• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORDA - Jurnal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FORDA - Jurnal"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN STEK PUCUK DARI TUNAS HASIL

PEMANGKASAN SEMAI JENIS

Eucalyptus pellita

F. Muell

DI PERSEMAIAN

The Growth of Shoot Cuttings from Coppice Shoots of Eucalyptus pellita

F. Muell. Seedlings at the nursery

Oleh :

Hamdan Adma adinugraha1), Sugeng Pudjiono1) dan Dhanang Yudsitiro2) 1)

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan 2)

Universitas Wangsa Manggala

Abstract

The aim of experiment was to investigate the success rate of shoot cuttings treated by some kinds of media and the height of hedging of Eucalyptus pellita F. Muell seedlings. The experiment was arranged in completely randomized design with two factors. The first factor was media compound, consists of 3 levels : sand, coconut husk and mixture of sand + coconut husk (1:1). The second factor was the height of hedging, consist of 4 levels : 5 cm, 10 cm, 15 cm and 20 cm above the ground. The result showed that the effect the treatment was significatly effected on the success rate of shoot cuttingst. The cuttings from seedlings which hedged at 15 cm above ground showed the best result. The media that showed the best rooting success was sand river. The average of rooting percentage was 15 - 95%, shoot length was 0,45 – 6,20cm, shoot dry weight was 0,005 – 0,049g and volume of root was 0,020l – 0,123 ml.

Key Words : Coppice shoots, Eucalyptus pellita, kinds of media, leafy cuttings, height of hedging, success rate

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tumbuh stek pucuk l dari tunas hasil pemangkasan semai Eucalyptus pellita F. Muell. perlakuan yang diuji adalah jenis media dan tinggi pangkasan. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap secara faktorial. Faktor pertama adalah jenis media yang terdiri atas 3 taraf yaitu pasir sungai, serbuk sabut kelapa dan campuran pasir + serbuk sabut kelapa (1:1). Faktor kedua adalah tinggi pangkasan yang terdiri atas 4 taraf yaitu 5, 10, 15 dan 20 cm dari permukaan tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang dicoba berpengaruh nyata terhadap keberhasilan tumbuh stek pucuk. Stek pucuk yang berasal dari tunas pada ketinggian pangkasan 15 cm menunjukkan respon keberhasilan stek terbaik. Jenis media yang memberikan respon pertumbuhan terbaik adalah pasir sungai. Rata-rata persentase berakar stek adalah 15 - 95%, panjang tunas 0,45 – 6,2cm, berat kering tunas 0,005 – 0,049g dan volume akar 0,020 – 0,123ml.

Kata Kunci : Eucalyptus pellita, keberhasilan tumbuh, stek pucuk, tinggi pangkasan, tunas

I.

PENDAHULUAN

Eucalyptus pellita adalah salah satu jenis yang dikembangkan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI) karena sifatnya yang mudah menyesuaikan diri dan kayunya dapat digunakan untuk bahan pulp. Jenis ini merupakan salah satu spesies endemik Indonesia yang tumbuh di Papua sampai dengan ketinggian di atas 800 m dpl dengan curah hujan 900 mm-2.100 mm/tahun dan iklim kering yang jelas.

(2)

(Na’iem, 2000). Keuntungan lain dari pembiakan secara vegetatif adalah untuk pembangunan kebun benih klon, bank klon dan perbanyakan tanaman yang penting dari hasil kegiatan pemuliaan seperti hibrid yang steril atau tidak dapat bereproduksi secara seksual serta perbanyakan masal tanaman terseleksi (Khan, 1993). Demikian pula Campinhos (1993) menyampaikan bahwa penggunaan teknik pembiakan vegetatif pada tanaman hutan diperlukan untuk konservasi genetik dan meningkatkan tingkat ketelitian pada uji genetik dan non genetik atau mengurangi eror variasi.

Penelitian ini berguna untuk mengetahui teknik pembiakan vegetatif yang dapat diterapkan untuk melakukan perbanyakan pohon plus hasil kegiatan seleksi di kebun benih semai, pembangunan bank klon, kebun benih klon, kebun persilangan dan kebun pangkas.

II.

BAHAN DAN METODE

A.

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di persemaian Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman di Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, dengan ketinggian tempat 500 m diatas permukaan laut, tipe iklim B menurut Smith dan Ferguson (1951), curah hujan 2.500-3.000 mm/tahun, rerata temperatur udara 27o C dan rerata kelembaban udara relatif 73 %. Pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Mei s/d Oktober 2006.

B.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan penelitian yang digunakan yaitu stek pucuk dari tunas/trubusan yang tumbuh pada bibit E. pellita

yang dipangkas pada beberapa taraf tinggi pangkasan. Umur tunas yang digunakan adalah satu bulan setelah pemangkasan. Bahan dan peralatan laiannya adalah gunting stek, media stek (pasir sungai, serbuk sabut kelapa, zat pengatur tumbuh berbahan aktif IBA yaitu Rootone F, bak plastik, plastik sungkup, label, ember, pisau cutter, sprayer dan alat tulis.

C.

Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan beberapa tahap kegiatan sebagai berikut :

1.

Penyiapan media tanam

Media tanam yang digunakan adalah pasir sungai dan serbuk sabut kelapa yang diseterilkan dengan cara pemanasan. Media dimasukkan kedalam polibag berukuran 8 cm x 11 cm, kemudian disusun dalam bedengan persemaian dan ditutup dengan plastik sungkup untuk memelihara kelembaban agar tetap tinggi (sekitar 90 %).

2.

Pemilihan bahan stek

Bahan stek yang dipilih yang bersifat autotrop yaitu tunas yang tumbuh ke atas. Pengambilan tunas dilakukan pada pagi hari dan penyetekan dilakukan secepatnya agar diperoleh tingkat keberhasilan tumbuh yang optimal. Tunas yang telah dipangkas dimasukkan ke dalam ember berisi air yang telah diberi fungisida, kemudian dibawa ke rumah kaca/persemaian untuk dibuat stek dan ditanam pada media tanam.

3.

Pembuatan stek pucuk

Setiap tunas dipotong sehingga memiliki panjang yang relatif seragam yaitu rata-rata 6-7 cm. Masing-masing tunas disisakan 2-3 helai daun dan setiap helaian daun dipotong setengah bagian.

4.

Penyiapan larutan zat pengatur tumbuh

Zat pengatur tumbuh yang digunakan adalah Rootone F yang dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 50 %. Setelah bahan stek dan larutan hormon tersedia maka bahan stek dicelupkan ke dalam larutan selama beberapa saat (satu menit), kemudian ditanam pada media tanam.

5.

Penanaman dan pemeliharaan stek pucuk.

(3)

D.

Rancangan Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (Completely Randomized Design) yang disusun secara faktorial dengan dua faktor yang diamati yaitu faktor tinggi pangkasan (5, 10, 15 dan 20 cm) dan faktor jenis media (pasir sungai, serbuk sabut kelapa dan campuran pasir sungai dengan serbuk sabut kelapa dengan perbandingan 1 : 1). Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 ulangan dan masing-masing ulangan terdiri atas 5 stek, sehingga jumlah pengamatan seluruhnya sebanyak 240 stek pucuk. Pengamatan dilakukan setiap minggu sampai stek berumur 2 bulan. Parameter yang diamati meliputi persentase stek hidup, stek bertunas, stek berakar, panjang tunas, berat kering tunas dan volume akar.

E.

Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam/Anova. Data persentase hidup, persentase stek bertunas dan persentase stek berakar terlebih dahulu diubah ke dalam bentuk transformasi arc sin√x agar dapat dianalisa dengan anova. Apabila hasil analisis varians menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan, maka pengujian dilanjutkan dengan uji jarak Duncan. Model linier yang digunakan adalah : Yijk = µ + Pi + Kj +

(PK)ij +∈ijk (Vincent, 1991) Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan

µ = nilai tengah populasi

Pi = pengaruh faktor P ke-i

Kj = pengaruh faktor K ke-j

(PK)ij = pengaruh interaksi antara faktor P ke-i dan faktor K ke-j

∈ijk = galat percobaan

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemangkasan semai E. pellita dapat dilakukan pada tingkat semai dan tunas yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan stek pucuk. Hasil pemangkasan semai pada umur satu bulan yang disajikan pada Tabel 1, menunjukkan adanya variasi kemampuan semai untuk menghasilkan tunas. Pada pemangkasan 5 cm tumbuh rata-rata 6,2 tunas, lebih baik dari pada pemangkasan 10 dan 15 cm. Akan tetapi pada pemangkasan 20 cm tumbuh tunas yang lebih banyak dari pada ketiganya, yaitu 8,8 tunas dengan panjang rata-rata 5,3 cm. Adanya perbedaan tersebut dimungkinkan karena adanya perbedaan daya pertunasan pada masing-masing semai, yang dipengaruhi oleh faktor genetik, internal (umur, kondisi hormon, kemampuan adaptasi terhadap lingkungan) serta faktor eksternal seperti cahaya matahari, suhu, kelembaban, ketersediaan unsur hara serta kompetisi antar tanaman (Hartman and Kester, 1983; Loveless, 1991; Kijkar, 1991).

Tabel 1. Pertumbuhan tunas setelah satu bulan semai E. pellita dipangkas

Tinggi pangkasan (cm) Rata-rata Jumlah mata tunas

rata-rata Jumlah tunas Rata-rata Panjang tunas (cm)

(4)

Gambar 1. Pertumbuhan tunas pada semai E. pellita setelah 6 minggu

Tunas tersebut di atas kemudian dijadikan bahan stek pucuk dan ditanam pada media yang telah disiapkan. Hasilnya menunjukkan bahwa stek pucuk dari tunas yang tumbuh pada semai yang dipangkas memiliki kemampuan berakar yang sangat baik seperti disajikan pada Tabel 2. Persentase jadi stek sampai dengan umur 2 bulan adalah 15-95 %, rata-rata panjang tunas 0,45-6,2 cm, berat kering tunas 0,005-0,049g dan volume akar 0,020-0,123ml.

Tabel 2. Pertumbuhan stek pucuk E. Pellita umur 8 minggu

Nilai rata-rata Tinggi

Pengkas-an (cm)

Jenis Media Persen

hidup

Tabel 3. Hasil analisis sidik ragam pertumbuhan stek pucuk umur 8 minggu

Nilai kuadrat tengah

Sumber variasi Derajat

(5)

Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan jenis media berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati. Perlakuan tinggi pangkasan memberikan pengaruh yang lebih kecil terhadap respon tumbuh stek pucuk dibandingkan dengan perlakuan jenis media. Keberhasilan hidup stek pucuk pada media pasir sungai sangat baik dibandingkan dengan media sabut atau campuran pasir dan sabut dengan kisaran persentase hidup 90-95 %. Hasil yang sama ditunjukkan pula pada parameter persentase stek bertunas dan berakar. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan bahan stek dari trubusan pada tanaman yang telah berumur 2 tahun bahwa media pasir dapat memberikan hasil yang lebih baik (Pudjiono and Kondo, 1996; Adinugraha dan Setiadi, 2002; Prastyono dkk, 2003).

Respon pertumbuhan stek pucuk terendah ditunjukkan oleh media serbuk sabut kelapa. Perbedaan respon pertumbuhan stek pucuk disebabkan karena adanya perbedaan tingkat kelembaban media. Hasil pengamatan pada bedengan stek menunjukkan bahwa stek pucuk pada media pasir memiliki kelembaban yang cukup dan stek yang ditanam dapat kokoh/tidak mudah goyah sedangkan stek pada media serbuk sabut kelapa lebih cepat mengering pada bagian permukaannya dan stek kurang kokoh.

Tabel 4. Hasil uji DMRT

Nilai rerata perlakuam tinggi pangkasan (cm)

Nilai rerata perlakuan jenis media

Keterangan : M1 = jenis media pasir, M2 = media serbuk sabut kelapa, M3 = media campuran pasir dengan serbuk sabut kelapa, angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata.

Dari hasil pengujian pada Tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa stek pucuk E. pellita dari trubusan pada semai yang dipangkas setinggi 15 cm dari permukaan tanah menunjukkan respon pertumbuhan terbaik pada semua parameter yang diamati, sedangkan jenis media yang memberikan hasil terbaik adalah pasir sungai (M1).

IV.

KESIMPULAN

1.

Perlakuan jenis media berpangaruh sangat nyata terhadap persentase hidup stek, persentase stek

bertunas, persentase stek berakar, panjang tunas, berat kering tunas dan volume akar. Jenis

media yang menunjukkan hasil terbaik adalah pasir sungai dengan rata-rata persentase hidup

88,75%, persentase stek bertunas 86,25%, persentase stek berakar 85,00%, panjang tunas 5,17

cm, berat kering tunas 0,043 g dan volume akar 0,11ml.

2.

Perlakuan tinggi pangkasan berpengaruh terhadap persentase hidup, persentase berakar,

persentase bertunas dan berat kering tunas. Stek pucuk dari tunas pada ketinggian 15 cm

menunjukkan respon pertumbuhan terbaik dengan rata-rata persentase hidup stek 81,66%,

persentase bertunas 81,66%, persentase berkar 81,66% dan berat kering tunas 0,039g.

DAFTAR PUSTAKA

(6)

Campinhos, E., Jr. 1993. A Brazilian example of Large Scale Forestry Plantation in A Tropical Region : Aracruz. Proceedings of the Regional Symposium on Recent Advances in Mass Clonal Multiplication of Forest Trees for Plantation Programmes 1-8 December 1992. Bogor Indonesia. FAO. Los Banos Phillipines.

Hartman, H.T., and D.E. Kester, 1983. Plant Propagation Principles and Practices. Prentice Hall Inc. New Jersey.

Khan, M. 1993. Proceedings National Training Course on Tree Breeding and Propagation. Fakistan Institute 22 – 26 February 1994. FAO. Los Banos. Phillipines

Kijkar, S. 1991. Producing Rooted Cuttings of Eucalyptus camaldulensis. ASEAN-Canada Forest Tree Seed Centre Project. Thailand.

Leksono, B., S. Kurinobu dan A. Nirsatmanto. 1996. Strategi Pemuliaan Pohon Eucalyptus pellita dan Acacia mangium. Ekspose Hasil-hasil Penelitian dan Pengembangan Pemuliaan. Balai Penelitian dan Pengembangan Pemuliaan Benih Tanaman Hutan. Yogyakarta.

Loveless, A.R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Daerah Tropik I. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta.

Na’iem, M. 2000. Prospek Perhutanan Klon Jatidi Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Status Silvikultur di Indonesia Saat Ini. Wanagama I, 1-2 Desember 2000. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

Prastyono, H.A. Adinugraha dan Suwandi. 2003. Keberhasilan Pertumbuhan Stek Pucuk Eucalyptus pellita F. Muell Pada Beberapa Media dan Hormon Perangsang Pertumbuhan. Jurnal Pemulian Tanaman Hutan. Vol. 1 no. 2. hal 63-70. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta

Pudjiono S., and H. Kondo, 1996. Technical Report for Cuttings Propagation of Eucalyptus deglupta, Eucalyptus pellita, Acacia mangium and Paraserienthes falcataria. FTIP No.55. JICA.

Gambar

Tabel 1. Pertumbuhan tunas setelah satu bulan  semai E. pellita dipangkas
Gambar 1. Pertumbuhan tunas pada semai E. pellita setelah 6 minggu
Tabel 4. Hasil uji DMRT

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan perencanaan strategis SI/TI sesuai portofolio SI/TI yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan dalam perencanaan strategis periode mendatang sehingga dapat

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Melalui Media Video Pembelajaran Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Daur Hidup Hewan

Terwujudnya rancangan Pusat Kegiatan bagi Penyayang serta Hewan Anjing dan Kucing di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai wadah sarana kegiatan penyayang anjing dan

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis

Rumusan masalah dalam penelitian adalah merancang robot yang dapat mencari alamat berdasarkan 4 warna (merah, hijau, biru dan hitam). Tujuan dari penelitian ini

6. Pengertian Instalasi Tenaga adalah pemasangan komponen-komponen peralatan listrik untuk melayani perubahan energy listrik menjadi tenaga mekanis dan kimia. Instalasi

Peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan pendekatan PMRI dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa menggunakan alat ukur panjang tidak baku dan

Remaja sering kali membelanjakan uangnya secara berlebihan dan membeli sebuah barang yang bukan merupakan kebutuhan mereka dengan tujuan terlihat bernilai maka remaja mencoba