PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI 5 PASANGKAYU KECAMATAN BARAS KABUPATEN
MAMUJU UTARA
Gidion Pamassangan1 Abduh H. Harun2
Jamaludin3
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
ABSRTAK
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana pengaruhlingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 5 Pasangkayu; 2. Apakendala yangdihadapi oleh guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa SMP Negeri 5 Pasangkayu. Tujuan penelitian yaitu: 1. Untuk mendiskripsikan pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 5 Pasangkayu; 2. Untuk menggambarkan kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa SMP Negeri 5 Pasangkayu. Populasi dalam penelitian ini adalah 3 guru dan seluruh siswa yang berjumlah 381 orang. Penarikan sampel menggunakan teknik kuota sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang anggota diambil untuk mewakili setiap kelas dengan jumlah persen yang sama. Jumlah sampel yang ditetapkan sebanyak 38 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: observasi, wawancara dan angket. Data angket dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi. Sementara data wawancara dan pengamatan dianalisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang dianalisis melalui 3 tahap yaitu: Reduksi data, Penyajian data dan Verifikasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sekolah SMP Negeri 5 Pasangkayu berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dari persentase pengaruh kondisi lingkungan sekolah yaitu 60,54%, sarana belajar 47,38%, prasarana belajar 50,02% hubungan antar siswa 42,12%, hubungan dengan guru 68,43% dan hubungan dengan staf sekolah 52,64%, suasana sekolah 52,65%, peran guru sebagai motivator dalamkegiatan pembelajaran 73,69%, tata tertib 57,90% dan kerja sama antar guru 63,17%. Kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu faktor internal yakni sikap dan minat belajar siswa dan faktor eksternal yakni terbatasnya sarana dan prasarana belajar. Upaya mengatasi kendala yaitu menciptakan suasana belajar menyenangkan, memberikan hadiah atas prestasi yang dicapai, menjalankan tata tertib sebaik-baiknya, mengoptimalkan peran guru sebagai motivator, kerja sama antar guru dan meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana belajar. Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa lingkungan sekolah SMP Negeri 5 Pasangkayu berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa baik yang berpengaruh positif maupun yang berpengaruh negatif. Dalam meningkatkan motivasi siswa, guru menghadapi kendala dari diri siswa itu sendiri dan dari luar diri siswa.
Kata Kunci : lingkungan sekolah dan motivasi belajar
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan SosialFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. Stambuk A 321 09 027
2Pembimbing I 3
I. PENDAHULUAN
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu penekanan dari Tujuan
Pendidikan Nasional seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi:
Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab4.
Adanya undang-undang tersebut, maka segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan
harus tetap menjadi prioritas utama yang harus diperhatikan kelangsungannya. Untuk mencapai
tujuan pendidikan, maka diperlukan langkah nyata dari semua pihak yang terlibat secara
bersama-sama bekerja dalam memajukan pendidikan.Salah satu yang harus menjadi perhatian
dalam mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional adalah lingkungan sekolah itu
sendiri. Lingkungan sekolah sangat berperan penting dalam proses belajar siswa, baik itu
lingkungan fisik sekolah maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik seperti keadaan sekolah,
sarana dan prasarana belajar. Lingkungan sosial seperti suasana sekolah, hubungan atau interaksi
antar warga sekolah, tata tertib dan kerja sama pihak sekolah.
SMP Negeri 5 Pasangkayu merupakan salah satu sekolah lanjutan tingkat pertama yang
terletak di Kecamatan Baras tepatnya di Desa Motu. Jumlah siswa keseluruhan berjumlah 381
siswa. Lingkungan sekolah yang masih berada dalam lokasi perkebunan kelapa sawit PT Unggul
Widya Teknologi Lestari juga turut berpengaruh terhadap pendidikan di sekolah tersebut. Sarana
dan prasarana yang terdapat di sekolah sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Sarana dan
prasarana yang tidak lengkap menjadikan proses pembelajaran terhambat. Begitu juga dengan
peran guru dalam proses pembelajaran metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan
materi kepada siswa sangat mempengaruhi siswa terutama motivasi siswa untuk belajar.
Pendidikan bukan hanya mencakup satu hal tetapi mencakup keseluruhan baik itu yang bersifat
pengetahuan, keterampilan maupun belajar dalam menyikapi nilai-nilai yang diperoleh seseorang
melalui pergaulan dengan lingkungan.
Motivasi dalam kegiatan belajar siswa merupakan hal yang sangat penting, sebab dengan
adanya motivasi, maka gairah dan semangat siswa untuk belajar menjadi tinggi dan
membuatmereka tekundan sungguh-sungguh.Alasan penulis termotivasi untuk mengkaji
lingkungan sekolah dalam mempengaruhi motivasi setiap siswa untuk belajar tidak lain karena
lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk
belajar.Berdasarkan persoalan-persoalan tersebut,maka timbul permasalahan yang perlu dikaji
yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Faktor-faktor tersebut pada
penelitian ini hanya dibatasi pada lingkungan sekolahsaja. Makapeneliti menetapkan “Pengaruh
Lingkungan Sekolahterhadap Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 5 Pasangkayu Kecamatan
Baras Kabupaten Mamuju Utara”sebagai judul penelitian ini.
Lingkungan sekolah memegang peranan penting dalam perkembangan belajar peserta
didik, lingkungan sekolah akan mempegaruhi motivasi setiap siswa dalam proses belajarnya.
Nana Syaodih Sukmadinata (2005:164) membagi lingkungan sekolah menjadi dua bagian
yakni“1)lingkungan fisik sekolah seperti sarana dan prasarana belajar. 2) Lingkungan sosial
menyangkut hubungan siswa denganteman-temanya, guru-gurunya, staf sekolah yang lain,
suasana sekolah dan pelaksanaan”5. Watak atau kepribadian seseorang selain ditentukan oleh
potensi dasar yang dimilikinya juga ditentukan oleh lingkungan. Adapun faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa menurutMuhibbin Syah (2005:108) adalah
Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri yang berupa sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita dan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri yang terdiri dari lingkungan sosial, yang meliputi lingkungan masyarakat, tetangga, teman, orangtua/keluarga dan teman sekolah dan lingkungan non sosial meliputi keadaan gedung sekolah, letak sekolah, jarak tempat tinggal dengan sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi orangtua dan lain-lain6.
Motivasi belajar yang muncul dari dalam diri seseorang ada yang bersifat fisiologis
seperti lapar, haus, seks dan ada yang bersifat dorongan-dorongan yang hubunganya dengan
manusia dengan manusia yang lain dalam masyarakat seperti dorongan estetis, dorongan ingin
selalu berbuat baik (etika) dan sebagainya. Jadi kedua golongan motif tersebut saling
berhubungan dengan yang lain. Menurut A. M. Sardiman (2010:56) menyebutkan bahwa
Motivasi belajar ada dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu itu sendiri tanpa ada paksaan atau dorongan dari orang lain. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar diri individu karena adanya paksaan atau dorongan dari orang lain sehingga individu tersebut mempunyai kemauan untuk melakukan sesuatu atau belajar7.
5
Sukmadinata, N Syaodih. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdayakarya
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dibagi menjadi
dua macam, yaitu motivasi belajar yang berasal dari dalam diri individu/siswa (motivasi
intrinsik) dan motivasi belajar yang dari luar diri individu/siswa (motivasi ekstrinsik). Kedua
macam motivasi belajar tersebut sangat berperan penting bagi pencapaian tujuan belajar siswa
dan saling berkaitan.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data
deskriptifberupa kata-kata tertulis untuk menggambarkan keadaan tentang subjek dan objek
penelitian pada saat penelitian berlangsung. Tujuan dalam penelitian deskriptif adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai subjek
dan objek yang diselidiki khususnya mengenai pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi
belajar siswa SMP Negeri 5 Pasangkayu Kecamatan Baras Kabupaten Mamuju Utara.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 5 Pasangkayu.Sampel
yang ditetapkan yaitu 38 siswa. Dalam penarikan sampel, peneliti menggunakan teknik kuota
sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang anggota diambil untuk mewakili setiap kelas
dengan jumlah persen (%). Teknik pengumpulan data dilakukan denganMengedarkan angket
berupa pertanyaan tertulis yang kemudian dibagikan pada siswa sebanyak 38 siswa
masing-masing 12 siswa kelas IX, 12 siswa kelas VII dan 14 siswa kelas VIII yang telah dijadikan
sampel dalam penelitian kemudian melakukan wawancara kepada siswa dan guru. Untuk
memperkuat hasil penelitian, maka dilakukan obeservasi atau pengamatan.
Data yang telah dikumpulkan dari hasil angket, wawancara dan observasi diproses
sebelum melalui tiga tahapan yang terjadi secara bersamaan. Milles dan Huberman (1992:16)
menganalisis ketiga tahapan tersebut secara bersamaan yaitu: “reduksi data, penyajian data dan
penerikan kesimpulan/verifikasi data”.8Reduksi data dilakukan dengan proses memilih,
menyeleksi atau menyederhanakan data dan menstrasformasikan data, maksudnya adalah data
hasil angket dihitung dengan menggunakan rumus P = 100%.Penyajian data yang dimaksud
adalah penyusunan sekumpulan informasi yang didapatkan penulis melalui hasil angket,
wawancara, dan observasi. Data tersebut diolah atau dianalis dalam bentuk tabel untuk mengolah
hasil angket sedangkan hasil wawancara ditulis secara singkat dalam bentuk narasi yang
memberikan kesimpulan.Penarikan kesimpulan dapat dilakukan setelah reduksi data. Verifikasi
8Milles, Matheaw B. dan Huberman A. Michael (terjemahan Tjetjep Rohendi, 1992) Analisis Data Kualitatif.
penting dilakukan untuk memperoleh validitas.Ketiga alur tersebut berlangsung secaraberulang
dan terus menerusselamapenelitianberlangsungdanmerupakan proses siklusdaninteraktif
sehinggakesimpulan yang adabukanlahkesimpulanakhirsampaipenelitianberakhir.Dalam
penarikan kesimpulan, data yang dikumpulkan harus diuji kebenarannya yaitu data hasil angket,
wawancara, dan observasi lingkungan sekolah dan beberapa informan sehingga memudahkan
peneliti dalam mengumpulkan data pada akhir penelitian yang mana dalam penarikan
kesimpulan tersebut diperoleh dari sekumpulan informasi mengenai pengaruh lingkungan
sekolah terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 5 Pasangakayu.
III. HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Umum Tentang Keadaan Lokasi Penelitian
Secara geografis SMP Negeri 5 Pasangkayu berada di bagian selatan Kabupaten Mamuju
Utara, 65 km arah Kota Pasangkayu. Lokasi tepatnya di Baras II Desa Motu Kecamatan Baras.
Di sekitar sekolah terdapat areal kelapa sawit, hal ini dikarenakan sebagian besar mata
pencaharian penduduk adalah berkebun kelapa sawit.Sekolah yang memiliki luas lahan 1.600 ha
didirikan tahun 2005 dan telah mengalami perubahan kepemimpinan sebanyak 1 kali. Adapun
jumlah kelas saat ini adalah 13 kelas.Siswa di SMP Negeri 5 Pasangkayu pada tahun ajaran
2013/2014 berjumlah 381 siswa.Jumlah guru 18 orang, 10 guru berstatus sebagai guru tetap dan
8 guru berstatus sebagai guru tidak tetap. Dari seluruh guru yang ada, semuanya berkualifikasi
pendidikan S-1. Tenaga administrasi yang ada berjumlah 4 orang, 2 orang berstatus tetap dan 2
berstatus tidak tetap.
Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 5 Pasangkayu yaitu ruang kelas 13 buah,
ruang lab IPA 1 buah, perpustakaan 1 buah, ruang tata usaha 1 buah, ruang OSIS 1 buah, ruang
kepala sekolah 1 buah, ruang guru1 buah, ruang WC 2 buah, Ruang kepala sekolah 1 buah, ruang
tamu1 buah, kantin 1 buah, tempat ibadah 1 buah, pos penjaga sekolah 1 buah dan tempat parkir
1 buah. Fasilitas olahraga yang ada yaitu lapangan takraw dan volley.
2. Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa.
Faktor dalam lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk
belajar yaitu kondisi lingkungan sekolah, sarana belajar, prasarana belajar, hubungan atau
interaksi antar siswa, siswa dengan guru dan semua warga sekolah termasuk para staf
administrasi, tata tertib sekolah dan kerjasama antara guru, staf dan kepala sekolah dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebagai anggota masyarakat sekolah, maka siswa dalam
lingkungan sekolah. Kriteria tentang lingkungan yangmenyenangkan untuk belajar merupakan
masalah yang paling mendasar dalamsistem pendidikan formal. Oleh karena itu kondisi
lingkungan yang sehat turut mempengaruhi motivasi belajar. Lingkungan yang aman, nyaman
dan bisa disesuaikan sendiri dapat menumbuhkan dorongan untuk belajar. Sebaliknya
lingkungan yang kurang menyenangkan seperti kegaduhan, kekacauan dan tidak bersih dapat
mengganggu kapasitas untuk berkonsentrasi dan menumbuhkan keinginan untuk tidak belajar.
Hasil data angket menunjukkan bahwa 23 (60,54%) dari 38 responden menyatakan lingkungan
sekolah sangat berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk belajar, 10 responden (26,31%)
menyatakan berpengaruh, 3 responden (7,89%) menyatakan kurang berpengaruh dan 2
responden (5,26%) menyatakan tidak berpengaruh. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kondisi
lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
Memperkuat hasil diatas, berikut hasil wawancara dengan siswa dan guru. “Keadaan
lingkungan sekolah bagus, bersih dan saya merasa nyaman dengan lingkungan sekitar sekolah
karena lingkungan sekolah bersih, siswa-siswanya ramah, gedung sekolah mendukung kegiatan
yang dilaksanakan di sekolah karena ruang kelas dibutuhkan untuk belajar”(Niluh Putu Andriani,
wawancara 14 November 2013). Halsenada juga dikatakan Kesya Anggeliani Betty“keadaan
lingkungan sekolah mempengaruhi motivasi saya dalam belajar. Nyaman, biasanya tidak ada
sampah jadi nyaman belajar, tidak nyaman kalau banyak sampah, anak-anak tidak belajar”
(wawancara 13 November 2013). “Keadaan sekolah kami cukup menunjang motivasi anak-anak
belajar dilihat dari tenaga guru, sarana dan prasarana serta keadaan lingkungan yang jauh dari
keramaian, Sekitar lingkungan cukup menunjang dimana sekolah jauh dari hiruk-pikuk sehingga
menjadi aman” (K. Sukasini, wawancara 16 November 2013).
Data diatas didukung hasil observasi di lapangan. Kondisi sekolah dan lingkungan yang
ada di sekitar sekolah yang cukup bersih. Di pinggir halaman sekolah terdapat Taman yang
dihiasi berbagai macam tanaman, tampak rindang karena adanya tanaman yang berukuran cukup
besar serta kebersihannya juga cukup terjaga. Sekolah bersebelahan langsung dengan sebuah
jalan. Kesibukan lalu lintas tidak menimbulkan suara bising yang mengganggu aktivitas belajar
mengajar di dalam sekolah. Secara umum kondisi lingkungan sekolah SMP Negeri 5 Pasangkayu
cukup asri dan sejuk sebab di depan sebagian kelas ditanami bungadan pepohonan.Cukupjauh
dari kebisingan kendaraan (observasi 11 November 2013).
Sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran. Sarana belajar yang lengkap akanmembuatproses pembelajaran berjalan lancar
karena motivasi siswa untuk belajar akan muncul jika sarana belajar lengkap akan tetapi sarana
diperoleh hasil 18 responden (47,36%) menyatakan sarana belajar yang ada sangat berpengaruh
terhadap motivasi belajar siswa, 18 responden (47,38%) menyatakan berpengaruh, dan 2
responden (5,26%) menyatakan tidak berpengaruh.
Data diatas diperkuat hasil wawancara dengan siswa. “Tersedia buku-buku di
perpustakaan seperti buku pelajaran, buku-buku cerita dan buku-buku lainnya, saya biasa pinjam
buku di sana, terutama buku pelajaran IPS karena dipakai juga pada saat belajar. Sarana belajar
di kelas seperti meja, kursi, papan tulis dan meja guru ada. Kalau di kelas saya, ada beberapa
kursi yang rusak dan itu menganggu karena ditaruh di belakang kelas. Tidak nyaman dilihat”
(Vonny Mini, wawancara 13 November 2013).Hal senada juga diungkapkan Salvius Dominggus
“buku-buku pendukung untuk pembelajaran tersedia di perpustakaan, setiap belajar bukunya
harus dibawa kedalam ruang kelas untuk dipelajari oleh siswa yang hendak mempelajari buku
tersebut contohnya buku matematika, di kelas saya sudah tersedia sarana pendukung
pembelajaran seperti buku cetak, spidol, papan tulis dan penghapus jadi kami nyaman belajar”
(wawancara 14 November 2013).
Kelengkapan prasarana belajar akan mempengaruhi motivasi setiap siswa untuk
belajar.Tanggapan responden tentang prasarana belajar yang ada di SMP Negeri 5 Pasangkayu
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa adalah 12 responden (31,57%) menyatakan sangat
berpengaruh, 19 responden (50,02%) menyatakan berpengaruh, 5 responden (13,15%)
menyatakan kurang berpengaruh dan 2 responden (5,26 %) menyatakan tidak berpengaruh.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa prasarana belajar yang ada di SMP Negeri 5
Pasangkayu berpengaruh terhadap motivasi belajar.
Memperkuat data diatas,berikut hasil wawancara dengan siswa dan guru. “Sekolah sudah
menyediakan fasilitas belajar yang cukup memadai seperti membangun perpustakaan, gedung
sekolah tempat melakukan pelajaran bersama dengan teman yang suka berbagi ilmu (Salvius
Dominggus, wawancara 14 November 2013). “Prasarana belajar yang ada di sekolah kami bisa
dibilang belum memadai, sebagian siswa ada yang sekolah pada pagi hari dan ada pula siswa
yang sekolah pada sore hari dan ini mempengaruhi mutu pendidikan, tidak hanya motivasinya
tetapi juga semangat belajarnya terutama pada pembelajaran pada sore hari tetapi kami sudah
berusaha maksimal bagaimana caranya agar anak-anak kami bisa tetap semangat belajar
meskipun banyak kendala tetapi mudah-mudahan ruang kelas yang sementara dibangun bisa
selesai tahun depan sehingga kami bisa belajar dengan baik tanpa membagi waktu belajar”
(Nyoman Mertayasa, wawancara 16 November 2013).
Motivasi belajar juga dipengaruhi oleh suasana belajar mengajar. Faktor yang
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yaitu suasana belajar. Dari 38 responden,12 responden
(31,57%) menyatakan sangat berpengaruh, 20 responden (52,65%) menyatakan berpengaruh, 4
responden (10,52%) menyatakan kurang berpengaruh dan 2 responden (5,26%) menyatakan
tidak berpengaruh. Hasil tersebut menunujukkan bahwa suasana belajar berpengaruh terhadap
motivasi belajar siswa.
Hasil diatas didukung hasil wawancara dengan siswa dan guru. “Kalau sementara belajar
suasana kelas tenang jadi senang belajarnya karena lebih mengusai, dapat memahami, tetapi
biasa tidak tenang kalau ditinggal guru jadi susah konsentrasi belajar karena teman-teman ribut.”
(Kesya Anggeliani Betty, 13 November 2013). “Suasana kelas pada saat pelaksanaan
pembelajaran jelas mempengaruhi motivasi siswa untuk belajar contohnya saja pada saat
mengajar, apabila suasana kelas yang ribut/ siswa banyak nakal sedikitnya berpengaruh pada
belajar siswa yang lain” (K. Sukasini,wawancara 16 November 2013).
Memperkuat data di atas, berikut hasil pengamatan lapangan. Pembelajaran dimulai
pukul 07.30 WITA. Siswa yang hadir pada hari itu berjumlah 32 siswa dari total 33 siswa.
Metode mengajar yang digunakan guru adalah ceramah dan tanyajawab. Sebelum mulai
pembelajaran siswa berdoa. Memang sebelum guru masuk ke dalam kelas, siswa terlihat ramai
dari luar, tetapi setelah guru mulai pelajarannya semua siswa tenang dan memperhatikan. Ketika
guru melontarkan pertanyaan, kebanyakan siswa antusias untuk menjawab pertanyaan dari
gurunya. Jika siswa tidak tahu tentang materi yang diajarkan, maka siswalangsung bertanya
kepada gurunya. Setelah setengah jam pelajaran berlangsung, guru memberikan tugas kepada
siswa. Semua siswa mandiri mengerjakan tugas dan ramai terkontrol (observasi 12 November
2013 di kelas VIII A).
Hubungan atau interaksi antar anggota masyarakat sekolah juga berpengaruh terhadap
motivasi siswa untuk belajar. Dari 38 responden, 15 responden (39,47%) menyatakan hubungan
atau interaksi antar siswa sangat berpengaruh dan 16 responden (42,12%) menyatakan
berpengaruh, hal ini menunjukkan bahwa hubungan atau interaksi antar siswa di SMP Negeri 5
Pasangkayu berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Sementara Tanggapan responden
tentang hubungan atau interaksi siswa dengan guru berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa
yaitu 10 responden (26,31%), 26 responden (68,43%) menyatakan berpengaruh dan 2 responden
(5,26%) menyatakan kurang berpengaruh. Sedangkan Tanggapan responden tentang hubungan
atau interaksi siswa dengan staf sekolahan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yaitu 7
responden (18,42%), 20 responden (52,64%) menyatakan berpengaruh, dan 11 responden
Berdasarkan hasilyang diperoleh di atas, menunjukkan bahwa hubungan antar anggota
warga sekolah berpengaruh terhadap motivasi belajar. Baik itu hubungan atau interaksi antar
siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan staf administrasi. Perasaan senang menyenangi
antara siswadalam kelas, guru dengan siswa akan menimbulkan situasi dan kondisi belajar yang
kondusif sehingga guru dapat menyampaikan bahan pelajaran sesuai dengan rencana pengajaran
(Satuan pelajaran) dan siswa dapat menerima bahan pelajaran tersebut dengan baik. Apabila
siswa tidak menyenangi gurunya, maka pelajaran yang disampaikan oleh guru tidak dikuasai
karena siswa malas mempelajarinya karena benci dengan guru bidang studi tersebut. Selain itu,
hubungan yang tidak menyenangi antara siswa dengan siswa juga menimbulkan suasana belajar
yang tidak menyenangkan yang akhirnya mempengaruhi situasi belajar dalam kelas dan di luar
kelas.
Hasil diatas didukung oleh hasil wawancara dengan siswa dan guru berikut. “Saya kalau
bertemu dengan guru selalu menyapanya, sering ucapkan selamat. Kalau kita dekat dengan guru
kita bisa belajar dengan baik karena kita sudah kenal dan tidak canggung lagi. Kalau ada PR
yang saya tidak tahu, saya tanyakan kepada guru” (Kesya Anggeliani Betty, wawancara 13
November 2013). “Kalau di dalamkelas, mereka menghormati kami sebagai pendidik, pengajar
dan pembimbing. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa kami aktif dan kami berusaha
mengembangkan itu dengan memberi apresiasi terhadap keberhasilannya. Sedangkan kalau di
luar kelas, sebagai teman yang lebih dewasa. Pengaruh terhadap motivasi belajar siswa saya kira
ini sedikit berkembang, karena setiap kami bertemu dengan mereka, kami selalu mengimbau
kepada siswa bahwa begitu penting yang namanya ilmu pengetahuan dari tidak tahu menjadi
tahu, makanya kita perlu belajar dan belajar itu tidak mengenal usia” (Herpin Patiung,
wawancara 16 November 2013).
Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi
kepada guru (teacher oriented) kepembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student
oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya
adalah penguatan peran guru sebagai motivator. Tanggapan responden tentang peran guru
sebagai motivator dalam belajar berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yaitu 28 responden
(73,69%) menyatakan sangat berpengaruh dan 10 responden (26,31%) menyatakan berpengaruh.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa peran guru sebagai motivator sangat bepengaruh dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa. Peran guru untuk mengelola motivasi belajar sangat
penting dan dapat dilakukan melalui berbagai aktifitas belajar. Guru di SMP Negeri 5
Pasangkayu dalam kegiatan belajar selalu memberikan motivasi kepada siswanya, selalu
menasehati siswanya ketika mendapatkan siswanya melanggar peraturan sekolah. Kebiasaan
seperti ini berdampak positif terhadap perkembangan siswa. Siswa semakin dekat dengan guru
dan guru juga semakin dekat dengan siswanya.
Data diatas diperkuat hasil wawancara dengan guru. “Sebagai guru di sekolah ini, saya
selalu memberikan dorongan kepada anak-anak untuk rajin belajar. Di dalam kelas misalnya
selalu memberi nasehat akan pentingnya suatu ilmu. Jenjang umur semasa sekarang bukan
waktunya untuk bekerja tetapi untuk belajar, saya katakan demikian karena ada siswa yang
sering tidak masuk sekolah dengan alasan pergi kerja di kebun kelapa sawit, mereka tergoda
dengan uang karena bekerja disini bisa langsung menghasilkan uang” (Herpin Patiung,
wawancara 16 November 2013). Hal senada juga diungkapakn oleh K. Sukasini, bahwa “guru
dalam hal ini saya dan teman-teman sudah menjadi tugas kami untuk mengarahkan kegiatan
belajar anak-anak kami untuk mencapai tujuan pembelajaran. Memberikan motivasi dalam
belajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Selalu diberikan nasehat, tidak hanya pada saat
anak-anak membuat kesalahan tetapi juga setiap belajar, saya selalu mengapresiasi setiap hasil
dari tugas-tugas yang saya kasih. Menyenangkan jadinya kalau kita dekat dengan anak-anak.
Ketika kita bertemu di luar, mereka selalu memberikan salam” (wawancara 16 November 2013).
Tata tertib merupakan peraturan yang mengikat semua personal yang ada di suatu sekolah
agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Tanggapan responden tentang tata
tertib berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yaitu 13 responden (34,21%), menyatakan
sangat berpengaruh, 22 responden (57,90%) menyatakan berpengaruh dan 3 responden (7,89%)
menyatakan kurang berpengaruh. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tata tertib yang berlaku di
SMP Negeri 5 Pasangkayu berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Tata tertib
dimaksudkan pula sebagai pendukung dalam usaha pembentukan disiplin belajar bagi siswa.
Siswa dituntut untuk menjalankan peraturan tersebut agar mereka terbiasa disiplin sehingga
semua tindakannya senantiasa taat dan sesuai dengan peraturan atau tata tertib yang ada di
sekolah sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif sehingga dengan sendirinya akat
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
Memperkuat data diatas, berikut hasil wawancara dengan siswa dan guru. “Tata tertib
disekolah kami tidak terlalu mengekang siswa contohnya biasa kalau terlambat disuruh angkat
air. Bolos tiga kali dipanggil orang tua. Harus mengikuti soalnya kalau sekolah tertib kita juga
tertib, proses belajarnya juga menjadi baik Semua peraturan harus dijalani karena ada semua
mamfaatnya misalnya saya tidak mau terlambat karena ada peraturan, kalau terlambat malu
dihukum kalau dilihat teman-teman” (Niluh Putu Diah Swadewi, wawancara 13 November
dan kepribadian peserta didik yang kuat. Kami selaku guru dituntut harus mampu
membelajarkan peserta didik tentang disiplin diri belajar membaca, mencintai buku, menghargai
waktu, mematuhi aturan sehingga dengan sendirinya motivasi untuk belajar anak-anak akan
muncul” (Herpin Patiung,wawancara 18 November 2013).
Dalam lingkungan sekolah, kerja sama antara guru, para staf dan kepala sekolah sangat
diperlukan. Maju tidaknya suatu pendidikan disekolah salah satunya ditentukan oleh tiga unsur
tersebut. Tanggapan responden tentang kerja sama guru, staf sekolah dan kepala sekolah dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu 11 responden (28,84%) menyatakan sangat berjalan
dengan baik, 24 responden (63,17%) menyatakan berjalan dengan baik, 2 responden (5,26%)
menyatakan kurang berjalan dengan baik dan 1 responden (2,63%) menyatakan tidak berjalan
dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa kerja sama guru, staf sekolah dan kepala sekolah
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa sudah berjalan dengan baik.
Hasil diatas diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru berikut. “Bentuk kerja sama
antara guru,staf sekolahan dan kepala sekolah di sekolah ini khususnya dalam meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar sudah baik dan berpengaruh terhadap motivasi belajar dari sasil
kerja sama guru sesama bidang studi” (Herpin Patiung, wawancara 16 November 2013). Senada
yang diungkapkan K. Sukasini bahwa “kepala sekolah bersama dengan guru-guru yang lain
sepakat memberikan hadiah kepada anak-anak yang berprestasi” (wawancara 16 November
2013).
3. Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
Guru menghadapi dua faktor yang menjadi kendala yang cukup berpengaruh terhadap
motivasi belajar siswa. Kedua faktor tersebut adalah faktor internal dan eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri siswa berupa sikap dan kepribadian.
Dari hasil wawancara dengan ibu Herpin Patiung menjelaskan bahwa “ada siswa yang memang
malas dan kurang disiplin dan itu bisa mempengaruhi temannya yang lain”. Lebih lanjut beliau
katakan bahwa “dalam menegakkan aturan di sekolah, ada saja oknum orang tua siswa yang
marah ketika anaknya dihukum karena melanggar tata tertib yang diberlakukan di sekolah
padahal itu hanya semata-mata untuk kebaikan mereka. Siswa juga terpengaruh dengan situasi
yang ada di tempat tinggalnya, mayoritas penduduk bermata pencaharian adalah petani kelapa
sawit. Siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan membantu orang tua di kebun. Ada siswa
yang terpengaruh dengan pekerjaan dibanding belajar. Mereka terpengaruh karena dengan
diungkapkan oleh ibu K. Sukasini, (wawancara 16 November 2013) beliau menjelaskan bahwa
“ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, ada siswa yang ribut dan itu jelas menganggu
suasana belajar. Ada siswa yang nakal akan berpengaruh pada belajar siswa yang lain”.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang terdiri dari
lingkungan sosial yang meliputi lingkungan sekolah dan teman sekolah.Lingkungan non sosial
meliputi keadaan sekitar sekolah atau kondisi lingkungan sekolah, gedung sekolah, alat-alat
belajar dan sarana dan prasarana belajar yang ada di sekolah.
Hasil wawancara dengan bapak Nyoman Mertayasa, (hasil wawancara 16 November
2013) beliau menjelaskan bahwa “prasarana belajar yang ada di sekolah kami bisa dibilang
belum memadai, sebagian siswa ada yang sekolah pada pagi hari dan ada pula siswa yang
sekolah pada sore hari dan ini mempengaruhi motivasi belajar mereka, tidak hanya motivasinya
tetapi juga semangat belajarnya terutama pada pembelajaran pada sore hari tetapi kami sudah
berusaha maksimal bagaimana caranya agar anak-anak kami bisa tetap semangat belajar.
Meskipun banyak kendala tetapi mudah-mudahan ruang kelas yang sementara dibangun bisa
selesai tahun depan sehingga kami bisa belajar dengan baik tanpa membagi waktu belajar. Hal
senada juga dikemukakan oleh Ibu Herpin Patiung, beliau menjelaskan bahwa “keadaan sarana
dan prasarana belajar yang ada disekolahkamimasih minim,namun kami berusahasupaya siswa
motivasi belajarnya bertambah. Untuk tempat ibadah terutama yang muslim sudah cukup baik
bangunannya”(wawancara 16 November 2013).
4. Upaya yang Dilakukan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Meningkatkan motivasi belajar siswa adalah salah satu kegiatan integral yang wajib ada
dalam kegiatan pembelajaran. Selain memberikan ilmu pengetahuan, guru juga bertugas untuk
meningkatkan motivasi anak dalam belajar. Tidak bisa kita pungkiri bahwa motivasi belajar
siswa satu dengan yang lain sangat berbeda, untuk itulah penting bagi guru selalu senantiasa
memberikan motivasi kepada siswa supaya siswa senantiasa memiliki semangat belajar dan
mampu menjadi siswa yang berprestasi serta dapat mengembangkan diri secara optimal.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar.
Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil
belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Hasil
wawancara dengan ibu Herpin Patiung (wawancara 16 November 2013) menjelaskan bahwa
“sebagai guru di sekolah ini, saya selalu memberikan dorongan kepada anak untuk rajin belajar
semasa sekarang bukan waktunya untuk bekerja tapi untuk belajar, saya katakan demikian
karena disini ada siswa yang sering tidak masuk sekolah dengan alasan pergi kerja di kebun
kelapa sawit, selain itu karena bekerja disini bisa langsung menghasilkan uang”. Senadadengan
yang diungkapkan oleh ibu K. Sukasini, (wawancara 16 November 2013) “guru dalam hal ini
saya dan teman-teman sudah menjadi tugas kami untuk mengarahkan kegiatan belajar anak-anak
kami untuk mencapai tujuan pembelajaran. Memberikan motivasi dalam belajar baik didalam
kelas maupun diluar kelas. Selalu diberikan nasehat, tidak hanya pada saat anak-anak membuat
kesalahan tetapi juga setiap belajar, saya selalu mengapresiasi setiap hasil dari tugas-tugas yang
saya kasih”.
Dibidang sarana dan prasarana, pembenahan terus dilakukan diantaranya pembangunan
ruang kelas dan ruang untuk laboratorium TIK. Dikatakan Esther Pongsendana selaku
penanggungjawab bagian sarana dan prasarana bahwa “memang masih banyak kekurangan
seperti listrik yang mati disiang hari, ruang kelas masih kurang sehingga kelas satu masuk pada
siang hari dan itu bisa berdampak negatif terhadap motivasi belajar siswa kami tapi
mudah-mudahan tahun depan sudah tertutupi semua hambatan karena sementara dalam proses seperti
ruang kelas yang hampir rampung, begitu juga dengan PLN sudah akan beroperasi”.
Selain meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana belajar serta peran guru
sebagai motivator juga adanya apresiasi dari pihak sekolah terhadap siswa yang memiliki
prestasi. Mereka mendapat hadiah dari sekolah berupa uang dan alat-alat kelengkapan belajar
sebagai hasil jerih payah atas kerja kerasnya dalam belajar
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diuraikan dalam penelitian pada bab terdahulu,
maka pada bagian ini ditarik kesimpulan penelitian sebagai jawaban akhir permasalahan yang
telah peneliti lakukan di SMP Negeri 5 Pasangkayu Kecamatan Baras Kabupaten Mamuju Utara
yakni motivasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sedangkan faktor eksternal
adalah faktor dari luar diri siswa berupa lingkungan. Lingkungan SMP Negeri 5 Pasangkayu
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Pengaruh tersebut ada yang berpengaruh positif
dan ada pula yang berpengaruh negatif. Pengaruh positif yaitu kondisi lingkungan yang kondusif,
jauh dari keramaian dan bersih, sarana belajar seperti buku pelajaran, kelengkapan kelas,
perpustakaan. Suasana belajar yang tenang karena jauh dari keramaian, hubungan antar siswa
dan selalu memberikan nasehat setiap ada kesempatan kepada siswanya. Pengaruh negatifnya
adalah kurangnya ruang kelas yang mengakibatkan adanya pembagian waktu belajar, belum
adanya laboratorium TIK dan aliran listrik tidak berfungsi maksimal.Dalam usaha meningkatkan
motivasi belajar siswa, guru dihadapkan pada beberapa kendala yaitu Faktor internal berupa
sikap dan kepribadian siswa yakni masih ada siswa yang memang belum memiliki perhatian dan
malas dalam belajar. Faktor eksternal berupa prasarana belajar yang ada di SMP Negeri 5
Pasangkayu belum memadai, ruang kelas yang sementara dalam pembangunan dan aliran listrik
yang dibatasi tidak hanya Lab TIK yang tidak berfungsi dengan baik tetapi juga Lab IPA tidak
berjalan sebagaimana mestinya.
2. Saran
Ada beberapa hal yang perlu disampaikan sebagai saran dalam penelitian ini yakni dalam
proses pembelajaran, peran guru untuk mengelola motivasi belajar siswa sangatlah dibutuhkan,
kemampuan guru mengajar menjadikan dirinya model yang mampu membangkitkan rasa ingin
tahu dan kesanggupan dalam diri peserta didik merupakan aset utama dalam membangkitkan
motivasi. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlu kerja sama yang lebih baik semua
warga sekolah baik antar guru, staf sekolahan maupun dengan kepala sekolah secara
bersama-sama bekerja dan mengajar sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan
kepada mereka.Demi kelancaran proses pembelajaran, diharapkan dinas pendidikan setempat
agar kiranya melakukan pembenahan di segala bidang sehingga tercipta lingkungan pendidikan
yang lebih baik.
V. DAFTAR RUJUKAN
Milles, Matheaw B. dan Huberman A. Michael (terjemahan Tjetjep Rohendi, 1992)Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press
Muhibbin, Syah. (2005). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sardiman, A.M. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajawaliPers
Sukmadinata, N Syaodih. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdayakarya