• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 712005042 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 712005042 BAB III"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

13

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK

3.1 Sejarah dan Perkembangan GKI Palsigunung Depok

Gereja Kristen Indonesia (GKI) merupakan buah penyatuan dari GKI Jawa Barat, GKI Jawa Tengah, dan GKI Jawa Timur. Berdirinya GKI dimulai dengan berdirinya ketiga gereja yang menyatu sebagai gereja yang berdiri sendiri-sendiri. Sejak tanggal 27 Maret 1962 ketiga gereja itu memulai upaya menggalang kebersamaan untuk mewujudkan penyatuan GKI, dalam wadah Sinode Am GKI. Pada tanggal 26 Agustus 1988 ketiga gereja tersebut diikrarkan menjadi satu gereja yang diberi nama GKI.1 GKI Palsigunug merupakan bagian dari jemaat GKI secara am. Sejarah GKI Palsigunung dapat diringkas sebagai berikut; pada awalnya GKI Palsigunung merupakan cabang dari GKI Kwitang. Tahun 1970-an merupakan awal berdirinya GKI Palsigunung yang dirintis oleh 3 kepala keluarga, yakni keluarga Patriabara, kel.Agus Rohmani dan kel. W.F. Sijabat. Tahun 1972 utusan GKI Kwitang datang dan menjadikan Palsigunug menjadi Pos GKI Kwitang. Tahun 1979 GKI Kwitang cabang Palsigunung didewasakan menjadi GKI Palsigunung. Tahun 1987, bangunan darurat di Jl. Raya Bogor dibongkar menjadi ruang kebaktian. Pada tahun 1996, Ijin membangun gereja (IMB) GKI Palsigunung keluar setelah 13 tahun, awal pembangunan fisik tahap I. Tahun 1997, Pdt Yohanes I. Tuwaidan diteguhkan sebagai Pendeta GKI Palsigunung. Tahun 1986 dibuka pos-pos pelayanan GKI Palsigunung, yakni Bajem Cilodong dan Ciracas.2

Tahun 1980 dimulai kebaktiaan persekutuan Jemaat Cilodong yang pertama, dan sejak itu Bajem Cilodong makin bertumbuh. Berdasarkan data pengunjung tiap minggunya, sampai tahun 2012 jumlah anggota dan simpatisan GKI Palsigunung 943 dengan rincian, dewasa 477, pemuda/remaja 310, sekolah minggu 156. Dari jumlah jemaat yang ada, yang aktif dalam persekutuan ibadah kira-kira 85%3. Hal ini terlihat dengan makin meningkatnya grafik kehadiran anggota jemaat tiap minggu. Kehadiran anggota jemaat dalam persekutuan ibadah tiap minggu rata-rata mencapai 800 (85%) anggota jemaat. Tahun 1983, GKI Palsigunung membuka pos baru dengan nama bakal jemaat (Bajem) Ciracas. Tahun 1884, gedung GKI Palsigunung Bakal Jemaat (Bajem) Ciracas diresmikan dengan pengurusnya. Menurut Sekretaris Bajem Ciracas, jemaat di Ciracas tergolong jemaat yang sangat setia. Kondisi jemaat Ciracas adalah kalangan menengah

1http/www.gki.or.id/content/index.php?

senin 17. 09.2012. pkl. 14.00. Wib

2

Jurnal, Mengasah Perak Menjadi Emas, Bertunbuh, Berbuah, terus melangkah bersama Tuhan: 25 tahun GKI Palsigunung (Jakarta: GKI Palsigunung, 2004), hlm. 14-25

3

(2)

14 ke bawah. Kini jemaat Ciracas sedang berusaha untuk bisa berkembang secara menyeluruh, baik jumlah anggota, bentuk pelayanan bahkan bangunan gereja4.

3.2 Visi dan Misi GKI Palsigunung

Visi GKI Palsigunung yaitu “GKI Palsigunung yang kokoh, utuh, tanggap terhadap perubahan, rapi tersusun dalam kesatuan jemaat berdasarkan karunia yang berbeda-beda” (Efesus 4 : 1-16). Dengan tema tahun 2011-2012 yaitu; “Melayani yang memberi arti“ (Matius 28 : 19-20; Kolose 3 :23). Sesuai dengan tema, penekanannya adalah melaksanakan misi Kesaksian dan Pelayanan, namun disadari bahwa misi persekutuan yang sudah dicapai harus dipertahankan dan ditingkatkan terus, sehingga tercapailah misi Gereja yang utuh yang terdiri atas persekutuan, kesaksian dan pelayanan.

Misi GKI Palsigunung yang diharapkan untuk dicapai bersama : 1. Memantabkan pembinaan Sekolah Minggu, Pra Remaja, Remaja. 2. Meningkatkan kunjungan ke Jemaat.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan kemajelisan. 4. Kualitas Peribadahan.

5. Meningkatkan kegiatan Kesaksian dan Pelayanan.

Upaya-upaya untuk pencapaian telah dilaksanakan, namun disadari bahwa ada yang tercapai dan ada yang belum tercapai.5

3.3 Sistem Kepemimpinan Dalam GKI Palsigunung

GKI dalam melaksanakan tugas panggilannya menganut sistem Presbiterial Sinodal yang merupakan penggabungkan dari sistem presbiterial dan sinodal. Ciri utama dari sistem ini ialah kepenuhan dalam kesatuan. Tiap-tiap jemaat yang dipimpin oleh Majelis Jemaat mempunyai kemandirian penuh; tetapi pada saat yang sama tiap-tiap jemaat yang ada berada dalam kesatuan dengan jemaat-jemaat lain dalam satu sinode sebagai wujud nyata berjalan bersama para persbiter dalam memimpin gereja yang Tuhan percayakan kepada mereka. Hal ini mempunyai implikasi positif sebagai berikut: Jemaat mempunyai otonomi (kemandirian penuh) tetapi terbatas; yang membatasinya ialah Sinode. Sebaliknya Sinode mempunyai kekuasaan tetapi terbatas; yang membatasinya ialah jemaat-jemaat. Dalam sistem Presbiterial sinodal semua

4

Wawancara dengan Adi Nugroho (sekertaris Bajem Ciracas), Senin, 8.10. 2012. Pkl. 11:45. Wib

5

(3)

15 keputusan yang diambil berdasarkan kesepakatan bersama bukan berdasarkan wewenang yang ada pada salah satu pihak.6

Sistem Presbiterial Sinodal dicerminkan dalam kehidupan jemaat setempat sebagai berikut: Majelis Jemaat adalah pemegang wewenang tertinggi karena berfungsi mencerminkan kesatuan dari keseluruhan anggota jemaat. Hal ini dinyatakan dalam sarana pengambilan keputusan yang paling berwenang adalah rapat Majelis Jemaat. Karenanya tiap anggota Majelis Jemaat wajib hadir dalam rapat tersebut. Wewenang yang dimiliki Majelis jemaat harus dipakai untuk melayani warga jemaat. Untuk melayani warga jemaat maka Majelis Jemaat mengangkat Komisi sebagai badan pembantunya. 7

Dalam rangka kepemimpinan, warga jemaat tidak mempunyai hak untuk memerintah/mengambil keputusan walaupun mempunyai hak untuk mengambil keputusan. Dari hasil pengamatan dan wawancara penulis, ada fenomena yang memuka akhir-akhir ini dalam Bajem adalah jemaat melayani struktur, padahal sebaiknya adalah struktur yang harus melayani jemaat. Fenomena itu dapat dilihat secara kasat mata di tingkat Bajem (bakal jemaat), di mana unsur pimpinan di setiap level tampil sebagai master of ceremony, professional (monolog), sementara jemaat diposisikan sebagai audiences yang dermawan dan pantas membayar (dan tidak perlu diapresiasi?).8

3.4 Tugas Majelis Jemaat Dalam Struktur Organisasi

a. Majelis Bidang Oikmas9

Majelis Bidang Oikumene dan Kemasyarakatan (Oikmas) bersama dengan Komisi Kespel, Komisi Beasiswa, Balai Pengobatan, dan Tim Pendidikan Agama Kristen secara bersama sama menjalankan tugas kesaksian dan pelayanan gereja.

b. Majelis Bidang Persekutuan

Bidang ini menangani masalah persekutuan, kegiatan pelayanan 2011 – 2012 meliputi Baptis Anak, Sidi, Baptis Dewasa, pernikahan gerejawi, pelayanan atestasi, kunjungan ke Jemaat, maupun melayani Jemaat dalam kedukaan, pelayanan antar anggota jemaat, kebaktian umum, PA/kebaktian lingkungan, katekisasi, dan musik gerejawi.

6

Tata gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Indonesia (Jakarta: Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja Kristen Indonesia, 2009), hlm. 5-7

7

ibid

8

Hasil wawancara dengan Penatua Sutrisno Darmosuwito (ketua badan Pimpinan Bajem cilodong), Minggu, 16 Oktober, 2012.Pkl. 18.00 Wib.

9Buku Kehidupan Jemaat GKI Palsigunung

(4)

16 c. Majelis Bidang Peribadahan

Majelis bidang Peribadahan bertanggung jawab untuk seluruh penyelenggaraan Ibadah/kebaktian dilingkungan GKI Palsigunung.

d. Bidang Kesaksian dan Pelayanan

Bidang ini menangani masalah pekabaran Injil, perkunjungan pada simpatisan, poliklinik, pelayanan kesehatan, memberi bantuan kepada masyarakat yang sedang mengalami musibah.

e. Bidang Pembinaan

Bidang ini menangani masalah pembinaan kategorial yaitu: anak sekolah minggu, remaja, pemuda, dan wanita

f. Bidang Organisasi dan Penatalayanan

Bidang ini menangani masalah organisasi, harta milik gereja, karyawan gereja, pemeliharaan dan pembangunan gedung gereja.

3.5 Program Pokok10

a. Persekutuan (Koinonia):

1. Program Peningkatan Kualitas Ibadah Hari Minggu.

1) Penyusunan panduan kebaktian Minggu yang khidmad.

2) Sosialisasi panduan kebaktian Minggu yang khidmat bagi jemaat dan Palayan Tuhan.

2. Program Peningkatan Pemahaman Alkitab, Kelompok Doa, dan Persekutuan Lainnya

1) PA jemaat diwilayah-wilayah dengan metoda interaktif.

2) Penyedian Majalah Jemaat yang berisi antara lain bentuk pemahaman Alkitab, pesekutuan, pelayanan, dan sebagainya.

3) Penyelenggaraan Doa pagi di GKI-Palsigunung dan Persekutuan Doa di Wilayah-Wilayah.

4) Penyediaan renungan harian yang rutin tiap bulan 3. Program Penguatan Persektuan Wilayah:

1) Perayaan-peryaan Natal, Tahun Baru dan Paskah di wilayah-wilayah 2) Bulan Keluarga di selenggarakan per Wilayah

3) Menggiatkan ibadah-ibadah keluarga tersendiri

10Ibid

(5)

17 4) Ceramah-ceramah atau kebangunan rohani wilayah.

5) Retreat keluarga wilayah. b. Pelayanan (Diakonia):

1. Program Peningkatan Diakonia Pendidikan dan Kesehatan.

1) Melakukan kerja sama yang intensif dengan lembaga-lembaga pendidikan Kristen.

2) Meningkatkan pengelolaan beasiswa sehingga tepat sasaran.

3) Meningkatkan pengelolaan bantuan biaya pelayanan kesehatan bagi jemaat yang kurang mampu, dan bantuan bagi guru-guru Agama Kristen di Jakarta Selatan.

4) Menata ulang pelayanan kesehatan yang dikelola oleh Yayasan menjadi pelayanan kesehatan GKI Palsigunung dan terjangkau oleh masyarakat, terutama oleh anggota jemaat yang kurang mampu.

2. Program Pemberdayaan Jemaat dan Masyarakat.

1) Pembagian bantuan langsung secara selektif bagi anggota jemaat.

2) Pelatihan-pelatihan ketrampilan (life skill education) dan kewirusahaan bagi anggota jemaat dan masyarakat yang memerlukan.

3) Membangun kerjasama dan kemitraan dengan pihak-pihak lain yang terkait dengan penyerapan tenaga kerja serta pemberian modal kerja bagi anggota jemaat yang memerlukan.

3. Melibatkan anggota Jemaat dalam program-program pelatihan pemberdayaan dan pelayanan kemandirian lainnya.

a. Kesaksian (Marturia):

1. Program Kemitraan dalam Pekabaran Injil

1) Pekabaran Injil di sekitar Depok dan di luar Depok.

2) Menjalin kemitraan dengan Gereja atau Lembaga yang lain di luar Depok dalam rangka pekabaran Injil.

2. Program Sosialisasi etos kerja Kristen.

1) Seminar tentang etos kerja Kristen bagi anggota Jemaat.

(6)

18

3.6 Pembinaan Kategorial

Pembinaan Kategorial antara lain:

a. Mewujudkan kebaktian Minggu yang hidup dan berkenan di hadapan Allah, dengan pemberitaan Firman Allah dalam suasana yang dinamis dan membaharui, serta kontekstual dalam kehidupan jemaat dan masyarakat yang sesuai dengan ajaran GKI. 1. Meningkatkan spiritualitas jemaat dengan mendalami firman Tuhan dan kehidupan

doa dan persekutuan.

2. Mewujudkan hubungan yang akrab, rendah hati, saling membangun, dinamis, dan dalam semangat kekeluargaan antar anggota jemaat dan simpatisan, tanpa membedakan jenis kelamin, usia, etnis, sosial-ekonomi, latar belakang budaya, dan status pernikahan.

3. Meningkatkan pelayanan kasih Jemaat, membangun dialog dan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka mewujudkan pelayanan melalui pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial lainnya.

4. Meningkatkan kepedulian terhadap kaum marginal terutama anggota jemaat, dalam rangka membangun kemandirian.

3.7 Monitoring dan Evaluasi

Agar program dan kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam proker ini berjalan sesuai dengan yang direncanakan serta mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan, maka perlu dilakukan pemantauan (monitoring) dan evaluasi secara terus menerus. Pelaksana monitoring dan evaluasi ini seyogyanya tidak dilakukan oleh Majelis, dengan pertimbangan agar lebih obyektif dan tidak terjadi "conflict of interest". Di samping itu "turn over" anggota Majelis yang terlalu tinggi sehingga tidak terjamin kesinambungannya. Oleh sebab itu, seyogyanya pelaksana monitoring dan evaluasi dilakukan oleh suatu Badan yang independent (setingkat komisi), tetapi bertanggung jawab kepada Majelis, yang lebih bersifat permanen, dan paling tidak ditetapkan selama 5 tahun sesuai dengan jangka waktu Rencana Strategi ini. Tugas dari Badan ini antara lain:

(7)

19 2. Melakukan koreksi, arahan dan bimbingan bila terjadi penyimpangan atau ketidaksesuaian dengan rencana yang dilakukan oleh unit-unit pelaksana kegiatan pelayanan.

3. Melakukan evaluasi terhadap kinerja program dan anggaran setiap akhir tahun anggaran.

4. Membuat panduan beserta formulir monitoring dan evaluasi.

5. Membuat laporan hasil evaluasi pada setiap akhir tahun program dan anggaran. Laporan ini adalah merupakan Laporan Kehidupan Jemaat pada tahun yang bersangkutan.

Referensi

Dokumen terkait

kisah yang sama-sama dibahas oleh ketiga Injil Sinoptik ini adalah kisah tentang Peradilan Yesus. di hadapan

O= mola=Asuh=hesehatan= mola= asuh= kesehatan= yaitu= pemberian= pelayanan= kesehatan= berupa=akses=atau=keterjangkauan= keluarga= terhadap= upaya= pencegahan= penyakit=

Suatu instrumen disebut reliable apabila hasil pengukuran dengan instrumen adalah sama jika sekirannya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu berlainan atau

Paru sendiri dengan wawancara yang sama

Namun belum maksimalnya pemenuhan hak narapidana perempuan dalam melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya, hak mendapatkan perawatan baik rohani

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Silfianah (2015, hlm. 3) yang melakukan wawancara kepada beberapa guru kimia yang mengajar di salah satu SMK kesehatan program

Sugiyono (2013, hlm.117) mengemukakan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian yang mempelajari secara intensif latar belakang keadaan saat ini dan interaksi sosial, individu, kelompok, lembaga dan masyarakat.1