyudi, J.B, Dasar-dasar Manajemen Penyiaran, (Jakarta: Gramedia, 1994), h. 6.

2

Hidajanto Djamal, Andi Fachruddin. Dasar-Dasar Penyiaran, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 43.

(33)

25

2. Sejarah Media Penyiaran

Bentuk dan format penyiaran serta sarana dan prasarana yang menunjangnya seperti sekarang ini memberikan makna bahwa penyiaran mempunyai sejarah sangat panjang, dimulai dari penemuan gelombang elektromagnetik pada 1864. Gelombang elektromagnetik ini dapat digunakan untuk mengirim informasi tanpa menggunakan penghantar (kawat) tembaga melalui jarak tertentu.

James Clerk Maxwell adalah salah satu penemu teori pemancaran yang paling menonjol. Dengan teori matematisnya pada tahun 1864 yang memprediksi adanya pancaran gelombang elektromagnetik. Ia meyakini bahwa kecepatan gelombang tersebut sama dengan kecepatan cahaya. Karena, seperti cahaya, maka gelombang elektromagnetik dapat dipantulkan serta dibiaskan walaupun tidak dapat dilihat dan dirasakan. Percoban Maxwell diteruskan oleh beberapa ilmuwan-ilmuwan lainnya hingga mendapatkan hasil sebuah teknologi pemancaran yang bisa digunakan oleh massa seperti saat ini.

(34)

26

3. Karakteristik Media Penyiaran

Media penyiaran juga mempunyai karakteristik yang unik atau spesifik dibandingkan dengan media cetak atau media massa yang lainnya. Melalui media penyiaran, informasi dapat diterima pemirsa secara langsung atau biasa disebut dengan real time atau live. Semua kejadian atau peristiwa dapat secara langsung pada saat yang sama didengar/dilihat oleh pendengar/pemirsa dengan cakupan populasi yang sangat luas dan efektif, tetapi informasi yang disampaikan oleh media penyiaran sudah langsung berlalu dan tidak dapat berulang lagi kecuali memang disiarkan ulang. Sementara pada media cetak, informasi yang diberikannya masih dapat dibaca kembali, di mana dan kapan saja.3

Berikut beberapa kelebihan dan kekurangan pada media penyiaran dengan media cetak yang ditabulasikan.

3

Ibid., h. 59.

(35)

27

Tabel 2.1

Perbandingan karakteristik media penyiaran versus media cetak.4

Jenis Media Sifat

Cetak • Dapat dibaca, di mana, dan kapan saja • Dapat dibaca berulang-ulang

• Daya pengaruh kurang/rendah

• Pengolahan secara mekanik atau elektris • Biaya operasional relatif rendah

• Daya jangkau populasi terbatas Penyiaran Radio • Dapat didengar ketika siaran

• Dapat didengar kembali bila siaran ulang • Daya pengaruh kurang/rendah

• Pengolahan secara elektronik • Biaya operasional relatif murah • Daya jangkau populasi luas

Penyiaran Televisi • Dapat didengar dan dilihat ketika siaran

• Dapat didengar/dilihat kembali bila siaran ulang

• Daya pengaruh sangat tinggi • Pengolahan secara elektronik • Biaya operasioanl sangat tinggi • Daya jangkau populasi luas

4

Wahyudi, J.B. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), h..

(36)

28

4. Televisi sebagai Media Penyiaran a. Pengertian Televisi

Televisi sendiri terdiri dari “tele” yang berarti jauh dan “visi” (vision) yang berarti penglihatan. Sedangkan secara lebih jauhnya, televisi siaran merupakan media dari jaringan dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu satu arah.5

Menurut Anwar Arifin, televisi adalah : Penggabungan antara radio dan film. Sebab televisi dapat meneruskan suatu peristiwa dalam bentuk gambar hidup dengan suara dan kadang-kadang dengan warna, ketika peristiwa itu berlangsung. Orang yang duduk di depan pesawat televisi dirumahnya seringkali memperoleh pandangan yang lebih jelas daripada orang-orang yang hadir di tempat peristiwa sendiri. Dengan demikian televisi memiliki sifat aktualitas yang melebihi surat kabar, radio, dan film.6 Dibanding dengan media massa lainnya, televisi mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gebungan dari media dengar dan gambar, bisa bersifat informatif, hiburan, maupun pendidikan, bahkan gabungan dari ketiga unsur diatas. Televisi merupakan sumber citra dan pesan tersebar (shared images and message) yang sangat besar dalam sejarah, dan ini telah menjadi mainstream bagi lngkungan simbolik masyarakat. Dan televisi merupakan sistem bercerita (story-telling) yang tersentralisasi.7

5

Aep Kusnawan, Dindin Solahuddin, Dkk., Komunikasi Penyiaran Islam, (Bandung : Benang Merah Press, 2004), h. 74

6

Anwar Arifin, Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, (Bandung : Armico),h. 29

7

Syaputra Iswandi, Rezim media, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013), h. 41

(37)

29

Televisi saat ini telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang menghabiskan waktunya lebih lama di depan televisi, dibandingkan menghabiskan waktu mengobrol bersama keluarganya, Siaran televisi adalah pemancaran sinyal listrik yang membawa muatan gambar proyeksi yang terbentuk pada sistem lensa dan suara. Menurut Peter Herford, setiap stasiun televisi dapat menayangkan beberapa acara hiburan seperti, film, musik, kuis, talk show, dan sebagainnya.8

Televisi merupakan media komunikasi yang menyediakan berbagai informasi yang update, dan menyebarkannya kepada khalayak umum. “Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak.

Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak individu”. lebih luas lagi dinyatakan bahwa: “Televisi adalah sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik. Gambar tersebut ditangkap dengan kamera televisi, diubah menjadi sinyal listrik, dan dikirim langsung lewat kabel listrik kepada pesawat penerima”.

Berdasarkan pendapat di atas menjelaskan bahwa televisi adalah sistem elektronis yang menyampaikan suatu isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak dan merupakan sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali

8

Morrison. Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio Dan Televisi, (Tangerang: Ramdina Perkasa, 2005), h. 2

(38)

30

gambar melalui tenaga listrik. Dengan demikian, televisi sangat berperan dalam mempengaruhi mental, pola pikir khalayak umum. Televisi karena sifatnya yang audiovisual merupakan media yang dianggap paling efektif dalam menyebarkan nilai-nilai yang konsumtif dan permisif. Stasiun televisi merupakan lembaga penyiaran atau tempat berkerja yang melibatkan banyak orang, dan yang mempunyai kemampuan atau keahlian dalam bidang penyiaran yang berupaya menghasilkan siaran atau karya yang baik. Stasiun Televisi adalah tempat kerja yang sangat kompleks yang melibatkan banyak orang dengan berbagai jenis keahlian. Juru kamera, editor gambar, reporter, ahli grafis, dan staf operasional lainnya harus saling berintraksi dan berkomunikasi dalam upaya untuk menghasilkan siaran yang sebaik mungkin.

Dari penjelasan di atas maka dapat diuraikan bahwa televisi sangat berpengaruh terhadap stasiun, karena stasiun merupakan suatu tempat atau kantor yang mengupayakan untuk menghasilkan siaran yang sebaik mungkin, dengan demikian melibatkan banyak orang dalam pengelolaan berita atau informasi yang akan di publikasikan. Umumnya siaran bertujuan untuk memberi informasi yang dapat dinikmati dan dapat diterima dikalangan masyarakat, “Siaran televisi merupakan pemancaran sinyal listrik yang membawa muatan gambar proyeksi yang terbentuk melalui pendekatan sistem lensa dan suara”.

(39)

31

bahasa gambar yang tajam, jelas, hidup, memikat. Teknologikal, berkaitan dengan daya jangkau siaran, kualitas suara, kualitas suara dan gambar yang dihasilkan serta diterima oleh pesawat televisi penerima di rumah-rumah. Dramatikal berarti bersinggungan dengan aspek serta nilai dramatikal yang dihasilkan oleh rangkaian gambar yang dihasilkan secara simultan

Berdasarkan uraian di atas maka dapat didefinisikan bahwa siaran televisi adalah suatu pemancar yang diproyeksikan melalui pendekatan sistem lensa, suara, dan menghasilkan gambar yang bergerak dan berisikan suatu informasi yang beranekaragam yang dapat diterima oleh setiap kalangan masyarakat.9

b. Sejarah Televisi

Pada tahun-tahun yang bersamaan dengan pemunculan konsep penyiaran radio FM, sistem penyiaran televisi juga berkembang dan tercatat pada 1939 di satu World’s Fair di Amerika, Zworykin yang dibantu oleh Philo Fransworth berhasil memperkenalkan pesawat televisi pertama. Kemajuan teknologi di bidang penyiaran televisi ini didahului oleh penemuan Vladimir Kozmich Zworykin, yaitu berupa satu sistem tabung pengambil gambar (pickup tube) iconoscope yang merupakan bagian dari kamera elektronik pada 1923. Iconoscope merupakan bagian kamera yang mengubah gambar optis dari lensa menjadi sinyal elektris

9

http://repository.usu.ac.id/akses terakhir, 16 Desember 2016.

(40)

32

yang selanjutnya diperkuat hingga menjadi sinyal gambar dengan monitor gambar atau untuk dipancarkan ke udara sebagai siaran melalui proses modulasi.10

Sebelum penemuan Vladimir Zworykin ini, penelitian sistem televisi sudah mulai dirintis beberapa tahun sebelumnya oleh beberapa peneliti, sehingga sistem televisi bukan merupakan penemuan penemu tunggal melainkan bersamaan satau memang mereka meneliti bersama-sama. Media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, menemukan sistem penyaluran sinyal gambar,untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat lain. Sistem ini dianggap praktis, sehingga diadakan percobaan pemancaran serta penerimaan sinyal televisi tersebut. Hal initerjadi antara tahun 1883-1884.

Akhirnya Nipkov diakui sebagai ‘Bapak’ televisi. Televisi sudah mulai dapat dinikmati oleh publik Amerika Serikat pada tahun 1939, yaitu ketika berlangsungnya World’s Fair di New York Amerika serikat, tetapi Perang Dunia II telah menyebabkan kegiatan dalam bidang televisi itu terhenti. Baru setelah itu, tahun 1946 kegiatan dalam bidang televisi dimulai lagi.

Pada waktu itu di seluruh Amerika Serikat hanya terdapat beberapa buah pemancar saja, tetapi kemudian teknologi berkembang dengan pesat, jumlah pemancar TV meningkat dengan hebatnya. Tahun 1948 merupakan tahun penting dalam dunia pertelevisian karena pada tahun tersebut ada perubahan dari televisi

10

Hidajanto Djamal, Andi Fachruddin. Dasar-Dasar Penyiaran, h. 21

(41)

33

eksperimen ke televisi komersial di Amerika. Seperti halnya dengan media massa lain, televisi pun tidak dapat dimonopoli oleh Amerika Serikat saja. Sewaktu Amerika giat mengembangkan media massa itu, negara-negara Eropalain pun tidak mau ketinggalan.

Perkembangan televisi sangat cepat sehingga dari waktu ke waktu media ini memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari. Menurut Skormis11 dalam bukunya “Television and Society : An Incuest and Agenda “, dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya) Televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat informatif, hiburan, dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual.

Bersamaan dengan kemajuan media cetak, muncul media lain sebagai sumber informasi bagi khalayak yaitu media elektronik mulai dari TV berwarna hingga teknologi internet. Seperti surat kabar, saat ini hampir setiap orang memiliki televisi di tempat tinggalnya.

Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata teledan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh.

11

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), h. 8.

(42)

34

Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan inimampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.12

Televisi untuk umum menyiarkan programnya secara universal, tetapi fungsi utamanya tetap hiburan. Kalaupun ada program-program yang mengandung segi informasi dan pendidikan, hanya sebagai pelengkap saja dalam rangka memenuhi kebutuhan alamiah manusia.

Inovasi terpenting yang terdapat pada televisi ialah kemampuan menyajikan komentar atau pengamatan langsung saat suatu kejadian berlangsung. Namun demikian banyak peristiwa yang perlu diketahui publik telah direncanakan sebelumnya, maka penambahan kadar aktualitas juga terbatas. Media televisi di Indonesia bukan lagi sebagai barang mewah. Kini media layar kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat untuk mendapatkan informasi.

Dengan kata lain, informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan status sampai sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya.

12

http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi/akses terakhir 16 Desember 2016.

(43)

35

TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan, kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingandari stasiun TVlainnya, yakni (RCTI) Rajawali Citra Televisi Indonesia yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun televisi (SCTV) Surya Citra Televisi Indonesia, (TPI) Televisi Pendidikan Indonesia dan (ANTEVE) Andalas Televisi. Dengan kehadiran RCTI, SCTV, dan TPI maka dunia pertelevisian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya maupun waktu penayangannya.

Untuk lebih meningkatkan mutu siarannya pada pertengahan tahun 1993, RCTI telah mengudara secara nasional dan membangun beberapa stasiun transmisi di berbagai kota besar di Indonesia , seperti : Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Batam, dan daerah-daerah lain. Kemudian stasiun-stasiun televisi swasta bertambah lagidengan kehadiran Indosiar, Trans TV, Trans 7, Global TV, Metro TV, dan TV One.

(44)

36

Namun kali ini kita akan menayangkan tentang pemilik televisi nasional dan beberapa televisi berjaringan yang cukup berpengaruh dan bahkan telah terjun ke politik praktis. Siapa sajakah mereka, mari kita lihat daftar berikut13 :

1) Pemerintah Republik Indonesia TVRI atau Televisi Republik Indonesia dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, diluncurkan pada 24 Agustus 1962

2) Hary Tanoe Sudibyo. Bos MNC grup ini adalah pemilik tiga stasiun TV swasta nasional yaitu RCTI, MNCTV dan Global TV

3) Aburizal Bakrie. Bos bakrie grup ini adalah pemilik dua stasiun TV swasta nasional yaitu TV One dan ANTV, dua anak Aburizal Bakrie menjadi direktur kedua TV tersebut, yaitu Ardiansyah Bakrie sebagai Direktur TV One dan Anindya Bakrie sebagai Direktur ANTV.

4) Chairul Tanjung. Yang berjuluk si anak singkong ini adalah pemilik dua stasiun TV swasta nasional yaitu Trans TV dan Trans 7.

5) Surya Paloh. Bos media grup ini adalah pemilik stasiun TV swasta nasional Metro TV.

6) Eddy Kusnady Sariaatmaja. Ini adalah sang pemilik dua stasiun TV swasta nasional SCTV dan Indosiar.

7) Jakob Oetama. Bos Kompas Gramedia grup ini adalah pemilik stasiun TV swasta berjaringan Kompas TV.

13

http://informasi-daftar.blogspot.com/2014/08/pemilik-televisi-di-indonesia.html/akses terakhir, 16 Desember 2016

(45)

37

8) Wishnutama. Ini adalah pemilik stasiun TV swasta berjaringan NET yang diluncurkan pada 26 Mei 2013.

Demikian lah daftar beberapa pemilik TV Di Indonesia, masih banyak lagi pemilik TV berjaringan, pemilik TV berbayar dan pemilik TV swasta lokal yang belum tersebutkan. Karena kita hanya membahas beberapa saja.

c. Program Televisi

Program acara televisi, terdiri dari :

1) Buletin berita nasional, seperti : siaran berita atau bulletin berita regional yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal.

2) Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah aktual secara lebih mendalam.

3) Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar ruangan, yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam negeri atau luar negeri.

4) Program acara mengenai topik khusus yang bersifat informatif, seperti : acara memasak, berkebun, dan acara kuis.

5) Acara drama, terdiri dari : sinetron, sandiwara, komedi, film, dan lain sebagainya.

6) Acara musik, seperti konser musik pop, rock, dangdut, klasik, dan lain sebagainya.

(46)

38

8) Acara keagamaan, seperti : siraman rohani, acara ramadhan, acara natal, dan lain sebagainya.

9) Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan. 10) Acara bincang-bincang atausering disebut talkshow.

d. Acara Televisi

Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi. Secara garis besar, Program TV dibagi menjadi program berita dan program non-berita. Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan format-format umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti talk show, dokumenter, film, kuis, musik, instruksional dan lainnya. Berdasarkan isi, program televisi berbentuk berita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan, drama, olahraga, dan agama.

(47)

39

e. Kelebihan dan kekurangan media televisi 1) Kelebihan Televisi

a) Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan itu sangat cepat. b) Kekuatan media televisi ialah menguasai jarak dan ruang karena teknologi

televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan (transmisi) melalui satelit.

c) Televisi memberikan informasi atau berita yang disampaikan itu lebih singkat, jelas dan sistematis.

d) Daya rangsang seseorang terhadap media televisi sangat tinggi karena televisi mampu memadukan suara dan gambar yang banyak.

2) Kekurangan Televisi

a) Televisi memiliki sifat ”transitory” maka isi pesannya tidak bisa dimemori oleh pemirsa.

b) Media televisi terikat oleh waktu tontonan. Sedangkan media cetak dapat dibaca kapanpun dan dimana saja.

c) Televisi tidak bisa melakukan kontrol sosial dan pengawasan secara sosial, langsung dan vulgar seperti halnya media cetak.1114

14

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, hh. 23-24.

(48)

40

5. Televisi Sebagai Media Massa

Apa yang menarik saat ini adalah, bahwa televisi di Indonesia mulai menjelma sebagai industri, yang mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:

a. Memperlakukan tayangan sebagai komoditi

b. Mengandalkan iklan sebagai pemasukan dana terbesar

c. Kompetisi sesama stasiun televisi untuk menyajikan yang terbaik bagi pemirsa dengan harapan meningkatnya volume penampilan iklan.

d. Mendorong tumbuhnya aktivitas ekonomi dalam sektor lain, yang mendukung operasi televisi.

e. Berkembangnya televisi sebagai stasiun distribusi informasi tanpa harus memperbaiki materi tayangannya.

f. Mengorientasikan tayangan pada kepentingan dan minat masyarakat dibagi berdasarkan penelitian kebutuhan khalayak sasaran sekaligus tidak menutup kemungkinan ditayangkannya kepentingan pihak sensor.

g. Televisi berperan dominan sebagai lembaga komersial yang mendukung ide pokok kapitalisme, yakni produksi dan reproduksi. Hal ini nampak pada kecenderungan media televisi untuk menerima transaksi barang-barang yang sekaligus diiklankannya.

h. Jaringan kerja televisi memiliki aset dan hubungan dengan penyebarluasan budaya massa.15

15

Arini Hidayati, Televisi dan Perkembangan Sosial Anak, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hh. 75-76

(49)

41

Karena itulah para pengelola televisi saat ini lebih mengutamakan profit oriented dan kurang memperhatikan aspek edukatif sehingga televisi banyak diisi acara-acara hiburan. Televisi dan media massa lainnya sebenarnya memiliki beberapa fungsi yang dapat dibedakan antara :

a. Fungsi media massa terhadap individu yang mencakup : 1) Pengawasan atau pencarian informasi

2) Mengembangkan konsep diri 3) Fasilitasi dalam hubungan sosial 4) Substitusi dalam hubungan sosial 5) Membantu melegakan emosi

6) Sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan 7) Bagian dari kehidupan rutin dan ritualisasi.16

b. Fungsi media massa terhadap masyarakat : 1) Pengawasan lingkungan

2) Korelasi antar bagian di dalam masyarakat untuk menanggapi lingkungannya 3) Sosialisasi atau pewarisan nilai-nilai

4) Hiburan.

16

Samuel L. Becker, 1985, Dalam Jurnal Teknologi Pendidikan.com yang berjudul “Dampak Isi Pesan

Media Massa oleh Herry Kuswita”, http://www.google.com, diakses 16 Desember 2016

(50)

42

Sedangkan menurut Soewardi Idris, televisi memiliki fungsi : a. Sebagai hiburan (to entertaint)

b. Sebagai pendidikan (to educated) c. Memberi informasi (to inform)

d. Mempengaruhi pola pikir dan perilaku manusia (to influence).17

a) Prilaku masyarakat pasca menonton TV

Media televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara strategis. Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan di interpretasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.

Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak.

Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa yaitu: a. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk

menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh: acara kuis di televisi.

17

Soewardi Idris, Jurnalistik Televisi, (Bandung: CV Dermaga Karya, 1987), hlm. 25

(51)

43

b. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapan pada tragedi aktual yang ditayangkan televisi. Contoh: model pakaian, model rambut dari bintang televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik.

c. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari. Contoh: Berita Islami Masa Kini, Khazanah, dan Jejak Islam Nusntara.

Namun pada kenyataanya apa yang telah diungkapkan di atas hanya bersifat teori. Sementara dalam prakteknya terjadi kesenjangan yang tajam. Banyak paket-paket acara televisi yang dikonsumsikan bagi orang dewasa ternyata ditonton oleh anak-anak.

Kunci penyelesaiannya ialah para pengelola dan perencana acara televisi tetap harus konsekuen dan konsisten membuat paket acara dengan tujuan yang jelas dan pasti serta diiringi tanggung jawab moral dalam melihat kondisi dan situasi pemirsanya.

b) Acara Televisi dan Perubahan Sikap Pemirsa

(52)

44

Terlepas dari pengaruh positif atau negatif, pada intinya media televisi telah menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat.

Unsur pendidikan, kontrol sosial serta informasi terus mengalir dalam acara yang beraneka ragam (musik, sinetron, film, kuis, berita). Kehadiran televisi menembus ruang dan jarak geografis pemirsa. Media televisi adalah hasil karya peradaban nilai-nilai budaya modern manusia dalam kehidupan yang semakin kompleks dan majemuk. Lantas, apakah media televisi memang begitu kuat pengarul dan dampaknya dalam perubahan sikap pemirsa?

Untuk menjawabnya tentu kita harus melihat acara televisi dalam tinjauan budaya pemirsa di indonesia yang pluralis dalam berbagai kepribadian serta kondisi sosial secara geografis.

c) Tinjauan televisi sebagai media dakwah

Islam adalah agama dakwah, yakni agama yang menugaskan manusia untuk menyerukan kepada seluruh suku bangsa agar bertaqwa kepada Allah SWT.18 Sedangkan orang yang melakukan ajakan tersebut dinamakan da’i, akan tetapi mengingat bahwa proses memanggil tersebut juga merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan tertentu, maka dikenal pula istilah mubaligh yang berfungsi sebagai komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. Dengan demikian, dakwah media massa adalah suatu proses penyampaian pesan

18

Toto Tasmoro, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1981), hlm 31

(53)

45

melalui media seperti televisi, yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut, atau minimal mengingatkan orang kepada jalan Allah SWT. Endang S. Anshori membedakan antara :

a. Dakwah dalam arti terbatas adalah menyampaikan Islam kepada manusia secara lisan, maupun tulisan atau secara lukisan (panggilan).

b. Dakwah dalam arti luas adalah penjabaran, penterjemahan dan pelaksanaan dalam peri kehidupan manusia (termasuk dibidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian dan kekeluargaan.19

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya lapangan dakwah sangatlah luas, yang meliputi peri kehidupan manusia itu sendiri dan semua aktivitas manusia baik dalam masayarakat secara utuh atau totalitas maupun secara individu sebagai anggota masyarakat. Bila yang ingin dijangkau adalah masyarakat luasyang tersebar di wilayah yang tak terbatas, maka televisi merupakan media dakwah yang paling efektif dan efisien. Televisi dapat menyampaikan pesan secara serentak kepada jutaan umat manusia yang tersebar di wilayah luas. Disamping itu, televisi merupakan media yang dapat mempengaruhi tindakan audiens/ pemirsa karena pesan-pesan yang disampaikan oleh televisi menggunakan bahasa lisan dan bahasa gambar, yang bersifat santai sehingga enak dan mudah dipandang dari komunikator atau audiens/ pemirsa. Dalam artian,

19

Endang Anshori, Pokok-pokok Pikiran Tentang Islamiyah, (Jakarta : Usaha Inter Proses, 1976), h. 87

(54)

46

audiens/ pemirsa dapat menikmati televisi bisa sambil makan dan bersantai di rumah. Karena itutelevisi merupakan media dakwah yang sangat efektif dan efisien.

B.Konsep Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah dalam Membentuk Kerukunan Keluarga.

1. Konsep Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warrahmah. a. Pengertian Sakinah

Dalam bahasa Arab, kata sakinah di dalamnya terkandung arti tenang, terhormat, aman, merasa dilindungi, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh pembelaan.20 Namun, penggunaan nama sakinah itu diambil dari penggalan al Qur’an surat 30:21 “Litaskunu ilaiha” yang artinya bahwa Allah SWT telah menciptakan perjodohan bagi manusia agar yang satu merasa tenteram terhadap yang lain. Jadi keluarga sakinah itu adalah keluarga yang semua anggota keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya dan dirahmati oleh Allah SWT.

20

Aziz Mushoffa, Untaian Mutiara Buat Keluarga cetakan I.(Yogyakarta,; Mitra Pustaka, 2001), h. 27

(55)

47

b. Pengertian Mawaddah

Mawaddah adalah saling berkehendak dan berkeingin untuk saling memiliki. Rasa cinta untuk memiliki segenap kelebihan dan kekurangannya.21 Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu kasih sayang pada lawan jenisnya (bisa dikatakan mawaddah ini adalah cinta yang didorong oleh kekuatan nafsu seseorang pada lawan jenisnya). Karena itu, Setiap mahluk Allah kiranya diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Mawaddah cinta yang lebih condong pada material seperti cinta karena kecantikan, ketampanan, bodi yang menggoda, cinta pada harta benda, dan lain sebagainya. Mawaddah itu sinonimnya adalah mahabbah yang artinya cinta dan kasih sayang.

c. Pengertian Warahmah

Wa artinya dan sedangkan Rahmah (dari Allah SWT) yang berarti ampunan, anugerah, karunia, rahmat, belas kasih, rejeki. (lihat : Kamus Arab, kitab ta’riifat, Hisnul Muslim (Perisai Muslim) Jadi, Rahmah adalah jenis cinta kasih sayang yang lembut, siap berkorban untuk menafkahi dan melayani dan siap melindungi kepada yang dicintai. Kasih sayang dan kemurahan yang memiliki pengabdian dalam hidup berkeluarga sebagai suami-istri sampai akhir.22 Rahmah lebih condong pada sifat qolbiyah atau suasana batin yang terimplementasikan pada wujud kasih sayang, seperti cinta tulus, kasih sayang, rasa memiliki, membantu,

21

Ibid., h. 28

22

Ibid., h. 28

(56)

48

menghargai, rasa rela berkorban, yang terpancar dari cahaya iman. Sifat rahmah ini akan muncul manakala niatan pertama saat melangsungkan pernikahan adalah karena mengikuti perintah Allah dan sunnah Rasulullah serta bertujuan hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

d. Konsep keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah.

(57)

49

untuk pendidikan pembinaan watak dan kepribadian, moral dan akhlaq serta rasa social, cinta dan kasih sayang.23

Dengan demikian jelaslah betapa berat dan suci beban yang akan dipikul dan diemban oleh pasangan suami/istri dan jelaslah pula untuk jenjang perkawinan dan mendirikan rumah tangga bahagia diperlukan persiapan yang matang fisik dan psikis, diperlukan rencana hari depan yang disepakati bersama, diperlukan penilaian kepada apa yang harus diperbaiki dan disempurnakan termasuk rumah yang akan ditempati dan sumber atau pencaharian untuk biaya hidup.

Begitupun tujuan perkawinan dan hakekat keluarga harus jelas dan dihayati. Tujuan harus disepakati, harus ada keharmonisan bersama dalam cita-cita hari depan. Kebahagiaan tidak mungkin tercapai jika tujuan dan cita-cita hidup mereka bertentangan. Kebulatan tekad mencapai tujuan harus terjalin dengan indah, harus ada usaha disiplin dan hubungan kerja yang harmonis. Sewaktu-waktu rencana kerja harus dikontrol, kehidupan keluarga harus dikendalikan. Kemampuan suami sebagai kepala keluarga harus pula selalu mendapat sorotan. Sebagai pemimpin suami harus mempunyai pandangan yang luas, mampu menilai dan melihat titik kelemahan atau sumber kesalahpahaman serta mencari jalan mengatasinya. Keluarga Sakinah adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memberikan kasih sayang kepada anggota keluarganya sehingga mereka memiliki rasa aman, tentram, damai serta bahagia dalam mengusahakan tercapainya kesejahteraan dunia akhirat. Keluarga yang harmonis, sejahtera,

23

Ibid., h.30

(58)

50

tenteram dan damai. Berikut beberapa Faktor dalam pembentukan Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warrahmah.

1. Faktor Utama:

Untuk membentuk keluarga sakinah, dimulai dari pranikah, pernikahan, dan berkeluarga. Dalam berkeluarga ada beberapa hal yang perlu difahami, antara lain :24

a. Memahami hak suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami. 1) Menjadikannya sebagai Qowwam (yang bertanggung jawab)

• Suami merupakan pemimpin yang Allah pilihkan

• Suami wajib ditaati dan dipatuhi dalam setiap keadaan kecuali

yang bertentangan dengan syariat Islam. 2) Menjaga kehormatan diri

• Menjaga akhlak dalam pergaulan

• Menjaga izzah suami dalam segala hal

• Tidak memasukkan orang lain ke dalam rumah tanpa seizin

suami

3) Berkhidmat kepada suami.

• Menyiapkan dan melayani kebutuhan lahir batin suami

• Menyiapkan keberangkatan • Mengantarkan kepergian

24

Muslich Taman dan Aniq Farida, 30 Pilar Keluarga Samara. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), h.54

(59)

51

• Suara istri tidak melebihi suara suami

• Istri menghargai dan berterima kasih terhadap perlakuan dan

pemberian suami

b. Memahami hak istri terhadap suami dan kewajiban suami terhadap istri25 1) Istri berhak mendapat mahar

2) Mendapat perhatian dan pemenuhan kebutuhan lahir batin • Mendapat nafkah: sandang, pangan, papan

• Mendapat pengajaran Diinul Islam

• Suami memberikan waktu untuk memberikan pelajaran

• Memberi izin atau menyempatkan istrinya untuk belajar kepada

seseorang atau lembaga dan mengikuti perkembangan istrinya • Suami memberi sarana untuk belajar

• Suami mengajak istri untuk menghadiri majlis ta‟lim, seminar

atau ceramah agama

3) Mendapat perlakuan baik, lembut dan penuh kasih sayang

• Berbicara dan memperlakukan istri dengan penuh kelembutan

lebih-lebih ketika haid, hamil dan paska lahir • Sekali-kali bercanda tanpa berlebihan

25

Ibid., h. 55

(60)

52

• Mendapat kabar perkiraan waktu kepulangan • Memperhatikan adab kembali ke rumah.

2. Faktor Penunjang

a. Realistis dalam kehidupan berkeluarga.

Pasangan suami istri harus realistis dan memahami karakteristik kehidupan rumah tangga.26 Dalam suatu kesatuan dan keharmonisan emosional seseorang keci lkemungkinan untuk terwujud sejak awal menikah. Hal ini di karenakan keharmonisan emosional dan keselarasan sosial di dalam setiap rumah tangga membutuhkan proses yang panjang. Adapun yang perlu diperhatikan realistis hidup menuju rumah tangga, yakni:

1) Realistis dalam memilih pasangan

2) Realistis dalam menuntut mahar dan pelaksanaan walimahan 3) Realistis dan ridho dengan karakter pasangan

4) Realistis dalam pemenuhan hak dan kewajiban b. Realistis dalam pendidikan anak

Penanganan Tarbiyatul Awlad (pendidikan anak) memerlukan satu kata antara ayah dan ibu, sehingga tidak menimbulkan

26

Ibid., h.55

(61)

53

kebingungan pada anak. Dalam memberikan ridho‟ah (menyusui) dan hadhonah (pengasuhan) hendaklah diperhatikan muatan:

1) Tarbiyyah Ruhiyyah (pendidikan mental) 2) Tarbiyah Aqliyyah (pendidikan intelektual) 3) Tarbiyah Jasadiyyah (pendidikan Jasmani)

c. Mengenal kondisi nafsiyyah suami istri d. Menjaga kebersihan dan kerapihan rumah

e. Membina hubungan baik dengan orang-orang terdekat 1) Keluarga besar suami / istri

2) Tetangga 3) Tamu

4) Kerabat dan teman dekat f. Memiliki ketrampilan rumah tangga g. Memiliki kesadaran kesehatan keluarga.

3. Faktor Pemeliharaan

a. Meningkatkan kebersamaan dalam berbagai aktifitas b. Menghidupkan suasana komunikatif dan dialogis

(62)

54

2. Kerukunan dalam Keluarga

a. Pengertian Kerukunan Keluarga

”Kerukunan adalah perasaan senang, tentram hidup lahir dan batin”.27 Sedangkan Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa28 memberi arti bahwa, ”Kerukunan adalah hal (keadaan) selaras atau serasi; keselarasan- dirumah tangga perlu dijaga”. Sementara itu seorang ahli lain mengatakan ”Kerukunan adalah adanya kelompok satu sama lain dan hidup tentram lahir dan batin ”.29

Jadi dapat ditarik pengertian bahwa Kerukunan adalah Keselarasan; Keserasian; atau Keseimbangan, yang dalam hal ini menyangkut keseimbangan mengenai kebutuhan hidup manusia, yaitu kebutuhan lahir dan batin. Sebab dengan menjaga dan menyeimbangkan dari kedua kebutuhan itu akan dapat mendukung tercapainya keharmonisan keluarga dalam rumah tangga. Menurut William J. Goode30’’Keluarga itu terdiri dari pribadi- pribadi dan merupakan jaringan sosial yang lebih luas’’.

Sejalan dengan itu,31 memberi pengertian bahwa, ’’Keluarga adalah Kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang ada terikatan darah, perkawinan atau adopsi yang tinggal dalam suatu rumah tangga, menciptakan

27

W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Bahasa Indonesia, ( Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985), h.119.

28

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka. 1988), h.299.

29

Suardiman. Konseling Perkawinan. (Yogyakarta: Psikologi UGM, 1990), h.12.

30

William J Goode. Sosiologi Keluarga. (Jakarta: Bina Aksara, 1983), h.4

31

Departemen Kesehatan. Buku Materi Sekolah Perawat Kesehatan. (Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 1987), h. 1.

(63)

55

dan mempertahankan kebudayaan dan mendapatkan interaksi antara satu dengan yang lain melalui peranannya masing-masing’’.

Dari pendapat tersebut diatas dapat dipahami bahwa keluarga merupakan kelompok terkecil dari masyarakat dimana keluarga itu terdiri dari pribadi-pribadi yang ada terterikatan darah, perkawinan atau adopsi tinggal di dalam satu rumah tangga, yaitu : ayah, ibu dan anak-anak dimana mereka terjalin ikatan dalam anggota keluarga. Keluarga merupakan kesatuan kecil dari bentuk-bentuk kesatuan masyarakat, yang hidup dalam struktur sosial yang lebih luas.

Keluarga inti dapat kita definisikan dengan keluarga atau kelompok yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum dewasa atau belum kawin. Sedangkan keluarga luas adalah satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dari satu lingkungan kaum keluarga yang lebih luas dari pada hanya ayah, ibu dan anak-anaknya.32

Dari pendapat tersebut diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa keluarga merupakan kelompok terkecil dari kelompok masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang juga merupakan bagian dari adanya dari keluarga luas atau keluarga luas besar. Keluarga inti hidup dalam satu kesatuan ikatan darah, perkawinan atau adopsi dan satu sama lainnya mempunyai rasa tanggung jawab.

32

Khairudin H. Sosiologi Keluarga. (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1985), h.27.

(64)

56

Setelah mengkaji beberapa pendapat para ahli tersebut diatas dapat ditarik pengertian bahwa keluarga yang rukun adalah suatu kelompok terkecil dari masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak dalam satu kesatuan ikatan darah, perkawinan atau adopsi yang hidup selaras dan serasi.

Lebih jauh mengemukakan sebagai berikut, “keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak, hanya dapat merupakan satu kesatuan dengan dasar yang kuat bila antara mereka terdapat hubungan yang baik, yakni pada jalur ayah-ibu, ayah-anak dan ibu-anak”.33

Keluarga adalah sangat penting untuk seseorang. Karena itu tidaklah hanya di mana kita tinggal/hidup, tetapi juga di mana kita menanami. Pertama, keluarga adalah lingkungan penanaman kita sendiri. Kita lakukan latihan dan belajar Falun mengajarkan di rumah. Karena kebanyakan dari di Negeri China, Rumah hampir satu-satunya tempat di mana yang mereka dapat belajar dan melakukan latihan itu.

Keluarga adalah juga suatu tempat penting untuk kita untuk menanami moral kita. Tiap-Tiap keluarga anggota yang mempunyai karakter dan kepribadian nya, seperti halnya sifat umum masyarakat. Konflik Dan Persilisihan boleh terjadi pada setiap waktu. Yang terutama kasih sayang untuk anggota keluarga, dengan sepenuhnya diarahkan lingkungan rumah. Yang benar kita tunjukkan dengan jelas. Dengan persilisihan di dalam hati manusia, minat dan konsep, anggota keluarga menyediakan bantuan yang

33

Singgih D Gunarso. Psikologi Keluarga.( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 39

Gambar

Gambar. 1.1
  Tabel 1.1
Tabel 2.1
gambar melalui tenaga listrik. Dengan demikian, televisi sangat berperan dalam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam menganalisa pengaruh motivasi terhadap peningkatan produktivitas kerja pegawai pada Kantor Dinas Pemerintah Umum maka dapat

Fenomena ini menarik untuk diteliti, sehingga penting untuk ditelusuri kesesuaian kegiatan audit yang dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten Purworejo dengan standar audit

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab tiga, peneliti menyimpulkan bahwa konstruksi agenda media selalu dilakukan dalam komunikasi krisis

jenis thibaq yang dua lafadznya tidak berupa pertentangan antara lafadz positif dan negatif. Sedangkan thibaq salby adalah pertentangan antara lafadz yang positif

a) Adanya perbedaan individual dalam belajar. Ciri utama pembelajaran berbasis komputer model tutorial adalah proses pembelajaran yang dilakukan secara individual

[r]

Item tersebut adalah: a Saya aktif mengikuti bimbingan belajar diluar sekolah supaya lebih menguasai materi pelajaran, b Saya bosan membaca buku pelajaran dalam waktu yang lama, c

a) KUHPerdata terdapat dalam Pasal 1131 dan 1132, mengenai segala kebendaan debitur baik yang bergerak maupun yang tidak.. bergerak, baik yang telah ada maupun