SISTEM PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI (PPIH)
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA
PROVINSI JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
Puguh Adi Pramono
NIM. B34212056
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Puguh Adi Pramono, 2016. Sistem Perencanaan dan Pelaksanaan Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.
Masalah yang diteliti dalam skripsi ini, yaitu (1) bagaimana Sistem Perencanaan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur? (2) bagaimana Sistem Pelaksanaan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kantor Wilayah Kementeriana Agama Provinsi Jawa Timur?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, yaitu mendiskripsikan data yang didapat di lapangan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, dokumentasi dan wawancara pada sumber yang terkait dengan masalah penelitian yang diangkat penulis
Penelitian ini menyimpulkan bahwa sistem perencanaan yang diterapkan pada Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur yakni meliputi lima hal yakni (1) penetapan tujuan (2) anggaran berbasis kinerja (3) penyusunan kegiatan (4) program inovatif (5) rapat koordinasi. Lima hal tersebut yang menjadi sistem perencanaan PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur pada tahun operasional 2015. Lima sistem perencanaan yang terdapat pada PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur mempunyai peran yang sangat baik dalam proses pelaksanaan operasional haji dan saling berkaitan. Sistem perencanaan PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur tersebut dilakukan dengan tujuan dapat memberikan pelayanan terbaik kepada jemaah haji. Sistem pelaksanaan yang terdapat pada PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur terdapat tiga hal yakni, (1) sosialisasi SOP (2) pembekalan (3) instruksi langsung. Sistem pelaksanaan tersebut diterapkan oleh PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur pada masa operasional haji 2015. Dari tiga hal tersebut pelaksanaan PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur bisa berjalan dengan baik. Sistem pelaksanaan tersebut lebih menekankan pada kualitas dan kinerja para karyawan PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur
Penelitian ini hanya membahas tentang sistem perencanaan dan pelaksanaan sebagai bagian dari unsur manajemen dalam suatu organisasi atau lembaga. Sedangkan hal yang terkait dengan pengorganisasian, pengawasan dan pengevaluasian PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur dapat menjadi rekomendasi untuk penelitian berikutnya
DAFTAR ISI
JUDUL PENELITIAN ... i
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Definisi Konsep ... 9
F. Sistematika Pembahasan ... 16
BAB II : KAJIAN TEORITIK ... 17
A. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 17
B. Kerangka Teori ... 21
1. Sistem perencanaan ... 21
2. Jenis-jenis perencanaan ... 21
3. Tahap perencanaan ... 23
4. Pembagian perencanaan ... 27
6. Elemen-elemen penggerakan ... 31
7. Pelayanan publik Good Governance ... 33
8. Tujuan penggerakan ... 34
9. Prinsip human relations ... 36
C. Perspektif Islam ... 39
1. Makna perencanaan ... 39
2. Perencanaan dan sunnatullah ... 40
3. Pelaksanaan dalam Al-Qur’an ... 43
BAB III : METODE PENELITIAN ... 46
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 46
B. Lokasi Penelitian ... 47
C. Jenis dan Sumber Data ... 48
D. Tahap-Tahap Penelitian ... 50
E. Teknik Pengumpulan Data ... 53
F. Teknik Validitas Data ... 57
G. Teknik Analisis Data ... 59
BAB IV : HASIL PENELITIAN ... 62
A. Gambaran Umum PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur ... 62
1. Gambaran umum PPIH tahun 2015 ... 62
2. Letak geografis operasional PPIH ... 63
3. Waktu operasional PPIH ... 64
4. Jumlah jama’ah haji dan petugas ... 65
5. Struktur organisasi PPIH ... 66
6. Job description PPIH ... 67
7. Sumber daya manusia PPIH ... 71
B. Penyajian Data ... 71
1. Kegiatan kerja PPIH ... 72
2. Sistem perencanaan ... 74
C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data) ... 112
1. Sistem perencanaan ... 113
2. Sistem pelaksanaan ... 120
BAB V : PENUTUP ... 127
A. Kesimpulan ... 127
B. Saran dan Rekomendasi ... 129
C. Keterbatasan Penelitian ... 129
Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Haji adalah salah satu dari rukun Islam yang ke-5, yang diwajibkan atas
semua orang muslim yang mampu, satu kali seumur hidupnya. Lebih dari sekali
hukumnya menjadi sunnah.1Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
Atrinya: “. . .Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia karena Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke sana. Dan barang siapa yang ingkar (terhadap kewajiban haji), maka bahwasannya Allah maha kaya dari semesta alam. (Q.S. Ali Imron: 97).2
Haji menjadi manifestasi pengorbanan yang paling nyata wujudnya
selain kurban. Ritual-ritual dan tempat-tempat dalam ibadah haji melambangkan
banyak hal yang berhubungan dengan perjalanan rohani manusia. Setiap manusia
dalam kehidupannya merasakan kehausan spiritual tertentu yang secara psikologis
memberi rasa aman, baik itu dari kejenuhan hidup maupun ketidak pastian masa
depannya.3 Dengan menjalankan ibadah haji manusia mempunyai harapan bisa
mendekatkan diri kepada Allah serta dimudahkan dalam menjalani hidup didunia
dan akhirat.
1
Sufi Suwandari, 2002,Haji Mistik; Sepertinya Tiada Haji Mabrur di Indonesia,Intemedia dan
Nalar, Bekasi, hal. 85. 2
Departemen Agama RI, 2002, Al-Qur’an dan Terjemahnya, PT. Sari Agung,Jakarta, hal. 113
3
Ikhwan dan Abdul Halim, 2002, Ensiklopedia Haji dan Umrah, PT. RajaGrafindo Persada,
2
Dalam setiap tahun sebagian masyarakat Indonesia ada yang
menjalankan ibadah haji. Pada tahun 2015 jemaah haji Indonesia yang berangkat
berjumlah 155.200 kuota haji reguler dan 13.600 kuota haji khusus,4 dari jumlah
tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia haus akan ibadah kepada
Allah. Sedangkan jemaah haji yang berangkat melalui Embarkasi Surabaya Jawa
Timur yang meliputi kabupaten dan kota seluruh Jawa Timur serta ditambah
Provinsi Bali, Provinsi NTT dan Provinsi lainnya berjumlah 28.169 jemaah.5 dari
semua jemaah haji tahun 2015 tersebut petugas PPIH embarkasi Surabaya
berjumlah 223 orang. Dengan rasio 100 jemaah dilayani 1 petugas PPIH.
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan menjadi
tanggung jawab pemerintah dibawah koordinasi Menteri Agama. Sebagaimana
diatur dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun1999 tentang
penyelenggaraan ibadah haji. Implementasinya bertujuan untuk memberikan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya. Melalui sistem dan
manajemen penyelenggaraan yang baik agar pelaksanaan ibadah haji dapat
berjalan dengan aman, tertib, lancar dan nyaman sesuai dengan tuntutan Agama.
Serta jemaah haji dapat melaksanakan ibadah secara mandiri sehingga diperoleh
haji mabrur.6
4
http://news.liputan6.com/read/2273762/menag-kuota-haji-2015-indonesia-bakal-kembali-normal. Diakses pada tanggal 24-Mei-2016.
5
Hasil Dokumentasi Laporan Operasional Penyelenggaraan Ibadah Haji Embarkasi Surabaya tahun 1436H/2015M. hal. 5.
6
Henny Aristiana S, 2005. “Proses Pemberangkatan Jama’ah Haji di Asrama Haji Sukolilo
3
Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur yakni lembaga yang
mempunyai tugas dalam hal keagamaan yang ada di Indonesia. Berdasarkan
Peraturan Menteri Agama Nomor 13 tahun 2012 ditetapkan bahwa Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur bertugas melaksanakan tugas
dan fungsi Kementerian Agama dalam Wilayah Provinsi Jawa Timur berdasarkan
kebijakan Menteri Agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.7 Dalam
melaksanakan tugas, Kementerian Agama menyelenggarakan fungsi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan kebijakan dibidang keagamaan.8
Kementerian Agama wilayah Jawa Timur dibagi menjadi beberapa
bagian yakni, bidang PHU, bidang URAIS, bidang PENAIS, bidang PAIS, bidang
PD PONTREN dan bidang PENDMA. Bagian tersebut yang mengurusi lingkup
agama Islam. Dalam lingkup agama lain juga ada diantaranya bidang Kristen,
bidang Hindu, bidang Budha dan bidang Katolik. Dengan adanya bidang-bidang
tersebut memberikan kemudahan dalam menjalankan kegiatan yang ada dalam
agama dengan secara teratur.
Bidang PHU Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur mengelola
urusan haji dan umroh dalam lingkup wilayah Jawa Timur yang beralamat di Jl.
Raya Juanda Sidoarjo No 26. Bidang PHU didalamnya dibagi menjadi beberapa
bagian diantaranya, seksi Pendaftaran dan Dokumen Haji, seksi pembinaan haji
dan umroh, seksi akomodasi, transportasi dan perlengkapan haji, seksi
pengelolaan keuangan haji dan seksi sistem informasi haji.9 Dari semua bagian
7
Hasil Dokumentasi Renstra tahun 2015-2019, Kedudukan, tugas dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, hal. 4.
8
Profil Kementerian Agama http://www.kemenag.go.id. Diakses pada tanggal 06 Januari 2016. 9
4
memiliki tugas masing-masing yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan
organisai. Dalam urusan haji khususnya bidang PHU membentuk sub organisasi
yakni Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang mengurusi segala hal
tentang haji yang dimulai dari pemberangkatan sampai kepulangan jemaah haji.
Dalam menjalankan tugas PPIH Provinsi Jawa Timur bertempat di Asrama Haji
Sukolilo Surabaya, pembagian tugas PPIH ada beberapa bagian yakni
Pengumpulan dan Pengolahan Data (PULAHTA), Tata usaha, keuangan, humas
dan penerangan.10
Dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan haji bidang penyelenggara haji
dan umroh PHU mempunyai visi memberikan pelayanan terbaik kepada jemaah.
Jemaah haji yang sudah mendaftarkan diri akan mendapatkan porsi keberangkatan
haji dalam satu tahun sebelum keberangkatan diberikan manasik haji sebanyak
delapan kali pertemuan, hal tersebut diberikan agar jemaah mengerti akan semua
rangkaian kegiatan haji. Dalam manasik tersebut jemaah diberikan pengertian
akan tata cara melaksanakan haji, rukun haji, wajib haji dan apa saja yang dilarang
dalam menjalankan ibadah haji. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan jemaah haji
mendapatkan ridho dari Allah dan menjadi haji yang mabrur.
Selain kegiatan manasik yang diberikan Kementerian Agama
kabupaten/kota, jemaah juga diberikan pembekalan dan diasramakan selama 24
jam. Pembekalan tersebut bertujuan untuk pemantapan manasik yang telah
diberikan di masing-masing kabupaten/kota. Selain pemantapan manasik juga
diberikan arahan-arahan dan himbauan ketika berada di Arab Saudi. Dalam
10
5
pembekalan tersebut jemaah haji juga diberikan uang saku/living cost yang
berasal dari uang yang telah dibayarkan pada Bank penerima setoran haji.
Kegiatan yang paling padat petugas PPIH Surabaya yakni, pada
pemberangkatan dan kepulangan jemaah haji. Dari kegiatan pemberangkatan
petugas PPIH disibukkan dalam pengecekan data jemaah yang berangkat, jemaah
yang sakit, pembagian gelang identitas dan pembagian paspor. Selain itu ada
pembagian untuk jasa angkut koper jemaah. Tidak berhenti sampai disitu kegiatan
pemberangkatan haji, akan tetapi petugas PPIH harus mengawal sampai jemaah
haji terbang ke Arab Saudi dan memastikan jemaah berangkat sesuai dengan data.
Pada saat kegiatan kepulangan petugas PPIH disibukkan dengan
pengecekan kesehatan jemaah, pengecekan paspor, pengecekan petugas haji yang
mendampingi setiap kloter dan pengecekan data keberangkatan dan kepulangan.
Kegiatan-kegiatan yang dijalankan petugas PPIH pada saat kepulangan memang
berbeda dengan saat keberangkatan. Pada kepulangan harus lebih teliti karena
jemaah yang berangkat terkadang ada yang tertinggal karena sakit ataupun
meninggal di Arab Saudi. Petugas PPIH pada saat kepulangan bertanggung jawab
sampai dengan mengantarkan jemaah ke kabupaten/kota masing-masing.
Kegiatan petugas PPIH yang banyak tersebut membutuhkan pentingnya
perencanaan dan pelaksanaan yang baik. hal tersebut penting dilakukan karena
perencanaan memiliki beberapa tahap yakni, menetapkan tujuan atau serangkaian
6
hambatan dan mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan pencapaian
tujuan.11
Perencanaan dalam suatu organisasi penting dilakukan karena kegiatan
suatu organisasi akan tertata dan mudah untuk dikendalikan. Selain itu
perencanaan penting karena perencanaan akan memberi efek baik pada
pelaksanaan maupun pengawasan. Suatu perencanaan merupakan langkah
pertama dalam usaha mencapai suatu kegiatan.12
perencanaan dan pelaksanaan yang seimbang akan memberikan
kemudahan suatu organisasi untuk mencapai tujuan. dengan harapan perencanaan
yang telah diterapkan bisa terlaksana dengan baik. Pelaksanaan dianggap penting
karena perencanaan tanpa adanya pelaksanaan tidak akan bisa berjalan dengan
sempurna. Pengarahan atau pelaksanaan dapat diberikan batasan sebagai suatu
proses pembimbingan, pemberian petunjuk dan instruksi kepada bawahan agar
mereka bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.13
Dari uraian diatas, penulis tertarik meneliti masalah perencanaan dan
pelaksanaan yang ada di PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.
Ketertarikan penulis meneliti masalah tersebut didasarkan pada (1) Mayoritas
warga Negara Indonesia muslim (2) Haji adalah kegiatan yang mempunyai
dimensi internasional (3) Banyak calon jemaah haji yang belum pernah
melaksanakannya. Hal tersebut dikuatkan dalam penelitian Henny Aristiana S.14
11
T. Hani Handoko, 2009,Manajemen, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, hal. 78-80.
12
A.W. Widjaya, 1987,perencanaan sebagai fungsi manajemen,PT. Bina Aksara, Jakarta, hal. 33
13
Bedjo Siswanto, 1990,Manajemen Modern konsep dan aplikasi, Sinar Baru, Bandung, hal. 121.
14
Henny Aristiana S, 2005. ”Proses Pemberangkatan Jamaah Haji di Asrama Haji Sukolilo
7
Dari hasil dokumentasi menyebutkan bahwa para jemaah calon haji yang dilayani
92% belum pernah melaksanakan haji. Dari situlah penulis sangat antusias dalam
melakukan penelitian tersebut. Penelitian yang berbasis manajemen tersebut
sangat luas, sehingga penulis membatasi penelitiannya sebatas pada sistem
perencanaan dan pelaksanaan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan penulis diatas, maka
rumusan masalah dapat diambil sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem perencanaan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur?
2. Bagaimana sistem pelaksanaan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut penulis mempunyai tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk menggambarkan sistem perencanaan Panitia Penyelenggara Ibadah
Haji (PPIH) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur
2. Untuk menggambarkan sistem pelaksanaan Panitia Penyelenggara Ibadah
8
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki urgensi yang besar dalam telaah organisasi
maupun perusahaan. Penulis melihat bahwa pembahasan perencanaan dan
pelaksanaan, dalam konteks organisasi, seolah-olah hanya menjadi hak organisasi
besar saja. Padahal perencanaan dan pelaksanaan itu hal paling mendasar dalam
menjalankan roda suatu organisasi. Penelitian ini didesain agar para pengelola
organisasi bisa memperoleh gambaran tentang perencanaan dan pelaksanaan
sekaligus memperoleh bekal teoritis untuk meng-update dan meng-upgrade
sistem perencanaan dan pelaksanaan organisasinya.
Oleh karenanya, penelitian ini amat penting untuk dilakukan karena
bisa memberikan beberapa manfaat sebagaimana berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dalam ilmu manajemen yang berbasis kelembagaan Islam dan khususnya
yang berkaitan dengan sistem perencanaan dan pelaksanaannya serta
penerapannya secara nyata di lapangan.
b. Bagi Prodi
Dengan adanya penelitian tersebut diharapkan dapat menambah jaringan
kerjasama dibidang penelitian dan menambah referensi bagi prodi
Manajemen Dakwah. Serta memberikan gambaran atau rujukan bagi
9
keilmuan yang modern dan bisa memberikan yang terbaik bagi prodi dan
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi kepada PPIH tentang sistem perencanaan dan
pelaksanaan untuk memperbaiki sistem yang ada selama ini
b. Menambah wawasan bagi para praktisi manajemen pada umumnya,
tentang pentingnya sistem perencanaan dan pelaksanaan dalam suatu
organisasi
c. Sebagai bahan masukan kepada Pimpinan PPIH kantor wilayah
Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur tentang sistem perencanaan
dan pelaksanaan PPIH yang baik
d. Sebagai bahan masukan kepada semua PPIH di Indonesia khususnya
Embarkasi Surabaya
E. Definisi Konsep
Menurut Koentjoningrat yang dikutip Nanik Trisnawati Konsep atau
pengertian, merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Konsep sebenarnya
adalah definisi secara singkat dari kelompok fakta atau gejala yang menjadi pokok
perhatian.15
Agar tidak terjadi kerancauan dalam pemahaman makna tentang sistem
perencanaan dan pelaksanaan, peneiti akan memberikan gambaran dari teori yang
ada hubungannya dengan judul penelitian, diantaranya:
15
Koentjoningrat. 1994.Metode-metode penelitian masyarakat. Gramedia pustaka umum. Jakarta.
10
1. Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan yang menyeluruh dan
terorganisasikan, terdiri dari dua tahun lebih bagian (komponen, subsistem)
yang dipisahkan oleh batas yang dapat diidentifikasikan dari suprasistem
lingkungan (environmental suprasystem) yang lebih luas. Dengan demikian,
sistem itu meliputi spectrum yang sangat luas, baik alam kebendaan, alam
biologi, maupun alam kemasyarakatan.16 Sedangkan menurut L. ACKOF
yaitu, sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri
dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.17
a. Ciri-ciri sistem
Untuk mengetahui sesuatu itu sistem atau bukan, antara lain dapat dilihat
dari ciri-cirinya. Ada beberapa rumusan yang dapat digunakan untuk
mengetahui ciri-ciri sistem ini yang ada pada dasarnya satu sama lainnya
yang melengkapi. Pada umumnya ciri-ciri sistem itu antara lain:18
1) Sistem itu bersifat terbuka
2) Suatu sistem terdiri dari dua atau lebih subsistem
3) Suatu sistem mempunyai kemampuan untuk dengan sendirinya
menyesuaikan diri dengan lingkungannya(self-adjustment)
4) Sistem itu juga mempunyai kemampuan untuk mengatur diri sendiri
(self-regulation)
5) Sistem itu mempunyai tujuan atau sasaran.
16
Napa J. Awat, S.U, 1989,Manajemen Strategi (Suatu Pendekatan Sistem),Liberty, Yogyakarta,
hal. 1. 17
M. Faisal, 2008,Sistem Informasi Manajemen Jaringan, UIN-MALANG PRESS, Malang,
hal. 14. 18
11
2. Perencanaan
Secara definitive, Stoner dan Wankel memperkenalkan istilah
perencanaan strategis (strategic planning) sebagai proses pemilihan tujuan
organisasi, penentuan kebijakan dan program yang diperlukan untuk
mencapai sasaran tertentu dalam rangka mencapai tujuan, dan penetapan
metode yang dibutuhkan untuk menjamin agar kebijakan dan program
strategis itu dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang
berkembang.19
Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir bila rencana
tersebut telah ditetapkan, rencana harus diimplementasikan. Setiap saat
selama proses implementasi dan pengawasan, rencana-rencana mungkin
memerlukan modifikasi agar tetap berguna.20 Sedangkan menurut Mary
Robins dalam M Munir yakni, perencanaan adalah suatu proses yang
melibatkan penentuan sasaran dan tujuan organisasi, menyusun strategi
menyeluruh untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan
mengembangkan hierarki rencana secara komprehensif untuk
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan.21 Rencana yang baik
hendaknya diarahkan kepada tujuan (goal oriented). Rencana secara jelas
mengemukakan:22
19
Ahmad Ibrahim Abu Sinn, 2012,Manajemen Syariah, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,
hal. 79. 20
T. Hani Handoko, 2009,Manajemen,BPFE-yogyakarta, Yogyakarta, hal. 78.
21
M. Munir dan Wahyu Ilaihi, 2006, Manajemen Dakwah, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, hal. 96. 22
12
a. Apa yang akan dicapai, berkenaan dengan penentuan tujuan
b. Mengapa hal itu perlu dilakukan, berkenaan dengan alasan atau motif
perlunya kegiatan itu
c. Bagaimana akan dilaksanakan, berkenaan dengan prosedur kerja, sasaran
dan biaya
d. Bilamana akan dilaksanakan, berkenaan dengan penjadwalan kegiatan
kerja atau pelaksanaan kegiatan, pentahapan kegiatan sampai dengan
selesai
e. Siapa yang akan melaksanakan, berkenaan dengan orang-orang yang
turut terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
f. Mengadakan penilaian, berkenaan dengan kegiatan, mana yang telah
selesai, sedang dan akan diselesaikan
g. Kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat mempengaruhi pelaksanaan
dan kegiatan mengadakan penyesuaian dan perubahan rencana
Perencanaan perlu ada dalam suatu organisasi karena dengan
adanya perencanaan sasaran dan tujuan organisasi sudah ditentukan. Setiap
langkah organisasi sudah terpetakan dan akan berjalan sesuai koridor
perencanaan. Begitu juga dengan PPIH yang berorientasi dalam urusan haji,
penting adanya perencanaan yang baik agar setiap langkah yang dilakukan
memberikan manfaat yang besar dan dapat meminimalisir kesalahan.
3. Pelaksanaan(actuating)
Actuating adalah pelaksanaan untuk bekerja. Untuk melaksanakan
13
tindakan-tindakan diantaranya leadership(memimpin), perintah, komunikasi,
danconseling(nasehat).23
Dari pengertian diatas jelas kiranya bahwa actuating adalah proses
untuk menggerakkan sebuah organisasi guna untuk menjalankan suatu fungsi
manajemen yang paling utama yakni perencanaan. Dengan seorang pemimpin
dalam sebuah organisasi bisa mengarahkan terus-menerus hingga
meminimalisir suatu kegagalan. Fungsi manajemen ini juga penting adanya,
karena suatu perencanaan akan mustahil bisa dilakukan jika tidak ada
pelaksanaannya atau kegiatan secara nyata.
Peace dan Robinson Dari seluruh rangkaian proses manajemen,
pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama.
Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan
dengan aspek-aspek abstrak fungsi manajemen, sedangkan fungsi actuating
justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan proses
implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam
organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat
menjalankan tanggung jawab dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang
tinggi.24
Pelaksanaan (actuating) dalam suatu organisasi mempunyai peran
yang sentral karena berhubungan dengan proses yang ada di lapangan. Seperti
banyak di utarakan para ahli di atas pelaksanaan juga berkaitan dengan
23
Joseph L. Massil, 1987,Dasar-Dasar Manajemen,Erlangga, Jakarta, hal. 46.
24
Nanik Trisnawati, 2010. “Sistem Perencanaan dan Pelaksanaan TokoBusana Muslim Ifadah
14
kegiatan fisik. Dari hal tersebut bagaimana seorang pemimpin bisa
mengarahkan bawahan hingga memenuhi target yang telah ditentukan. Dalam
kaitanya PPIH yang kegiatanya juga meliputi banyak hal diantaranya
menyiapkan data jemaah, bongkar muat koper dll. Pelaksanaan yang baik
akan membantu perencanaan yang ada, karena semua kegiatan saling
berkaitan.
4. Ibadah Haji
Dari pendeskripsian rangkaian ibadah haji PPIH Embarkasi
Surabaya yakni, mulai dari pendaftaran jemaah haji ke Bank penerima setoran
tabungan haji dan mengurus ke Kementerian Agama masing-masing
kabupaten atau kota. Dari rangkaian itu jemaah haji menunggu porsi
keberangkatan yang telah ditentukan. Sebelum jemaah haji berangkat
menjalankan ibadah ada manasik haji yang diberikan oleh KUA sebanyak 6
kali pertemuan dan kabupaten sebanyak 2 kali pertemuan yang diberikan
secara gratis.25 Jemaah haji berangkat dari kabupaten/kota masing-masing ke
Asrama Haji Surabaya menggunakan transportasi yang sudah disiapkan.
Setelah sampai di Asrama Haji jemaah di asramakan selama 24 jam, di waktu
tersebut di berikan pemantapan manasik haji kepada jemaah dan kegiatan lain
seperti, pemeriksaan tas, penyiapan akomodasi, pengecekan dokumen,
pemberian uang saku/living coast dan pengecekan kesehatan. Setelah
rangkaian tersebut selesai jemaah haji berangkat menuju Bandara Juanda
untuk terbang ke Arab Saudi
25
15
5. Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur
Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur yakni lembaga Negara
yang berbasisnon-profit. Dalam urgensinya Kementerian Agama berorientasi
dalam urusan agama yang ada di Indonesia. Dalam sistem kerjanya
Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur dibagi menjadi beberapa bidang
diantaranya, bidang PHU, bidang URAIS, bidang PENAIS, bidang PAIS,
bidang PD PONTREN dan bidang PENDMA. Bagian tersebut yang
mengurusi lingkup agama Islam. Dalam lingkup agama lain juga ada
diantaranya bidang Kristen, bidang Hindu, bidang Budha dan bidang
Katolik.26
6. PPIH Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya
tahun 1436/2015M berdasarkan keputusan Direktur Jenderal penyelenggara
haji dan umroh nomor D/368/2015 tanggal 6 juli 2015, dan dilantik pada
tanggal 3 agustus 2015 di Asrama Haji Surabaya berjumlah 23 orang, yang
berasal dari berbagai unsur, yaitu dari Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Timur, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Kemenkumham
Provinsi Jawa Timur, Kantor Imigrasi, Kantor Pengawasan dan pelayanan
Bea dan Cukai type Madya Pabean Juanda, Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas 1 Surabaya, Polisi Daerah Jawa timur, UPT Asrama Haji Surabaya,
Kantor Otoritas Bandara Juanda dan Angkasa Pura 1 Bandara Juanda.27
26
Hasil observasi secara langsung di Kantor Bidang PHU pada tanggal 24 Mei 2016. 27
16
F. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini yang akan dijelaskan
secara rinci oleh peneliti, diantarannya:
Bab I : Pendahuluan meliputi, latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan sistematika
pembahasan.
Bab II : Kajian Teoritik meliputi, penelitian terdahulu yang relevan dan
berkaitan dengan konsep-konsep yang diambil dari permasalahan yang diangkat.
Yang meliputi tentang pengertian sistem perencanaan dan pelaksanaan serta
penjelasan perspektif islam.
Bab III : Metodologi Penelitian yang meliputi, pendekatan dan jenis
penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik validitas data, teknik analisis data.
Bab IV : Hasil Penelitian meliputi, gambaran umum mengenai obyek
penelitian, penyajian data yang memaparkan fakta atas permasalahan yang
diangkat serta analisis data secara nyata atas masalah yang diangkat.
Bab V : Penutup meliputi, kesimpulan dari pembahasan, saran dan
rekomendasi dari permasalahan yang diangkat untuk pihak yang di jadikan obyek
penelitian khususnya dan untuk pihak lain yang bergerak dibidangnya serta
Bab 2
KAJIAN TEORETIK
A. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
1. Penelitian Skripsi yang berjudul “Proses Pemberangkatan Jama’ah Haji di
Asrama Haji Sukolilo Surabaya (Studi Analisis Tentang Fungsi Actuating di
Asrama Haji Sukolilo Surabaya)” oleh Henny Aristiana S Jurusan
Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun
2005. Dalam penelitian tersebut fungsi actuating yang diterapkan di asrama
haji sukolilo Surabaya, yaitu yang dilakukan oleh pimpinan (ketua panitia)
dalam pemberian instruksi dan perintah kepada bawahannya (pengurus)
sudah dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Keahlian dan kemampuan
para pengurus atau panitia telah dicurahkan secara maksimal demi
terlaksananya tugas yang diembannya dan demi kesuksesan tercapainnya
tujuan organisasi.
Persamaan penelitian diatas yakni pada sisi actuating yang objeknya
dilakukan pada asrama haji tepatnya pada PPIH.
2. Penelitian skripsi yang berjudul “Aplikasi Perencanaan Ibadah Haji di
Kementerian Agama kota Semarang tahun 2009 (Studi Fungsi Perencanaan
Dalam Manajemen)” oleh Ulin Nihayah Jurusan Manajemen Dakwah
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang pada tahun 2010. Dalam
penelitian tersebut mempunyai kesimpulan bahwa:
a. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji di Kementerian Agama
18
yang disiapkan dengan memperhatikan fungsi perencanaan dalam
manajemen sehingga dalam pelaksanaan di lapangan dapat berjalan
sesuai rencana
b. Disamping perencanaan yang didasarkan dengan fungsi perencanaan
yang ada, pada dasarnya peningkatan pelayanan pelaksanaan ibadah haji
ini di tetapkan dengan prosedur yang telah di tetapkan oleh pemerintah
walaupun dalam efektifitas perencanaan yang ada terkadang tidak sesuai
dengan yang diharapkan
c. Faktor-faktor pendukung dari perencanaan ibadah haji di Kementerian
Agama kota Semarang antara lain: adanya kerja sama yang sangat
sinergis antara para staf yang ada di Kementerian Agama kota Semarang.
Disamping itu, kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait sangat baik
dan bisa dioptimalkan dikarenakan adanya landasan hukum
penyelenggaraan ibadah haji yang dilaksanakan oleh Kementerian
Agama kota Semarang. Sedangkan faktor penghambat meliputi:problem
internal dan eksternal, yaitu dari pihak staf pelaksana haji dan calon
jama’ah haji. Di pihak pegawai adalah tumpang tindihnya pembagian
pekerjaan yang ada pada Kementerian Agama kota Semarang. Sedangkan
dari calon jama’ah haji yaitu: kurangnya pemahaman informasi yang di
berikan oleh pihak Kementerian Agama kota Semarang sehingga
menimbulkan salah tafsir dan kesimpang siurang pada calon jama’ah.
19
pelayanan ibadah haji, sehingga menimbulkan lambannya pengurusan
data-data terkait pelayanan administratif.
Dari penelitian diatas relevansi terhadap penelitian yang penulis teliti
terletak pada bahasan mengenai perencanaan dan perbedaan terletak pada
obyek dan penjabaran teori
3. Penelitian skripsi yang berjudul “Perencanaan Sumberdaya Manusia di KBIH
Aisyiyah Yogyakarta” Oleh M. Ghilman Adni Jurusan Manajemen Dakwah
Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2013. Yang
mempunyai kesimpulan secara umum perencanaan sumber daya manusia di
KBIH Aisyiyah Yogyakarta berjalan dengan baik. Dibuktikan dengan
pemanfaatan sumber daya manusia yang tersedia di lembaga secara
maksimal. Mulai dari perencanaan kepegawaian, dimana KBIH menentukan
tipe sumber daya manusia yang tepat dalam waktu yang tepat untuk
menduduki jabatan yang kososng, dengan begitu tidak ada kekurangan dalam
masalah sumber daya manusia. Tentunya sumber daya yang kompeten sesuai
dengan bidangnya. Sedangkan mengenai perencanaan program ini
mengidentifikasi apakah ada kelebihan atau kekurangan sumber daya
manusia. Pada KBIH Aisyiyah Yogyakarta ini mengenai perencanaan
program ini berjalan dengan sebagaimana semestinya sehingga sumber daya
tidak kelebihan dan kekurangan artinya jabatan yang terisi dengan sumber
daya yang kompeten dalam bidangya.
Penelitian tersebut, sejalan dengan penelitian yang penulis teliti tentang
20
Tabel 2.1
Tabulasi penelitian terdahulu
Sistem Perencanaan dan Pelaksanaan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur
NO JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN RUMUSAN MASALAH
1 Proses
Haji di Kementerian
Agama Kota
Semarang Tahun
2009 (Studi Fungsi
Perencanaan Dalam
Kementerian Agama kota
21
B. Kerangka Teori
1. Sistem Perencanaan
Sistem perencanaan merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan dalam penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu
hasil yang diinginkan.28Dalam proses sistem perencanaan memang menuntut
setiap pemikiran yang baik dan mempunyai visi jangka panjang serta
visioner. Suatu sistem perencanaan yang telah di buat secara sistematis
haruslah bisa diterima oleh semua pihak yang ada didalamnya karena dengan
begitu sebuah perencanaan bisa terealisasi sesuai rencana yang telah dibuat.
Yang terpenting harus gotong-royong antar lini yang berkaitan dengan sistem
perencanaan. Dengan begitu perencanaan yang ada akan menjadi ringan jika
dilakukan dan akan mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Jenis-Jenis Perencanaan
Dalam buku manajemen dakwah dijelaskan jenis-jenis perencanaan yakni:29
a. Rencana strategis vs rencana operasional
Rencana strategis merupakan rencana yang berlaku bagi seluruh
\organisasi, yaitu menentukan sasaran umum organisasi dan berusaha
menempatkan organisasi tersebut kedalam lingkungannya. Sedangkan
rencana operasional adalah rencana yang menempatkan rincian tentang
cara mencapai keseluruhan tujuan organisasi.
28
Manulung, 1990,Dasar-Dasar Manajemen,Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 47.
29
M. Munir dan Wahyu Ilaihi, 2006, Manajemen Dakwah, Kencana Prenada Media Group,
22
b. Rencana jangka pendek vs rencana jangka panjang
Rencana jangka pendek adalah rencana dengan asumsi kerangka waktu
paling tidak selama satu tahun. Sedangkan rencana jangka panjang
adalah rencana dengan kerangka batas waktu tiga tahun ke atas.
c. Rencana yang mengarahkan(directional)vs rencana khusus
Rencana khusus adalah sebuah rencana yang telah dirumuskan dengan
jelas serta tidak menyediakan ruang bagi interpretasi. Sedangkan pada
rencana directional lebih menekankan pengidentifikasian garis-garis
pedoman umum.
d. Rencana sekali pakai
Rencana sekali pakai atau yang biasa yang disebut dengan “frekuensi
penggunaan” adalah rencana yang digunakan sekali saja yang secara
khusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan situasi khusus
dan diciptakan sebagai respons terhadap keputusan keputusan-keputusan
yang tidak terprogram yang diambil oleh para manajer. Bentuk-bentuk
rencana sekali pakai adalah: program, suatu program mengenai
serangkaian kegiatan yang relatif lebih luas. Proyek merupakan rencana
sekali pakai yang lingkupnya lebih sempit dan merupakan bagian yang
terpisah dari program. Anggaran adalah suatu pernyataan yang memuat
mengenai sumber daya keuangan (financial source) yang disediakan
untuk suatu kegiatan dan waktu tertentu.30
30
Ais Zakiyudin, 2013, Teori dan Praktik Manajemen (sebuah koonsep yang aplikatif disertai
23
Dari empat jenis perencanaan tersebut memberikan gambaran
bahwa perencanaan tidak harus terpaku pada satu model, akan tetapi
banyak model yang bisa diaplikasikan sesuai kebutuhan dan situasi
organisasi.
3. Tahap Perencanaan
Dalam proses penyusunan perencanaan ada dua faktor penting
didalamnya yakni faktor manusia yang memainkan peranan penting dalam
organisasi, manusia sebagai pemikir, perencana dan sekaligus pelaksana.
Dalam pembangunan manusia disebutkan sebagai subyek dan sekaligus
obyek pembangunan. Faktor organisasi dan kelembagaan, organisasi sebagai
suatu sistem merupakan suatu kesatuan yang saling berkaitan satu dengan
yang lain berusaha mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal
kelembagaan diperlukan sebagai wadah perencanaan mengingat pentingnya
perencanaan dalam organisasi maka bentuk perencanaan diperlukan suatu
wadah yang sesuai dengan fungsi dan urgensinya.31
Salah satu aspek penting perencanaan dalam organisasi adalah
pembuatan keputusan (decision making), proses pengembangan dan
penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan suatu masalah
tertentu. Keputusan-keputusan harus dibuat pada berbagai tahap dalam proses
perencanaan. Empat tahap dasar perencanaan.
31
A.W. Widjaja, 1987,Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen, PT. Bina Aksara, Jakarta, hal.
24
Semua kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui empat tahap berikut ini:
1) Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau
kebutuhan organisasi atau kelompok kerja. Tanpa rumusan tujuan yang
jelas, organisasi akan menggunakan sumber daya sumberdayanya secara
tidak efektif
2) Merumuskan keadaan saat ini
Pemahaman akan posisi perusahaan sekarang dari tujuan yang hendak
dicapai atau sumberdaya-sumberdaya yang tersedia untuk pencapaian
tujuan adalah sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkut
waktu yang akan datang. Hanya setelah keadaan perusahaan saat ini di
analisa, rencana dapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana
kegiatan lebih lanjut. Tahap kedua ini memerlukan informasi terutama
keuangan dan data statistic yang didapatkan melalui komunikasi dalam
organisasi.
3) Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan
Segala kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu
diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan organisasi dalam
mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor
lingkungan intern dan ekstern yang dapat membantu organisasi mencapai
tujuannya, atau yang mungkin menimbulkan masalah. Walaupun sulit
dilakukan, antisipasi keadaan, masalah, dan kesempatan serta ancaman
25
proses perencanaan. Menurut Parmono Atmadi untuk antisipasi
perubahan dalam perencanaan ada empat langkah:32
a) Menganalisis keadaan sekarang
b) Menentukan perubahan-perubahan yang diinginkan
c) Melakukan perubahan-perubahan dengan analisa keadaan
d) Memantapkan keadaan yang baru agar dapat dipertahankan
4) Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan pencapaian tujuan
Tahap terakhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan
berbagai alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian
alternatif-alternatif tersebut dan pemilihan alternatif-alternatif terbaik (paling memuaskan)
diantara berbagai alternatif yang ada.33
Lebih mudahnya lihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1
Empat tahap dasar perencanaan
32
A.W. Widjaya, 1987,Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen,PT.Bina Aksara, Jakarta, hal.
70. 33
T. Hani Handoko, 2009,Manajemen,BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, hal. 78-80.
26
Dari empat tahap proses perencanaan tersebut setiap tahapnya
memerlukan kerja keras dalam mewujudkannya hingga mencapai tujuan atau
sasaran suatu organisasi. Empat tahap proses perencanaan tersebut peneliti
gunakan sebagai teori untuk meneliti perencanaan yang ada di PPIH Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.
Dalam buku Manajemen Modern perencanaan menurut Louis A
Allen terdiri dari aktivitas-aktivitas yang dioperasikan oleh seorang manajer
untuk berpikir kedepan dan mengambil keputusan saat ini, yang
memungkinkan untuk mendahului serta menghadapi tantangan di waktu yang
akan datang. Aktivitas-aktivitas dalam perencanaan yang dimaksud adalah:
a) Prakiraan(forecasting)
Yaitu suatu usaha yang sistematis untuk menduga (meramalkan) waktu
yang akan datang dengan penarikan konklusi atas fakta-fakta yang telah
diketahui
b) Penetapan tujuan(establishing objective)
Suatu aktifitas untuk menetapkan sesuatu yang ingin dicapai (sesuatu
yang ingin direalisasikan) atas pelaksanaan suatu pekerjaan tertentu
c) Pemrograman(progamming)
Suatu aktifitas yang dilakukan dengan maksud untuk menetapkan
langkah-langkah utama yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan,
unit dan anggota organisasi yang bertanggung jawab untuk setiap
langkah dan urutan serta pengaturan waktu setiap langkah. Dalam
27
yakni, kebijaksanaan, strategi, peraturan, standard, organisasi, prosedur
dll.34
d) Penjadwalan(scheduling)
Pemberian atau penunjukan waktu menurut urutan waktu tertentu guna
melaksanakan berbagai macam pekerjaan
e) Penganggaran(budgeting)
Suatu aktifitas untuk membuat pernyataan tentang sumber daya keuangan
(financial recources) yang disediakan untuk aktifitas tertentu dalam
waktu tertentu
f) Pengembangan prosedur(developping procedure)
Suatu aktifitas menormalisasikan cara, teknik, dan metode pelaksanaan
suatu pekerjaan tertentu
g) Penetapan dan penafsiran kebijakan (establishing and interpreting
policies)
Suatu aktifitas yang dilakukan dalam menetapkan syarat-syarat
berdasarkan kondisi manajer dan para bawahannya dalam bekerja.35
4. Pembagian Perencanaan
Dalam buku perencanaan dan evaluasi perencanaan dapat didekati
dengan melihat pembagiannya dalam beberapa jenis tergantung dari sudut
pandang mana perencanaan ditinjau. Dengan adanya beberapa sudut pandang
34
A.W. Widjaja, 1987,Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen, PT. Bina Aksara, Jakarta, hal.
34. 35
Bedjo Siswanto, 1990,Manajemen Modern Konsep dan Aplikasi, Sinar Baru, Bandung,
28
tentang perencanaan maka suatu organisasi bisa menentukan apa yang
menjadi tujuan.
Dengan adanya berbagai sudut pandang tersebut maka dibawah ini
akan dibahas satu persatu apa yang dimaksud dengan jenis-jenis perencanaan
diatas:
a. Perencanaan ditinjau dari segi waktu
Perencanaan ditinjau dari sudut waktu dapat dibagi menjadi:
1) Perencanaan jangka pendek
Perencanaan ini melihat kepada sasaran yang lebih mudah
diwujudkan, karena proyeksi-proyeksi ekonomis yang diadakan
untuk menghitung sasaran jangka pendek lebih dapat dipercaya
kebenarannya(validity)-nya.
2) Perencanaan jangka menengah
Perencanaan ini merupakan jembatan antara rencana operasional dan
rencana jangka panjang. Disini pentahapan pencapaian tujuan jangka
panjang lebih jelas karena sasaran dan tujuan pada semua sector
dapat dikoordinasikan dan dilihat hubungannya satu sama lain.
3) Rencana jangka menengah yang kaku(fixed plan)
Rencana yang fixed adalah rencana jangka menengah yang proses
perencanaannya dilakukan dengan membuat proyeksi beberapa
tahun kemuka dan melaksanakan rencana itu sampai waktu beberapa
29
4) Rencana yang berkesinambungan(rolling plan)
Rencana ini dimaksudkanbahwa prosesnya pertama-tama dilakukan
dengan membuat proyeksi terhadap sumber dan kebutuhan yang ada
beberapa tahun kemuka. Dan dalam perencanaan tersebut setiap
tahunya dibarengi dengan adanya perencanaan lain.
5) Perencanaan jangka panjang
Dari rencana sektoral, spasial, regional dan lintas sektoral dijabarkan
dari perencanaan ini. Dengan rencana jangka panjang ini Negara
akan mudah menentukan kemana pembangunan Negara itu akan
diarahkan, baik secara politik, ekonomi, sosial, budaya maupun
pertahanan dan keamanan. Hasil akhir perencanaan jangka panjang
ini merupakan gambaran umum untuk tahap-tahap perencanaan
selanjutnya yang lebih terperinci, yakni perencanaan jangka
menengah dan tahunan.
b. Perencanaan ditinjau dari segi wilayah
1) Perencanaan nasional
Batas wilayah perencanaan jenis ini adalah batas wilayah suatu
Negara tertentu
2) Perencanaan daerah
Perencanaan daerah hamper sama dengan perencanaan nasional
hanya ruang lingkupnya jauh lebih kecil, hingga dengan begitu lebih
30
dapat mengakui(recognize)adanya karakteristik khas yang dipunyai
oleh daerah itu. Yang belum tentu dipunyai oleh daerah lain.
3) Perencanaan daerah perkotaan dan pedesaan
Masing-masing membahas lebih mendalam aspek-aspek yang ad adi
kota dan di desa, hubungan dan pengaruhnya terhadap sub-sistem
lain dalam suatu kerangka sistem yang lebih luas
c. Perencanaan ditinjau dari sudut hirarki
Jenis perencanaan berikutnya adalah merupakan jenis
perencanaan yang ditinjau dari sudut hirarki atau tingkatan, yaitu
perencanaan tingkat sector, tingkat program dan tingkat proyek. Uraian
lebih mendalam tentang jenis perencanaan ini diberikan dalam batasan
tentang proyek.36
5. Sistem Pelaksanaan(actuating)
a. Arti pelaksanaan
Penggerakan merupakan terjemahan dari bahasa inggris
actuating, dimana kata ini berasal dari actuarebahasa latin, yang berarti
menggerakkan, mendorong untuk bergerak.37 Pengarahan merupakan
proses kegiatan yang harus dilakukan untuk membina dan mendorong
semangat kerja dan kerelaan kerja para pegawai atau anggota organisasi
demi tercapainnya tujuan organisasi.38
36
Firman B. Aji & S. Martin Sirait, 1990,Perencanaan dan Evaluasi (suatu sistem untuk proyek
pembangunan),Bumi Aksara, Jakarta, hal. 26-29. 37
Sukarna, 1992,Dasar-Dasar Manajemen,Mandar Maju, Bandung, hal. 82.
38
F.X. Soedjati, 1996, O&M (Organization and Method) Penunjang Berhasilnya Proses
31
Dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang telah
ditetapkan terlebih dahulu, diperlukan adanya fungsiorganicmanajemen
yang ketiga yaitu fungsi penggerakan. Penggerakan (actuating)
merupakan esensi dari manajemen, dari situlah timbulnya kekuatan,
antusiasme, dan kemauan orang-orang dalam organisasi melakukan
tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi. Bahkan Terry menyatakan
bahwa suatu kesalah yang besar (serius) untuk menganggap rendah
pentingnya actuating dalam manajemen. Sebab, pada akhirnya pada
manusialah terletak suksesnya suatu organisasi.39
6. Elemen-elemen penggerakan
Menurut Joseph L. Massil Penggerakan itu berarti keseluruhan
cara-cara seorang pemimpin untuk mempengaruhi kegiatan bawahan.
Pertama-tama hal ini menyangkut penyampaian perintah yang jelas, komplit,
dan dalam batas-batas kemampuan bawahan untuk melaksanakannya. Kedua,
menyangkut kegiatan pelatihan bawahan yang berkesinambungan dimana
diberikan instruksi-instruksi sehingga mereka mampu untuk melaksanakan
tugas khusus dalam situasi yang ada. Ketiga, menyangkut motivasi para
karyawan untuk mencoba memenuhi harapan-harapan pimpinan. Keempat,
termasuk menjaga disiplin dan memberikan penghargaan bagi mereka yang
menjalankan tugasnya dengan baik.40
39
Susilo Martoyo, 1988, Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan Cet 1, BPFE,
Yogyakarta, hal. 115-116. 40
32
Kegiatan pelatihan dalam elemen-elemen penggerakan dapat
diberikan melalui kursus formal (selama mereka sangat partisipatif) atau
workshop. Sasaran dari pelatihan tersebut seharusnya adalah agar pada akhir
pelatihan mereka yang ikut serta dapat mengerti tentang:
1) Tujuan serta prinsip dari manajemen kinerja
2) Rangkaian aktifitas yang akan terjadi
3) Bagaimana melaksanakan atau ikut serta dalam proses berikut,
menyepakati tugas-tugas kunci, menetapkan sasaran, menyepakati
persyaratan mengenai keahlian, pengetahuan dan kompetensi,
menegevaluasi kinerja secara berkesinambungan, memberikan umpan
balik, memberikan konseling dan coaching, mempersiapkan rencana
kerja dan pengembangan.41Lebih jelas lihat gambar berikut:
Gambar 2.2
Elemen penggerakan
41
Surya Dharma, 2005, Manajemen Kinerja Falsafah Teori dan Penerapannya,Pustaka pelajar,
Yogyakarta, hal. 282-283.
Penyampaian Perintah yang jelas
Menjaga disiplin dan Memberikan penghargaan
Kegiatan pelatihan berkesinambungan
33
7. Pelayanan publikGood Governance
Menurut Mardiasmo yang dikutip Alwi Hasyim Batubara Good
Governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang
solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan
pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan
pencegahan korupsi baik secara politik maupun administrasi, menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi
tumbuhnya aktivitas usaha.
Karakteristik pelaksanaanGood Governancesebagai berikut:
1) Participation,Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan
yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas
dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara
konstruktif.
2) Rule of law,kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang
bulu
3) Transparency, Tranparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh
informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara
langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.
4) Responsiveness, lembaga-lembaga publik harus cepat tanggap dalam
melayanistakeholder
5) Consensus orientation, berorientasi pada kepentingan masyarakat yang
34
6) Equity, setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk
memperoleh kesejahteraan dan keadilan
7) Efficiency and effectiviness, pengelolaan sumber daya publik dilakukan
secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif)
8) Accountability, pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktifitas
yang dilakukan
9) Strategic vision, penyelenggara pemerintah dan masyarakat harus
memiliki visi jauh ke depan.42
8. Tujuan penggerakan
Secara umum tujuan pengarahan yang ingin dicapai pada setiap
sistem perusahaan maupun organisasi adalah sebagai berikut:
1) Menjamin kontinuitas perencanaan
Suatu perencanaan ditetapkan untuk dijadikan pedoman normatif dalam
pencapaian tujuan. Pelaksanaan kerja yang baik akan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu pengarahan dilakukan
untuk menjamin kelangsungan perencanaan, artinya perencanaan yang
telah ditetapkan walaupun mempunyai sifatflexible, namun prinsip yang
terkandung didalamnya harus tetap di jamin kontinuitasnya.
2) Membudayakan prosedur baku
Seperti telah didiskripsikan pada bab sebelumnya bahwa suatu prosedur
akan memberikan seperangkat petunjuk terinci untuk melaksanakan
urutan-urutan tindakan yang sering atau biasa terjadi. Dengan adanya
42
35
pengarahan diharapkan bahwa prosedur kerja yang telah ditetapkan dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya, sehingga lambat laun menjadi suatu
kebiasaan. Apabila sudah terbiasa dilaksanakan diharapkan dapat
membudaya di lingkungan sistem itu sendiri.
3) Menghindari kemangkiran yang tak berarti
Suatu kemangkiran dapat diberikan batasan sebagai kondisi dimana
seseorang yang tidak berada pada tempatnya diluar suatu penyebab yang
jelas dan tanpa pemberitahuan sebelumnya.
4) Membina disiplin kerja
Disiplin dapat diartikan sebagai suatu sikap mental yang menyatu dalam
kehidupan yang mengandung pemahaman terhadap norma, nilai, dan
peraturan dalam melaksanakan hak dan kewajiban kehidupan
5) Membina motivasi yang terarah
Aplikasi fungsi pengarahan juga mempunyai tujuan untuk membina
motivasi kerja para karyawan yang terarah.43 Dengan adanya motivasi
yang diberikan mempunyai maksud dan tujuan agar karyawan bisa
berprestasi dalam menjalankan pekerjaannya. Ada beberapa factor yang
mempengaruhi prestasi karyawan diantaranya, motivasi : manajer perlu
memiliki pemahaman orang-orang yang berperilaku tertentu agar dapat
mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan oleh
organisasi, kemampuan : individu dalam melaksanakan tugas-tugas yang
43
36
dibebankan kepadanya, pemahaman : individu tentang perilaku yang
diperlukan untuk mencapai prestasi yang tinggi.44
9. Prinsiphuman relations
Dalam perkembangannya konsep human relations mempunyai arti
penting dalam dunia manajemen. Perkembangan selanjutnya menunjukkan
bahwa agar para bawahan dapat digerakkan secara efektif, kondisi kerja yang
bersifat teknis fisik, meskipun harus memperhatikan pertimbangan lain yang
menyangkut harkat dan martabat manusia dalam organisasi.
Ada 10 konsephuman relationsdiantaranya:
1) Sinkronisasi antara tujuan organisasi dengan tujuan individu para
anggota organisasi yang bersangkutan.
Manusia mempunyai berbagai kepentingan dan kebutuhan yang tidak
lagi bisa dipuaskan dengan bekerja sendirian, melainkan dengan
menggunakan berbagai jalur organisasional.
2) Suasana kerja yang menyenangkan
Yang dimaksud dengan suasana kerja yang menyenangkan tidak terbatas
pada tersediannya sarana dan prasarana kerja yang bersifat fisik, tetapi
juga dalam arti sifat interaksi yang terjadi antara orang-orang dalam
satuan kerja yang terdapat dalam organisasi.
44
Ais Zakiyudin, 2013, Teori dan Praktik Manajemen (sebuah konsep yang aplikatif disertai
37
3) Hubungan kerja yang serasi
Hubungan yang bagaimana yang bersifat dominan dalam interaksi atasan
dan bawahan sesungguhnya sangat tergantung pada gaya manajerial yang
digunakan oleh manajer dalam organisasi.
4) Tidak memperlakukan bawahan sebagai mesin
Dalam kehidupan organisasional manusia ingin agar kepribadiannya
yang khas diakui, keinginannya diperhatikan, berbagai kebutuhannya
dipuaskan, dan potensi yang terkandung dalam dirinya diberi kesempatan
berkembang sehingga berubah menjadi kemampuan efektif.
5) Pengembangan kemampuan bawahan sampai tingkat yang maksimal
Dalam diri seseorang terdapat potensi yang belum sepenuhnya
dikembangkan dan dimanfaatkan maka dari itu pengembangan individu
perlu adanya yang dimualai dari diri sendiri dan dengan adanya
pendidikan serta latihan sebagai alat bantu.
6) Pekerjaan yang menarik dan penuh tantangan
Hal ini menjadi tantangan bagi para manajer dalam menggerakkan para
bawahan untuk menjadikan tugas-tugas rutin sekalipun menjadi tugas
yang penuh tantangan dengan melakukannya secara lebih baik, lebih
efisien, dan lebih ekonomis.
7) Pengakuan dan penghargaan atas prestasi kerja yang tinggi
Untuk mendorong kegairahan kerja di kalangan para bawahan, seorang
manajer hendaknya cepat mengakui dan menghargai prestasi kerja para
38
8) Tersediannya sarana dan prasarana kerja yang memadai
Pentingnya sarana dan prasarana kerja yang memadai tetap perlu
mendapat perhatian dedikasi, kemampuan kerja, keterampilan, dan niat
yang besar untuk mewujudkan prestasi kerja yang tinggi tidak akan besar
manfaatnya tanpa sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
9) Penempatan tenaga kerja yang tepat
Maksud dari tepat dalam penempatan tenaga kerja adalah yang sesuai
dengan bakat, kemauan, keahlian, keterampilan, dan pengalaman
seseorang.
10) Imbalan yang setimpal dengan jasa yang diberikan
Seseorang berkarya dalam organisasi dengan mengerahkan tenaga,
kemampuan, kemampuan, keahlian, keterampilan, waktu, dan
pengalamannya dalam melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan
kepadanya. Dengan berbuat demikian ia mengharap imbalan termasuk
imbalan berupa upah atau gaji.45
45
39
C. Perspektif Islam
1. Makna Perencanaan
Perencanaan syariah adalah amal atau pekerjaan dalam suatu
pekerjaan tertentu, yaitu mempersiapkan segala hal yang diperlukan dari awal
sampai dengan akhir pekerjaan, yang niat atau motivasi dan caranya sesuai
dengan “nilai-nilai syariah Islam”.46
Perencanaan atau planning adalah kegiatan awal dalam sebuah
pekerjaan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan itu
agar mendapat hasil yang optimal. Oleh karena itu, perencanaan merupakan
sebuah keniscayaan, sebuah keharusan di samping sebagai sebuah kebutuhan.
Segala sesuatu memerlukan perencanaan. Dalam suatu Hadits Rasulullah
SAW dijelaskan yang artinya:
“Jika engkau ingin mengerjakan sesuatu pekerjaan maka pikirkanlah akibatnya, maka jika perbuatan tersebut baik, ambillah dan jika perbuatan
itu jelek, maka tinggalkanlah.” (HR Ibnul Mubarak)
Dalam melakukan perencanaan, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan,
antara lain sebagai berikut:
a. Hasil yang ingin dicapai
b. Orang yang akan melakukan
c. Waktu dan skala prioritas
d. Dana (kapital)47
46
Muslim Kamil, 2014,”Perencanaan Syariah”,Esensi Jurnal Bisnis dan Manajemen,Vol. 4, No.
3, Desember 2014, hal. 77. 47
Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, 2003,Manajemen Syariah Dalam Praktik,Gema Insani
40
Dalam Islam, konsepsi perencanaan dengan berbagai variannya
dicanangkan berdasarkan konsep pembelajaran dan hasil musyawarah dengan
orang-orang yang berkompeten, orang yang cermat dan luas pandangannya
dalam menyelesaikan persoalan. Ketentuan ini bersandar pada petunjuk Allah
“Dan tidak kami mengutus sebelum engkau melainkan laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kamu kepada mereka yang berilmu (tentang nabi dan kitab), jika kamu tidak mengetahui”.(an-Nahl [16]: 43).48
Konsep bermusyawarah yang digunakan dalam setiap pencanangan
perencanaan urusan perang atau sipil menunjukkan indikasi yang kuat bahwa
kaum muslimin senantiasa membuat perencanaan atas segala sesuatu yang
akan dilakukan. Mereka saling bermusyawarah dan menentukan langkah yang
terbaik atas persoalan yang sedang dihadapi. Mereka sangat visioner dan
tidak buta dalam menentukan perencanaan strategis.49
2. Perencanaan dan Sunatullah.
Allah SWT. Menciptakan alam semesta dengan hak dan
perencanaan yang matang dan disertai dengan tujuan yang jelas. Perhatikan
firman Allah dalam Al-Qur’an surah Shaad:27,
Departemen Agama RI, 2002,Al-Qur’an dan Terjemahnya, PT. Sari Agung, Jakarta, hal. 509.
49
Ahmad Ibrahim Abu Sinn, 2006,Manajemen Syariah (sebuah kajian historis dan kontemporer),
41
Artinya: “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya itu sia-sia. Itulah persangkaan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir di neraka.” (Shaad:27).50
Makna batil ayat diatas adalah sia-sia tanpa tujuan dan
perencanaan. Perencanaan sesungguhnya merupakan aturan dan kegunaan
Allah. Segala sesuatu telah direncanakan, tidak tidak ada sesuatupun yang
tidak direncanakan. Jika Allah saja telah menyusun perencanaan dalam segala
sesuatu, maka kita pun harus menyusun perencanaan yang matang dalam
melakukan pekerjaan.
Konsep manajemen Islam menjelaskan bahwa setiap manusia
(bukan hanya organisasi) hendaknya memperhatikan apa yang telah diperbuat
pada masa yang telah lalu untuk merencanakan hari esok. Al-Qur’an telah
tegas menerangkan dalam surat al-Hasyr ayat 18 :
hendaklah (tiap-tiap) diri memperhatikan apa yang dipersiapkan untuk esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”(Al-Hasyr:18).51
Makna dari ayat diatas adalah kita tidak boleh diam dan jangan
diam. Rencanakanlah untuk melakukan suatu pekerjaan yang lain jika satu
pekerjaan telah diselesaikan. Jadi, sebuah masalah sebenarnya merupakan
50
Departemen Agama RI, 2002,Al-Qur’an dan Terjemahnya, PT. Sari Agung, Jakarta, hal.
902-903 51
42
sesuatu yang pasti akan ada dalam setiap kehidupan, setiap waktu, dan setiap
keadaan.
Perencanaan sesungguhnya merupakan aturan dan kegunaan Allah.
Segala sesuatu telah direncanakan, tidak ada sesuatu pun yang tidak
direncanakan. Bahkan usia manusia juga direncanakan. Jika Allah saja telah
menyusun perencanaan dalam segala sesuatu, maka kita pun harus menyusun
perencanaan yang matang dalam melakukan pekerjaan.52
Soejitno Irmin dalam buku kepemimpinan melalui Asmaul Husna
menafsirkan surat al-Hasyr tersebut bahwa: Allah sebagai pencipta, Allah
sebagai perencana semua makhluk ciptaannya, Allah adalah maha
merencanakan, al-Bari, sifat tersebut jika diamalkan secara substantif
seharusnya menjadi inspirasi bagi umat Islam terutama para manajer atau
pemimpin. Karena pada dasarnya manajer atau pemimpin yang harus
mempunyai banyak konsep tentang manajemen termasuk didalamnya
perencanaan. Pemimpin yang baik adalah yang mempunyai visi dan misi, dan
membangun kedua hal tersebut agar berjalan sesuai dengan tujuan bersama.
Visi dan misi merupakan hasil dari perencanaan yang baik dan matang.
Qurais Shihab dalam tafsir “al-Misbah”, dari ayat tersebut
mengenai perencanaan beliau mengatakan bahwa kata wantandur’ nafsun
maa koddamat li ghodin mempunyai arti bahwa manusia harus memikirkan
terhadap dirinya dan merencanakan dari segala apa yang menyertai perbuatan
selama hidupnya, sehingga ia akan memperoleh kenikmatan dalam kehidupan
52
Didin Hafidhuddin Dan Hendri Tanjung, 2003, Manajemen Syariah Dalam Praktik, Gema
43
ini. Jika proses perencanaan telah dilakukan oleh Allah semenjak penciptaan
manusia.53
dalam skripsi Nur Laili Elisa menurut pendapat Sayyid Quthb di
dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an, menyatakan bahwa. Ungkapan kalimat diatas
memiliki nuansa dan sentuhan yang lebih luas dari pada lafadznya sendiri.
Kalimat diatas hanya dengan sekedar terlintas dalam hati saja, terbukalah
dihadapan manusia lembaran amal-amalnya bahkan lembaran seluruh
kehidupannya. Manusia pasti akan mengarahkan pandangannya kepada
segala kata-katanya untuk merenungkan dan membayangkan hisab amalnya
beserta perinci-perinciannya satu per satu guna melihat dan mengecek apakah
yang telah dia persiapkan untuk menghadapi hari esok.54
3. Pelaksanaan dalam Al-Qur’an
Menurut Hadari Nawawi bimbingan berarti memelihara, menjaga
dan menunjukkan organisasi melalui setiap personal, baik secara struktural
maupun fungsional, agar setiap kegiatan tidak terlepas dari usaha mencapai
tujuan. Dalam realitasnya, kegiatan bimbingan dapat berbentuk sebagi
berikut:
a. Memberikan dan menjelaskan perintah
b. Memberikan petunjuk melaksanakan kegiatan
53Muslim Kamil, 2014,”Perencanaan Syariah”,
Esensi Jurnal Bisnis dan Manajemen,Vol. 4, No. 3, Desember 2014, hal. 82
54
Nur Laili Elisa, 2014, “Proses Perencanaan Program Kerja Di Unit Pengelola Budidaya Air