• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI BIOCHAR SEKAM PADI TERHADAP PERUBAHAN PH, KTK, C ORGANIK DAN P TERSEDIA PADA TANAH SAWAH INCEPTISOL | Salawati | AGROLAND 8216 26973 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POTENSI BIOCHAR SEKAM PADI TERHADAP PERUBAHAN PH, KTK, C ORGANIK DAN P TERSEDIA PADA TANAH SAWAH INCEPTISOL | Salawati | AGROLAND 8216 26973 1 PB"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

101

J. Agroland 23 (2) : 101 - 109, Agustus 2016 ISSN : 0854 – 641X E-ISSN : 2407 – 7607

POTENSI BIOCHAR SEKAM PADI TERHADAP PERUBAHAN PH,

KTK, C ORGANIK DAN P TERSEDIA PADA TANAH SAWAH

INCEPTISOL

Potency of Rice Husk Biochar on ModifyingSoil pH, CEC, C-Organicand

Available P in Wetland Rice of Inceptisols

Salawati1), Muhammad Basir2), Indrianto Kadekoh2), Abr. Rahim Taha2)

1)

Stip Mujahidin Tolitoli. Jl. Dr Sam Ratulangi No. 51 Tuweley Tolitoli, Email: wati.stip@yahoo.com

2)

Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Palu, Jl Soekarno Hatta Km 9 Palu.

ABSTRACT

One main constraint for growing wetland rice in Inceptisol is low soil fertility. Soil acidity (pH), CEC, C-organic are several indicators used to determine the level of soil fertility. To overcome these kinds of problems, such organic materials as rice husk biochar can be added to the soil in order to modify the soil chemical properties. This research compared treatments of different biochar rates with various fineness degrees on soil pH, CEC, C-organic, and available P. The research results showed that after incubation for 21 days at room temperature, the best interactionshown by the biochar at the rate of 15 ton ha-1 with 60 mesh particle size can reduce the soil pH by 5.19% from 7.7 to 7.3, increase the soil CECby 32.92% from 16.37 to 22.25 cmol (+) kg-1, improve the soil C-organic by 33.94% from 1.09% to 1.46%, and enhance the soil available phosphor by 277.08% from 12.61 ppm to 47.55 ppm.

Keywords: Incubation, Rice HuskBiochar, and Soil Chemical Properties.

PEDAHULUAN

Peningkatan produksi padi sawah melalui perluasan areal tanam menjadi sulit dikarenakan lahan semakin sempit alih fungsi lahan sawah produktif semakin tinggi, (Sindonews.com.2015) disisi lain laju pertumbuhan penduduk semakian meningkat sehingga pemenuhan kecukupan pangan mutlak dilakukan, penelitian-penelitan rekayasa genetika untuk meningkatkan produksi tanaman juga semakin pesat, penggunaan pupuk kimia, pestisida dalam dosis yang tinggi untuk memacu produksi

telah dilakukan (Foley et al., 2005), namun

penggunaan input yang tinggi tidak sebanding dengan ouput yang dihasilkan.

Penggunaan obat-obat kimia anorganik yang tidak berimbang memberikan dampak negatif bagi kesuburan tanah, diantaranya kekompkan tanah, Bd yang tinggi, porositas

rendah kandungan bahan organik rendah, KTK rendah ketersediaan hara rendah, terjadi ledakan hama akibat hilangnya musuh alami, tanah menjadi tidak sehat

bagi pertumbuhan tanaman. (Foley et

al.2005., Hakim et al 2011., Supadma et al

2013. Fatmawita.2014).

Untuk meningkatkan kandungan C organik tanah yang hilang dapat dilakukan melalui pemberian bahan organik seperti biochar (Masulili, 2010., Ismi et al, 2011, ).

Manfaat biaochar antara lain dapat

meretensi hara, menyupalai hara menurunkan /meningkatkan pH sesuai kondisi pH tanah, meningkatkan KTK, meningkatkan ketersediaan hara (Sujana 2014).

Biochar adalah arang hasil pembakaran tidak sempurna dengan oksigen terbatas atau tanpa oksigen (Lehmann, 2007., Liang

(2)

102 peternakan, kehutanan maupun rumah

tangga (Shenbagavalli and Mahimairaja. 2012) yang jumlahnya melimpah, limbah pertanian seperti sekam padi, dalam 1 ha

sawah dengan peroduksi rata-rata 7 ton-1

menghasilkan limbah pertanian sekitar 1,54 ton sekam padi per musim panen (Gani, 2009). Limbah ini berpotensi mencemari lingkungan jika tdak diolah lebih lanjut, sekaligus berpotensi memperbaiki kesuburan tanah jika diolah lebih lanjut seperti biochar. Dengan demikian sekam padi berpotensi untuk diolah lebih lanjut menjadi biochar yang dapat diaplikasikan sebagai pembenah tanah sawah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berlansung dari

bulan Maret hingga Mei 2016, dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Penelitian ini merupakan penelitian Pot. Bahan bahan yang digunakan antara lain adalah: Tanah diambil dari lahan persawahan kebun pertanian tanaman sains Sidondo secara komposit sampai kedalam 20 cm, biochar yang digunakan berasal dari sekam padi penggilingan kemudian dijadikan biochar

dengan suhu pembakaran rata-rata 2700C,

Pot Plastik untuk inkubasi, Alumunium foil penutup pot, air destilasi, bahan kimia untuk pereaksi. Alat yang digunakan antara lain, ayakan tanah, erlenmeyer, gelas ukur, pH meter, AAS, biuret, Oven tanah, serta seperangkat alat laboratorium lainnya. Rancangan penelitian yang digunakan Rancangan acak lengkap pola faktorial, dosis biochar 5, 10, dan 15 ton ha-1 ditempatkan sebagai faktor pertama, kehalusan biochar tanpa diayak, diayak menggunakan ayakan 60 mesh, dan diayak menggunakan ayakan 120 mesh sebagai faktor kedua, semua perlakuan diulang tiga kali. Sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Parameter yang diamati yaitu perubahan pH, KTK, C Organik dan P tersedia.

Prosedur penelitian. Tanah diambil dari lapangan, dikering udarakan kemudian

diayak menggunakan ayakan tanah 2 mm. Sekam padi dibakar pada kondisi oksigen

terbatas dengan suhu rata - rata 2700C

menggunakan drum pertamina yang telah dimodifikasi. Tanah yang telah diayak ditimbang sebanyak 1 kg dimasukkan kedalam pot, kemudian diberi biochar sesuai

perlakuan. Dosis perlakuan ditentukan

dengan cara :

Tanah yang sudah tercampur biochar diaduk rata lalu ditambahkan air bebas ion hingga kapasitas lapang kemudian pot ditutup dengan kertas alumunium foil yang diberi lubang-lubang kecil diatasnya selanjutnya diinkubasi selama 21 hari.

Kondisi tanah dijaga pada kondisi

lapang, tiap minggu ditimbang jika terjadi pengurangan berat, maka ditambahkan air bebas ion. Kebutuhan air per pot ditentukan dengan cara : Berat Basah tanah kering udara dimasukkan kedalam ring sample yang bagian bawahnya diberi alas kain ksah lalu direndam selama 24 jam, selanjutnya ditiriskan hingga air tidak menetes atau selama 24 jam, keluarkan tanah dari ring sample timbang sebelum di oven, kemudian

dioven pada suhu 1050C selama 48 jam.

Selisih berat tanah sebelum di oven dan sesudah dioven adalah persentase kadar air tanah. Kebutuhan air per pot dalam kondisi lapang ditentukan dengan cara : berat basah tanah – berat kering mutlak mutlak.

Berat basah : {(% Kadar Air kapasitas lapang X berat kering mutlak) + (% Kadar Air kapasitas lapang + 100)}/100.

Berat kering Mutlak : (100 X berat tanah Pot)/(Persentase kadar air kering udara +100)

Keterangan :

1kg

(3)

103

% kadar Air berat Basah : ditentukan dengan cara, tanah kering udara dimasukkan kedalam ring sample yang bagian bawahnya diberi alas kain kasah lalu direndam selama 24 jam, selanjutnya ditiriskan hingga air tidak menetes atau selama 24 jam, keluarkan tanah dari ring sample timbang sebelum di oven, kemudian dioven pada

suhu 1050C selama 48 jam. Selisi berat

tanah sebelum di oven dan sesudah dioven adalah persentase kadar air tanah kapasitas lapang. Selisish berat setelah dioven/berat tanah setelah di oven X 100 % kadar air berat kering udara : ditentukan dengan cara timbang tanah kering udara, kemudian di

oven pada suhu 1050C selama 48 jam, lalu

timbang kembali tanah setelah dioven, selisi antara berat sebelum di oven dan sesuda di oven adalah persentasi kadar air berat

kering udara tanah. Selisish berat setelah dioven/berat tanah setelah di oven X 100

100 : Faktor koreksi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis tanah dilakukan sebelum diberi perlakuan, dari data tergambarkan bahwa kondisi tanah masuk kategori rendah unsur hara. Hal ini tergambarkan dengan kandungan C organik yang rendah, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.

Perubahan pH tanah. Berdasarkan sidik

ragam kemasaman tanah aktual (pH2O)

yang diakibatkan oleh perlakuan biochar hanya efek mandiri yang teruji nyata dapat menurunkan pH sementara efek interaksinya tidak teruji nyata. Perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 1 Sifat Fisik Kimia Tanah Sebelum Perlakuan

No Parameter Nilai Satuan

1 pH H20 (1:25) 7,7 -

2 pH KCL (1:25) 5,9 -

3 Pasir 42,3 %

4 Debu 35,7 %

5 Liat 22,0 %

6 Bulk Densiy 1,54 g cm3

7 C – Organik 1.09 %

8 N – Total 0,10 %

9 C/N Ratio 10,9 -

10 KTK 16,37 Cmol (+) mg-1

11 Al-dd 0,25 Cmol (+) mg-1

12 H-dd 0,50 Cmol (+) mg-1

13 Kejenuhan Alumunium 2,06 %

14 P2O5 (Olsen) 12,61 Ppm

15 P2O5 (HCL 25%) 33,16 Mg/100g

16 K2O (HCL 25%) 35,48 Mg/100g

17 Calsium (Ca) 9,13 Cmol (+) mg-1

18 Kalium (K) 0,43 Cmol (+) mg-1

19 Natrium (Na) 0,51 Cmol (+) mg-1

20 Kejenuhan Basah 69,6 %

21 Magnesium (Mg) 1,33 Cmol (+) mg-1

25 Zn Total (Ekstrak HNO3 dan HCLO4) *

18,22 Ppm

29 Zn Tersedia (Ekstrak Morgan Wolf) *

1,17 Ppm

(4)

104 akhir inkubasi terjadi pelapukan sehingga kehalusan 120 mes sudah tidak memberi pengaruh terhadap perubahan pH.

Perubahan KTK. Berdasarkan analisis data hasil penelitian, KTK meningkat seiring dengan bertambahnya dosis biochar, berdeda dengan tingkat kehalusan, KTK menurun pada pemberian biochar lolos ayakan 120 mesh. Namun masih berbeda signifikan bilan dibandingkan dengan yang tidak diayak. Terjadi interaksi diantara

kedua perlakuan pada dosis 15 ton ha-1

dengan kehalusan 60 mesh, dapat

meningkatkan KTK hingga 22,55 atau meningkat 32,99% bilah dibandingkan tanah sebelum perlakuan biochar. Perubahan KTK sesudah perlakuan nampak dalam tabel 3.

Terjadinya peningkatan KTK akibat pemberian biochar disebabkan oksidasi C aromatik dan pembentukan kelompok

karboksil pada biochar. Liang et al.,

2006 menyatakan peningkatan nilai KTK akibat pemberian biochar dapat terjadi melalui 2 mekanisme, yang pertama adanya luas permukaan yang lebih tinggi dari permukaan biochar untuk penjerapan kation, yang kdua adanya kepadatan muatan yang lebih tinggi yang menyebabkan meningkatnya derajat oksidasi.

Tabel 2. Rata-rata Perubahan pH Setelah Aplikasi Biaochar yang Terinkubasi Selama 21 Hari

Dosis Biochar

Kehalusan Biochar

Rerata Tidak di ayak Lolos ayakan 60

mesh menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji BNJ pada tingkat kepercayaan 95% .

Tabel 3. Rata-rata Perubahan KTK Tanah yang Diberi Biochar Setelah Inkubasi 21 Hari

Dosis Biochar

Kehalusan Biochar Tidak diayak Lolos ayakan 60

mesh

Lolos ayakan

(5)

105

Perubahan C Organik Tanah. Hasil penelitian menggambarkan bahwa semakin

tinggi dosis biochar yang diberikan

kandungan C organik tanah meningkat pula secara konsisten demikian halnya dengan kehalusan biochar, makin halus biochar makin tinggi kandungan C organik tanah, hal ini dapat dilihat pada tabel 4, diantara perlakuan efek mandiri maupun interaksi diantara keduanya terjadi, secara mandiri dosis biochar mampu meningkatkan C organik hingga 1,41% bila dibandingkan sebelum perlakuan 1,09%, demikian halnya dengan kehalusan biochar, makin halus biochar makin tinggi kandungan C organik tanah, berdasarkan data dapat dilihat bahwa interaksi positif diantara kedua perlakuan jika dilakukan secara bersama pada dosis

biochar 15 ton-1 dengan kehalusan lolos

ayakan 60 mesh, dapat meningkatkan C organik tanah hingga 1,46 dari 1,09 atau meningkat sebesar 33,94%.

Semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin tinggi kandungan C organik dari meningkatnya derajat aromatis yang dimiliki oleh biochar.

Perubahan P tersedia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis

biochar yang diberikan ketensediaan P juga makin tinggi, namun tidak dengan kehalusan biochar, peningkatan ketersediaan P sampai tingkat kehalusan tertent (60

mesh), pada kehalusan 120 mesh

ketersediaan P mulai menurun walaupun secara signifikan masi berbeda dengan aplikasi biochar yang tidak diayak. Secara mandiri kedua perlakuan berpengaruh dan terjadi interaksi positif diantara kedua perluan. Pemberian biochar dosis 15 ton

ha-1 dengan kehalusan 60 mesh dapat

meningkatkan P tersedia hingga 277,08% dari 12,61 ppm menjadi 47,55 ppm.

Didalam tanah P dalam bentuk P organik dan P anorganik. Ketersediaan P dalam tanah dikendalikan oleh mineralisasi dan immobilisasis fraksi organik dan pelarutan. Pada tanah alkalis P dijumapai dalam bentuk Ca-P (Alloway 2008, Nur, 2014, Sujana 2014). Pada tanah sedikit alkalis banyak terdapat ion Ca bebas dan dapat dipertukarkan dan sering mengendap

sebagai senayawa CaCO3. Jika ion P

terdapat dalam tanah, maka ion tersebut

akan bereaksi dengan Ca2+ dan atau CaCO3

menjadi bentuk Ca3 (PO4)2 yang tidak

larut. Pemberian bahan organik dapat menurunkan adsopsi P karena dekomposisi bahan organik menghasilkan asam asam organik yang dapat menyelimuti permukaan liat(Akande et al, 2010). P dapat dilepas melalui organo kompleks pada ujung -ujung Tabel 4. Rata-rata perubahan C Organik tanah yang diberi biochar setelah inkubasi 21 hari

Dosis Biochar

Kehalusan Biochar Tidak diayak Lolos ayakan 60

mesh

Lolos ayakan

(6)

106 aromatik biochar sekam padi pada gugus

fungsional dari asam organik, kadaan tersebut menyebabkan luas permukan adsorsi P berkurang dengan menurunnya adsopsi P tanah yang meningkatkan Ketersediaan P. Makin tinggi dosis yang biochar yang diberikan makan asam-asam organik makin banyak, makin halus hingga 60 mesh biochar makin luas permukaan serapan, kehalusan hingga 120 mesh mempercepat pelakuan data hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kehalusan 120 mesh biochar tidak berbeda nyata dengan kehalusan 60 mesh. Perubahan P tersedia dapat dilihat pada tabel 5.

Hubungan Perubahan pH, KTK, C Organik dan P tersedia akibat pemberian biochar Sekam padi. Interaksi sinergis

antara dosis biochar dengan tingkat

kehalusan 60 mesh, menurunkan pH, hal ini dikarenakan sifat amfoter pada biochar karena mengandung gugus karboksil yang berperilaku sebagai asam dan gugus amino yang berperilaku sebagai basah (tergantung pada keadaan tanah), dapat bermuatan positif dan negatif (Darrman 2006). Dengan demikian dalam lingkungan basah amino berubah bentuk menjadi anion dan dalam lingkungan asam berubah menjadi bentuk

kation. Selain dapat menjerap serta

mempertukarkan anion, bentuk kation juga dapat berikatan dengan mineral liat yang bermuatan bersih negatif. Dengan demikian C organik dalam tanah harus tetap di jaga.

Jumlah minimum Kandungan C

Organik dalam tanah1 – 1,5% untuk

pertumbuhan tanaman (Litbang Pertanian, 2016), Kadar C Organik dalam tanah yang cukup akan mampu mengikat ion-ion logam yang berlebih jumlahnya menjadi lebih sedikit dalam larutan tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman. Khelat logam organik yang terbentuk banyak memiliki sifat yang tidak mudah larut, aplikasi biochar memiliki kemampuan menyerap tosisitas logam berat bagi tanaman (Sujana, 2014).

Rendahnya Kandungan C Organik dalam tanah berdampak pada penurunan KTK yang menjadi salah satu faktor penyebab berkurangnya efisiensi pemupukan, karena unsur hara yang berasal dari pupuk mudah tercuci, fiksasi hara meningkat

(Rahma et al 2014). Kadar C organik yang

tinggi dalam tanah akan diikuti dengan peningkatan nilai KTK, hal ini disebabkan karena tanah yang mengandung C organik umumnya mengandung koloid organik yang mampu meningkatkan kation kation, hal ini terbukti pada perlakuan pemberian biochar dapat meningkatkan KTK setelah diinkubasi selama 21 hari. KTK meningkat seiring dnegan peningkatan kandungan C Organik tanah.

Ketersediaan P dalam tanah

berhubungan erat dengan pH tanah, pada tanah masam (pH <5) ion P akan diendapkan dalam bentuk persenyawahan kompleks dengan Al dan Fe yang tidak larut, P pada pH lebih >7,5 ion P akan terikat dengan Ca dalam bentuk persenyawan kompleks, pada pH netral P akan tersedia bagi tanaman jika tanah mengandung cukup P.

Tabel 5. Rata-rata perubahan P tersedia tanah yang diberi biochar setelah inkubasi 21 hari

Dosis Biochar

Kehalusan Biochar Tidak diayak Lolos ayakan 60

mesh

Lolos ayakan

(7)

107

Gambar 1. Hubungan perubahan pH, KTK, C organik dan Ketersesiaan P pada tanah yang diberi biochar setelah diinkubasi 21 hari.

Gambar 2. Biochar dengan berbagai tingkat kehalusan.

Keterangan : A. Tidak diayak. B, Lolos Ayakan 60 Mesh. C, Lolos Ayakan 120 Mesh

Pada tanah masam P akan tersedia

dalam bentuk H2PO4-, pada tanah agak

masam hingga mendekati netral P tersedia dalam bentuk HPO42-, pada tanah ber pH

diatas 7,5 ion P tersedia dalam bentuk

PO43-. Tanaman pada umumnya mengambil

P dalam bentuk ion H2PO4- dan sedikit

sekali dalam bentuk HPO42-. Penyerapan

kedua bentuk ion tersebut tergantung pH

tanah. (Tisdale et al., 1993;Darman 2006).

Hasil penelitian menunjukkan penurunan pH dari 7,7 menjadi 7,3 juga penurunan pH seiring dengan peningkatan P tersedia.

Hubungan – hubungan tersebut dapat dilihat

pada gambar 1.

Ketersediaan P erat kaitannyan dengan pertumbuhan dan hasil tanaman hal ini dikarenakan peranan P selaku pembawa elektron atau hidrogen dalam reaksi oksidasi reduksi dan secara langsung terlibat dalam angkutan energi melalui ATP dalam mekanisme serapan aktif unsur hara.(Litbang Pertanian 2016). Dengan demikian P sangat penting bagi pertumbuhan tanaman dan harus tersedia pada media tumbuh tanaman atau pada tanah. Dari data

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00

5 Ton tanpa diayak

10 Ton tanpa diayak

15 Ton tanpa diayak

5 ton lolos ayakan

60 mesh

10 ton lolos ayakan

60 mesh

15 ton lolos ayakan

60 mesh

5 ton lolos ayakan

120 mesh

10 ton lolos ayakan

120 mesh

15 ton lolos ayakan

120 mesh

PH

C Organik

KTK

P tersedia

(8)

108 hasil penelitian nampak bahwa C organik

tanah menjadi kunci terhadap perubahan pH, KTK dan P tersedia pada tanah sawah inceptisol.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa pemberian biochar 15

tona ha-1 dengan tingkat kehalusan 60 mesh

pada tanah alkalis dapat menurunkan pH hingga 5,19%, meningkatkan C organik 34,94%, KTK 32,92% dan P tersedia 277,08%, dengan demikian biochar sekam padi berpotensi untuk dijadikan pembenah tanah sawah inceptisol.

DAFTAR PUSTAKA

Akande,M.O., Makinde. E.A., Oluwatoyinbo. F.I., and Adetunji. M.T. 2010.Effect Of Phosphate Rock Application on Dry Matter Yield and Phosphorus Recovery of Maize and Cowpea Grown in Sequence. Afrikan Journal of Environmental Sciense and Technologi. 4 (5) : 293-303

Alloway, B.J. 2008. Zinc in soil and Crop Nutrition. International Zinc Assosiation IZA and IFA.Brussels. Belgium and Paris France.

Darman,S. 2006. Decrease of monomeric alumunium activity, increase of phospate fertilizer efficiency and soybean yield due to applications of compost extracs and phosphate fertilizer on oxic dystrudepts. Disertasi. Universitas Padjadjaran.

Fatmawita.Y. 2014. Pengaruh Unsur mikro terhadap peningkatan padi sawah intensifikasi yang diberi pupuk organik titonia plus. http://Respositori.unad.ac.id/21232/i/yulnafatmawita-BKS-UNILA2014.pdf. diakses tanggal 4 Juli 2016.

Foley, J.A., DeFries, R., Asner, G.P., Barford, C., Bonan, G., Carpenter, S.R., Chapin, F.S., Coe, M.T., Daily, G.C., Gibbs, H.K., Helkowski, J.H., Holloway, T., Howard, E.A., Kucharik, C.J., Monfreda, C., Patz, J.A., Prentice, I.C., Ramankutty, N. and Snyder, P.K. 2005. Global consequences of land use. Science309: 570-574.

Gani, A. 2009. Potensi arang hayati biochar sebagai komponen teknologi perbaikan produktivitas lahan pertanian. Iptek tanman Pangan (4). 1 : 33-48.

Hakim, N, Rizen N and Malay Y. 2011. Uji Multilokasi Pemanfaatan Pupuk Organik Thitonia Plus untuk mengurangi Aplikasi Pupuk Sintetik dalam meningkatkan Hasil Padi Metode SRI. Laporan hasil penelitian Hibah Stranas tahun II. DP2M Dikti dan LP Unad.

Islami,T.,Bambang,G., Nur,B.,Agus,S. 2011. Biochar for sustaining productivity of cassava based cropping systems in the dgraded lands of eatst Java, Indonesia. Journal of Tropical Agriculture. 49 (1-2) : 40-46

Masulili. 2010. Rice Husk Biochar for Rice Based Cropping System in Acid Soil 1. The Characteristics of Rice Husk Biochar and Its Influence on the Properties of Acid Sulfate Soils and Rice Growth in West Kalimantan, Indonesia. Journal Of Agricultural sciense.volume 2 (1) : 39-47

(9)

109

Lehmann, J. 2007. Bioenergy in the Black. Frontiers in Ecology and the Environment (5): 381-386 Liang, B.J., Lenham, D., Solomon, S., Sohi, J.E., Thies, J.O., Skjemstad, F.J., Luizao, M.H.,

Engelhard, E.G., Neves and Wirick. 2008. Stability of Biomass drived Black Carbon in Soil. Geochimika et Cosmochimica Acta. 72: 6069-6078.

Litbang pertanian. 2016. http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/226-pemupukan-pada-tanaman-padi. Diakses Tgl 22 September 2016 Rahma.S,Yusran, Husain Umar. 2014. Sifat kimia tanah pada berbagai tipe penggunaan lahan di

desa Bogo kecamatan Palolo kabupaten Sigi. Warta Rimba Volume 2 (1) : 88-95

Shenbagavalli.S and Mahimairaja,S. 2012. Production and characterization of biochar from different biological wastes. International Journal of Plant, Animal and Environmental Scienses. Volume 2 (1) : 197-201

Supadma, A.A.N.,Adnyana.I.M.,Puja,I.Y. 2013. Kajian unsur hara mikro tanah untuk produksi pangan pada lahan sawah di kecamatan penebel, Tabanan. Agrotrop 3(1): 73-81.

Sindonews.com. 2015. Reformasi Agraria di tengah ironi. Http:// nasional.sindonews.com/read/973811/161/reformasi. Diakses tanggal 16 Desember 2015

Sujana.I.P., 2014. Rehabitasi lahan tercemar limba garmen dengan pemberian biochar. Disertasi. Universitas udayana. Bali

Gambar

Tabel 1 Sifat Fisik Kimia Tanah Sebelum Perlakuan
Tabel 2. Rata-rata Perubahan pH Setelah Aplikasi Biaochar yang Terinkubasi Selama 21 Hari
Gambar 2. Biochar dengan berbagai tingkat kehalusan.

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,