• Tidak ada hasil yang ditemukan

Maulia Eka Riani P056132852.49E Penerapan Good Corporate Governance Pada Perusahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Maulia Eka Riani P056132852.49E Penerapan Good Corporate Governance Pada Perusahan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ... 2 I.2 Perumusan Masalah ... 3 I.3 Tujuan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Good Corporate Governance ... ... 5 II.2 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan GCG. 16

BAB III PEMBAHASAN

III.1 PT. Astra International Tbk ... ... 18 III.2 Tata Kelola Perusahaan [Good Corporate Governance]

PT. Astra International Tbk ... ... 19

BAB IV KESIMPULAN

(3)

3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Sekarang ini, dunia usaha semakin berkembang dan membutuhkan pengelolaan yang semakin baik dan sehat. Perusahaan publik menuntut agar setiap pimpinan dan seluruh karyawannya dapat menunjukkan tindakan yang terpuji kepada stakeholder dan dapat bertanggungjawab atas semua tindakan dan keputusannya dalam mengelola perusahaan. Guna meningkatkan performansi perusahaan kearah yang lebih baik, maka perusahaan harus dikelola secara professional dengan mengindahkan prinsip-prinsip Good Governance.

Keberlangsungan eksistensi perusahaan tidak hanya diukur oleh performa keuangan, peningkatan keuntungan akan tetapi juga performa internal perusahaan (etika dan Good Corporate Governance [GCG] ) dan performa kepedulian sosial perusahaan. Kelemahan mendasar pada perekonomian di Indonesia terutama diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu: kinerja keuangan yang buruk, daya saing yang rendah, ketiadaan profesionalisme, tidak responsif terhadap perubahan dalam lingkungan bisnis, pengelolaan ekonomi dan sektor usaha yang kurang efisien serta sistem perbankan. Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara krisis ekonomi, krisis finansial dan krisis yang berkepanjangan di berbagai negara dengan lemahya corporate governance.

Corporate governance adalah seperangkat tata hubungan antara manajemen, direksi, dewan komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya yang mengatur dan mengarahkan kegiatan perusahaan (OECD, 2004). Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan.

Etika bisnis tidak disangkal lagi memiliki peran yang sangat besar dalam hal tersebut. Menerapkan etika bisnis secara konsisten sehingga dapat mewujudkan iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan merupakan salah satu sumbangsih besar yang dapat diberikan oleh dunia usaha untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan mampu memberikan manfaat yang besar bagi seluruh stakeholder-nya. Saat ini seringkali muncul pertanyaan apakah etika bisnis merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Etika bisnis dianggap sebagai suatu hal yang merepotkan yang seandainya tidak diindahkan pun suatu bisnis tetap dapat berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan. Oleh karena itu sudah selayaknya perusahaan menerapkan suatu prinsip Good Corporate Governance yang dapat digunakan sebagai salah satu alatnya.

Perangkat Peraturan dan Perundang-undangan

(4)

4

mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum

Astra pertama kali didirikan sebagai perusahaan perdagangan di Jakarta pada tahun 1957. Kemudian Astra berkembang menjadi salah satu perusahaan terbesar nasional yang, pada tahun 2013 diperkuat dengan 189.459 orang karyawan di 178 perusahaan termasuk anak perusahaan, perusahaan asosiasi dan jointly controlled entities. Ketekunan dalam menjalin kerja sama dan kemitraan dengan berbagai perusahaan ternama di mancanegara telah memberikan peluang bagi Astra untuk melayani berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia melalui 6 bidang usahanya : Otomotif, Jasa Keuangan, Alat Berat dan Pertambangan, Agribisnis, Infrastruktur dan Logistik dan Teknologi Informasi.

Dalam menjalankan roda perusahaan, manajemen Astra mempercayai dan memahami bahwa setiap keputusan bisnis yang diambil harus berdasarkan pada Catur Dharma. Sepanjang sejarah Astra, nilai-nilai falsafah tersebut selalu menjadi acuan manajemen. Dan dengan berjalannya waktu nilai-nilai tersebut semakin terinternalisasi dan tercermin dalam semua aspek operasional perusahaan. Walaupun begitu, dengan perkembangan bisnis yang makin kompleks, diperlukan adanya suatu tata kelola yang terstruktur untuk mengelola aktivitas bisnis Astra agar tetap sejalan dengan Catur Dharma serta mengarahkannya agar tetap berlangsung di masa yang akan datang.

Keadaan ini mendorong diawalinya suatu inisiatif pada akhir tahun 2006 untuk menyusun suatu pedoman agar dalam menata kelola bisnisnya Direksi tetap profesional, transparan dan bertanggung jawab. Dalam perkembangannya pedoman ini kemudian dikenal sebagai Pedoman Good Coorporate Governance(GCG) yang juga menjadi acuan anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris dalam menjalankan perusahaan agar senantiasa memperhatikan peraturan perundang-undangan, anggaran dasar Perseroan serta prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas dan kesetaraan.

I.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka perlu dikaji lebih lanjut mengenai penerapan Good Coorporate Governance(GCG) dalam aktivitas sehari – hari ASTRA sebagai salah satu perusahaan di Indonesia.

I.3 TUJUAN

(5)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 GOOD CORPORATE GOVERNANCE II.1.1 DEFINISI

Prinsip Good Governance merupakan kaidah, norma ataupun pedoman harus digunakan oleh pimpinan perusahaan dan para pegawai agar segala tindakan maupun keputusan yang dilakukannya adalah dalam rangka mendukung kepentingan perusahaan dan pemegang saham. Kaidah, norma ataupun pedoman yang digunakan harus mengikuti kaidah yang telah ditetapkan oleh Pemerintah maupun ketentuan pengelolaan perusahaan yang telah ditetapkan pada perusahan publik. Agar praktek-praktek good governance menjadi tindakan yang nyata dari pimpinan dan para pegawainya, maka diperlukan suatu pedoman Good Corporate Governance (GCG).

Banyak difinisi yang berkaitan dengan corporate governance, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kata governance berasal dari bahasa Perancis gubernance yang berarti pengendalian. Selanjutnya kata tersebut dipergunakan dalam konteks kegiatan perusahaan atau jenis organisasi yang lain, menjadicoporate governance. Dalam bahasa Indonesia corporate governance diterjemahkan sebagai tata kelola atau tata pemerintahan perusahaan. Good Corporate Governance sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan (Direksi, Dewan Komisaris, RUPS) guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. (Sutojo dan Aldridge, 2008).

2. Istilah Good Corporate Governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan bagi praktik Good Corporate Governance di seluruh dunia. Komite Cadbury, Tjager (2003) mendefinisikan Good Corporate Governance, sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham dan sebagainya.

3. Menurut FCGI (2001) pengertian Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

4. Corporate governance adalah seperangkat tata hubungan diantara manajemen, direksi, dewan komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya yang mengatur dan mengarahkan kegiatan perusahaan (OECD, 2004).

(6)

6

panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan etika.

6. Malaysian Finance Committe on Corporate Govesrnance memberikan definisi yang lebih luas mengenai konsep Good Corporate Governance. Good Corporate Governance merupakan suatu proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis serta akuntabilitas korporasi dengan tujuan untuk meningkatkan nilai saham dalam jangka panjang serta memperhatikan kepentingan pihak-pihak lain yang terkait dengan perusahaan (stakeholder). Good Corporate Governance sering disebut sebagai sebuah pola hubungan, sistem dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku (Tjager, 2003).

II.1.2 TUJUAN

Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan. Di Indonesia, penerapan Good Corporate Governance telah dibuatkan pedomannya oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) melalui bukunya yang baru dirilis tahun 2006 lalu berjudul “Pedoman

Umum Good Corporate Governance Indonesia”.

GCG bagi suatu perusahaan dimaksudkan sebagai pedoman manajemen dan pegawai dalam menjalankan praktek bisnis yang memenuhi persyaratan Good Governance. Sedangkan tujuannya adalah :

1. Memaksimalkan value Perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan.

2. Memastikan pengelolaan Perusahaan dilakukan secara profesional, transparan, dan efisien.

3. Mewujudkan kemandirian dalam membuat keputusan sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing pimpinan dalam Perusahaan tersebut.

4. Memastikan setiap pegawai dalam perusahaan berperan sesuai wewenang dan tanggung jawab yang telah ditetapkan

5. Mewujudkan praktek bisnis yang sejalan dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance secara konsisten.

Menurut Ahmad Daniri (2005;14) jika perusahaan menerapkan mekanisme penerapan Good Corporate Governance (GCG) secara konsisten dan efektif maka akan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung oleh pemegang saham akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen.

2. Mengurangi biaya modal (Cost of Capital).

3. Meningkatkan nilai saham perusahaan di mata publik dalam jangka panjang.

(7)

7

II.1.3 PRINSIP DASAR

Pentingnya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance telah menjadi perhatian bagi dunia bisnis di setiap negara. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh OECD menjadi acuan bagi setiap negara dalam penerapannya. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh OECD tahun 2004 mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Ensuring the basis for an Effective Corporate Governance Framework 2. The Rights of Shareholders and Key Ownership Functions

3. The Equitable Treatment of shareholders

4. The Role of Stakeholders in Corporate Governance 5. Disclosure and Transparency

6. The responsibilities of the Board

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, masing-masing negara selanjutnya mengadopsi prinsip-prinsip tersebut dalam Pedoman Good Corporate Governance masing-masing negara. Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesiakan disusun oleh Komite nasional Kebijakan Governance. Pedoman yang diterbitkan pada tahun 2006 ini merupakan revisi atas Pedoman Good Corporate Governance yang diterbitkan pada tahun 2001. Meskipun Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia 2006 ini tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat, namun dapat menjadi rujukan bagi dunia usaha dalam menerapkan Good Corporate Governance.

Setiap perusahaan harus memastikan bahwa prinsip GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Prinsip GCG (2006) yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).

Tabel 1. Prinsip GCG dan pedoman pelaksanaannya

NO PRINSIP PEDOMAN PELAKSANAAN

1. Transparansi (Transparency)

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.

Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang - undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

1.1. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.

(8)

8

perusahaan.

1.3. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi. 1.4. Kebijakan perusahaan harus tertulis

dan secara proporsional dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Perusahaan harus dapat mem- pertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain.

Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan

2.1. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate values), dan strategi perusahaan.

2.2. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.

2.3 Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.

2.4 Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system).

2.5 Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati

3. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

3.1 Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws)

3.2 Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

4. Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

4.1.Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.

(9)

9

melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

5.1. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.

5.2 Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan

5.3 Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik.

Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia 2006

II.1.4 METODE DAN RUANG LINGKUP PENERAPAN PEDOMAN GCG II.1.4.1 METODE

Pelaksanaan Pedoman Umum Good Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia baik perusahaan-perusahaan terbuka (Emiten/Perusahaan Publik) maupun perusahaan tertutup pada dasarnya bersifat comply and explain. Di mana perusahaan diharapkan menerapkan seluruh aspek Pedoman Good Corporate Governance ini. Apabila belum seluruh aspek pedoman ini dilaksanakan maka perusahaan harus mengungkapkan aspek yang belum dilaksanakan tersebut beserta alasannya dalam laporan tahunan.

(10)

10

II.1.4.2 RUANG LINGKUP

Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia memuat prinsip dasar dan pedoman pokok pelaksanaan Good Corporate Governance yang merupakan standar minimal yang mencakup:

a. Peran negara, dunia usaha dan masyarakat dalam menciptakan situasi kondusif untuk melaksanakan Good Corporate Governance

b. Asas-asas Good Corporate Governance yang meliputi transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan kewajaran dan kesetaraan

c. Nilai – nilai perusahaan, Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku

Tabel 2. Pedoman pelaksanaan Nilai – nilai perusahaan, Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku

PRINSIP DASAR PEDOMAN PELAKSANAAN

Untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang, pelaksanaan GCG perlu dilandasi oleh integritas yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan pedoman perilaku yang dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam menerapkan nilai-nilai (values) dan etika bisnis sehingga menjadi bagian dari budaya perusahaan. Prinsip-prinsip dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah:

- Setiap perusahaan harus memiliki

nilai-nilai perusahaan yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya.

- Untuk dapat merealisasikan sikap moral

dalam pelaksanaan usahanya, perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ perusahaan dan semua karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang merupakan manifestasi dari nilai-nilai perusahaan.

- Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis

perusahaan perlu dituangkan dan dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan diterapkan.

1. Nilai-Nilai Perusahaan

a. Nilai-nilai perusahaan merupakan landasan moral dalam mencapai visi dan misi perusahaan. Oleh karena itu, sebelum merumuskan nilai-nilai perusahaan, perlu dirumuskan visi dan misi perusahaan.

b. Walaupun nilai-nilai perusahaan pada dasarnya universal, namun dalam merumuskannya perlu disesuaikan dengan sektor usaha serta karakter dan letak geografis dari masing-masing perusahaan. c. Nilai-nilai perusahaan yang

universal antara lain adalah terpercaya, adil dan jujur.

2. Etika Bisnis

a. Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha termasuk dalam berinteraksi dengan pemangku kepentingan

b. Penerapan nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis secara berkesinambungan mendukung terciptanya budaya perusahaan. c. Setiap perusahaan harus memiliki

rumusan etika bisnis yang disepakati bersama dan dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku.

3. Pedoman Perilaku

(11)

11

perusahaan;

b. Pedoman perilaku mencakup panduan tentang benturan kepentingan, pemberian dan penerimaan hadiah dan donasi, kepatuhan terhadap peraturan, kerahasiaan informasi, dan pelaporan terhadap perilaku yang tidak etis.

Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia 2006

d. Organ Perusahaan

Organ perusahaan, yang terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan Direksi, mempunyai peran penting dalam pelaksanaan GCG secara efektif. Organ perusahaan harus menjalankan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas dasar prinsip bahwa masing-masing organ mempunyai independensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya semata-mata untuk kepentingan perusahaan.

Kepengurusan perseroan terbatas di Indonesia menganut sistem dua badan (twoboard system) yaitu Dewan Komisaris dan Direksi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing sebagaimana diamanahkan dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan (fiduciary responsibility). Namun demikian, keduanya mempunyai tanggung jawab untuk memelihara kesinambungan usaha perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Dewan Komisaris dan Direksi harus memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan.

Tanggung jawab bersama Dewan Komisaris dan Direksi dalam menjaga kelangsungan usaha perusahaan dalam jangka panjang tercermin pada:

a. Terlaksananya dengan baik kontrol internal dan manajemen risiko; b. Tercapainya imbal hasil (return) yang optimal bagi pemegang saham; c. Terlindunginya kepentingan pemangku kepentingan secara wajar;

d. Terlaksananya suksesi kepemimpinan yang wajar demi kesinambungan manajemen di semua lini organisasi.

Sesuai dengan visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan, Dewan Komisaris dan Direksi perlu bersama-sama menyepakati hal-hal tersebut di bawah ini:

a. Rencana jangka panjang, strategi, maupun rencana kerja dan anggaran tahunan b. Kebijakan dalam memastikan pemenuhan peraturan perundang-undangan dan

anggaran dasar perusahaan serta dalam menghindari segala bentukbenturan kepentingan

c. Kebijakan dan metode penilaian perusahaan, unit dalam perusahaan dan personalianya;

(12)

12

Tabel 3. Pedoman Pelaksanaan Organ Perusahaan

PRINSIP DASAR PEDOMAN PELAKSANAAN

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

- Merupakan wadah para pemegang

saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan.

- Keputusan yang diambil dalam RUPS

harus didasarkan pada kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang.

- RUPS dan atau pemegang saham tidak

dapat melakukan intervensi terhadap tugas, fungsi dan wewenang Dewan Komisaris dan Direksi dengan tidak mengurangi wewenang RUPS untuk menjalankan haknya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundangundangan, termasuk untuk melakukan penggantian atau pemberhentian anggota Dewan Komisaris dan atau Direksi.

a. Pengambilan keputusan RUPS harus dilakukan secara wajar dan transparan dan memperhatikan hal - hal yang diperlukan untuk menjaga kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang,

b. RUPS harus diselenggarakan sesuai dengan kepentingan perusahaan dan dengan memperhatikan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, serta dengan persiapan yang memadai, sehingga dapat mengambil keputusan yang sah. c. Penyelenggaraan RUPS merupakan

tanggung jawab Direksi. Untuk itu, Direksi harus mempersiapkan dan menyelenggarakan RUPS dengan baik dan dengan berpedoman pada butir 1 dan 2 diatas. Dalam hal Direksi berhalangan, maka penyelenggaraan RUPS dilakukan oleh Dewan Komisaris atau pemegang saham sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.

Dewan Komisaris

Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa Perusahaan melaksanakan GCG. Namun demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional.

Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris termasuk Komisaris Utama adalah setara.

Tugas Komisaris Utama sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris. Agar pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut:

1. Komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak

a. Komposisi, Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Dewan Komisaris

b. Kemampuan dan Integritas Anggota Dewan Komisaris

- Komite Kebijakan Risiko - Komite Kebijakan Corporate

Governance

(13)

13

independen.

2. Anggota Dewan Komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik termasuk memastikan bahwa Direksi telah memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan.

3. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris mencakup tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara.

Direksi

Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya.

Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota Direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama.

Kedudukan masing-masing anggota Direksi termasuk Direktur Utama adalah setara. Tugas Direktur Utama sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Direksi. Agar pelaksanaan tugas Direksi dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut:

1. Komposisi Direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen.

2. Direksi harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki pengalaman serta kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.

3. Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat menghasilkan keuntungan (profitability) dan memastikan kesinambungan usaha perusahaan. 4. Direksi mempertanggungjawabkan

kepengurusannya dalam RUPS sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

a. Komposisi Direksi

b. Kemampuan dan Integritas Anggota Direksi

- Tanggung Jawab Sosial

d. Pertanggungjawaban Direksi

(14)

14

e. Hak dan tanggungjawab Pemegang saham

Pemegang saham sebagai pemilik modal, memiliki hak dan tanggung jawab atas perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan. Dalam melaksanakan hak dan tanggung jawabnya, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

- Pemegang saham harus menyadari bahwa dalam melaksanakan hak dan tanggung

jawabnya harus memperhatikan juga kelangsungan hidup perusahaan.

- Perusahaan harus menjamin dapat terpenuhinya hak dan tanggung jawab pemegang

saham atas dasar asas kewajaran dan kesetaraan (fairness) sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.

Tabel 4. Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham

HAK – HAK TANGGUNG JAWAB

Hak pemegang saham harus dilindungi dan dapat dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan. Hak pemegang saham tersebut pada dasarnya meliputi:

a.Hak untuk menghadiri, menyampaikan pendapat, dan memberikan suara dalam RUPS berdasarkan ketentuan satu saham memberi hak kepada pemegangnya untuk mengeluarkan satu suara;

b. Hak untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu, benar dan teratur, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia, sehingga memungkinkan pemegang saham membuat keputusan mengenai investasinya dalam perusahaan berdasarkan informasi yang akurat; c.Hak untuk menerima bagian dari

keuntungan perusahaan yang diperuntukkan bagi pemegang saham dalam bentuk dividen dan pembagian keuntungan lainnya, sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya;

d. Hak untuk memperoleh penjelasan lengkap dan informasi yang akurat mengenai prosedur yang harus dipenuhi berkenaan dengan penyelenggaraan RUPS agar pemegang saham dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, termasuk keputusan mengenai hal-hal yang mempengaruhi eksistensi perusahaan dan hak pemegang saham;

e.Dalam hal terdapat lebih dari satu jenis dan klasifikasi saham dalam perusahaan, maka:

- setiap pemegang saham berhak

mengeluarkan suara sesuai dengan

Pemegang saham harus menyadari tanggung jawabnya sebagai pemilik modal dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan. Tanggung jawab pemegang saham tersebut pada dasarnya meliputi:

a.Pemegang saham pengendali harus dapat: memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas dan pemangku kepentingan lainnya sesuai peraturan perundang-undangan; dan mengungkapkan kepada instansi penegak hukum tentang pemegang saham pengendali yang sebenarnya (ultimate shareholders) dalam hal terdapat dugaan terjadinya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan, atau dalam hal diminta oleh otoritas terkait;

b.Pemegang saham minoritas bertanggung jawab untuk menggunakan haknya dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar;

c.Pemegang saham harus dapat: memisahkan kepemilikan harta perusahaan dengan kepemilikan harta pribadi; dan memisahkan fungsinya sebagai pemegang saham dengan fungsinya sebagai anggota Dewan Komisaris atau Direksi dalam hal pemegang saham menjabat pada salah satu dari kedua organ tersebut;

(15)

15

jenis, klasifikasi dan jumlah saham yang dimiliki;

- setiap pemegang saham berhak

untuk diperlakukan setara berdasarkan jenis dan klasifikasi saham yang dimilikinya.

dilakukan secara jelas

Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia 2006

Tanggungjawab Perusahaan terhadap Hak dan Kewajiban Pemegang Saham adalah sebagai berikut :

- Perusahaan harus melindungi hak pemegang saham sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.

- Perusahaan harus menyelenggarakan daftar pemegang saham secara tertib sesuai

dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar.

- Perusahaan harus menyediakan informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu,

benar dan teratur bagi pemegang saham, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia.

- Perusahaan tidak boleh memihak pada pemegang saham tertentu dengan memberikan

informasi yang tidak diungkapkan kepada pemegang saham lainnya. Informasi harus diberikan kepada semua pemegang saham tanpa menghiraukan jenis dan klasifikasi saham yang dimilikinya.

- Perusahaan harus dapat memberikan penjelasan lengkap dan informasi yang akurat

mengenai penyelenggaraan RUPS.

f. Pemangku kepentingan yang meliputi karyawan, mitra bisnis dan masyarakat serta pengguna produk atau jasa perusahaan

Pemangku kepentingan -selain pemegang saham- adalah mereka yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan mereka yang terpengaruh secara langsung oleh keputusan strategis dan operasional perusahaan, yang antara lain terdiri dari karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat terutama sekitar tempat usaha perusahaan. Antara perusahaan dengan pemangku kepentingan harus terjalin hubungan yang sesuai dengan asas kewajaran dan kesetaraan (fairness) berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi masing-masing pihak. Agar hubungan antara perusahaan dengan pemangku kepentingan berjalan dengan baik, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

- Perusahaan menjamin tidak terjadinya diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras,

golongan, dan gender serta terciptanya perlakuan yang adil dan jujur dalam mendorong perkembangan karyawan sesuai dengan potensi, kemampuan, pengalaman dan keterampilan masing-masing.

- Perusahaan dan mitra bisnis harus bekerja sama untuk kepentingan kedua belah

pihak atas dasar prinsip saling menguntungkan.

- Perusahaan harus memperhatikan kepentingan umum, terutama masyarakat sekitar

perusahaan, serta pengguna produk dan jasa perusahaan

g. Pernyataan tentang penerapan Pedoman Good Corporate Governance

Setiap perusahaan harus membuat pernyataan tentang kesesuaian penerapan GCG dengan Pedoman GCG ini dalam laporan tahunannya. Pernyataan tersebut harus disertai laporan tentang struktur dan mekanisme kerja organ perusahaan serta informasi penting lain yang berkaitan dengan penerapan GCG. Dengan demikian, pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk regulator, dapat menilai sejauh mana Pedoman GCG pada perusahaan tersebut telah diterapkan.

h. Pedoman Praktis Penerapan Good Corporate Governance

(16)

16

melaksanakan penerapan GCG. Pedoman GCG perusahaan tersebut mencakup sekurang kurangnya hal - hal sebagai berikut :

- Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan;

- Kedudukan dan fungsi RUPS, Dewan Komisaris, Direksi, komite penunjang Dewan

Komisaris, dan pengawasan internal;

- Kebijakan untuk memastikan terlaksananya fungsi setiap organ perusahaan secara

efektif;

- Kebijakan untuk memastikan terlaksananya akuntabilitas, pengendalian internal yang

efektif dan pelaporan keuangan yang benar

- Pedoman perilaku yang didasarkan pada nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis; - Sarana pengungkapan informasi untuk pemegang saham dan pemangku kepentingan

lainnya;

- Kebijakan penyempurnaan berbagai peraturan perusahaan dalam rangka memenuhi

prinsip GCG.

Agar pelaksanaan GCG dapat berjalan efektif, diperlukan proses keikutsertaan semua pihak dalam perusahaan.

II.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENERAPAN GCG Penerapan GCG memiliki dua faktor yang memegang peranan yang menentukan keberhasilannya sebagai berikut, seperti dikutip dari Ristifani (2009) :

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa factor yang dimaksud antara lain:

a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.

b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada penerapan nilai-nilai GCG.

c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah standar GCG.

d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.

e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke waktu.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG. Di antaranya:

a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif.

b. Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/ lembaga pemerintahaan yang diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan Clean Government menuju Good Government Governance yang sebenarnya.

(17)

17

d. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di masyarakat. Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG secara sukarela. e. Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan implementasi GCG terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti korupsi yang berkembang di lingkungan publik di mana perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan peluang kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan lingkungan publik sangat mempengaruhi kualitas dan skor perusahaan dalam implementasi GCG.

Di luar dua faktor di atas, aspek lain yang paling strategis dalam mendukung penerapan GCG secara efektif sangat tergantung pada kualitas, skill, kredibilitas, dan integritas berbagai pihak yang menggerakkan organ perusahaan. Jika berbagai prinsip dan aspek penting GCG dilanggar suatu perusahaan, maka sudah dapat dipastikan perusahaan tersebut tidak akan mampu bertahan lama dalam persaingan bisnis global dewasa ini, meski perusahaan itu memiliki lingkungan kondusif bagi pertumbuhan bisnisnya.

(18)

18

BAB III

PEMBAHASAN

III.1 PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk. Perusahaan besar ini pertama kali didirikan pada tanggal 20 Februari 1957 dengan nama PT. Astra International Incorporation (AII), oleh Drs. Tjia Kian Tie, Wiliam Soerjadja (Tjia Kiang Liong), dan E.Hariman (Liem Peng Hong). Pada awalnya PT Astra International bergerak dalam bidang usaha ekspor-impor hasil bumi, inventaris alat-alat kereta api untuk PKA (sekarang PJKA), serta bahan-bahan untuk proyek pengembangan PLTA Jatiluhur.

Berkat usaha patungan antara Pemerintah Indonesia, maka pada tanggal 25 Februari 1969 berdirilah PT. Gaya Motor. Pada tanggal 1 Juli 1969 PT. Astra International Incorporation (AII) mendapatkan pengakuan resmi dari Pemerintah Republik Indonesia

sebagai agen tunggal kendaraan bermotor merek “Toyota” untuk seluruh wilayah Indonesia.

Pada tahun 1990, Perseroan mengubah namanya menjadi PT Astra International Tbk. dan telah tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal 4 April 1990.

Seperti moto perusahaan yaitu “Peraspera Ad ASTRA” yang artinya “Bekerja Keras

Untuk Mencapai Bintang” ASTRA terus bekerja keras untuk mengembangkan usahanya walau didera pasang surut bisnis. Kemudian Astra berkembang menjadi salah satu perusahaan terbesar nasional yang head office – nya berada di Jl. Gaya Motor Raya No. 8 Sunter II - Jakarta Utara, pada tahun 2013 diperkuat dengan 189.459 orang karyawan di 178 perusahaan termasuk anak perusahaan, perusahaan asosiasi dan jointly controlled entities

Ketekunan dalam menjalin kerja sama dan kemitraan dengan berbagai perusahaan ternama di mancanegara telah memberikan peluang bagi Astra untuk melayani berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia melalui 6 bidang usahanya : Otomotif, Jasa Keuangan, Alat Berat dan Pertambangan, Agribisnis, Infrastruktur dan Logistik dan Teknologi Informasi.

(19)

19

Filosofi Perusahaan (Catur Dharma)

 Menjadi Milik yang Bermanfaat bagi Bangsa dan Negara  Memberikan Pelayanan Terbaik kepada Pelanggan  Menghargai Individu dan Membina Kerja Sama  Senantiasa Berusaha Mencapai yang Terbaik

Visi

 Menjadi salah satu perusahaan dengan pengelolaan terbaik di Asia Pasifik dengan penekanan pada pertumbuhan yang berkelanjutan dengan pembangunan kompetensi melalui pengembangan sumber daya manusia, struktur keuangan yang solid, kepuasan pelanggan dan efisiensi.

 Menjadi perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial serta ramah lingkungan.

Misi

Sejahtera bersama bangsa dengan memberikan nilai terbaik kepada stakeholder kami.

Komitmen pada prinsip-prinsip luhur Catur Dharma juga terus mendorong interaksi nonbisnis yang luas dengan masyarakat Indonesia melalui berbagai program tanggung jawab sosial (CSR) di bidang Pendidikan, Lingkungan, Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan Kesehatan. Keselarasan langkah tersebut merupakan bagian dari perjalanan Astra untuk menjadi Perusahaan Kebanggaan Bangsa.

III.2 TATA KELOLA PERUSAHAAN [GOOD CORPORATE GOVERNANCE] PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk.

Pendekatan Astra terhadap tata kelola didasarkan pada kepercayaan bahwa penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik dalam Perusahaan maka akan tertanam pada manajemen dan karyawan: visi, proses dan struktur yang diperlukan dalam mengambil keputusan yang mendorong Astra untuk tumbuh secara berkelanjutan. Prinsip dan kebijakan tata kelola Astra berlandaskan pada filosofi Perusahaan, yaitu Catur Dharma, dan bersumber pada Pedoman Good Corporate Governance (GCG) Indonesia, peraturan perundang-undangan dan praktik yang berlaku di Indonesia maupun internasional. Sebagai perusahaan induk, Astra terus memberikan pengarahan dan pedoman kepada anak-anak perusahaan dalam mematuhi prosedur tata kelola perusahaan yang baik, diselaraskan dengan kegiatan usaha masing-masing anak perusahaan sehingga kebijakan dan prosedur GCG yang tepat dapat diterapkan untuk mendorong Grup Astra tumbuh secara berkelanjutan.

Sesuai ketentuan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, struktur tata kelola Astra terdiri dari 3 (tiga) organ perusahaan, yaitu Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi. Masing-masing organ perusahaan memiliki tugas dan wewenang yang berbeda dan memiliki independensi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk kepentingan Perusahaan. Jika dinilai perlu, Dewan Komisaris dan Direksi juga dapat membentuk unit atau komite yang berfungsi untuk membantu pelaksanaan tugas dan wewenang yang lebih efektif.

(20)

20

Tabel 5. Organ Perusahaan PT. Astra International Tbk.

NO ORGAN PERUSAHAAN PENERAPAN

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mempunyai wewenang antara lain membuat keputusan atas hal-hal sebagai berikut:

- Perubahan Anggaran Dasar

Perusahaan;

- Permodalan Perusahaan;

- Penggunaaan keuntungan bersih

Perusahaan;

- Pengangkatan dan pemberhentian

anggota Dewan Komisaris dan Direksi;

- Persetujuan atas laporan tahunan

dan pengesahan laporan Dewan Komisaris dan laporan keuangan Perseroan;

- Penetapan jumlah dan jenis

remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi;

- Penunjukan akuntan publik

- Penggabungan, peleburan atau

pemisahan Perusahaan; dan

- Dilakukannya transaksi yang

melebihi nilai tertentu dan transaksi yang mengandung benturan kepentingan.

RUPS terdiri dari

a. RUPS Tahunan, wajib diselenggarakan setiap tahun paling lambat enam (6) bulan setelah ditutupnya tahun buku Perusahaan b. RUPS Luar Biasa, dapat diadakan

sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.

Ketentuan mengenai RUPS diatur dalam Anggaran Dasar Perusahaan.

RUPS Perusahaan yang terakhir diselenggarakan pada tanggal 27 April 2012, yang terdiri dari RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa Perseroan.

Seluruh keputusan RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa secara lengkap telah dipublikasikan dalam surat kabar harian Bisnis Indonesia dan The Jakarta Post pada tanggal 30 April 2012 sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Komposisi pemegang saham :

2. Dewan Komisaris

Tanggung Jawab Dewan Komisaris Secara umum, tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris antara lain adalah:

- Melakukan pengawasan atas

risiko usaha Perseroan;

- Melakukan pengawasan atas

pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam kegiatan usaha;

- Memberikan tanggapan,

rekomendasi dan juga persetujuan, jika diperlukan, atas usulan dan rencana yang diajukan

a. Komposisi Dewan Komisaris

(21)

21

Direksi untuk melaksanakan strategi dan rencana pengembangan Perseroan.

Komisaris Perseroan terdiri dari 12 anggota, termasuk 5 (lima) diantaranya menjabat sebagai Komisaris Independen, dengan ketentuan independensi sebagai berikut:

- Berasal dari luar Perseroan - Tidak mempunyai saham baik

langsung maupun tidak langsung pada Perseroan;

- Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Perusahaan, Komisaris, Direksi atau pemegang saham utama Perseroan;

- Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Perseroan.

Budi Setiadharma Presiden Komisaris

b. Rapat Dewan Komisaris

Rapat Dewan Komisaris wajib diadakan secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam 3 bulan. Sepanjang tahun 2012, Dewan Komisaris telah mengadakan rapat 4 kali dan menerbitkan 7 keputusan Dewan Komisaris yang dilakukan melalui sirkular.

Komite-Komite Dewan Komisaris Komite Audit

Tugas dan tanggung jawab Komite Audit membantu Dewan Komisaris dalam melakukan fungsi pemantauan terhadap hal-hal berikut:

- Keuangan - kredibilitas dan objektivitas dari informasi keuangan yang akan disebarluaskan oleh Perseroan kepada pihak eksternal, termasuk laporan keuangan dan data keuangan lainnya

- Manajemen risiko dan pengendalian internal - kecukupan proses untuk melakukan identifikasi dan memitigasi risiko keuangan dan bisnis;

- Kegiatan Assurance - rencana dan hasil dari kegiatan yang dilakukan oleh Grup Internal Audit dan Risk Advisory, dan auditor eksternal untuk menilai apakah risiko-risiko utama telah ditangani dengan tepat dan dievaluasi dalam pelaksanaan kerja;

- Objektivitas dan Independensi - objektivitas dan independensi auditor internal dan eksternal;

- Hukum - status dan pelaporan kasus hukum yang material terhadap Grup Astra; dan - Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan

(22)

22

Pengangkatan Komite Audit Pengangkatan anggota Komite Audit dilakukan oleh Dewan Komisaris berdasarkan Keputusan Sirkuler Dewan Komisaris tertanggal 16 Mei 2012. Masa jabatan Komite Audit berlaku efektif sejak 27 April 2012 sampai dengan ditutupnya RUPS Tahunan 2014.

Anggota Komite juga wajib memenuhi persyaratan independensi, yaitu anggota tidak memiliki hubungan keuangan, manajerial, kepemilikan dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris, Direksi dan/atau Pemegang Saham utama dan/atau dengan PT Astra International Tbk

Selama tahun 2012, Komite Audit Perusahaan telah melaksanakan 6 kali rapat.

Pada tahun 2012, Komite Audit telah melakukan antara lain, kegiatan sebagai

Berikut:

- Pengawasan atas laporan keuangan interim dan laporan keuangan tahunan 2012;

- Pengawasan atas rencana kerja serta hasil dari auditor eksternal;

- Pengawasan atas rencana kerja dan hasil pelaporan Grup Internal Audit dan Risk Advisory; dan

- Pengawasan atas pelaporan Divisi Legal atas kasus-kasus hukum.

Komite Remunerasi dan Nominasi

Komite Remunerasi dan Nominasi bertugas untuk memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris perihal nominasi dan remunerasi anggota Dewan Komisaris dan Direksi. Komite tersebut juga memberi saran terkait calon-calon yang akan ditunjuk sebagai Eksekutif Senior Perseroan, serta merekomendasikan pembagian tugas anggota Direksi lepada Dewan Komisaris.

Komposisi Komite Remunerasi dan Nominasi Selama tahun 2012, Komite Remunerasi dan Nominasi telah melaksanakan 5 kali rapat dan telah melaksanakan tugas yaitu secara aktif memberikan masukan dan evaluasi melalui antara lain, kegiatan sebagai berikut:

1. Perencanaan staff;

2. Penetapan remunerasi Direksi.

[Keputusan RUPS Tahunan tanggal 27 April 2012] yaitu :

(23)

23

1.000.000.000 bruto per bulan yang dibayarkan sebanyak 13 kali dalam satu tahun, mulai berlaku terhitung sejak 1 Mei 2012 hingga penutupan RUPS Tahunan tahun 2013. Komponen penghasilan Dewan Komisaris terdiri dari honorarium, tunjangan, fasilitas dan tantiem/insentif kinerja.

- Untuk tahun 2012, jumlah remunerasi anggota Dewan Komisaris dan Direksi Astra dan anak perusahaan yang terkonsolidasi (230 orang) adalah sebesar Rp 944 miliar yang terdiri dari imbalan kerja jangka pendek, pasca-kerja dan imbalan jangka panjang lainnya

Executive Committee

Executive Committee bertanggung jawab

melakukan kajian atas keputusan dan kebijakan bisnis yang memerlukan persetujuan Dewan Komisaris serta hal-hal penting lainnya yang diajukan Direksi.

Sesuai dengan kebijaksanaan Perseroan, rapat Executive Committee diadakan sekali sebulan dan rapat tambahan jika dibutuhkan. Selama tahun 2012, Executive Committee telah melaksanakan 12 kali rapat dan telah melakukan kegiatan, antara lain, sebagai berikut:

1.Menyediakan informasi atas perkembangan bisnis dan transaksi tertentu kepada Dewan Komisaris;

2.Menyelenggarakan kajian atas rencana strategis dan kinerja Grup dan tiap segmen bisnisnya;

3.Memberikan konsultasi serta saran kepada Dewan Komisaris atas keputusan strategis dan arahan untuk Grup.

3. Direksi

Tanggung jawab Direksi

Tugas dan tanggung jawab Direksi dalam mencapai maksud dan tujuan Perseroan,

antara lain, adalah:

1. Menyusun visi, misi dan nilai-nilai Perseroan serta rencana strategis Perseroan dalam bentuk rencana korporasi (corporate

plan) dan rencana bisnis

(business plan);

a.Komposisi Direksi

(24)

24

2. Menetapkan struktur organisasi Perseroan lengkap dengan rincian tugas setiap divisi dan unit usaha;

3. Mengelola sumber daya yang dimiliki Perseroan secara efektif dan efisien;

4. Membentuk sistem pengendalian internal dan manajemen risiko Perseroan; dan

5. Memperhatikan kepentingan dari pemangku kepentingan Perseroan.

Prijono Sugiarto Presiden Direktur

b.Rapat Direksi

Sesuai dengan kebijakan Perusahaan, pada prinsipnya Rapat Direksi diadakan rata-rata empat kali sebulan, atau lebih sepanjang dirasakan perlu oleh anggota Direksi. Sepanjang tahun 2012, Direksi telah mengadakan rapat 36 kali dan menerbitkan 1 keputusan Direksi melalui sirkular.

Pada tahun 2012, Direktur Perusahaan telah mengikuti kegiatan, antara lain,

sebagai berikut:

PT. Astra International Tbk. Anual Report 2012

Pencapaian pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi diukur setiap tahunnya melalui proses penilaian yang terstruktur. Kriteria untuk proses asesmen terhadap kinerja Dewan Komisaris adalah pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan dan jalannya Perseroan dan memberi nasihat kepada Direksi untuk kepentingan dan mencapai tujuan Perseroan. Penilaian juga mencakup evaluasi terhadap pelaksanaan tugas khusus yang telah diberikan sesuai Anggaran Dasar dan/atau berdasarkan keputusan RUPS.

Sedangkan indikator kinerja untuk mengukur kinerja Direksi mencakup:

1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota Direksi sesuai Anggaran Dasar Perusahaan;

(25)

25

Penilaian atas kinerja Dewan Komisaris dilaksanakan melalui RUPS, sedangkan penilaian terhadap kinerja Direksi dilaksanakan oleh Dewan Komisaris dan RUPS. Dalam melakukan penilaian terhadap kinerja Direksi, Dewan Komisaris mengacu kepada indikator KPI Direksi. Dewan Komisaris dan Direksi akan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan pencapaian kinerja mereka untuk periode 2012 dalam RUPS Tahunan yang akan diselenggarakan pada tahun 2013.

Pada RUPS Tahunan Perseroan tersebut juga, Direksi merekomendasikan jumlah dividen yang akan dibagikan dengan mempertimbangkan kinerja Perseroan tahun berjalan, pergerakan pertumbuhan Perseroan dan imbal hasil menarik yang sewajarnya diterima para pemegang saham Perusahaan, serta saldo laba yang positif Perusahaan. Dalam RUPS Tahunan Perusahaan yang diselenggarakan pada tanggal 27 April 2012 telah diputuskan pembagian dividen tunai sebesar Rp 8.015.743.521.720 atau sebesar Rp 198 setiap saham, dengan rasio pembayaran dividen sebesar 45%. Pada tahun 2011, Perusahaan telah membagikan dividen sebesar Rp 6,5 triliun atau Rp 160 per saham dan rasio pembayaran dividen sebesar 45%.

Untuk memastikan roda bisnis berjalan dengan baik, segala potensi dan resiko harus diidentifikasi sebelumnya. Fungsi manajemen risiko merupakan tanggung jawab seluruh jajaran manajemen pada setiap unit bisnis; dengan tugas mengidentifikasi dan mengelola risiko sesuai dengan wewenang yang melekat pada masing-masing unit terkait. Dalam hal ini,

Risk Management Advisory (RMA) berfungsi untuk membantu pihak manajemen dalam

membangun kerangka kerja Enterprise Risk Management (ERM) yang kuat sesuai dengan profil risiko dan kebutuhan masingmasing bisnis. Berikut ini adalah beberapa risiko utama yang berpotensi mengakibatkan dampak yang kurang menguntungkan bagi kegiatan operasional bisnis dan bagaimana pengendaliannya.

Tabel 6. Manajemen Resiko PT. Astra International Tbk.

NO IDENTIFIKASI RISIKO PENGENDALIANNYA

1. Risiko Keuangan - Kebijakan treasury Grup dirancang untuk mengelola dampak keuangan dari fluktuasi suku bunga dan nilai tukar mata uang asing dan untuk meminimalkan risiko keuangan Grup.

- Berbagai instrumen keuangan derivatif, terutama interest rate swap, crosscurrency swap, kontrak berjangka valuta asing dan

foreign currency option, digunakan

sebagai transaksi lindung nilai yang tepat dalam upaya pengelolaan aset dan liabilitas Grup sesuai dengan kebijakan manajemen risiko keuangan yang berlaku. - Risiko kredit dikelola melalui rangkaian

(26)

26

2. Risiko Harga Komoditas - Secara umum, Grup memberlakukan kebijakan untuk tidak melakukan lindung nilai terhadap risiko harga komoditas. Namun dengan pertimbangan strategis tertentu, dapat melakukan lindung nilai secara terbatas dimana Grup akan menggunakan kontrak berjangka terhadap risiko harga.

- Grup melakukan kajian secara berkala atas tren harga minyak sawit mentah, batubara, energi, dan komoditas penting lainnya sehingga dapat mengambil langkah-langkah aktif untuk menekan potensi dampak yang kurang baik

3. Risiko Pengadaan Pasokan dan Layanan

- Grup secara aktif membangun hubungan kerja sinergis dan menerapkan standar tata kelola perusahaan yang tinggi pada semua mitra pemasok bahan produksi dalam rangka memastikan pengiriman pasokan dilakukan secara efisien dan tepat waktu. - Prosedur manajemen risiko rantai pasokan

juga diterapkan untuk mendeteksi area dengan potensi gangguan yang dinilai tinggi dan langkah pencegahan yang akan ditetapkan, termasuk penggunaan beberapa sumber pasokan bahan baku.

4. Risiko Bencana Alam -Grup telah menyiapkan Business

Continuity Plan untuk berbagai unit

fungsional penting dan melakukan kajian tahunan atas kecukupan perlindungan asuransi yang dimiliki.

-Grup juga aktif terlibat dalam berbagai aktifitas CSR sebagai kesempatan bekerja dengan pihak pemerintah dan komunitas terkait langkah-langkah untuk me- minimalisir dampak negative yang mungkin timbul dari datangnya bencana alam di Indonesia

PT. Astra International Tbk. Anual Report 2012

Divisi Risk Management Advisory (RMA) setiap tahun melakukan penilaian atas kecukupan Enterprise Risk Management (ERM) di semua unit bisnis. Sebagai bagian dari penilaian tersebut, dilakukan tinjauan atas efektivitas dan konsistensi kegiatan manajemen risiko serta dibuat rekomendasi untuk tindak lanjut ke depan. RMA juga mengkaji dan membuat rekomendasi atas kecukupan dan efektivitas Business Continuity Plan dan cakupan asuransi di unit-unit ini.

Sebuah sistem manajemen harus melalui tahap pengendalian, PT. Astra International Tbk,menerapkan konsep three lines of defence, dimana:

(27)

27

2. Fungsi manajemen risiko dan pengendalian lainnya melakukan pemantauan secara berkala terhadap kegiatan pengendalian yang berjalan; dan

3. Auditor internal and eksternal melakukan proses audit dalam rangka pemeriksaan terhadap struktur dan proses pengendalian yang berjalan.

Grup Internal Audit memiliki tanggung jawab utama untuk memberikan keyakinan adanya koordinasi yang baik antara fungsi pengendalian Perusahaan sehingga dapat berfungsi dengan efektif. Unit Quality Assurance juga telah dibentuk dalam struktur Grup Internal Audit dengan tugas utama melaksanakan pengkajian dan memberikan keyakinan bahwa pemeriksaan audit telah dilakukan secara menyeluruh sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Konsultan independen juga telah ditugaskan sejak Januari 2013 untuk mengkaji efektivitas proses audit internal secara keseluruhan.

Kegiatan Grup Internal Audit di Tahun 2012 melaksanakan Audit berbasis risiko berdasarkan standar internasional dari Institute of Internal Audit (IIA) dan the Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO). Tujuan utama dari pelaksanaan audit ini adalah untuk memberikan jaminan yang independen kepada manajemen bahwa sistem pengendalian utama telah dirancang dan berfungsi secara maksimal untuk mengelola risiko dalam acuan yang diharapkan. Kegiatan audit dilakukan berdasarkan pemetaan proses utama yang sistematis. Surveillance audit (continuous audit) dan sistem manajemen audit berfungsi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas audit. Grup Internal Audit menjalin kerja sama erat dengan pihak audit internal setiap unit di seluruh Grup Astra dan menyusun rencana kerja berdasarkan Common Audit Universe.

Dalam rangka menyelenggarakan tata kelola perusahaan yang transparan dan akuntabel, setiap tahunnya pada RUPS Tahunan Perusahaan melakukan penunjukan auditor eksternal, dengan mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain: independensi, reputasi dan kompetensi. Dalam melaksanakan tugasnya, auditor eksternal berkewajiban menjaga independensinya dengan berpedoman pada standar audit yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Untuk tahun buku 2012, Perseroan telah menunjuk Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanudiredja, Wibisana & Rekan untuk melakukan audit atas laporan keuangan konsolidasian Perseroan.

Terkait dengan aspek kepatuhan terhadap hukum, perusahaan telah membentuk Divisi Group General Counsel berfungsi melindungi kepentingan Grup dari sisi hukum dan dalam kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia. Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, Astra terus berupaya mencapai standar produksi dan layanan tertinggi untuk menjaga kualitas terbaik pada produk dan jasa yang diberikan. Kendati demikian, risiko ketidakpuasan pelanggan maupun ketidaksepakatan dengan pihak lainnya selalu ada, sehingga dapat memicu kasus atau gugatan hukum. Namun per 31 Desember 2012, Perusahaan dan segenap anggota Dewan Komisaris dan Direksi tidak menghadapi kasus legal dan tidak dikenai sanksi administrative oleh otoritas pasar modal maupun otoritas lainnya yang memiliki pengaruh material terhadap kinerja keuangan Perusahaan.

(28)

28

pemenuhan ketentuan pasar modal terkait komunikasi yang efektif antara Perseroan dan komunitas investor pasar modal.

Dalam menjalankan roda usaha, Grup Astra beserta anak perusahaannya berkomitmen untuk senantiasa memberikan yang terbaik bagi para pelanggan, karena Astra percaya bahwa kepercayaan pelanggan merupakan hal utama dalam keberlangsungan usaha dan meraih kesuksesan bisnis. Hal ini sejalan dengan salah satu butir filosofi Astra Catur Dharma yaitu

“Memberikan Pelayanan yang Terbaik bagi Pelanggan”. Bagi Astra, pelanggan adalah mitra, untuk itu Astra selalu membuka komunikasi terhadap pelanggannya melalui layanan customer service di outlet Astra, telepon hotline service atau melalui email di website Perusahaan. Melalui sarana komunikasi tersebut, pelanggan dapat dengan mudah memberikan masukan, kritik (keluhan) dan saran yang membangun untuk Astra. Sebagai perusahaan yang mengutamakan kepercayaan pelanggan, Astra selalu melakukan pemantauan keluhan pelanggan dan penanganannya. Adapun kritik dan saran juga disampaikan pelanggan melalui media cetak, media elektronik (online) dan email yang masuk ke milis Corporate Communications Astra, yang diantaranya berisi tentang keluhan terhadap pemenuhan pelayanan produk dan jasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada akhirnya, kepercayaan yang telah diberikan oleh pelanggan akan menjadi semangat bagi Astra untuk terus meningkatkan kualitas layanan produk dan jasa untuk mencapai kepuasan pelanggan yang merupakan kunci dalam menciptakan loyalitas pelanggan.

Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) Astra membuka saluran komunikasi dalam rangka menyelenggarakan keterbukaan informasi yang efektif sesuai dengan kebutuhan para pemangku kepentingan Perusahaan dan ketentuan perundangan yang berlaku. Humas melayani fungsi komunikasi dengan pemangku kepentingan di lingkungan internal Perusahaan, yaitu karyawan, anak perusahaan dan kantor cabang, serta pihak eksternal masyarakat, pemerintah dan media massa. Humas juga bertugas mengelola dan mengembangkan komunikasi internal yang kokoh sebagai sebuah investasi dalam menciptakan organisasi yang berjalan dengan baik.

Selain itu tentunya diperlukan upaya yang lebih dalam menjangkau secara merata sejumlah 185.580 karyawan yang tersebar luas di seluruh nusantara. Media informasiyang digunakan bervariasi, terdiri dari publikasi internal berupa Majalah Astra yang terbit secara bulanan dan Majalah Dinding Astra yang terbit dua bulan sekali, hingga Astranet yang dikelola melalui kerja sama dengan Corporate Organization and Human Capital Development (CHCD), sebagai sarana informasi penting terkait perkembangan Perseroan dan melibatkan partisipasi aktif karyawan dalam menyumbang informasi dan saran kepada manajemen tentang kebutuhan dan kondisi di lingkungan Perusahaan.

(29)

29

Astra dengan para Kepala Departemen dan key personnel Grup Astra di berbagai wilayah di Indonesia, dalam forum “Genba”. Upaya turun ke lapangan tersebut dilakukan minimal dua kali putaran dalam satu tahun (satu putaran dilaksanakan empat kali, yang masing - masing diselenggarakan di tiga kota yang berbeda) agar terjalin komunikasi dua arah, serta peninjauan secara langsung kondisi yang terjadi dalamkeseharian operasional Perusahaan.

Manajemen juga memahami kebutuhan untuk memperhatikan, mendengarkan dan menanggapi keprihatinan dan aspirasi para karyawan sehingga mendukung penyelenggaraan Forum Komunikasi Internal yang dikelola secara regional. Diketuai Koordinator Regional, sistem ini berfungi untuk mengkoordinasi komunikasi aktif karyawan melalui media komunikasi yang dilaksanakan secara reguler, seperti Forum Komunikasi Person In Charge Public Relations yang diselenggarakan sebanyak empat kali selama 2012, Forum Human Resource, dua kali Forum Hubungan Investor, Forum Finansial, Forum Legal, Forum Sekuriti yang diadakan enam kali bersama Person in Charge Sekuriti dan satu kali bersama Director in Charge Sekuriti, Forum Internal Audit dan Forum Environment Social Responsibility sebanyak dua kali penyelenggaraan dalam satu tahun. Pertukaran informasi melalui forum-forum tersebut di satu sisi membantu menciptakan tanggapan positif dari para peserta dan di sisi lain membuahkan gagasangagasan bermanfaat bagi Perseroan.

Sebagai perusahaan yang senantiasa menjunjung tinggi Good Corporate Governance, Astra juga senantiasa mengajak para karyawan untuk mematuhi norma – norma GCG dalam setiap kegiatan yang dilakukan serta memastikan pemahaman akan nilai-nilai dan kode etik Astra yang menunjang pelaksanaan tata kelola yang baik. Berbagai macam media komunikasi dipergunakan untuk mensosialisasikan hal tersebut.

Sebagai warga korporasi (corporate citizen), Perusahaan memiliki tekad dan upaya untuk mencapai cita-cita “Sejahtera bersama Bangsa”. Astra ingin menjadi institusi bisnis yang mendatangkan kemaslahatan, baik kepada pemegang saham maupun bagi seluruh pemangku kepentingan yang ada di bumi pertiwi Indonesia. Astra meneguhkan niatnya untuk menjadi warga korporasi yang baik (good corporate citizen), yang bersikap dan berperilaku selaras dengan hukum, peraturan dan etika, mengimplementasikan sistem manajemen yang efektif, serta memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Dalam rangka membangun Astra sebagai good corporate citizen, Astra telah menyusun Astra Good Corporate Governance sebagai suatu pedoman perilaku untuk menjadi panduan bagi segenap insan Astra dalam bersikap dan berperilaku secara pantas dan semestinya dalam mencapai cita-cita “Sejahtera

Bersama Bangsa”.

Astra Code of Conduct merupakan bagian dari Astra Good Corporate Governance. Astra telah memiliki Code of Conduct sejak tahun 2001. Pada tahun 2012, Astra melakukan revisi atas Astra Code of Conduct setelah dilakukan penelaahan kembali dan penyesuaian kebijakan dengan peraturan dan praktik-praktik yang berlaku saat ini. Astra Code of Conduct memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Pedoman etika bisnis dan etika kerja b. Pedoman Direksi dan Dewan Komisaris c. Pedoman Sekretaris Perusahaan

(30)

30

f. Pedoman transaksi afiliasi dan transaksi benturan kepentingan g. Pedoman kebijakan donasi

(31)

31

BAB IV

KESIMPULAN

1. Keberlangsungan eksistensi perusahaan tidak hanya diukur oleh performa keuangan, peningkatan keuntungan akan tetapi juga performa internal perusahaan (etika dan Good Corporate Governance [GCG] ) dan performa kepedulian sosial perusahaan.

2. Prinsip Good Governance merupakan kaidah, norma ataupun pedoman harus digunakan oleh pimpinan perusahaan dan para pegawai agar segala tindakan maupun keputusan yang dilakukannya adalah dalam rangka mendukung kepentingan perusahaan dan pemegang saham. Kaidah, norma ataupun pedoman yang digunakan harus mengikuti kaidah yang telah ditetapkan oleh Pemerintah maupun ketentuan pengelolaan perusahaan yang telah ditetapkan pada perusahan publik. Agar praktek-praktek good governance menjadi tindakan yang nyata dari pimpinan dan para pegawainya, maka diperlukan suatu pedoman Good Corporate Governance (GCG).

3. Setiap perusahaan harus memastikan bahwa prinsip GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Prinsip GCG (2006) yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).

4. PT. Astra International Tbk, saat ini telah memiliki 6 bidang usaha : Otomotif, Jasa Keuangan, Alat Berat dan Pertambangan, Agribisnis, Infrastruktur dan Logistik dan Teknologi Informasi. Dalam menjalankan roda perusahaan, manajemen Astra mempercayai dan memahami bahwa setiap keputusan bisnis yang diambil harus berdasarkan pada Catur Dharma. Sepanjang sejarah Astra, nilai-nilai falsafah tersebut selalu menjadi acuan manajemen. Dan dengan berjalannya waktu nilai-nilai tersebut semakin terinternalisasi dan tercermin dalam semua aspek operasional perusahaan.

5. Keadaan perkembangan bisnis yang semakin kompleks mendorong diawalinya suatu inisiatif pada akhir tahun 2006 untuk menyusun Pedoman Good Coorporate Governance(GCG) yang juga menjadi acuan anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris dalam menjalankan perusahaan agar senantiasa memperhatikan peraturan perundang-undangan, anggaran dasar Perseroan serta prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas dan kesetaraan.

6. Pedoman GCG PT. Astra International Tbk, di susun berdasarkan kepada pedoman yang diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) melalui bukunya yang baru dirilis tahun 2006 berjudul “Pedoman Umum Good Corporate Governance

Indonesia”.

Gambar

Tabel 1. Prinsip GCG dan pedoman pelaksanaannya
Tabel 2. Pedoman pelaksanaan Nilai – nilai perusahaan, Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku
Tabel 4. Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham
Tabel 5. Organ Perusahaan PT. Astra International Tbk.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Waskito dan kawan-kawan, 2014 yang menunjukkan hasil bahwa konsumen di Yogyakarta memiliki persepsi yang tinggi mengenai makanan

(1) Hak Ulayat dan serupa itu dari masyarakat hukum adat, (untuk selanjutnya disebut hak ulayat), adalah kewenangan yang menurut hukum adat dipunyai oleh masyarakat hukum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan menggunakan kata penghubung dan, atau, tetapi dan untuk dalam karangan deskripsi siswa kelas X

output loadcell yang digunakan setelah dilakukan pengujian awal dapat dilihat pada

Sabuk adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari proses penggerak ke poros yang digerakkan, dimana jarak kedua poros tersebut berada

Selain dari pada lingkungan desa, kondisi lingkungan pelaksana dinas sudah siap dan komitmen untuk melaksanakan Program OVOP di Desa Pelaga dilihat dari keseriusan dinas menjalin

menggunakan model PBL pada pokok bahasan pesawat sederhana kelas VIII semester II di SMP Negeri-4 Palangka Raya memperoleh nilai rata-rata N-gain 0,51 dengan

Budu´ ci da koristimo Vasiˇ cekov model za vrednovanje ATM put opcije u ˇ cetvrtom po- glavlju dajemo pregled modela kratkoroˇ cnih stopa. Naime, Vasiˇ cekov i CIR modeli su bili