• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KECERDASAN INTERPERSONAL MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KENARAN 2 PRAMBANAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KECERDASAN INTERPERSONAL MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KENARAN 2 PRAMBANAN."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan

menyeluruh. Banyak orang beranggapan bahwa untuk mendapatkan prestasi

belajar yang tinggi, seseorang harus memiliki kecerdasan intelektual (IQ)

yang tinggi pula. Hal ini menjadikan orang tua berlomba-lomba

untukmeningkatkan kemampuan intelektual anaknya tanpa mempedulikan

kemampuan lain yang dimilikinya. Kenyataan demikian juga yang

terjadisekolah-sekolah konvensional yang lebih menekankan pada

kemampuan akademis siswanya. Guru kurang memperhatikan potensi lain

yang dimiliki siswa.

Guru hanya mengetahui bahwa anak yang selalu mendapatkan nilai

yang baik dikelas dialah anak yang cerdas.Orang tua maupun guru meyakini

kecerdasan inilah yang akan membawa kesuksesan bagi anak dikemudian

hari.Pada kenyataannya banyak orang yang memiliki kemampuan akademis

tinggi di sekolah pada akhirnya kehidupannya hanya biasa-biasa saja,

sedangkan orang yang secara akademis biasa-biasa saja justru banyak dari

mereka menjadi orang-orang yang sukses. Hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan akademis bukan satu-satunya faktor dalam keberhasilan

seseorang.Goleman (2005 : 44), mengatakan bahwa kecerdasan intelektual

(2)

sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain.Kemampuan bekerjasama dan

bersosialisasi sangat menunjang karier seseorang.

Kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah, atau

menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan

budaya dan masyarakat (Gardner, 2003:22).Kecerdasan yang dimilikimanusia

akan membantu manusia untuk menemukan jalan keluar atau solusi

permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan dapat

pula membantu seseorang untuk bisa menciptakan sesuatu baik berupa jasa

maupun benda yang bisa membantu memudahkan manusia untuk menghadapi

persoalan dalam kehidupan nyata.

Gardner (2003: 22) menemukan 8 bentuk kecerdasan yang

menggambarkan keanekaragaman bentuk kecerdasan manusia yang

selanjutnya dikenal dengan Multiple Intelligence (kecerdasan

majemuk).Kecerdasan tersebut meliputi kecerdasan linguistik, kecerdasan

matematik-logika, kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan

interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan kinestetik dan kecerdasan

natural.

Kecerdasan interpersonal merupakan salah satu bagian dari Multiple

Intelligences.Kecerdasan ini berkaitan dengan kehidupan sosial seperti:

berteman, bergaul atau bersosialisasi dengan orang lain, dan bekerja atau

bermain secara berkelompok.Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan juga

sebagai kecerdasan sosial (Safaria, 2005:23).Kecerdasan sosial meliputi

(3)

membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua

belah pihak berada dalam situasi menguntungkan. Anak-anak yang memiliki

kecerdasan interpersonal tinggi cenderung mudah memahami perasaan orang

lain, mampu mengembangkan hubungan yang harmonis sehingga anak

tersebut akan disenangi dan banyak teman. Mereka sering menjadi pemimpin

diantara teman-temannya dan pandai mengkomunikasikan keinginannya pada

orang lain.

Kecerdasan interpersonal penting karena pada dasarnya manusia tidak

bisa hidup sendiri. Banyak kegiatan dalam hidup anak terkait dengan orang

lain. Anak-anak yang gagal mengembangkan kecerdasan interpersonal akan

mengalami banyak hambatan dalam dunia sosialnya.Anak-anak yang sulit

untuk mengembangkan hubungan yang suportif dengan teman sebayanya,

digambarkan sebagai anak yang agresif, cenderung tidak peka, tidak peduli,

egois ataupun sangat mementingkan egoismenya sendiri, banyak teman

sebayanya yang tidak menyukai kehadirannya. Kasus-kasus yang ekstrim

mungkin bahkan menunjukkan tingkah laku anti sosial seperti ketidakjujuran,

pencurian, penghinaan, pemerkosaan, pembunuhan, dan bentuk kejahatan

lain.Reaksi ini menunjukkan bahwa orang tersebut gagal mengembangkan

kecerdasan interpersonalnya atau dengan kata lain memiliki kecerdasan

interpersonal yang rendah.

Pada umumnya, anak-anak yang memperlihatkan tingkat kecerdasan

interpersonal yang rendah dikarenakan tidak adanya atau sedikit usaha yang

(4)

2008:198).Anak-anak yang sulit melakukan sosialisasi dimasa awal usianya

cenderung akan menetap hingga dewasa (Safaria, 2005:12). Jika tidak ada

penanganan yang optimal, maka kesulitan dalam bersosialisasi ini akan

banyak mempengaruhi diri anak, sehingga akan menghambat anak untuk

mencapai kesuksesan di masa depan. Hal ini dikarenakan dalam situasi

apapun anak akan dituntut untuk berhubungan dengan orang lain,

membangun kerjasama serta mampu mempertahankan hubungan tersebut

dengan baik. Saat mereka dewasa, mereka tetap membutuhkan keterampilan

bersosialisasi ini untuk menunjang karir mereka ditempat mereka bekerja.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kecerdasan

interpersonal di SD yaitu banyak orang tua maupun guru yang menganggap

kecerdasan interpersonal kurang penting.Orang tua umumnya beranggapan

bahwa anak yang pandai secara akademik khususnya yang berhubungan

dengan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, maka anak akan

mampu menemukan kecerdasan atau kemampuan yang lain termasuk

kecerdasan interpersonal (Lwin, 2008: 200). Kenyataan ini membuat orang

tua dan guru lebihfokus pada pengembangan kemampuan akademik dan

kurang mengeksplor kemampuan interpersonal maupun kemampuan yang

lain.

Kecerdasan interpersonal erat kaitannya dengan IPS. Pada dasarnya IPS

merupakan kajian tentang manusia dan sekelilingnya (Djojo Suradisastra,

1992: 4). Kehidupan manusia tidak lepas dari hubungan dengan sesamanya

(5)

merupakan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain secara

harmonis. Dari hubungan dengan sesamanya maupun dengan lingkungannya

manusia harus mampu mengatasi rintangan-rintangan yang mungkin akan

timbul. Pengajaran IPS memberikan keterampilan-keterampilan yang

dibutuhkan manusia untuk mengatasi rintangan maupun gejala-gejala sosial

yang akan timbul.

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas IV di SD Negeri Kenaran 2,

pembelajaran masih ditekankan pada kemampuan akademis dan bersifat

monoton.Pada pembelajaran IPS kelas IV semester I Tahun Ajaran

2012/2013. Guru kesulitan dalam menyampaikan materi IPS, dimana dengan

jam pelajaran IPS yang hanya sedikit harus menyampaikan materi yang

begitu banyak. Pada akhirnya guru guru harus ngebut untuk menyampaikan

materi IPS dengan menggunakan metode pembelajaran seadanya. Proses

pembelajaran menjadi terkesan monoton dimana setiap hari siswa hanya

mendengarkan apa yang disampaikan guru, mencatat, membaca, dan

menyelesaikan tugas individu tanpa ada kegiatan yang mengaitkan siswa pada

peningkatan kecerdasan interpersonal.Kegiatan pembelajaran seperti ini tidak

akan menumbuhkan kerja sama maupun interaksi sosial yang positif antar

siswa.

Selain wawancara, peneliti juga melakukan observasi terhadap siswa

kelas IV SD Negeri Kenaran 2.Peneliti menemukan beberapa tingkah laku

siswa yang menyimpang yang menunjukkan kurangnya kecerdasan

(6)

siswaterlihat hiperaktif, bermain sendiri ketika pelajaran maupun sibuk

mengganggu temannya yang sedang berkonsentrasi dengan cara

menyembunyikan kotak pensil maupun buku temannya sehingga berujung

pada pertengkaran. Beberapa siswa senang berkata kotor terhadap

teman-temannya, ada pula siswa yang pasif hanya duduk diam, ketika disuruh maju

tidak mau dan selalu menjadi bahan olokan teman-temannya.Saat guru

memberikan pertanyaan hanya siswa itu-itu saja yang menjawab. Tingkah

laku seperti ini akanberkembang pada pribadi siswa yang mau menang

sendiri, tidak mau bermain dengan teman yang lain selain teman akrabnya,

tidak mau bekerja sama dengan yang lain, pendiam, kurang percaya diri, dan

bahkan ada yang menarik diri dari pergaulan.Situasi diatas berbeda dengan

situasi yang seharusnya terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. Idealnya

siswa berkonsentrasi mendengarkan penjelasan guru, melakukan tanya jawab,

duduk dengan rapi, dan aktif berpartisipasi dalam pembelajaran.

Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi dua menjadi kelas rendah

dan kelas atas.Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan

kelas-kelas tinggi sekolah dasar yang terdiri dari kelas empat, lima, dan

enam.Siswa kelas IV sebagai kelas tinggi memiliki perkembangan sosial yang

sangat cepat. Anak berubah dari self centered, egoistis, senang bertengkar,

menjadi anak yang kooperatif dan pandai menyesuaikan diri dengan

kelompok.Adapun ciri-ciri perkembangan sosial dan emosional pada anak

yang duduk di kelas tinggi sekolah dasar yaitu: (1) mudah dibangkitkan;(2)

(7)

tindakan orang dewasa; (4) ingin mengetahui segala sesuatu; (5) merindukan

pengakuan dari kelompok; (6) bangga dengan kesuksesan yang diraihnya; (7)

menyukai kegiatan kelompok.

Guru hendaknya dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan

efisien. Pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan hasil

belajar yang akan dicapai, bervariasi, tepat guna, serta tidak lepas dari peran

aktif siswa dengan mengubah paradigma pembelajaran. Metode pembelajaran

seyogyanya disesuaikan dengan dunia anak, mampu memacu keberanian dan

emosi anak untuk berani berbicara dan melakukan suatu interaksi antar

individu maupun dengan kelompok.Pembelajaran hendaknya memberi

kesempatan pada anak untuk terlibat secara aktif dalam

pembelajaran.Pembelajaran perlu di desain melibatkan aktivitas kelompok

sesuai dengan karakteristik anak SD kelas tinggi.

Terkait dengan permasalahan tersebut, perlu dilakukan perubahan

dalam metode pembelajaran.Dalam penelitian ini, peneliti memilih

menggunakan metode diskusi kelompok.Alasan penggunaan metode diskusi

kelompok dalam penelitian ini adalah metode diskusi sesuai dengan

karakteristik siswa kelas IV SD yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan

suka berkelompok.Metode diskusi juga memiliki keunggulan yaitu: dapat

memperluas wawasan peserta didik, dapat merangsang kreativitas peserta

didik dalam memunculkan ide dalam memecahkan suatu masalah, dapat

mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain, dan dapat

(8)

metode diskusi dalam perkembangannyaakan menunjukkan kemampuan anak

dalam berhubungan dengan orang lain, mampu menjalin komunikasi yang

efektif dengan orang lain, mampu berempati secara baik, mampu

mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain, menyukai

bekerja secara kelompok.Perkembangan ini mengarah pada pembentukan

kecerdasan interpersonal yang tinggi.

Penulis mengetahui keunggulan dari metode diskusi kelompok dan

melihat kenyataan bahwa pengembangan kecerdasan interpersonal di sekolah

dasar masih sangat minim.Maka dalam penyusunan penelitian ini penulis

tertarik untuk meneliti penggunaan metode diskusi kelompok untuk

meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa kelas IV SD Negeri Kenaran 2

Prambanan.

B. Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang permasalahan yang ada, maka dapat

dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Beberapa siswa memiliki sifat pemalu, pendiam, dan mau menang sendiri,

yang menunjukkan kecerdasan interpersonal siswa rendah.

2. Penekanan kecerdasan hanya pada aspek akademik.

3. Metode pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi.

4. Kurangnya kesempatan bagi siswa untuk bekerja sama dan mengutarakan

pendapat yang menjadikan kecerdasan interpersonal siswa tidak

(9)

5. Proses pembelajaran belum melibatkan keaktifan siswa, dimana siswa hanya

duduk, mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan guru.

C. Pembatasan Masalah

Dikarenakan luasnya masalah yang sudah penulis identifikasikan, maka

penelitian ini dibatasi pada kurangnya kesempatan bagi siswa untuk bekerja

sama dan mengutarakan pendapat yang menjadikan kecerdasan interpersonal

siswa tidak berkembang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

disusun rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana penggunaan metode

diskusi kelompokmeningkatkan kecerdasan interpersonal dalam pembelajaran

IPS siswa kelas IV SD Negeri Kenaran 2 Prambanan?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal

dalam pelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri Kenaran 2 Prambanan dengan

menggunakan metode diskusi kelompok.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

a. Bagi guru SD

Penelitian inibermanfaatsebagai masukan guru dalam pemilihan

metode pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan seluruh

kemampuan anak.

(10)

Hasil penelitianakan dapat meningkatkan kecerdasan

interpersonalnya karena siswa dapat berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran.

c. Bagi orang tua

Diharapkan agar tidak lagi menekankan kecerdasan dari aspek

akademis saja, tetapi aspek nonakademis juga sangat penting.

d. Bagi peneliti

Memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman langsung

dalam peningkatan kecerdasan interpersonal.

G. Definisi Operasional

1. Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk menjalin

hubungan yang harmonis dengan orang lain. Hubungan yang harmonis

akan tercipta jika manusia mampu mengatasi rintangan-rintangan yang

timbul dalam hubungannya dengan orang lain.

2. Metode diskusi kelompok merupakan salah satu metode yang melibatkan

interaksi dan partisipasi aktif siswa. Di dalam diskusi siswa akan berlatih

mengutarakan pendapatnya, berbicara di depan umum, menghargai

pendapat orang lain, dan menahan egoismenya. Interaksi-interaksi ini

yang nantinya akan menjadi bekal siswa dalam kehidupan

bermasyarakat.

3. IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang manusia dan

(11)

dibutuhkan manusia untuk hidup dengan sesamanya maupun

(12)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Kecerdasan Interpersonal

a. Pengertian Kecerdasan Interpersonal

Gardner (Agus Efendi, 2005: 81), kecerdasan adalah suatu

kemampuan untuk memecahkan dan kemampuan untuk menghasilkan

produk yang memiliki nilai budaya. Berdasarkan konsep ini Gardner

menemukan bahwa kecerdasan manusia tidak tunggal tapi ganda

bahkan tak terbatas. Gardner menemukan 8 kecerdasan yang dimiliki

manusia, yang disebutnya dengan kecerdasan majemuk (multiple

intelligence). Kedelapan kecerdasan tersebut adalah kecerdasan

linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan

musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan naturalis, kecerdasan

intrapersonal, dan kecerdasan interpersonal.

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami

dan bekerjasama dengan orang lain (Amstrong, 2002: 4). Kecerdasan

ini menuntut kemampuan untuk menyerap dan tanggap terhadap

suasana hati, perangai, niat, dan hasrat orang lain. Kecerdasan

interpersonal akan menunjukkan kemampuan anak dalam berhubungan

dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal yang tinggi membuat

orang bisa bekerjasama dengan orang lain dan melakukan sinergi untuk

(13)

memiliki kecerdasan interpersonal tinggi akan mampu menjalin

komunikasi yang efektif dengan orang lain, mampu berempati secara

baik, mampu mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang

lain, menyukai bekerja secara kelompok. Kecerdasan interpersonal bisa

dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan

dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun

relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak

berada dalam situasi menguntungkan (Safaria, 2005: 23). Kata sosial

maupun interpersonal hanya penyebutannya saja yang berbeda, tetapi

keduanya menjelaskan maksud dan inti yang sama. Lwin (2008: 197)

menjelaskan kecerdasan interpersonal sebagai kemampuan untuk

memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati,

maksud dan keinginan orang lain kemudian menanggapinya secara

layak.

Dari beberapa pengertian di atas, maka kecerdasan interpersonal

adalah kemampuan untuk memahami maksud dan perasaan orang lain

sehingga tercipta hubungan yang harmonis dengan orang lain.

Kecerdasan interpersonal penting dalam kehidupan manusia karena

pada dasarnya manusia tidak bisa menyendiri. Banyak kegiatan dalam

hidup manusia terkait dengan orang lain, begitu juga seorang anak yang

membutuhkan dukungan orang-orang disekitarnya. Keterampilan sosial

(14)

b. Karakteristik Kecerdasan Interpersonal

Karakteristik orang yang memiliki kecerdasan interpersonal

menurut Muhammad Yaumi (2012: 147) adalah:

1) Belajar dengan sangat baik ketika berada dalam situasi yang membangun interaksi antara satu dengan yang lainnya.

2) Semakin banyak berhubungan dengan orang lain, semakin merasa bahagia.

3) Sangat produktif dan berkembang dengan pesat ketika belajar secara kooperatif dan kolaboratif.

4) Ketika menggunakan interaksi jejaring sosial, sangat senang dilakukan dengan chatting atau teleconference.

5) Merasa senang berpartisipasi dalam organisasi-organisasi sosial keagamaan dan polotik.

6) Sangat senang mengikuti acara talk show di tv dan radio.

7) Ketika bermain atau berolahraga, sangat pandai bermain secara tim (double atau kelompok) daripada bermain sendirian (single).

8) Selalu merasa bosan dan tidak bergairah ketika bekerja sendiri. 9) Selalu melibatkan diri dalam club-club dan berbagai aktivitas

ekstrakurikuler.

10) Sangat peduli dan penuh perhatian pada masalah-masalah dan isu-isu sosial.

Secara umum, kecerdasan interpersonal dapat diamati dari

perilaku seseorang. Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang

kuat cenderung mampu berdaptasi dengan lingkungan, senang

bersama-sama dengan orang lain, dan mampu menghargai orang lain serta

memiliki banyak teman.

Safaria (2005: 25), juga menyebutkan karakteristik anak yang

memiliki kecerdasan interpersonal tinggi, yaitu :

1) Mampu mengembangkan dan menciptakan relasi sosial baru secara efektif.

2) Mampu berempati dengan orang lain atau memahami orang lain secara total.

(15)

4) Mampu menyadari komunikasi verbal maupun nonverbal yang dimunculkan orang lain, atau dengan kata lain sensitif terhadap perubahan situasi sosial dan tuntutan-tuntutannya.

5) Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosialnya dengan pendekatan win-win solution, serta yang paling penting adalah mencegah munculnya masalah dalam relasi sosialnya. 6) Memiliki kemampuan komunikasi yang mencakup keterampilan

mendengarkan efektif, berbicara efektif dan menulis secara efektif.

Dari beberapa pendapat diatas dapat diuraikan bahwa anak yang

memiliki kecerdasan interpersonal tinggi mempunyai karakteristik

sebagai berikut:

1) Dapat membangun dan mengembangkan hubungan yang harmonis

dengan orang lain. Anak dapat menempatkan dirinya dalam situasi

apapun dengan baik dalam hubungannya dengan orang lain

sehingga membuat orang lain merasa nyaman berada didekatnya.

2) Mampu berempati dengan orang lain, maksudnya adalah anak

mampu memahami dan mengerti perasaan orang lain. Anak akan

ikut merasakan ketika orang lain merasa sedih ataupun senang.

3) Mampu menjaga dan mempertahankan persahabatan dengan

rekan/teman, dan menjauhi permusuhan. Anak dengan kecerdasan

interpersonal tinggi akan memiliki banyak teman, karena ia dapat

menjaga hubungan pertemanannya dengan baik.

4) Memahami norma-norma sosial yang berlaku sehingga anak

mampu beradaptasi dan berperilaku santun dengan lingkungannya,

baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

5) Mampu mencari solusi yang baik atas permasalahan yang terjadi.

(16)

7) Menyukai kegiatan-kegiatan yang melibatkan aktivitas kelompok.

8) Memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan orang lain.

c. Strategi Pengembangan Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal pada diri seseorang bisa berubah dan

dapat ditingkatkan. Anita Lie (2003: 4) menyatakan bahwa kecerdasan

manusia bisa berkembang sejalan dengan interaksi manusia dengan

alamnya. Manusia mempunyai kemampuan untuk belajar dan

meningkatkan potensi kecerdasan yang dimilikinya.

Hal-hal berikut ini yang dapat dilakukan untuk mengembangkan

kecerdasan interpersonal anak menurut Anita Lie (2003: 123) yaitu:

1. Ungkapkan perasaan kasih dan sayang secara eksplisit.

Anak membutuhkan kasih sayang baik dari keluarga, teman

maupun orang-orang di sekitarnya. Rasa cinta dan kasih sayang

yang selalu diperolehnya akan membuat anak tumbuh menjadi

pribadi dengan kecerdasan interpersonal yang mantap.

2. Berikan penghargaan atas setiap pemberian atau ungkapan kasih

sayang anak

Anak-anak tidak segan untuk mengungkapkan kasih

sayangnya kepada orang disekitarnya terutama orang tua. Pelukan,

ciuman, gurauan, tingkah laku manja adalah cerminan kebutuhan

pengungkapan rasa kasih sayang anak. Respon yang positif

(17)

dihargai, diperhatikan dan dicintai. Hal ini akan berpengaruh pada

pengenalan diri anak dan peningkatan kecerdasan interpersonal.

3. Ajari anak untuk mengenali perasaan orang lain melalui

sinyal-sinyal non verbal

Mengenali ekspresi dan gerakan tubuh orang lain sangat

penting bagi anak. Anak akan belajar mengesampingkan

keinginan-keinginannya dengan melihat kebutuhan orang lain.

4. Beri kesempatan anak untuk berhadapan dengan orang lain

Kemampuan berinteraksi dengan orang lain harus

ditanamkan sejak dini dan secara bertahap. Orang tua maupun guru

perlu membimbing dan menuntunnya antara lain dengan cara

memberikan kesempatan untuk bertanya, berbicara, maupun

melakukan interaksi dengan orang banyak.

5. Pahami kebutuhan anak akan persahabatan dengan teman sebaya

dan dukung kegiatan-kegiatan positif bersama teman.

Anak membutuhkan persahabatan dengan teman sebayanya.

Hal-hal yang mungkin tidak dapat dilakukan dengan orang tuanya,

anak dapat melakukan dengan temannya. Bersama

teman-temannya anak dapat memenuhi kebutuhan untuk bermain,

didukung, dipercaya dan diterima sebagai individu.

Sejalan dengan hal-hal di atas, Anderson dalam Safaria (2005: 24)

menyatakan bahwa kecerdasan interpersonal mempunyai tiga dimensi

(18)

Ketiga dimensi ini merupakan satu kesatuan utuh dan ketiganya saling

mengisi satu sama lain.

1) Social Sensitivity atau sensivitas sosial, adalah kemampuan anak

untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau

perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal

maupun non verbal. Sosial sensitivity ini meliputi sikap empati dan

sikap prososial. Empati merupakan kemampuan untuk mengetahui

bagaimana perasaan orang lain. Sedangkan sikap prososial adalah

sebuah tindakan moral yang harus dilakukan secara kultural seperti

berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan, bekerjasama

dengan orang lain, dan mengungkapkan simpati.

2) Social Insight, merupakan kemampuan dalam memahami dan

mencari pemecahan masalah yang efektif dalam suatu interaksi

sosial. Social insight meliputi pemahaman situasi dan etika sosial,

keterampilan pemecahan masalah dan kesadaran diri yang

merupakan pondasi dasar dari social insight.

3) Social Communication atau penguasaan keterampilan komunikasi

sosial merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses

komunikasi dalam menjalin dan membangun hubungan

interpersonal yang sehat. Inti dari social communication adalah

(19)

Terkait dengan ketiga dimensi kecerdasan interpersonal di atas,

berikut ini keterampilan-keterampilan dalam mengembangkan

kecerdasan interpersonal:

1) Mengembangkan sikap empati

2) Mengembangkan sikap prososial

3) Mengembangkan kesadaran diri anak

4) Mengajarkan pemahaman situasi sosial dan etika sosial

5) Mengajarkan pemecahan masalah efektif pada anak

6) Mengajarkan berkomunikasi dengan santun pada anak

7) Mengajarkan cara mendengarkan efektif

Untuk mengembangkan keterampilan kecerdasan interpersonal di

atas, orang tua dan lingkungan berperan penting sebagai model yang

akan ditiru oleh anak. Keterampilan-keterampilan kecerdasan

interpersonal menurut Safaria (2005: 26) di atas akan dibahas satu

persatu di bawah ini:

1) Mengembangkan Sikap Empati Pada Anak

Kemampuan memahami perasaan orang lain (empati)

diungkapkan anak ketika mereka melihat orang lain terluka atau

sedih. Metode disiplin dan pola asuh orang tua memberikan

pengaruh penting dalam pembentukan kemampuan berempati anak.

2) Mengembangkan Sikap Prososial Pada Anak

Safaria (2005: 117), perilaku prososial adalah tindakan moral

(20)

seseorang yang membutuhkan, bekerjasama dengan orang lain, dan

mengungkapkan simpati. Perilaku ini menuntut anak untuk

mengontrol diri sendiri dalam menahan diri dari egoismenya.

Perkembangan perilaku prososial dipengaruhi terutama oleh

lingkungan keluaga karena orang tua menjadi model bagi anak

dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mengembangkan perilaku prososial dalam kegiatan

sehari-hari, hal yang dapat dilakukan adalah :

a) Memberi contoh nyata tentang pentingnya perilaku prososial

dengan melakukan kegiatan membantu, berbagi, dan memberi

kepada orang lain

b) Bertindak dengan adil dalam memberi perhatian dan kasih

sayang pada semua anak anda.

c) Mengajak anak dalam kegiatan-kegiatan amal sosial seperti

mengunjungi panti asuhan, kerja bakti atau menyumbangkan

uang untuk pengemis jalanan.

d) Jelaskan pada anak anda dengan bahasa yang mudah dipahami

anak tentang keuntungan dari berperilaku prososial.

e) Bertindak tegas jika melihat anak berperilaku mementingkan

dirinya sendiri, tidak mau bekerjasama dengan orang lain atau

tidak mau membantu orang lain ketika sebenarnya anak

(21)

f) Memuji anak ketika dia berhasil menunjukkan tindakan

membantu temannya, mau berbagi dengan saudaranya dan mau

bertindak kooperatif dengan sebayanya.

g) Membimbing anak untuk mampu memilih teman-teman yang

baik.

3) Mengembangkan Kesadaran Diri Anak

Weisinger (2006: 10), kesadaran diri merupakan kemampuan

seseorang dalam menginsafi totalitas keberadaannya sejauh

mungkin. Anak mampu memproses kepekaan, perasaan, penilaian

dan maksud dalam diri anak sehingga dapat menanggapi, bersikap,

berkomunikasi dan bertindak dalam situasi yang berbeda.

Beberapa cara untuk meningkatkan kesadaran diri menurut

Weisinger (2006: 11) adalah (1) menyelidiki cara membuat

penilaian, (2) menyelaraskan diri dengan indra, (3) mengenali

perasaan, (4) mempelajari segala intens, dan (5) memperhatikan

tindakan.

a) Menyelidiki cara membuat penilaian

Penilaian berupa kumpulan kesan, penafsiran, evaluasi dan

harapan yang dimiliki seseorang terhadap diri sendrir, orang

lain maupun lingkungan. Penilaian ini akan membantu belajar

bagaimana pemikiran seseorang dapat mempengaruhi perasaan,

(22)

b) Menyelaraskan diri dengan indra.

Pancaindra merupakan sumber data tentang dunia. Melalui

pancaindera kita dapat melihat, mendengar, mencium dan

merasakan apa yang ada disekitar kita, walaupun tidak selalu

sesuai kebenarannya apa yang kita tangkap melalui pancaindra

dengan kejadian yang sebenarnya. Kemampuan menyelaraskan

pancaindera sangat penting agar kita dapat memeriksa,

mengklarifikasi, dan mengubah penilaian jika diperlukan.

c) Mengenali perasaan

Perasaan berhubungan dengan respon emosional yang spontan

terhadap penafsiran dan harapan seseorang. Perasaan negatif

biasanya lebih menyakitkan hati, dan membuat kita merasa

lebih buruk jika kita tidak berusaha menyadarinya. Perasaan

seperti itu harus kita pahami agar kita dapat mengubah dan

mengontrolnya.

d) Mempelajari segala intensi

Intensi merujuk pada hasrat jangka panjang dan jangka pendek

dalam hidup seseorang. Hal-hal yang ingin kita lakukan hari

ini, minggu depan, akhir tahun atau bahkan sepanjang hidup

kita. Kita harus mengetahui apa yang menjadi intensi kita

(23)

e) Memperhatikan tindakan

Tindakan bersifat fisik dan dapat diamati. Kita harus

berhati-hati dalam mengambil tindakan. Kita dapat memilih untuk

melakukannya atau tidak melakukannya dengan memikirkan

dampak yang akan terjadi dari pilihan tersebut.

4) Mengajarkan Pemahaman Situasi Sosial dan Etika Sosial Pada Anak

Etiket menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 381)

adalah adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu

diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik. Aturan

ini mencakup banyak hal seperti bagaimana etiket dalam bertamu,

berteman, makan, minum, bermain, meminjam, meminta tolong,

berbicara, mendengarkan, berpakaian dan sebagainya. Semua itu

harus dipahami anak dengan baik agar anak mampu menyesuaikan

perilakunya dalam setiap situasi sosial.

5) Mengajarkan Pemecahan Masalah Efektif Pada Anak

Setiap anak membutuhkan keterampilan untuk memecahkan

masalah secara efektif agar dapat menyelesaikan konflik-konflik

yang terjadi. Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal yang

tinggi memiliki keterampilan memecahkan konflik antar pribadi

yang efektif dibandingkan dengan anak yang kecerdasan

(24)

6) Mengajarkan Berkomunikasi Dengan Santun Pada Anak

Ada empat keterampilan komunikasi dasar yang perlu dilatih

pada anak yaitu memberikan umpan balik, mengungkapkan

perasaan, mendukung dan menanggapi orang lain, yang terakhir

adalah menerima diri dan orang lain. Jika anak mampu menguasai

keempatnya, anak akan berhasil mengembangkan kecerdasan

interpersonal yang matang sehingga anak mampu membangun dan

mampertahankan hubungan yang bermakna dengan orang lain.

a) Berlatih memberikan umpan balik

Umpan balik yang baik adalah umpan balik yang

diarahkan pada perilaku, bukan pribadinya. Keterampilan ini

harus dikuasai anak agar pemberian umpan balik tidak malah

menimbulkan salah persepsi yang berakibat pada konflik antar

pribadi.

b) Berlatih mengungkapkan perasaan

Ada dua cara dalam mengungkapkan perasaan yaitu:

pengungkapan secara verbal dan pengungkapan secara

non-verbal. Pengungkapan secara verbal dilakukan melalui

media kata-kata dengan mendeskripsikannya, sedangkan

pengungkapan secara non-verbal menggunakan sorot mata

(25)

c) Berlatih Mendukung dan Menanggapi

Kecocokan dalam memberikan tanggapan adalah hal

yang penting. Jika salah dalam menanggapi perasaan orang

lain, maka hubungan akan menjadi terhambat. Orang akan

merasa tidak dimengerti dan dihargai. Jika tanggapan yang

diberikan anak sesuai dengan yang dirasakan orang lain, maka

orang lain akan semakin percaya kepada anak.

d) Berlatih Menerima Diri dan Orang lain

Sebelum anak mampu menerima orang lain, dia

harus mampu menerima dirinya sendiri apa adanya. Seringkali

penerimaan diri yang matang akan mendorong anak menerima

orang lain secara utuh.

7) Mengajarkan Cara Mendengarkan Efektif Pada Anak

Keterampilan mendengarkan akan menunjang proses

komunikasi anak dengan orang lain, sebab orang akan merasa

dihargai dan diperhatikan ketika mereka merasa didengarkan.

Sebuah hubungan komunikasi tidak akan berlangsung baik jika

salah satu pihak tidak mengacuhkan apa yang diungkapkannya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa masing-masing

keterampilan memiliki fungsi penting dalam pengembangan kecerdasan

interpersonal anak. Dalam pelaksanaannya keterampilan-keterampilan

(26)

berkembang dengan baik, diharapkan orang tua, guru maupun masyarakat

saling bekerjasama dan memberikan bimbingan yang maksimal.

2. Diskusi Kelompok

a. Pengertian Diskusi Kelompok

Tukiran Taniredja (2011: 23), mendefinisikan diskusi sebagai

suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi

secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran

yang sudah ditentukan melalui cara tukar menukar informasi,

mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah. Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2005: 269), memaparkan diskusi sebagai pertemuan

ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai masalah. Haryanto (2003: 39)

menjelaskan metode diskusi sebagai cara penyampaian bahan pelajaran

dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan

perbincangan ilmiah, mengemukakan pendapat, menyusun kesimpulan

atau menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah. Tiap orang

diharapkan memberikan sumbangan dalam diskusi sehingga seluruh

kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama (Nana Sudjana,

2002: 79).

Dari beberapa pengertian diatas dapat didefinisikan bahwa diskusi

kelompok adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran dimana

terdapat dua atau lebih individu dapat berinteraksi secara verbal dan

saling berhadapan muka untuk memecahkan suatu masalah sehingga

(27)

Moedjiono dan Dimyati (1991: 54) menjelaskan ada tiga macam

diskusi kelompok yaitu kelompok dadakan (buzz group), kelompok

sindikat (syndicate group) dan sumbang pendapat (brainstorming).

1) Kelompok Dadakan (Buzz Group)

Kelompok dadakan adalah suatu jenis diskusi kelompok kecil

yang beranggotakan 3-4 orang, yang bertemu secara bersama-sama

membicarakan suatu topik yang sebelumnya telah dibicarakan

secara klasikal.

Diskusi ini efektif karena tidak memerlukan waktu yang

lama seperti diskusi pada umumnya. Diskusi ini dapat dilaksanakan

di tengah-tengah jam atau akhir pelajaran dengan maksud

menajamkan kerangka isi pelajaran, memperjelas isi pelajaran atau

menjawab pertanyaan-pertanyaannya.

Diskusi ini berjalan dengan lancar jika pengelompokan siswa

dilakukan berdasarkan kemampuan yang dimiliki siswa. Hal ini

dapat mendorong individu yang malu-malu atau sungkan untuk

memberikan pendapat, menciptakan suasana yang menyenangkan,

menghemat waktu, serta membagi tugas kepemimpinan dan

kegiatan belajar yang lebih bervariasi.

2) Kelompok Sindikat (Syndicate Group)

Kelompok sindikat merupakan salah satu jenis diskusi

kelompok kecil (3-6 orang), dimana setiap kelompok mengerjakan

(28)

pekerjaannya di depan kelas dalam suatu diskusi pleno atau diskusi

kelas.

Guru dalam kelompok sindikat berperan sebagai orang yang

menjelaskan garis besar permasalahan kepada seluruh siswa. Guru

menggambarkan aspek-aspek permasalahan, kemudian tiap-tiap

sindikat (kelompok) diberi tugas untuk mempelajari aspek tertentu.

3) Sumbang Pendapat (Brainstorming)

Pada sumbang pendapat terjadi kegiatan pencurahan gagasan

secara spontan yang berhubungan dengan bidang minat atau

kebutuhan kelompok untuk mencapai keputusan. Sumbang

pendapat ini biasanya dilakukan dalam waktu 5-15 menit, dimana

gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh siswa dikumpulkan oleh

guru dan dicatat di papan tulis.

b. Tujuan Pemakaian Metode Diskusi

Tujuan pemakaian metode diskusi menurut Moedjiono & Dimyati

(1991: 51) adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan pada diri siswa.

2) Mengembangkan sikap positif terhadap sekolah, para guru, dan bidang studi yang dipelajari.

3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri yang lebih positif.

4) Mengkaitkan keberhasilan siswa dalam mengemukakan pendapat. 5) Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial.

Tujuan diskusi di atas menekankan pada pengembangan

keterampilan-keterampilan siswa sebagai subyek belajar sehingga siswa

(29)

Berbeda dengan pendapat Slameto (1991: 101) yang menguraikan

kenapa diskusi kelompok digunakan dan untuk lebih jelasnya adalah

sebagai berikut:

1) Pada waktu saling mengemukakan pendapat. 2) Untuk membuat problema itu menarik.

3) Untuk membantu peserta mengemukakan pendapatnya. 4) Untuk mengenal dan mengelola problema.

5) Untuk menciptakan suasana yang formil.

6) Untuk memperoleh pendapat siswa yang tidak suka berbicara.

Guru membantu dan memfasilitasi agar diskusi dapat berjalan

dengan baik, seperti tempat, suasana, maupun motivasi kepada anak

untuk berani mengemukakan pendapatnya. Pemilihan topik diskusi juga

harus diperhatikan sehingga dapat menarik siswa untuk mengeluarkan

pendapatnya.

Di sisi lain, Roestiyah (2008: 6) menjelaskan tujuan penggunaan

diskusi sebagai berikut.

1) Dengan diskusi siswa didorong menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain.

2) Siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan, karena hal itu perlu untuk melatih kehidupan yang demokatis.

3) Diskusi memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama.

Kegiatan diskusi memberikan manfaat dan tujuan yang positif

bagi siswa. Tercapai tidaknya tujuan dari diskusi tergantung pada guru

dan siswa itu sendiri sebagai pelaksana diskusi.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa tujuan

(30)

sikap demokratis, sikap positif, keterampilan komunikasi, dan

mengembangkan kreativitas anak.

c. Keunggulan Metode Diskusi

Berikut beberapa keunggulan metode diskusi menurut beberapa

ahli:

Slameto (1991: 101) memberikan pendapatnya mengenai

keunggulan metode diskusi sebagai berikut:

a) Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat. b) Merupakan pendekatan yang demokratis.

c) Mendorong rasa kesatuan. d) Memperluas pandangan. e) Menghayati kepemimpinan.

f) Membantu megembangkan kepemimpinan

Diskusi memberikan dampak yang positif bagi siswa. Siswa dapat

belajar mengemukakan pendapatnya, menghargai orang lain,

menambah wawasan, serta melatih jiwa kepemimpinannya melalui

diskusi.

Pendapat lain mengenai kelebihan metode diskusi diutarakan oleh

Suryosubroto (2002: 185) yaitu:

a) Metode diskusi melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar mengajar

b) Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing

c) Metode diskusi dapat mengembangkan dan menumbuhkan cara berfikir dan sikap ilmiah

d) Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam sebuah forum diskusi diharapkan siswa akan memperoleh kepercayaan diri

(31)

Diskusi dapat membentuk keterampilan-keterampilan yang

seyogyanya dimiliki siwa. Melalui diskusi diharapkan terjadi perubahan

sikap pada para siswa baik itu sikap sosial, kepercayaan diri maupun

cara berfikir.

Moedjiono dan Dimyati (1991: 52) mengemukakan bahwa

kelebihan metode diskusi adalah:

a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara langsung, baik sebagai partisipan, ketua kelompok, atau penyusun pertanyaan diskusi. Adanya partisipasi langsung ini memungkinkan terjadinya keterlibatan intelektual, social-emosional, dan mental para siswa dalam proses belajar.

b) Metode ini dapat digunakan secara mudah sebelum, selama, ataupun sesudah metode-metode yang lain.

c) Metode ini mampu meningkatkan kemungkinan berpikir kritis, partisipasi demokratis, mengembangkan sikap, motivasi, dan kemampuan berbicara yang dilakukan tanpa persiapan

d) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menguji, mengubah, dan mengembangkan pandangan, nilai, dan keputusan yang diperlihatkan kesalahannya melalui pengamatan yang cermat dan pertimbangan kelompok

e) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami kebutuhan memberi dan menerima, sehingga siswa dapat mengerti dan mempersiapkan dirinya sebagai warga negara yang demokratis f) Metode ini menguntungkan siswa yang lemah dalam pemecahan

masalah. Hal ini dimungkinkan karena pemecahan masalah oleh kelompok biasanya lebih tepat daripada pemecahan perorangan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat

disimpulkan bahwa kelebihan metode diskusi yaitu menimbulkan

kreativitas siswa dalam ide dan partisipasi yang demokratis serta

mendorong persatuan dan kerjasama untuk mencapai tujuan. Jika dilihat

dari hasil yang didapatkan, hal terpenting adalah membantu anak untuk

(32)

akan menjadi lebih berani dalam berfikir dan berani untuk mengelola

emosi untuk menerima pendapat orang lain dan memberikan pendapat.

d. Langkah-langkah Diskusi

Roestiyah (2008: 19) menyebutkan bahwa ada enam langkah agar

diskusi kelompok dapat lebih berhasil, yaitu:

a. Menjelaskan tugas kepada siswa

b. Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok itu c. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok

d. Setiap kelompok memilih seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut.

e. Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila perlu memberi saran

f. Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok.

Memperhatikan hal-hal di atas, guru turut berperan penting dalam

keberhasilan diskusi. Guru membimbing jalannya diskusi agar sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai, begitupun siswa harus bertanggung

jawab terhadap tugas yang diberikan dalam diskusi tersebut.

Tahap-tahap pemakaian metode diskusi menurut Moedjiono dan

Dimyati (1991: 59) adalah sebagai berikut:

1) Tahap sebelum pertemuan a) Pemilihan topik diskusi

b) Membuat rancangan garis besar diskusi yang akan dilaksanakan c) Menentukan jenis diskusi yang akan dilaksanakan

d) Mengorganisasikan para siswa dan formasi kelas dengan jenis diskusinya.

e) Menyiapkan kerangka diskusi secara terperinci. 2) Tahap selama pertemuan

a) Guru menjelaskan tentang tujuan diskusi, topik diskusi, dan kegiatan diskusi yang akan dilakukan

(33)

c) Pelaporan dan penyimpulan hasil diskusi oleh siswa bersama guru

d) Pencatatan hasil diskusi oleh siswa 3) Tahap setelah pertemuan

a) Membuat catatan tentang gagasan-gagasan yang belum ditanggapi dan kesulitan yang timbul selama diskusi. b) Mengevaluasi diskusi dari berbagai dimensi dan mengumpulkan

evaluasi dari para siswa serta lembaran komentar.

Tahap-tahap diskusi yang telah dilakukan diakhiri dengan evaluasi

dan kesimpulan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan dari pelaksanaan diskusi. Kesalahan-kesalahan yang terjadi

selama diskusi berlangsung dapat diminimalisir dalam pelaksanaan diskusi

selanjutnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

langkah-langkah dalam pelaksanaan metode diskusi kelompok adalah sebagai

berikut:

1) Persiapan

a) Guru dan siswa menentukan topik diskusi.

b) Guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok

c) Guru menyampaikan aturan dalam diskusi.

2) Pelaksanaan

a) Guru menjelaskan tentang tujuan dan topik diskusi.

b) Guru menyampaikan permasalahan.

c) Siswa melakukan diskusi sesuai dengan topik yang

disediakan.

d) Secara bergantian setiap kelompok mempresentasikan hasil

(34)

e) Kelompok yang lain memberikan sanggahan, saran, atau

pertanyaan kepada kelompok penyaji.

3) Penutup

a) Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan dari hasil

diskusi.

b) Siswa dan guru mengevaluasi jalannya diskusi.

3. Pembelajaran IPS dan Anak Sekolah Dasar a. Pembelajaran IPS

1) Pengertian

Djojo Suradisastra (1992: 4), IPS merupakan kajian tentang

manusia dan sekelilingnya. Peranan pengajaran IPS begitu unik

karena harus mendidik dan mempersiapkan para murid agar dapat

hidup di dunianya dan memahami dunianya. Adanya pembelajaran

IPS di SD, siswa akan berusaha untuk diterima sebagai bagian dari

komunitas seluruh mastarakat sosial. Bukan hal mudah bagi

seseorang untuk bisa tumbuh dan berkembang dalam kehidupannya

tanpa bekal pengetahuan yang diperlukan.

2) Tujuan Pembelajaran IPS SD

Pada kurikulum sekolah dasar tahun 2006, mata pelajaran IPS

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

(35)

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa

ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan

dalam kehidupan sosial

c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial

dan kemanusiaan

d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,

nasional, dan global.

3) Rasional Mempelajari IPS

Rasional mempelajari IPS menurut Hidayati, dkk (2008: 12)

adalah:

a) Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan

sendiri dan antar manusia.

b) Mensistematisasikan bahan, informasi, dan kemampuan yang

telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi

lebih bermakna.

c) Lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial

secara rasional dan bertanggung jawab.

4) Hakikat IPS

Barr, dkk dalam Djojo Suradisastra (1992: 6) menunjukkan

bahwa ada tiga telaah dalam IPS yang mereka sebut sebagai tradisi

(36)

a) Tradisi pertama ialah pewarisan budaya (citizhenship

Transmission) yang berarti kemampuan bertindak sebagai

warga negara yang sesuai dengan nilai-nilai dasar yang telah

disepakati dan dianggap baik.

b) Tradisi kedua ialah tradisi ilmu sosial (social science tradition)

yang merujuk pada pengertian bahwa IPS sebenarnya dapat

diturunkan dari salah satu ilmu sosial.

c) Tradisi ketiga disebut inkuiri reflektif (reflective inquiry),

kewargaan tercermin dari kemampuan memecahkan masalah

dalam suasana lingkungan yang sarat nilai.

5) Ruang Lingkup

Ruang lingkup materi pelajaran IPS SD secara garis besar

meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a) Manusia, tempat dan lingkungan

b) Waktu, keberlanjutan dan perubahan

c) Sistem sosial dan budaya

d) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu materi

pelajaran IPS kelas IV semester 2.

- Standar Kompetensi:

2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan

kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan

(37)

- Kompetensi Dasar:

2.3Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi,

dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.

b. Karakteristik Anak Kelas IV SD

Perkembangan dan pertumbuhan individu secara kodrati

berbeda-beda, sesuai dengan irama perkembangan dan pertumbuhan

masing-masing. Hal ini menyebabkan setiap individu memiliki

perbedaan-perbedaan. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah

mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak

segi dan bidang, diantaranya perbedaan intelegensi, kemampuan

kognitif dan bahasa, kepribadian dan perkembangan fisik.

Mengingat karakteristik tersebut, hendaknya seorang guru

memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yang berhubungan

dengan: prinsip motivasi, latar belakang, pemusatan perhatian,

keterpaduan, pemecahan masalah, menemukan, prinsip belajar sambil

bermain, belajar sambil bekerja, perbedaan individu dan prinsip

hubungan sosial.

Siswa kelas IV berada pada rentang umur 7-11 tahun. Pada usia

ini ditinjau dari perkembangan kognitifnya siswa berada pada tahapan

operasi konkret. Pada tahapan ini menurut teori Piaget (Anita Lie,

2003: 5), anak bisa berpikir dan berimajinasi dengan situasi-situasi

konkret. Pada masa ini, anak bisa mengungkapkan pendapatnya

(38)

sederhana. Anak juga dapat menyadari adanya peraturan, misalnya

dalam permainan atau dalam masyarakat.

Melihat dari karakteristik dan tahapan perkembangan siswa

kelas IV SD, metode diskusi kelompok sesuai untuk pembelajaran

kelas tinggi. Melalui diskusi kelompok siswa dituntut untuk

bekerjasama dengan anggota kelompoknya sehingga akan

mengesampingkan perbedaan individu dan melatih berhubungan

dengan orang lain serta mengeluarkan pendapat. Dalam diskusi siswa

juga dituntut untuk berpikir berdasarkan situasi yang ada.

B. Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. “Penggunaan Metode Diskusi Kelompok Untuk Meningkatkan

Keterampilan Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran IPS Di Kelas VI SD Negeri Cimanggu II, oleh Lia Sriwahyuni”. Penelitian ini betujuan untuk

meningkatkan keterampilan kerjasama siswa kelas VI SD Negeri

Cimanggu melalui metode diskusi kelompok. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan metode diskusi kelompok dapat

meningkatkan keterampilan kerjasama siswa kelas VI SD Negeri

Cimanggu.

2. “Upaya Meningkatkan Kecerdasan Visual-Spasial Melalui Pemanfaatan

media Grafis Bagan/ Chart Pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SD

(39)

meningkatkan kecerdasan visual-spasial dengan pemanfaatan media grafis

bagan/chart pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri 3 Bumisari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kecerdasan

visual-spasial siswa pada pembelajaran IPS setelah dimanfaatkannya media

grafis bagan/chart.

Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode diskusi kelompok

dapat meningkatkan keterampilan kerjasama serta teori kecerdasan dapat

diterapkan pada anak usia sekolah dasar dalam pembelajaran. Dengan

pemberian perlakuan model pembelajaran tertentu akan dapat meningkatkan

kemampuan anak, walaupun disini kemampuan yang diinginkan berbeda.

C. Kerangka Pikir

Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk

berhubungan dengan orang lain secara harmonis. Orang yang memiliki

kecerdasan interpersonal tinggi cenderung disukai oleh orang-orang

disekitarnya. Ia mudah bergaul, mampu berempati secara baik, mampu

memahami suasana hati orang lain, dan mampu menjalin komunikasi dengan

baik.

Diskusi kelompok sebagai salah satu metode pembelajaran memberikan

kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Melalui

diskusi kelompok, siswa dituntut untuk berani mengeluarkan pendapatnya,

menghargai pendapat orang lain, bekerjasama dengan anggota kelompoknya,

(40)

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang

mengkaji tentang manusia dan sekelilingnya. Melalui mata pelajaran IPS,

peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang

demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Pelajaran IPS di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia

6-12 tahun. Siswa kelas IV SD berada pada rentang usia 7-11 tahun. Anak

usia 7-11 tahun menurut Piaget dalam Anita Lie (2003: 4) berada dalam tahap

perkembangan operasional konkret. Mereka mempedulikan hal-hal yang

nyata dimasa sekarang (konkret) dan belum memahami tentang masa depan

(abstrak). Padahal bahan pembelajaran IPS penuh dengan pesan-pesan yang

bersifat abstrak yang harus diajarkan kepada siswa SD.

Sesuai dengan karakteristik siswa dan IPS SD, metode pembelajaran

yang kurang tepat akan menyebabkan siswa bersikap pasif dan menjadikan

IPS sebagai pelajaran hafalan yang membosankan. Guru selayaknya

meningkatkan kinerjanya dengan metode pembelajaran yang bervariasi

sehingga siswa dapat diikutsertakan dalam aktivitas akademik. IPS yang

mengkaji tentang bagaimana manusia berhubungan dan hidup dengan

sesamanya maupun lingkungan sekitar, didalamnya memuat

keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan manusia dalam bermasyarakat seperti

kemampuan dalam kecerdasan interpersonal yaitu berempati, menjalin

komunikasi yang efektif serta mengembangkan hubungan yang harmonis.

Diskusi kelompok sebagai salah satu metode pembelajaran mengajak siswa

(41)

dengan anggota kelompoknya. Interaksi-interaksi tersebut yang akan berperan

untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas, dapat diajukan hipotesis tindakan yaitu

dengan penggunaaan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan

kecerdasan interpersonal dalam mata pelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah penelitian tindakan kelas

(classroom action research). Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk

memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara

berkesinambungan (Zainal Aqib, 2009: 18). Melalui penelitian tindakan

kelas, guru senantiasa memperbaiki praktik pembelajaran di kelas

berdasarkan pengalaman-pengalaman langsung dan nyata dipandu dengan

perluasan wawasan ilmu pengetahuan dan penguasaan teoritik praktis

pembelajaran. Jenis penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kolaboratif, dimana dalam penelitian ini terdapat

kolaborasi atau partisipasi antara peneliti dan guru kelas.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala yang akan menjadi objek penelitian

atau apa saja yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian (Suharsimi

Arikunto, 2006: 118). Variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Penggunaan metode diskusi sebagai variabel bebas.

b. Kecerdasan interpersonal siswa kelas IV SD Negeri Kenaran 2 sebagai

variabel terikat.

C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013,

(43)

belajar mengajar IPS berlangsung dengan menggunakan metode diskusi

kelompok pada pokok bahasan Perkembangan Teknologi Produksi,

Komunikasi dan Transportasi.

Lokasi penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kelas IV

SD Negeri Kenaran 2. SD tersebut beralamat di Watubalik Sumberharjo

Prambanan Sleman Yogyakarta.

D. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini, yaitu siswa kelas IV di SD Negeri Kenaran

2 Prambanan dengan jumlah 19 anak yang terdiri dari siswa putra 9 anak dan

siswa putri 10 anak.

E. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian yang dikembangkan oleh

Kemmis dan MC Taggart (dalam Suwarsih Madya, 1994: 25), seperti

tampak pada gambar di bawah ini.

Keterangan Gambar:

Siklus I: 1. Perencanaan I 2. Tindakan I 3. Observasi I 4. Refleksi I Siklus II: 1. Perencanaan II

[image:43.595.162.481.476.684.2]

2. Tindakan II 3. Observasi II 4. Refleksi II

(44)

Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan dengan beberapa siklus.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas, tidak ada ketentuan yang jelas

mengenai banyaknya siklus yang harus dilakukan. Siklus akan dihentikan jika

penelitian tindakan kelas sudah mampu mencapai indikator keberhasilan yang

sudah ditentukan. Penelitian ini dilakukan melalui tahapan perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi.

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Penyusunan rencana merupakan tindakan yang akan dilakukan untuk

meningkatkan keterampilan proses siswa. Pada tahap ini peneliti dan

kolaborator merencanakan apa saja yang akan dilakukan untuk mengatasi

masalah yang ada di sekolah berdasarkan hasil observasi awal. Peneliti

bersama guru merancang pelaksanaan pemecahan masalah, setelah peneliti

dan guru mempunyai persamaan persepsi terhadap permasalahan siswa

dalam pembelajaran IPS terutama dalam kecerdasan interpersonal siswa.

Melihat kondisi siswa dan permasalahan yang ada di kelas, peneliti

bersama guru memutuskan untuk menggunakan metode diskusi yang

diyakini mampu meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa. Hasil dari

perencanaan adalah sebagai berikut:

a. Peneliti dan guru menetapkan waktu pelaksanaan penelitian tindakan

kelas.

b. Peneliti dan guru membuat skenario pembelajaran, perangkat

pembelajaran, dan instrumen penelitian, mulai dari Rencana

(45)

c. Mempersiapkan media atau alat peraga yang akan digunakan dalam

pembelajaran.

2. Tindakan

Peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran menurut skenario yang

telah disiapkan sebelumnya, yaitu tindakan dipandu oleh perencanaan

yang telah disusun secara rasional. Sifat skenario tindakan adalah

fleksibel dan terbuka terhadap perubahan dalam pelaksanaannya, dengan

kata lain, tindakan bersifat tidak tetap dan dinamis, serta memerlukan

keputusan cepat terhadap sesuatu yang perlu dilakukan.

Skenario pembelajaran dirancang melalui tiga tahap yaitu: kegiatan

awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

a. Kegiatan Awal

Pada tahap ini, guru melakukan kegiatan awal, yang terdiri

dari: presensi siswa, memusatkan perhatian, menyampaikan tujuan

pembelajaran.

b. Kegiatan Inti Pembelajaran

Inti pembelajaran diawali dengan penjelasan materi oleh guru

atau peneliti. Siswa melakukan pembelajaran dengan disisipkan

diskusi di dalamnya. Pada tahap ini diharapkan masalah siswa yaitu

kecerdasan interpersonal yang kurang baik akan berangsur

menghilang karena guru dan siswa sama-sama aktif dalam

(46)

c. Kegiatan Akhir

Pada tahap ini guru menjelaskan tentang hal-hal yang belum

dilakukan oleh siswa. Akhir dari kegiatan ini adalah evaluasi.

3. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan upaya mengamati

pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan dengan mengamati proses

pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas. Observasi ini

mengungkapkan berbagai hal menarik dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal dengan

metode diskusi.

Hal tersebut, semua dicatat dalam kegiatan observasi yang terencana

secara fleksibel dan terbuka. Evaluasi diperlukan untuk mengetahui

apakah proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan skenario yang

telah disusun bersama. Hal ini juga bertujuan untuk mengetahui tingkat

ketercapaian sasaran pembelajaran yang diharapkan, dan juga masalah

siswa yang ada dapat berangsur menghilang, yaitu kecerdasan

interpersonal siswa yang masih rendah akan berangsur meningkat.

4. Tahap Refleksi

Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami

dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang

terjadi. Refleksi adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil

(47)

tindakan dianalisis kemudian dijadikan acuan perubahan atau perbaikan

tindakan yang dianggap perlu untuk dilakukan pada tindakan selanjutnya.

Peneliti dan guru dapat melakukan perubahan rencana tindakan pada

siklus berikutnya dengan mengacu pada hasil evaluasi sebelumnya, apabila

saat tindakan pertama hasil dari penelitian masih belum sesuai dengan

tujuan yang diharapkan, Dalam upaya memperbaiki tindakan pada siklus

yang berikutnya perlu dilakukan pemeriksaan terhadap catatan-catatan

hasil observasi, baik proses maupun produk.

F. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2008: 309) “Bila dilihat dari segi cara atau teknik

pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan

interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan),

dokumentesi dan gabungan ketiganya”. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan angket.

1. Observasi, meliputi pengamatan langsung terhadap segala aktivitas guru

dan siswa pada saat proses pembelajaran IPS berlangsung.

2. Angket, digunakan untuk mengukur kecerdasan interpersonal siswa

dalam pembelajaran IPS, baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan

tindakan.

G. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2008: 146), “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang

(48)

a. Lembar pengamatan/ observasi, digunakan untuk mengumpulkan data

dan mencatat kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran.

b. Penilaian produk berupa skala, digunakan untuk mengukur kecerdasan

interpersonal siswa setelah diberi tindakan yaitu metode diskusi

kelompok.

Berikut adalah kisi-kisi penilaian produk untuk mengukur kecerdasan

[image:48.595.134.527.305.552.2]

interpersonal siswa.

Tabel 1. Kisi-kisi Penilaian Produk Kecerdasan Interpersonal

Variabel Indikator Item Jumlah

Kecerdasan Interpersonal

Social Sensivity Sikap empati 9, 15, 16, 26, 30

5

Sikap prososial 2, 3, 11 3 Social Insight Kesadaran Diri 8, 18, 19 3

Pemahaman situasi sosial dan etika sosial

1, 6,14 3

Keterampilan pemecahan masalah 5,12,13, 17,27 5 Social Communication Komunikasi efektif 4,7,20,21, 28,29 6 Mendengarkan efektif 10,22,23, 24,25 5

Diadospi dari Safaria (2005: 26)

H. Pengujian Instrumen

Untuk menguji validasi instrumen dalam penelitian ini, digunakan

pendapat dari ahli (judgement expert). Instrumen dikonstruksi tentang

aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, selanjutnya

(49)

I. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Sugiyono (2008: 335).

Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Teknik

analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil tes kecerdasan

interpersonal yang berupa nilai rerata. Nilai rerata tersebut dianalisis dengan

cara statistik deskriptif.

Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil observasi

lapangan dan dokumen tugas siswa.

Langkah-langkah analisis dilakukan sebagai berikut:

1. Reduksi data, yaitu menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan

hasil dari data yang diperoleh pada observasi maupun penilaian produk.

2. Data display/ penyajian data, yaitu menyajikan data yang telah direduksi

ke dalam laporan yang sistematis.

3. Penarikan kesimpulan

Untuk menganalisis skor rerata kecerdasan interpersonal digunakan

rumus:

Keterangan :

(50)

∑ X = Jumlah seluruh skor

N = Banyaknya subjek

(Sutrisno Hadi, 2000: 40)

Untuk mengukur keberhasilan siswa digunakan skala Likert, dimana

variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Indikator

tersebut dijadikan sebagai tolok ukur untuk menyusun item-item instrumen

yang berupa pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan

skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.

Pilihan jawaban yang digunakan oleh peneliti adalah:

a. Untuk item instrumen tanpa tanda bintang:

Tidak pernah diberi skor 0

Jarang diberi skor 1

Kadang-kadang diberi skor 2

Sering diberi skor 3

b. Untuk item dengan tanda bintang:

Tidak pernah diberi skor 3

Jarang diberi skor 2

Kadang-kadang diberi skor 1

Sering diberi skor 0

J. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua,

keberhasilan proses dan produk. Keberhasilan proses dapat dilihat dari

(51)

dengan metode diskusi, meliputi siswa aktif berpartisipasi dalam

mengembangkan kecerdasan interpersonalnya.

Kriteria keberhasilan produk didasarkan atas peningkatan keberhasilan

yang ditentukan yaitu 70% siswa mencapai taraf keberhasilan 70%. Siswa dikatakan berhasil jika memperoleh skor lebih besar sama dengan (≥) 63 dari

skor total penilaian produk yang berjumlah 90. Kriteria tersebut didasarkan

pada pendapat Safaria (2005: 31) bahwa kecerdasan interpersonal seseorang

dikatakan tinggi jika mencapai skor 70-90. Peneliti mengambil nilai 63 dari

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kenaran 2 Prambanan yang

terletak di Jl. Watubalik, Sumberharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta.

SD N Kenaran 2 terdiri dari 26 ruangan yang terdiri dari 12 ruang kelas, 1

ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 mushola, 1 ruang perpustakaan, 1 lab

komputer, 4 kamar mandi guru, 4 kamar mandi siswa dan 1 ruangan untuk

gudang.

Siswa SD Negeri Kenaran 2 secara keseluruhan berjumlah 280 siswa,

sedangkan gurunya berjumlah 20 guru.

2. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Kenaran 2.

Siswanya berjumlah 19 anak yang terdiri dari 11 siswa putri dan 8 siswa

putra. Wali kelas IV yang melaksanakan pembelajaran IPS dengan metode

Gambar

Gambar 1. Desain Penelitian (Suwarsih Madya, 1994: 25)
Tabel 1. Kisi-kisi Penilaian Produk Kecerdasan Interpersonal
Tabel 2.
Gambar 2. Hasil penilaian produk pratindakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN IPS PADA SISWAi. KELAS IV SD NEGERI BUMIMULYO 01

Melalui diskusi kelompok dan pemberian tugas dengan menerapkan metode pembelajaran portofolio diharapkan siswa akan mampu memahami apa arti globalisasi bagi bangsa Indonesia,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal pada peserta

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran

Hasil penelitian berdasarkan analisis data menunjukan bahwa setelah diberikan tindakan dengan menggunakan metode diskusi kelompok mengalami peningkatan minat dan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti melalui penerapan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan metode diskusi kelompok di kelas V

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) penggunaan metode ceramah dan diskusi kelompok pada mata pelajaran ekonomi lebih aktif peserta didik yang ditunjukan