PENINGKATAN K MELALUI PERM
SISWA KELA
UNIVERSITAS IS FAKUL PROGRAM STUDI
KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA RMAINANPUZZLEDAN MEDIAWALL C LAS V MI NURUL HUDA KRIAN-SIDOAR
SKRIPSI
Oleh :
SHOFIATUS SHOLIHAH NIM. D07212060
S ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURAB ULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
I PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTID JUNI 2016
SA ARAB CHART RJO
ABAYA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL... ii
HALAMAN MOTTO ...iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ...viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tindakan yang Dipilih... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Lingkup Penelitian ... 5
F. Signifikasi Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara Bahasa Arab ... 7
B. Pelajaran Bahasa Arab di MI ... 11
D. PermainanPuzzle...15
E. Pengertian dan Jenis Media ...16
F. MediaWall Chart...21
G. Penerapan PermainanPuzzledan MediaWallChart dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab ...23
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ...26
B. Setting dan Subyek Penelitian ...27
C. Variabel yang Diteliti...28
D. Rencana Tindakan...28
E. Data dan Cara Pengumpulannya...30
F. Indikator Kinerja...34
G. Tim Peneliti dan Tugasnya ...35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...37
1. Tahap Pra Siklus ...37
2. Siklus I ...40
3. Siklus II...54
B. Pembahasan Hasil Temuan...68
1. Penerapan PermainanPuzzledan MediaWall Chart...68
2. Peningkatan Keterampilan Berbicara ...69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Simpulan ...72
B. Saran ...74
DAFTAR PUSTAKA
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar Bahasa Arab sangatlah penting bagi umat Islam. Khususnya pada jenjang anak MI yang memerlukan asupan pembelajaran Bahasa Arab untuk dapat meningkatkan jiwa keagamaan pada diri mereka. Faktanya, Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang belakangan ini banyak ditekuni oleh masyarakat untuk dipelajari dan ditelaah, baik yang berorientasi pada pendekatan normatif dan spiritualis dengan berkeyakinan bahwa Bahasa Arab merupakan bahasa agama karena Al-Quran diturunkan dengan Bahasa Arab1, seperti yang tertulis dalam ayat suci Al-Quran berikut ini:
Artinya:
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya (QS. Yusuf: 2)
Dalam Permenag RI nomor 02 tahun 2008, mata pelajaran Bahasa
Arab di Madrasah Ibtida’iyah sudah mulai diajarkan kepada siswa sejak kelas
IV – VI. Dalam Standar Kompetensi (SK) pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah sudah terpetakan menjadi empat SK yaitu: kemampuan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Realitasnya, dari keempat kemampuan tersebut yang paling dominan hanya kemampuan pasif
1
2
(membaca dan menulis) dari pada kemampuan aktif (mendengar dan berbicara).2
Dari keempat komponen tersebut, permasalahan yang sering muncul
dalam pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtida’iyah dan sekolah -sekolah Islam lainnya yakni minimnya pengetahuan mufrodatsiswa sehingga mereka kesulitan untuk berbicara Bahasa Arab. Hal ini dikarenakan proses belajar mengajar kurang bervariasi, misalnya dalam hal strategi pembelajaran, metode, media atau pun permainan bahasa lainnya yang dapat memberikan dorongan siswa-siswinya untuk gemar mempelajari Bahasa Arab.
Seperti yang dialami oleh siswa kelas V MI Nurul Huda Krian-Sidoarjo. Berdasarkan hasil wawancara didukung dengan bukti data nilai tes lisan pra siklus, dari 28 siswa kelas V hanya 4 siswa yang dapat menjawab dan menanggapi saat tes lisan berlangsung. Sedangkan 24 siswa lainnya terdiam dan bergeleng-geleng saat pertanyaan dilontarkan. Menurut Ibu Anindya Galuh S.Pd.I selaku wali sekaligus guru kelas V MI Nurul Huda Krian-Sidoarjo, beliau memaparkan bahwa selama proses pembelajaran Bahasa Arab berlangsung, beliau sudah menggunakan strategi ataupun metode yang dirasa serasi dengan materi yang diajarkan. Namun siswa kelas V masih kesusahan untuk berbicara menggunakan Bahasa Arab.3
2
Taufik,Pembelajran Bahasa...,109.
3
3
Hal ini dikarenakan siswa terbiasa berbicara menggunakan Bahasa Jawa dan kebanyakan mereka merasa asing dengan Bahasa Arab.4 Sehingga siswa-siswi tersebut cepat bosan dan lebih memilih diam. Hal ini dapat mempersulit siswa untuk terampil berbicara Bahasa Arab.
Sebagai upaya dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V MI Nurul Huda Krian-Sidoarjo telah dipilih solusi alternatif, yaitu melalui permainan puzzle dan media wall chart, karena permainan tersebut terdapat aktifitas menyusun gambar ataupun kosakata Bahasa Arab kemudian digantungkan didinding kelas yang menjadi suatu media yang disebut wall
chart sehingga dapat mempermudah siswa untuk mengingat mufrodat serta
memudahkan siswa dalam penyusunan kalimat berbahasa Arab. Dengan permainan puzzle dan media wall chart, dapat memudahkan siswa untuk melatih keterampilan berbicaranya dalam pembelajaran Bahasa Arab.
Berdasarkan paparan di atas, maka perlu diadakan sebuah penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab melalui Permainan Puzzle dan Media Wall Chart Siswa Kelas V MI Nurul Huda Krian-Sidoarjo”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :
4
4
1. Bagaimana penerapan permainan puzzle dan media wall chart dalam meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Arab siswa kelas V MI Nurul Huda Krian- Sidoarjo?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara Bahasa Arab siswa kelas V MI Nurul Huda Krian-Sidoarjo melalui permainan puzzle dan media
wall chart?
C. Tindakan Yang Dipilih
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas tindakan yang dipilih yakni menggunakan permainan puzzle dan media wall chart untuk mengatasi masalah rendahnya keterampilan berbicara Bahasa Arab siswa di kelas V MI Nurul Huda Krian. Permainan dengan media ini dipilih karena permainan puzzle banyak digemari anak-anak, bisa dimanfaatkan sebagai penambahan kosakata Bahasa Arab sedangkan wall chart ini berupa gambar, denah, bagan atau skema yang biasanya digantungkan pada dinding kelas dapat juga digantungkan pada papan tulis, wall chart berguna untuk melatih penguasaan kosakata dan penyusunan kalimat. Sehingga sedikit demi sedikit siswa mampu mengingatmufrodatdan mudah berbicara Bahasa Arab
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
5
2. Mengetahui peningkatan keterampilan berbicara Bahasa Arab siswa kelas V MI Nurul Huda Krian melalui permainanpuzzledan mediawall chart. E. Lingkup Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada masalah pembelajaran yang ada di MI Nurul Huda Krian. Banyak masalah pembelajaran yang peneliti temukan. Agar penelitian ini bisa terfokus dan tidak terjadi kesimpangsiuran pembahasan, permasalahan tersebut akan dibatasi pada hal-hal tersebut di bawah ini:
1. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas V MI Nurul Huda Krian.
2. Mata pelajaran Bahasa Arab pada keterampilan berbicara. KD 5.1 (melakukan dialog sederhana tentang ((ﻒ ﺼ ﻘﻤ ﻟا ﻲ ﻓ ،ﺔ ﺒﺘﻜ ﻤ ﻟا ﻲ ﻓ ،ﺔ ﺳ ر ﺪﻤ ﻟا ﻲ ﻓ)) karena dalam KD tersebut ada 3 pembahasan pokok, penelitian ini
dikhususkan hanya pada 1 pembahasan yaitu “ ﺔ ﺳ ر ﺪﻤ ﻟا ﻲ ﻓ”
3. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015 –
2016.
4. Penyelesaian masalah yang dipakai adalah permainan puzzle dan media
wall chart untuk meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Arab
siswa.
F. Signifikansi Penelitian
6
1. Manfaat bagi guru
Guru mendapatkan pengalaman dan keterampilan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran dengan beberapa permainan untuk meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Arab siswa.
2. Manfaat bagi siswa
Melalui permainan puzzle dan media wall chart dalam pembelajaran Bahasa Arab, siswa dapat berbicara lebih aktif dari sebelumnya.
3. Manfaat bagi sekolah
Sebagai bahan rujukan bagi sekolah agar menggunakan permainan yang bervariasi untuk menunjang pembelajaran lain.
4. Manfaat bagi masyarakat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas satuan pendidikan.
5. Manfaat bagi peneliti
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Keterampilan Berbicara Bahasa Arab a. Pengertian Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara (maharah al-Kalam/speaking skill) adalah kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran berupa ide, pendapat, keinginan, atau perasaan kepada mitra bicara. Dalam makna yang lebih luas, berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia untuk menyampaikan pikiran dalam rangka memenuhi kebutuhannya.1
Keterampilan berbicara adalah keterampilan yang paling penting dalam berbahasa. Sebab berbicara adalah bagian dari keterampilan yang dipelajari oleh pengajar, sehingga keterampilan berbicara dianggap sebagai bagian yang sangat mendasar dalam mempelajari bahasa asing.2 Sedangkan maharah al-Kalam adalah berbicara secara terus-menerus tanpa henti tanpa mengulang kosakata yang sama dengan menggunakan pengungkapan bunyi.3 Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk Bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk
1
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2009), 135.
2
Abd. Wahab Rosyidi & Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-Maliki Press, 2011), 88.
3
8
membina saling pengertian, komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.4
b. Tujuan Keterampilan Berbicara
Pembelajaran berbicara Bahasa Arab di MI memiliki beberapa tujuan, diantaranya:
1. Agar dapat mengucapkan ungkapkan-ungkapkan berbahasa arab. 2. Agar dapat mengucapkan ungkapan-ungkapan yang berbeda atau
yang menyerupainya.
3. Agar dapat membedakan ungkapan yang dibaca panjang dan yang dibaca pendek.
4. Dapat mengungkapkan keinginan hatinya dengan menggunakan susunan kalimat yang sesuai dengannahwu(tata bahasa).
5. Dapat mengupakan apa yang terlintas dalam pikirannya dengan menggunakan aturan yang benar dalam penyusunan kalimat Bahasa Arab.
6. Dapat menggunakan bagian-bagian dari tata Bahasa Arab dalam ungkapannya seperti tandamuz|akkar, mu’annath, ‘ ada, haldan fi’il yang sesuai dengan waktu.
7. Dapat menggunakan ungkapan kebahasaan yang sesuai dengan umur , tingkat kedewasaan, dan kedudukan.
8. Dapat menelusuri dan menggali manuskrip-manuskrip dan literatur-literatur berbahasa arab.
4
9
9. Dapat mengungkapkan ungkapan yang jelas dan dimengerti tentang dirinya sendiri.
10. Mampu berfikir tentang Bahasa Arab dan mengungkapkannya secara tepat dalam situasi dan kondisi apapun.5
c. Macam-macam Keterampilan Berbicara
1) Percakapan(Muh}a>dathah)
Muh}a>dathah yaitu cara menyajikan bahasa pelajaran Bahasa Arab
melaui percakapan, dalam percakapan itu dapat terjadi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid, sambil menambah dan terus memperkaya pembendaharaan kata-kata (Vocabulary) yang semakin banyak.6
2) Ungkapan secara lisan(Ta’bir Syafahih)
Ta’bir Syafahih yaitu latihan membuat karangan secara lisan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan pelajar dalam mengutarakan pikiran dan perasaannya.7
d. Masalah dalam Aktivitas Keterampilan Berbicara
Berikut ini beberapa masalah dalam aktifitas keterampilan kalam : 1) Siswa Grogi Berbicara Karena:
a) Khawatir melakukan kesalahan b) Takut dikritik
c) Khawatir kehilangan muka
5
Taufik,Pembelajran Bahasa Arab MI (metode aplikatif dan inovatif berbasis ICT) ,(Surabaya: PMN, 2011), 49.
6
Ahmad Izzan,Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Humaniora, 2004), 116.
7
10
d) Sedikit malu
2) Tidak Ada Bahan untuk Dibicarakan
a) Tidak bisa berfikir tentang apa yang mau dikatakan
b) Tidak ada motivasi untuk mengungkapkan apa yang dirasakan 3) Kurang atau tidak ada partisipasi dari siswa lainnya, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa siswa yang cenderung mendominasi, yang lain sedikit berbicara.
4) Penggunaan bahasa ibu, merasa tidak biasa berbicara bahasa asing.8
Penny Ur memberi alternatif solusi bagi guru dalam menghadapi permasalahan atau problematika tersebut diatas, yaitu:
1) Bentuk kelompok. Dengan membentuk kelompok akan mengurangi rasa grogi pada siswa yang tidak ingin maju di depan kelas.
2) Pembelajaran yang diberikan didasarkan pada didasarkan pada aktivitas yang menggunakan bahasa yang mudah dengan menyesuaikan level bahasa yang digunakan.
3) Guru harus memilih topik dan tugas yang menarik atau membuat tertarik
4) Guru memberikan instruksi
5) Guru tetap mengusahakan siswa untuk menggunakan bahasa target yang dipelajari.
8
11
a) Guru berada diantara mereka b) Guru selalu memonitori c) Guru selalu mengingatkan d) Modeling.9
B. Pelajaran Bahasa Arab di MI
Mata pelajaran Bahasa Arab merupakan suatu mata pelajaran yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap Bahasa Arab baik
reseptif maupun produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk
memahami pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Kemampuan
produktif yaitu kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi
baik secara lisan maupun tulis. Kemampuan berbahasa arab serta sikap positif terhadap Bahasa Arab tersebut sangat penting dalam membantu memahami sumber ajaran islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits, serta kitab-kitab Bahasa Arab yang berkenaan dengan islam bagi peserta didik.
Untuk itu Bahasa Arab di Madrasah dipersiapkan untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral, yaitu menyimak, berbicra, membaca dan menulis. Meskipun begitu, pada tingkat pendidikan dasar (Elementary) dititik beratkan pada kecakapan menyimak dan berbicara sebagai landasan berbahasa. Pada tingkat pendidikan menengah (Intermediate), keempat kecakapan berbahasa diajarkan secara seimbang. Adapun pada tingkat
9
12
pendidikan lanjut(Advanced)dikonsentrasikan pada kecakapan membaca dan menulis, sehingga peserta didik diharapkan mampu mengakses berbagai referensi bahasa arab.
a. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Arab
Mata pelajaran Bahasa Arab memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Arab, baik lisan maupun tulis, yang mencakup empat kecakapan berbahasa, yakni menyimak (Istima>’),berbicara (Kala>m), membaca (Qira>’ah),dan menulis(Kita>bah).
2) Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran islam.
3) Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.10
C. Pengertian dan Jenis Permainan a. Pengertian Permainan
Permainan berasal dari kata “main” yang berarti perbuatan untuk
menyenangkan hati (dilakukan dengan menggunakan alat-alat kesenangan atau tanpa media).11 Sedangkan dalam konteks bahasa,
10
E. Mulyasa,Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan
(Bandung: PT Rosda Karya, 2008), 51.
11
13
permainan berarti pula “ suatu aktivitas untuk memperoleh suatu
keterampilan berbahasa tertentu dengan cara yang menggembirakan.12 Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun pengembangan imajinasi pada anak.13Montessori, seorang tokoh pendidikan menekankan bahwa ketika anak bermain, ia akan mempelajari dan menyerap segala sesuatu yang terjadi dilingkungan sekitarnya.14
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bermain berasal dari kata dasar main yang berarti melakukan aktivitas atau kegiatan untuk menyenangkan hati ( dengan menggunakan alat-alat tertentu atau tidak)15 Artinya bermain adalah aktivitas yang membuat hati seorang anak menjadi senang, nyaman, dan bersemangat. Adapun yang dimaksud bermain adalah melakukan sesuatu untuk bersenang-senang.16
b. Jenis-Jenis Permainan
Dalam bermain, Anda mengenal dua sifat bermain, yakni bermain aktif dan pasif. Bermain aktif, jika anak berperan secara aktif dalam permainan. Permainan ini selalu memberikan rangsangan dan aktif
12
Radliyah Zaenuddin, Metodologi dan Srategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pustaka Rihlah Goup, 2005) , 104.
13
Anggani Sudono,Sumber Belajar dan Alat Permainan, (Jakarta: PT Grasindo, 2000) , 1.
14
Anggani Sudono,Sumber Belajar...., 2
15
Depdiknas,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008) , 857.
16
14
bergerak. Sebaliknya, sifat bermain pasif, anak akan memberikan respon secara pasif terhadap permainan, orang atau lingkungan.17
1) Contoh Permainan Aktif
a) Scramble
Jenis ini yang memberikan atau mengajak anak bermain menyusun huruf-huruf agar membentuk suku kata.
b) Lego
Jenis ini dikenal dengan mainan bongkar pasang. Edukasi mainan ini berfungsi mengenal desain konstruktif dan si anak akan mengenak aspek keteknikan.18
c) Puzzle
Permainan ini nengajak para peserta bekerja beserta yang lain untuk melengkapi suatu puzzle. Permainan ini dapat digunakan kapan saja selama proses pembelajaran.19
2) Contoh Permainan pasif (Hiburan)
a) Mendengarkan cerita lucu b) Membaca buku
c) Mendengarkan radio d) Bersenandung
e) Mengingat nama-nama benda
17
Aziz Alimut Hidayat, Siapa Bilang Anak Sehat Pasti Cerdas, (Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2007), 91.
18
Aziz Alimut Hidayat,Siapa Bilang ..., 98.
19
15
f) Dan bermain yang tidak banyak mengeluarkan tenaga.20 D. PermainanPuzzle
a. Pengertian PermainanPuzzle
Permainan puzzle termasuk permainan edukatif. Permainan edukatif dapat merangsang perkembangan anak dimana permainan tersebut membuat anak senang dan belajar sesuatu sehingga permainan tersebut dapat membantu mengoptimalkan perkembangan anak.21 Permainan ini nengajak para peserta bekerja beserta yang lain untuk melengkapi suatu puzzle. Permainan ini dapat digunakan kapan saja selama proses pembelajaran.22 Strategi ini memberi kesempatan siswa memikirkan kaitan antar konsip pada topik atau tema tertentu. Mereka menyatakan kaitan itu secara visual dalam bentuk puzzle. Strategi ini memberi kesempatan pelajar secara aktif mencipta presentasi secara konkret atas topik abstrak.23 Permainan ini akan memacu seseorang untuk mengingat kosa kata yang sudah dikuasai.24
b. Tujuan PermainanPuzzle
Berbagai tujuan permainan ini adalah sebagai berikut: 1. Menumbuhkan rasa solidaritas sesama siswa 2. Menumbuhkan rasa kekeluargaan antarsiswa 3. Melatih strategi dalam bekerja sama antarsiswa
20
http://membumikan-pendidikan.blogspot.com/2015/03/macam-macam-dan-bentuk-bentuk-permainan.html diakses pada tanggal 29 Desember 2015.
21
Aziz Alimut Hidayat,Siapa Bilang..., 98.
22
Martin Handoko & Theo Riyanto,100 Permainan...,Cet.5
23
Laura E. Pinto, Stephanie Spares, & Laura Driscoll,95 Strategi Pengajaran: Ide-ide Remodeling Pelajaran yang Mengacu ke Kurikulum Inti,(Jakarta: PT Indeks, 2014).
24
16
4. Menumbuhkan rasa kebersamaan sesama siswa
5. Menumbuhkan rasa saling menghormati dan menghargai antarsiswa 6. Menumbuhkan rasa saling memiliki antarsiswa
7. Menghibur para siswa didalam kelas.25 E. Pengertian dan Jenis Media
a. Pengertian Media
Media merupakan sarana dalam peningkatan kegiatan proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat dicapai seoptimal mungkin26
Menurut Heinich media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber
pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver).27
Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, berikut dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada media:28
1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagaihardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba, dengan pancaindera.
2. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai
software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat
25
Shinta Ayu,Segudang Game Edukatif Mengajar, (jogjakarta: DIVA Press, 2014), 109.
26
Muhammad Anas,Alat Peraga dan Media Pembelajaran, (Jakarta: Pustaka Education, 2014), 14.
27
Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran (hakikat, pengembangan, pemanfaatan, dan penilaian), (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), 6.
28
17
dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio
4. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik didalam maupun diluar kelas
5. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran
6. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi,), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape/ kaset, video recorder)
7. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.
b. Jenis-Jenis Media
Jenis-jenis media pembelajaran jika ditinjau dari segi penggunaan media dikaitkan dengan indera yang digunakan manusia untuk memperoleh pengetahuan , maka media diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu: media pandang (visual/bas}ariyyah), media dengar (audio/sam’iyyah),dan media pandang dengar (sam’iyyah- bas}ariyyah / audio-visual).29
Adapun penjelasan tentang jenis-jenis media pembelajaran adalah sebagai berikut:
29
18
1) Media Pandang (visual/ bas}ariyyah).
Media pengajaran yang berupa alat bantu pandang (visual aids) secara umum dapat dikatakan bahwa mereka berguna dalam hubungannya dengan motivasi, ingatan dan pengertian. Media visual memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Media ini dapat memperlancar pemahaman, memperkuat ingatan, dapat menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, media visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi.30
Media pandang(visual) dibagi menjadi dua yaitu media pandang non proyeksi dan media pandang berproyeksi. Ada beberapa media yang dapat dikatergorikan sebagai media pandang non–proyeksi, antara lain:
a) Papan tulis
Papan tulis merupakan media yang paling tradisional, yang paling murah dan paling fleksibel, disamping untuk menulis, papan tulis dapat dipakai untuk membuat gambar, skema, diagram dan sebagainya. Selain itu juga dapat dimanfaatkan untuk menggantungkan peta pada saat yang diperlukan.31
b) Papan flanel
30
Azhar Arsyad,Media Pembelajaran..., 91.
31
19
Papan flanel adalah jenis papan yang permukaannya dilapisi dengan kain flanel. Keguanaannya untuk menempelkan program yang berupa gambar, skema, kartu kata, dan semacamnya. c) Papan tali
Papan tali dapat dibuat dengan memasang tali-tali pada papan tulis biasa atau pada papan tripleks. Tali-tali tersebut dikaitkan pada paku kecil yang lain yang dipasang pada tepi kanan dan kiri papan tersebut, sehingga merentang dari kiri ke kanan. Jarak tali yang satu dengan tali yang lain disesuaikan dengan besar kecilnya kartu yang akan digantug pada tali. Kartu-kartu tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga dengan mudah dapat disangkutkan pada tali, digeser dan dilepas kembali.
d) Papan magnetis
Pada dasarnya penggunaan papan magnetis tidak berbeda dengan papan flanel, perbedaannya terletak pada sistem melekatnya barang-barang. Pada papan magnetis melekatnya disebabkan daya tarik magnetis, permukaan papan magnetis umumnya putih, sehingga dapat dipakai untuk menulis.
e) Wall chart
20
f) Flash chart
Media ini berupa kartu-kartu berukuran 15x20 cm sebanyak 30 sampai 40 buah. Bahan-bahan kartu ini terbuat dari kertas manila. Setiap kartu diisi dengan gambar berbentuk stick figure, yakni gambar yang berupa garis-garis sederhana, tetapi sudah menggambarkan pesan yang jelas. Gambar ini tidak disertai dengan tulisan apapun. Media ini cocok untuk melatih keterampilan berbicara secara spontan dengan menggunakan pola-pola kalimat tertentu.32
Media pandang berproyeksi merupakan media yang bersifat elektronik yang diproyeksikan yang terdiri hardware dan software. Penggunaan media ini memerlukan aliran listrik untuk dapat menggerakkan pemakaiannya.33
Adapun yang termasuk media ini antara lain:
a) Overhead Projector(OHP)
OHP merupakan alat yang dipakai untuk memproyeksikan suatu obyek transparan ke permukaan layar sehingga menghasilkan gambar yang cukup besar. OHP merupakan media yang apabila diisi dengan software yang berupa program dan transparasi. Transparasi adalah bahan bening bersifat tembus cahaya yang terbuat dari bahan polivinyl
acetateataucellofilm.
32
Soeparno.Media Pengajaran...,14-19.
33
21
b) Slide
c) Film Strips d) Film Bisu e) Film Loop
2) Media Dengar
Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal.34 Media audio dapat menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi dengan lebih banyak. Media dengar atau
sam’iyah yang dapat digunakan untuk pengajaran bahasa antara lain
radio,tape recorder, dan laboratorium bahasa yang sederhana. 3) Media Pandang Dengar (Audio- Visual)
Media pengajaran bahasa yang paling lengkap adalah media dengar pandang (sam’iyyah- bas}ariyyah atau audio-visual), karena dengan media ini terjadi proses saling membantu antara indera dengar dengan indera pandang yang termasuk jenis media ini adalah televisi, VCD, komputer, dan laboratorium bahasa.
F. MediaWall Chart
Wall chart termasuk dalam media visual yang tidak diproyeksikan.
Media visual yang tidak diproyeksikan merupakan media yang sederhana, tidak membutuhkan proyektor dan layar untuk memproyeksikan perangkat
34
22
lunak. Media ini tidak tembus cahaya (nontransparan) maka tidak dapat dipantulkan pada layar. Namun, media ini paling banyak digunakan oleh guru karena lebih mudah pembuatannya maupun penggunaannya.35
Media ini berupa gambar, denah, bagan atau skema yang biasanya digantungkan pada dinding kelas. Media ini juga dapat digantungkan pada papan tulis, wall chart berguna untuk melatih penguasaan kosakata dan penyusunan kalimat.36 Media ini dapat memperlancar pemahaman, memperkuat ingatan, dapat menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.37
Informasi pada wall chart dapat berfungsi sebagai dasar untuk tugas pekerjaan rumah, kuis atau diskusi kelas penuh. Seringkali siswa lebih berbakat akan menjadi orang-orang yang mendapatkan manfaat paling banyak dari rajin dan sungguh-sungguh mempelajari materi padawall chart38
a. Keunggulan MediaWall Chart:
1. Dapat dipersiapkan sebelumnya dengan standar kualitas yang tinggi dan memberi kesan profesional
2. Dapat ditempelkan atau digantungkan di dinding sehingga melibatkan audiens dengan lingkungan sekitar
3. Materi dalam bentuk skema, bagan atau grafik yang rumit dapat lebih mudah dilihat dan dimengerti.
35
Ma’mur Saadie,Strategi Pambelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Unversitas terbuka, 2007),5.
36
Soeparno.Media Pengajaran..., 19.
37
Azhar Arsyad,Media Pembelajaran..., 91.
38
23
4. Dapat disimpan dan digunakan berulang-ulang dalam kesempatan yang berbera-beda
b. Kelemahan MediaWall Chart:
1. Memerlukan waktu yang cukup untuk mempersiapkannya
2. Untuk hasil yang baik diperlukan biaya khusus, terutama bila dipersiapkan oleh pihak ketiga
3. Mudah rusak, kusam, robek, terlipat-lipat jika tidak dirawat.39
G. Penerapan Permainan Puzzle dan Media Wall Chart dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab
Keterampilan berbicara Bahasa Arab bagi siswa SD/MI merupakan hal yang tidak mudah diterapkan, jika belum hafal dan menguasai mufrodat. Hal ini sangat berguna agar siswa dapat melakukan komunikasi sederhana dalam Bahasa Arab dan dapat memahami bacaan-bacaan sederhana dalam suatu wacana. Mufrodat haruslah diingat diluar kepala, karena mufrodat tersebut akan berguna bagi siswa sampai ke Perguruan Tinggi.
Ada beberapa penghalang untuk mencapai standar nilai yang dialami oleh pengajar dan peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Arab, antara lain:
1) Kurangnya minat siswa dalam belajar Bahasa Arab.
2) Minimnya model pembelajaran dalam mata pelajaran Bahasa Arab sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa.
39
24
3) Guru belum sepenuhnya menguasai keempat kompetensi Bahasa Arab: mendengarkan (Istima>’), berbicara (Kala>m), membaca (Qira>’ah), dan menulis(Kita>bah).
4) Untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pembelajaran berbicara
(Kala>m) ini, peneliti menggunakan permainan puzzle dan media wall
chart yang mana permainan dan media ini akan memperkuat ingatan
siswa dalam menguasai mufrodat sehingga dapat memudahkan siswa dalam berbicara Bahasa Arab dalam bentuk kalimat sederhana.
Berikut langkah-langkah penerapan pengombinasian permainanpuzzle dan media wall chart dalam meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Arab:
1. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok
2. Setiap kelompok menerima potonganpuzzle
3. Setiap kelompok menyelesaikan potongan puzzle menjadi kotak sempurna
4. Kelompok yang pertama menyelesaikan potongan puzzle, merekalah pemenangnya
5. Setiap kelompok menempelkan hasil puzzle nya di dinding (yang disebut dengan mediawall chart)
25
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas dapat
didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang
dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagi peneliti dikelasnya atau
bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancaang, melaksankan
dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan parsitipatif yang
bertujuaan untuk menigkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran
dikelasnya melalui suatu tindakan ((treatment)tertentu dalam suatu siklus.1
Dalam pelaksanaanya, penelitihan tindakan kelas ini, menggunakan
model Kurt Lewin. Model Kurt Lewin merupakan model yang selama ini
menjadi acuan pokok dari berbagai model action research, terutama
classroom action research (CAR). Konsep pokok action reserch menurut
Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2)
aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi
(reflecting), hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan
sebuah siklus.2
1
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembang Profesi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 44-45.
2
27
Apabila digambarkan dalam bentuk visualisasi, maka model Kurt
[image:34.612.130.507.166.615.2]Lewin akan tergambar dalam bagan lingkaran seperti berikut.
Gambar 3.1 Model PTK Kurt Lewin
Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian formal yang
bertujuan untuk menguji hipotesis dan mengembangkan teori yang bersifat
umum (general). Namun penelitian tindakan kelas lebih bertujuan untuk
memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk
digeneralisasi. Akan tetapi hasil PTK dapat saja diterapkan oleh orang lain
yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimiliki peneliti.3
B. Setting dan Subyek Penelitian
1. Tempat : MI Nurul Huda, Jl. Kyaimojo, Sedenganmijen-Krian.
2. Waktu : Desember-Januari 2016
3. Subyek : Siswa kelas V MI Nurul Huda tahun pelajaran 2015-2016
dengan jumlah siswa sebanyak 28 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki
dan 15 siswi perempuan.
3
28
C. Variabel yang Diteliti
Variabel – variabel penelitian yang dijadikan titik incar untuk
menjawab permasalahan yang dihadapi yaitu:
1. Variabel input : Siswa kelas V MI Nurul Huda Krian , tahun ajaran
2015 - 2016
2. Variabel proses : Penerapan permainanpuzzle dan mediawall chart
3. Variabel output : Peningkatan keterampilan berbicara Bahasa Arab
D. Rencana Tindakan
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penerapan
permainanpuzzle dan mediawall chart.Adapun rencana tindakan pada setiap
siklus diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan (planning)
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Merancang strategi dan skenario kegiatan belajar mengajar dengan
menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
c. Mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di
kelas
d. Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data
mengenai proses dan hasil tindakan.
2. Tahap Pelaksanaan tindakan (acting)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah
dirumuskan pada RPP dalam situsi yang actual, yang meliputi kegiatan
29
3. Tahap Pengamatan (observing)
Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana
peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian.4 Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Situasi kegiatan belajar mengajar menggunakan permainan puzzle
dan mediawall chart
b. Kinerja guru praktikan selama proses pembelajaran berlangsung
c. Keantusiasan siswa-siswi dalam mengikuti KBM
d. Keaktifan siswa dalam bertanya pada proses pembelajaran
e. Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan
f. Antusias siswa dalam berbicara Bahasa Arab melalui permainan
puzzle dan mediawall chart
4. Tahap Refleksi (reflecting)
a. Mencatat hasil observasi
b. Mengevaluasi hasil observasi
c. Menganalisis hasil pembelajaran
d. Mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan
rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK dapat dicapai.
4
30
E. Data dan Cara Pengumpulannya
1. Data
Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan responden
maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistik
atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian yang dimaksud.5
Dalam penelitian ini, data yang diperlukan ada dua macam, yaitu:
a. Data Kualitatif
Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk
kalimat yang memberikan gambaran tentang suasana pembelajaran.
Data ini berupa lembar pengamatan aktifitas siswa, lembar
pengamatan aktivitas guru, wawancara pada beberapa siswa dan
guru. Adapun yang termasuk dalam data kualitatif pada penelitian
ini, meliputi:
1) Materi yang disampaikan dalam Penelitian Tindakan Kelas
2) Pendekatan yang dipakai dalam penelitian Tindakan Kelas
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data berupa angka-angka sebagai
alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita
ketahui. Kemudian angka-angka yang terkumpul sebagai hasil dari
penelitian yang dianalisis dengan menggunakan statistik.
1) Penilaian Individu
5
31
Untuk analisis hasil penilaian siswa dilakukan dengan
cara mengubah skor yang diperoleh siswa menjadi nilai siswa.
Dapat dituliskan dengan rumus:
Nilai = Skor yang diperoleh x 100
Skor maksimal (1)
Setelah nilai siswa diketahui, peneliti menjumlahkan
nilai yang diperoleh siswa selanjutnya dibagi dengan jumlah
siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata. Menurut
Sudjana, bahwa untuk menghitung rata-rata kelas digunakan
rumus sebagai berikut:6
X =∑
∑ (2)
Keterangan:X : Nilai rata-rata
∑ x : Jumlah semua nilai siswa
∑ N : Jumlah siswa
2) Penilaian Ketuntasan Belajar
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar,
bahwa tingkat pencapaian untuk penilaian performance adalah
75%.7 Maka peneliti menganggap bahwa penggunaan permainan
puzzle dan media wall chart dikatakan berhasil dalam
meningkatkan keterampilan berbicara jika siswa mampu
memenuhi ketuntasan belajar yaitu minimal 75% dengan kriteria
6
Sudjana, Evaluasi Hasil Belajar, (Bandung: Pustaka Martiana, 1988), 131
7
32
tingkat keberhasilan belajar yang dikelompokkan dalam lima
[image:39.612.137.510.150.602.2]kategori berikut8:
Tabel 3.2
Tingkat Keberhasilan Belajar
Tingkat keberhasilan (%) Arti
90-100% 80-89% 70-79% 50-69% 0-49%
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Untuk menentukan ketuntasan hasil belajar siswa pada
siklus I dan siklus II dapat digunakan rumus9:
p = x 100%
(3)
Keterengan :
p = Presentase yang akan dicari
Kriteria ketuntasan siswa dikatakan tuntas apabila
memperoleh≥ 75% dari skor maksimal. Dan suatu pembelajaran
dikatakan efektif jika ketuntasan kalsikalnya ≥ 85% maksudnya
jika dalam satu kelas siswa yang berasil ≥ 85% maka
ketuntasannya tercapai.
8
Zainal Aqib dkk,Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru, SD, SLB, TK,(Bandung: CV. Yrama Widya, 2009) , 42.
9
33
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diupayakan
semaksimal mungkin agar mendapatkan data yang valid, maka peneliti
melakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
Observasi dalam PTK dapat dilakukan untuk memantau guru dan
siswa. Sebagai alat pemantau kegiatan guru, observasi digunakan
untuk mencatat setiap tindakan yang dilakukan guru sesuai dengan
masalah dalam PTK itu sendiri. Misalnya, mengamati dan mencatat
setiap tindakan guru dalam setiap siklus atau tindakan pembelajaran
sesuai dengan fokus masalah. Dalam pelaksanaanya digunakan alat
bantuchecklist, skala penilaian atau alat mekanik seperti kamera foto
dan lainnya. Adapun lembar observasi dapat dilihat dilampiran.
b. Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara
yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan
jalan tanya jawab sepihak.10 Wawancara ini digunakan sebagai data
pendukung dalam penelitian untuk memperoleh data yang kaitannya
dengan sikap atau pendapat guru dan siswa, kesulitan-kesulitan, dan
kesan-kesan siswa kelas V MI Nurul Huda Krian dalam
10
34
melaksanakan pembelajaran bahasa Arab dengan materi “ ﺔ ﺳ ر ﺪ ﻤ ﻟا ﻲ ﻓ ”
Hal-hal yang berkaitan dengan proses wawancara dapat dilihat pada
lampiran.
c. Penilaian Non Tes
Pada penelitian ini, tehnik penilaian yang digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam berbicara adalah non-tes.
Tingkat keterampilan berbicara siswa diukur dengan tehnik non-tes
dengan bentuk penilaian performance. Instrumen yang digunakan
adalah rubrik penilaian performance, adapun rubrik dan format
penilaianperformance dapat dilihat dilampiran.
d. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.11
Peneliti menggunakan metode ini untuk mengetahui profil MI Nurul
Huda Krian, absensi kelas untuk mengetahui data siswa yang
mengikuti mata pelajaran Bahasa Arab, serta catatan lapangan dari
hasil pengamatan, dan lain sebagainya.
F. Indikator Kinerja
Indikator kinerja berarti alat penunjuk atau sesuatu yang menunjukkan
kualitas sesuatu. Adapun indikator yang diharapkan oleh peneliti, yaitu:
11
35
1. Meningkatnya prosentase aktivitas belajar siswa secara aktif dalam
pembelajaran Bahasa Arab 80%
2. Guru dapat menerapkan pembelajaran sesuai RPP yang telah
dikembangkan mencapai 85%.
3. Meningkatnya prosentase keterampilan berbicara siswa dengan
memberikan tanggapan dan saran sederhana terhadap suatu masalah
melalui permainan puzzle dan media wall chart mencapai 75%.
Pencapaian tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang mendapat
nilai di atas KKM yaitu 75.
4. Perolehan skor rata-rata kelas minimal 75.
Siswa dinyatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai
minimal 75. Sedangkan keberhasilan kelas ditetapkan sebesar 75%.
Artinya bahwa jika dalam evaluasi, diperoleh hasil belajar minimal 75%
siswa kelas V berhasil secara individual, maka strategi pembelajaran
yang diterapkan dapat dikatakan berhasil. Demikian sebaliknya, jika
siswa kelas V yang berhasil secara individual masih dibawah 75% maka
strategi pembelajaran yang diterapkan dapat dikatakan belum berhasil.
G. Tim Peneliti dan Tugasnya
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif, antara guru
kelas dan mahasiswa sebagai peneliti. Tugas guru mendampingi peneliti
dalam menerapkan permainan puzzle dan media wall chart pada mata
pelajaran Bahasa Arab . Adapun rincian tugas guru dan mahasiswa adalah
36
1. Nama guru kolaborasi : Anindya Galuh S.Pd.I
Bertugas : Bertanggung jawab melaksanakan kegiatan
pembelajaran, terlibat dalam perencanaan, observasi, dan merefleksi
pada tiap-tiap siklus.
2. Nama mahasiswa : Shofiatus Sholihah
Bertugas :Menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran, menyusun instrumen penelitian, membuat lembar
observasi, melakukan diskusi dengan guru kolaborasi, dan menyusun
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas pada keterampilan berbicara bahasa
Arab siswa kelas V MI Nurul Huda Krian-Sidoarjo menggunakan permainan
puzzle dan media wall chart diperoleh dari tindakan pra siklus, siklus I, dan
siklus II, hasil tersebut berupa hasil penilaian performance, hasil observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
Dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab
menggunakan permainan puzzle dan media wall chart dengan mengambil
materi (ﺔﺳ ر ﺪﻤ ﻟا ﻲ ﻓ) “di sekolah”. Siswa dilibatkan secara aktif baik fisik
maupun mental dalam proses pembelajaran dengan desain kelas yang nyaman
dan menyenangkan.
1. Tahap Pra Siklus
a. Hasil Pelaksanaan Pra Siklus
Pelaksanaan kegiatan pra siklus dalam penelitian ini dilakukan
dengan mengumpulkan data dari wawancara, yang berpedoman pada
lembar wawancara pra siklus. Wawancara diselenggarakan pada
tanggal 04 Januari 2016. Wawancara diajukan untuk guru bahasa
Arab kelas V sekaligus siswa kelas V MI Nurul Huda Krian.
Telah diperoleh hasil bahwa salah satu penyebab keterampilan
berbicara bahasa Arab kurang maksimal yaitu siswa tidak terbiasa
38
kosakata bahasa Arab. Siswa menganggapnya sebagai bahasa asing
yang membutuhkan kosakata-kosakata tertentu untuk dapat
menerapkannya.
Sehingga hasil belajar siswa kelas V MI Nurul Huda dalam
keterampilan berbicara bahasa arab dapat dikategorikan rendah
karena dari 28 siswa yang ada, hanya 4 siswa yang mencapai KKM.
Sedangkan 24 siswa yang lain belum mencapai KKM. KKM yang
ditentukan oleh MI Nurul Huda pada mata pelajaran bahasa Arab
kelas V yaitu 75. Hal ini dapat dibuktikan oleh nilai tes lisan pra
siklus siswa, dimana setiap siswa mendapat 3 butir pertanyaan dari
guru, dan setiap jawaban yang benar poinnya 25. Jika jawaban salah
[image:45.612.137.529.267.709.2]maka poinnya 10. Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Hasil Tes Lisan Pra Siklus Kelas V MI Nurul Huda Krian
No Nama KKM Skor Keterangan
1 CS 75 30 Tidak Tuntas
2 NA 75 30 Tidak Tuntas
3 MN 75 30 Tidak Tuntas
4 A 75 60 Tidak Tuntas
5 AN 75 30 Tidak Tuntas
6 ANR 75 75 Tuntas
7 AR 75 60 Tidak Tuntas
8 AR 75 30 Tidak Tuntas
9 DA 75 30 Tidak Tuntas
39
11 GRP 75 45 Tidak Tuntas
12 IN 75 75 Tuntas
13 IS 75 75 Tuntas
14 KR 75 30 Tidak Tuntas
15 MI 75 45 Tidak Tuntas
16 MM 75 60 Tidak Tuntas
17 MN 75 30 Tidak Tuntas
18 MS 75 30 Tidak Tuntas
19 MSR 75 60 Tidak Tuntas
20 NHR 75 45 Tidak Tuntas
21 PM 75 75 Tuntas
22 S 75 30 Tidak Tuntas
23 V 75 30 Tidak Tuntas
24 Y 75 30 Tidak Tuntas
25 AM 75 45 Tidak Tuntas
26 PA 75 30 Tidak Tuntas
27 NK 75 30 Tidak Tuntas
28 VB 75 30 Tidak Tuntas
JUMLAH 1200
NILAI RATA-RATA 42,85
JUMLAH SISWA YANG TUNTAS 4
JUMLAH SISWA YANG TIDAK
TUNTAS 24
PROSENTASE KETUNTASAN
BELAJAR 14%
1) Keterangan rata-rata nilai siswa
X = 42,85
2) Keterangan ketuntasan siswa
40
= 100%
= 14%
Dari data diatas dapat diketahui prosentase ketuntasan siswa
sangatlah kurang, yakni sebesar 14% dengan nilai rata-rata siswa
hanya mencapai 42,85.
2. Siklus I
A. Rencana Tindakan
Tahap pertama yang dilakukan pada Penelitian Tindakan Kelas
Siklus 1 yaitu:
1. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai
dengan langkah-langkah permainanpuzzle dan mediawall chart.
2. Menyiapkan lembar observasi guru untuk mengetahui penerapan
permainan puzzle dan media wall chart pada saat kegiatan
pembelajaran
3. Menyiapkan rubrik penilaianperformance
4. Menyiapkan materi yang akan disampaikan
5. Menyiapkan alat dan bahan berupa potongan puzzle dan papan
tempel untuk tempat penyelesaianpuzzle
Hal-hal tersebut dilakukan untuk menunjang kegiatan
pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan
41
B. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari sabtu,
tanggal 16 Januari 2016 di kelas V MI Nurul Huda Krian-Sidoarjo
dengan melakukan tanya jawab antar teman sejawat dalam
pembahasan tentang “ﺔ ﺳ ر ﺪﻤ ﻟا ﻲ ﻓ” (di sekolah) yang berlangsung
selama 2 jam pelajaran, pada jam pelajaran ketiga dan keempat.
Kegiatan pembelajaran diikuti oleh siswa kelas V MI Nurul Huda
Krian-Sidoarjo tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 28 siswa.
Pada pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Kegiatan awal pembelajaran dilakukan guru sebelum
pembelajaran bahasa arab dimulai. Pada kegiatan ini guru
mengucapkan salam pada siswa, melakukan presensi dengan
mengecek kehadiran siswa, mengondisikan siswa, meminta siswa
untuk menyiapkan buku dan alat tulis, serta menyiapkan materi yang
akan dipelajari yaitu mlakukan dialog sederhana tentang (ﺔ ﺳ ر ﺪﻤ ﻟا ﻲ ﻓ).
Sebelum guru memberikan manfaat dan tujuan pembelajaran,
guru memberikan sebuah permainan “kata si otong” agar siswa dapat
Gambar 4.1
Guru melatih konsentrasi siswa
udian guru menjelaskan bahwa pembelajaran ba
kukan dengan permainan yang menarik agar sisw
ateri yang akan diajarkan dan memiliki motiv
aran berbicara bahasa arab.
lum kegiatan inti dimulai, guru memberikan
swa berisi tentang beberapa kosakata yang terka
ng akan diajarkan.
kegiatan inti, siswa dikondisikan oleh guru kemu
njadi 5 kelompok. Setiap kelompok mendapatkan
ng harus diselesaikan dan papan tempel untuk pe
ang akan digantungkan di dinding (disebut de
uzzle berisi gambar disertai mufrodat dan artin
materi (ﺔﺳ ر ﺪﻤ ﻟا ﻲ ﻓ). Setelah puzzle terselesaika
ditempel di dinding. Setiap kelompok menyelesaik
beda-beda, dan puzzle tersebut yang akan menj
Gambar 4.2
Siswa menyusun potonganpuzzle
lahpuzzle di tempel yang kemudian menjadi sebua
wall chart), setiap anggota kelompok dimin
ukan pertanyaan sederhana kepada kelompok
pok lain menjawab. Berlaku seterusnya hingga semua
pok dapat bertanya ataupun menjawab
unakan bahasa Arab.
iatan akhir berupa kegiatan penyimpulan ma
Siswa dan guru menarik kesimpulan dari pem
h dilaksanakan. Guru memberikan penguatan
swa supaya tidak bosan untuk terus belajar. Guru
uk melakukan refleksi terhadap pembelajaran y
ng, dan siswa diminta untuk mempelajari kemba
h diajarkan. Guru memberikan kesempatan bagi s
tanya. Terakhir guru memberikan motivasi kepad
r bersemangat belajar dan berlatih berbicara bah
44
berikutnya akan diterapkan materi yang sama dan permainan maupun
media yang sama.
C. Observasi
1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian pada siklus I
adalah 28 siswa. Pada siklus I, guru juga mengamati setiap
perilaku, aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa arab dengan
permainan puzzle dan media wall chart materi “ﺔ ﺳ ر ﺪﻤ ﻟا ﻲ ﻓ” (di
sekolah) yaitu menggunakan lembar observasi aktivitas siswa.
Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran
keterampilan berbicara melalui permainan puzzle dan mediawall
chart materi “ﺔﺳ ر ﺪﻤ ﻟا ﻲ ﻓ” (di sekolah) pada siklus I diperoleh data
[image:51.612.136.517.244.686.2]sebagai berikut:
Tabel 4.2
Penilaian Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
No Aspek Yang Diamati Skor Penilaian Skor 1 2 3 4
1 Persiapan fisik siswa dalam
mengikuti pembelajaran √ 3
2 Persiapan alat perlengkapan belajar √ 2 3 Persiapanperformance siswa √ 3 Kegiatan awal:
1 Siswa menjawab salam √ 4
2 Siswa berdoa bersama-sama √ 3
3 Siswa menjawab pertanyaan kabar
45
4 Siswa memperhatikan guru saat
mengabsensi √ 2
5 Siswa masih mengingat materi yang
diajarkan sebelumnya √ 2
6
Siswa memperhatikan materi dan tujuan pembelajaran yang
disampaikan guru
√ 3
7 Siswa terkondisikan √ 3
Kegiatan Inti:
1 Siswa mengajukan pertanyaan
tentang materi yang akan diajarkan √ 3
2 Siswa bersemangat berkelompok √ 2
3 Siswa berantusias menyelesaikan
tugaspuzzle yang diberikan guru √ 3
4
Siswa bersemangat untuk mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain
√ 3
5 Siswa lain menjawab pertanyaan
dengan lancar √ 2
6
Siswa-siswi laen berebut untuk mengajukan pertanyaan ke kelompok lain
√ 2
Kegiatan akhir:
1 Siswa menyimpulkan tentang materi
yang dipelajari bersama guru √ 2
2 Siswa menerima tugas rumah dari
guru √ 1
3
Siswa memperhatikan tugas dari guru untuk membaca bab selanjutnya di rumah untuk persiapan di pertemuan berikutnya
√ 2
4 Siswa berdoa √ 3
5 Siswa menjawab salam √ 3
Jumlah Skor Perolehan 55
Prosentase 100%
100%
46
Keterangan:
1 : Jika keantusiasan siswa sangat kurang baik.
2 : jika keantusiasan siswa kurang baik.
3 : Jika keantusiasan siswa cukup baik.
4 : jika keantusiasan siswa sangat baik.
Berdasarkan data hasil pengamatan aktivitas siswa dalam
pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan permainan
puzzle dan media wall chart pada siklus I, diperoleh skor
65,48%, dengan kategorikurang.
2. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
Hasil observasi aktivitas guru selama kegiatan
pembelajaran pada siklus I beserta prosentase keberhasilannya
[image:53.612.139.513.242.693.2]yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.3
Penilaian Observasi Aktivitas Guru Siklus I
No Aspek Yang Diamati Skor Penilaian Skor 1 2 3 4
1 Persiapan fisik guru dalam mengajar √ 3 2 Persiapan perangkat pembelajaran
(RPP)
√
3
3 Persiapan media pembelajaran √ 3
Kegiatan awal:
47
2 Guru dan siswa berdo’a bersama-sama
√ 4
3 Guru menanyakan kabar siswa √ 4
4 Guru mengabsensi siswa atau menanyakan siswa yang tidak masuk
√
3
5 Guru melakukan apersepsi tentang bab yang sebelumnya dipelajari
√
2
6 Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran
√
3
7 Guru mengkondisikan kelas √ 3
Kegiatan Inti:
1 Guru membagi siswa dalam 5 kelompok
√
3
2 Guru meminta siswa untuk menyelesaikan potonganpuzzle
√
3
3 Guru meminta setiap anggota kelompok untuk mengajukan satu pertanyaan kepada kelompok lain
√
3
4 Guru meminta setiap anggota kelompok yang bersangkutan untuk menjawab pertanyaan temannya
√
3
5 Guru meminta kelompok yang belum bertanya, untuk segera melakukan pertanyaan
√
3
Kegiatan akhir:
1 Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang dipelajari
√
3
2 Guru memberi tugas rumah kepada siswa
√
1
3 Guru meminta siswa untuk
membaca bab selanjutnya di rumah untuk persiapan di pertemuan berikutnya
√
3
4 Guru bersama siswa berdoa √ 4
5 Guru mengucapkan salam √ 4
48
1 Ketepatan waktu dalam belajar √ 2
2 Ketepatan memulai pelajaran √ 3
3 Ketepatan menutup pembelajaran √ 3
4 Kesesuaian dengan RPP √ 2
Suasana kelas
1 Kelas kondusif √ 2
2 Kelas menjadi menyenangkan/hidup √ 3
Jumlah Skor Perolehan 76
Prosentase 100%
100% 73,08%
Hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa aktivitas
guru mencapai prosentase 73,08% yang termasuk dalam kategori
cukup.
3. Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I
Dalam tindakan siklus I, untuk mengukur keterampilan
berbicara siswa, guru melakukan penilaian keterampilan berbicara
siswa selama proses pembelajaran yang mencakup semua
indikator pembelajaran yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penilaian keterampilan berbicara melalui
permainan puzzle dan media wall chart materi “di sekolah” (ﻲ ﻓ
[image:55.612.138.514.101.533.2]ﺔ ﺳ ر ﺪﻤ ﻟا) pada siklus I diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil Penilaian Performance Siswa Kelas V pada Siklus I
No Nama Siswa Aspek Nilai Kategori
49
1 CS 3 3 4 4 87,5 Baik
2 NA 2 1 1 1 31,25 Sangat kurang
3 MN 1 1 1 1 25 Sangat kurang
4 A 3 3 3 3 75 Cukup
5 AN 4 4 4 2 87,5 Baik
6 ANR 4 3 4 4 93,75 Sangat baik
7 AR 4 4 3 4 93,75 Sangat baik
8 AR 1 1 1 1 25 Sangat kurang
9 DA 1 1 1 1 25 Sangat kurang
10 FR 2 1 2 1 37,5 Sangat kurang
11 GRP 4 3 4 4 93,75 Sangat baik
12 IN 4 3 4 4 93,75 Sangat baik
13 IS 4 4 3 4 93,75 Sangat baik
14 KR 3 2 2 2 56,25 Kurang
15 MI 3 3 3 3 75 Cukup
16 MM 4 4 4 3 93,75 Sangat baik
17 MN 4 3 4 4 93,75 Sangat baik
18 MS 2 2 3 2 56,25 Kurang
19 MSR 3 4 4 4 93,75 Sangat baik
20 NHR 4 3 4 4 93,75 Sangat baik
21 PM 4 4 4 3 93,75 Sangat baik
22 S 2 2 1 2 43,75 Sangat kurang
23 V 3 4 4 4 93,75 Sangat baik
24 Y 2 2 1 2 43,75 Sangat kurang
25 AM 2 2 2 2 50 Kurang
26 PA 1 2 1 1 31,25 Sangat kurang
27 NK 1 2 1 1 31,25 Sangat kurang
28 VB 4 4 4 3 93,75 Sangat baik
JUMLAH 1906,25
NILAI RATA-RATA 68,08
JUMLAH SISWA YANG TUNTAS 16
JUMLAH SISWA YANG TIDAK TUNTAS 12
PROSENTASE KETUNTASAN BELAJAR 57,14%
Adapun data pada tiap-tiap aspek secara rinci dapat dilihat
pada pemaparan berikut:
50
Secara rinci, hasil penilaian performance keterampilan
berbicara aspek pelafalan dapat dilihat pada tabel dibawah
[image:57.612.133.530.233.631.2]ini:
Tabel 4.5
Hasil Penilaian Aspek Pelafalan pada Siklus I
No Nilai Kategori Frekuensi Nilai % Rata-rata
1 1 Tidak jelas 5 5 18
79 448 100 17.63%
2 2 Kurang jelas 6 12 21,5 3 3 Cukup jelas 6 18 21,5 4 4 Sangat jelas 11 44 39
Jumlah 28 79
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa
kefasihan siswa dalam melafalkan huruf hijaiyah dan bunyi
bahasa Arab sudah baik. Hal ini ditandai dengan perolehan
rata-rata skor aspek pelafalan sebesar 17.63%. 5 siswa atau
18% memperoleh skor 1 dalam kategori kurang, 6 siswa atau
21.5% memperoleh skor 2 dalam kategori cukup, 6 siswa
atau 21.5% memperoleh skor 3 dalam kategori baik, dan 11
siswa atau 39% memperoleh skor 4 dalam kategori sangat
baik.
Pelafalan siswa sudah baik karena rata-rata dari mereka
tidak memiliki gangguan alat ucap yang mengganggu
pelafalan.
51
Hasil penilaian keterampilan berbicara aspek kelancaran dapat
[image:58.612.139.510.198.532.2]dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6
Hasil Penilaian Aspek Kelancaran pada Siklus I
No Nilai Kategori Frekuensi Nilai % Rata-rata
1 1 Kurang 5 5 18
75 448 100 16.74%
2 2 Cukup 7 14 25
3 3 Baik 8 24 28.5
4 4 Sangat baik 8 32 28.5
Jumlah 28 75
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa tingkat
kelancaran siswa dalam berbicara bahasa Arab menggunakan
permainanpuzzle dan mediawall chart yang ditandai dengan
perolehan skor rata-rata16.74% , 5 siswa atau 18%
memperoleh skor 1 dalam kategori kurang, 7 siswa atau 25%
memperoleh skor 2 dalam kategori cukup, 8 siswa atau 28.5%
memperoleh skor 3 dalam kategori baik, dan 8 siswa atau
28.5% memperoleh skor 4 dalam kategori sangat baik. Aspek
kelancaran siswa tergantung pada banyak mufrodat yang di
dikuasai. Semakin banyak mufrodat yang didapatkan siswa,
maka semakin lancar pula dalam berbicara bahasa Arabnya.
3) Hasil Penilaian keterampilan berbicara Aspek Susunan
Kalimat
Hasil penilaian keterampilan berbicara aspek susunan kalimat
52
Tabel 4.7
Hasil Penilaian Aspek Susunan Kalimat pada Siklus I
No Nilai Kategori Frekuensi Nilai % Rata-rata
1 1 Kurang 8 8 28.5
77 448 100 17.18%
2 2 Cukup 3 6 10.5
3 3 Baik 5 15 18
4 4 Sangat baik 12 48 43
Jumlah 28 77
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa
pemakaian kalimat siswa dalam berbicara bahasa Arab
menggunakan permainan puzzle dan media wall chart yang
ditandai dengan perolehan skor rata-rata17.18% , 8 siswa
atau 28.5% memperoleh skor 1 dalam kategori kurang, 3
siswa atau 10.5% memperoleh skor 2 dalam kategori cukup, 5
siswa atau 18% memperoleh skor 3 dalam kategori baik, dan
12 siswa atau 43% memperoleh skor 4 dalam kategori sangat
baik. Mayoritas pemakaian susunan kalimat siswa disesuaikan
dengan arti bahasa indonesianya.
4) Hasil Penilaian keterampilan berbicara Aspek Ketepatan
Makna
Aspek ketepatan makna terkait dengan kalimat bahasa
arabnya sesuai dengan artinya. Secara rinci, hasil penelitian
keterampilan berbicara bahasa Arab aspek ketepatan makna
[image:59.612.136.512.165.570.2][image:60.612.136.509.145.544.2]
53
Tabel 4.8
Hasil Penilaian Aspek Ketepatan Makna pada Siklus I
No Nilai Kategori Frekuensi Nilai % Rata-rata
1 1 Kurang 7 7 25
74 448 100 16.51%
2 2 Cukup 6 12 21
3 3 Baik 5 15 18
4 4 Sangat baik 10 40 36
Jumlah 28 74
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa
pemakaian kalimat siswa dalam berbicara bahasa Arab
menggunakan permainan puzzle dan media wall chart yang
ditandai dengan perolehan skor rata-rata16.51% , 7 siswa atau
25% memperoleh skor 1 dalam kategori kurang, 6 siswa atau
21% memperoleh skor 2 dalam kategori cukup, 5 siswa atau
18% memperoleh skor 3 dalam kategori baik, dan 10 siswa
atau 36% memperoleh skor 4 dalam kategori sangat baik. Pada
tahap ini, masih ada beberapa siswa yang kurang tepat antara
bahasa yang diucapkan dengan kesesuaian maknanya.
Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa dari 4 aspek
yang diamati, semuanya masih mencapai kategori cukup,
sehingga masih perlu diperbaiki pada tindakan siklus II.
D. Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil berbicara siklus I, keterampilan berbicara
bahasa arab dengan penerapan pembelajaran melalui permainan
puzzle dan media wall chart materi di sekolah (“ﺔﺳ ر ﺪﻤ ﻟا ﻲ ﻓ”) pada
54
(KKM) yaitu sebesar 75 namun siswa yang mencapai ketuntasan
hanya 16 siswa atau 57,14% (belum mencapai 85%).
Untuk mencapai nilai KKM sebesar 75, peneliti senantiasa
mengoptimalkan pembelajaran dengan permainanpuzzle dan media
wall chart dengan materi disekolah (“ﺔ ﺳ ر ﺪﻤ ﻟا ﻲ ﻓ”) yang dipelajari.
Ada beberapa perbaikan yang harus dilakukan oleh peneliti untuk
mengoptimalkan hasil dari siklus I yaitu dengan memperbanyak
kelompok maka semakin sedikit jumlah siswa dalam setiap
kelompok, hal ini akan dapat mendorong siswa untuk lebih aktif
dalam mengerjakan puzzlenya. Adapun kosa kata yang didapatkan
akan lebih banyak dan dapat mempermudah untuk berbicara bahasa
Arab. Pemberian dorongan dan motivasi kepada siswa juga sangat
diperlukan agar siswa senantiasa untuk sering berlatih berbicara
bahasa Arab dan mempelajarinya.
3. Siklus II
A. Rencana Tindakan
Tahap pertama yang dilakukan pada Penelitian Tindakan
Kelas Siklus II yaitu:
1. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai
dengan langkah-langkah permainan puzzle dan media wall
55
2. Menyiapkan lembar observasi guru untuk mengetahui
penerapan permainan puzzle dan media wall chart pada saat
kegiatan pembelajaran
3. Menyiapkan rubrik penilaianperformance
4. Menyiapkan materi yang akan disampaikan
5. Menyiapkan alat dan bahan berupa potongan puzzle dan papan
tempel untuk tempat penyelesaianpuzzle.
Hal-hal tersebut dilakukan untuk menunjang kegiatan
pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai
dengan rencana dan tercapainya tujuan pembelajaran.
B. Pelaksanaan
Pelaksanaan ti