• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POCKET BOOK REALISTIK DENGAN MATERI OPERASI DAN FAKTORISASI BENTUK ALJABAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POCKET BOOK REALISTIK DENGAN MATERI OPERASI DAN FAKTORISASI BENTUK ALJABAR."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA POCKET BOOK REALISTIK DENGAN

MATERI OPERASI DAN FAKTORISASI BENTUK

ALJABAR

SKRIPSI

Oleh :

INDRA DWI RAHMA WATI NIM D04211026

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PMIPA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

PENGEM BANGA N M EDIA PEM BELAJARA N MATEMATIKA POCKET BOOK REA LISTIK DENGA N MATERI OPERASI DAN

FAKTORISASI BENTUK A LJA BA R

Oleh :

INDRA DWI RA HMA WATI ABSTRAK

Penelit ian ini dilatarbela kangi oleh banyaknya siswa yang masih belu m b ias me manfaatkan sumber bela jar yang mere ka miliki dan rendahnya kema mpuan pe maha man konsep siswa.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk med ia ajar berbasis PMRI yang dapat me mbantu siswa dala m me mpe la jari mate mat ika SMP/MTs ke las VIII semester ganjil pada materi operasi dan faktorisasi bentuk aljabar mela lui media pock et book yang

berkualitas berdasarkan kelayakan isi, criteria kontekstual,

penggunaan bahasa, criteria penyajian, dankreteria kegra fikkan. Penelitan in i merupakan penelit ian pengembangan yang mengacu pada model ADDIE yang terdiridari 5 tahap yaitu analysis

(analisis), design (rancangan), development (pengembangan),

implementation (penerapan), dan evaluation (evaluasi). Penelitian in i dila kukan di MTsN Sidoarjo ke las VIII A.

Berdasarkan hasil validasioleh para ahli, dapat dikatakan bahwa media pock et book termasuk dalam katagori valid dengan nila i 3,2. Berdasarkan hasil validasi secara umu m dan hasil ujicoba (hasil pekerjaan siswa dalam pock et book) dapat dikatakan praktis semua validator menyatakan layak d igunakan di lapangan dengan sedikit revisi, sedangkan berdasarkan hasil pekerjaan siswa dala m pock et book , mendapat presentase lebih dari 75% .Pock et book juga mendapat respon positif dari siswa mendapat presentase 77,05% dan ketuntasan hasil belaja r sebesar 90% dikatakan efe ktif. Dengan demikian med ia pock et book yang dike mbangkan dapat dikatakan baik, ka rena me menuhi kriteria valid, pra ktis, dan efe ktif.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DA LAM ...i

PERSETUJUAN PEM BIM BING SKRIPSI ...ii

LEM BA R PENGESA HAN ... iii

PERNYA TAAN KEA SLIAN TULISAN...iv

HALAMAN PERSEM BA HAN ...v

MOTTO...vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR GAM BAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

(8)

A. Latar Be la kang ...1

B. Ru musan Masalah ...3

C. Tujuan Penelit ian ...4

D. Spesifikasi Produk Yang dike mbangkan ...4

E. Manfaat Penelit ian...5

F. Batasan Penelitian ...5

G. Definisi Operasional ...5

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ...7

A. Media Pe mbela jaran ...7

B. Media Pock et Book dalamPe mbela jaran ...12

C. Pendidikan Mate matika Rea listik Indonesia (PM RI)...14

D. Kriteria Media Pe mbela jaranPock et Book yang Baik ...16

E. Pengembangan Model ADDIE...19

F. MateriOperasidanFaktorisasiBentukAljabar...24

BAB III: M ETODE PENELITIAN...33

A. Jenis Penelit ian...33

B. Tempat danWaktu Penelitian ...33

C. Subjek Penelitian ...33

D. Model Pengembangan ...33

E. Instrumen Penelitian ...35

F. Teknik Pengumpulan Data ...36

G. MetodeAnalisis Data...37

BAB IV: HASIL PENELITIAN ...43

A. Proses Mengembangakn Media Pock et Book berbasis PMRI43 1. Deskripsi Waktu Pengembangan Media Pe mbe laja ran Pock et Book ...43

2. Analysis (Tahap Analisis) ...45

3. Design (Perencanaan) ...50

4. Development (TahapPengembangan)...53

5. Implementation (Tahap Penerapan)...63

(9)

B. Kevalidan Media Pock et Book Berbasis PMRI...65

C. Keprakt isan Pengembangan Media Pock et Book Berbasis PMRI ...69

D. Efekt ifitas Penggunaan Media Pocket book Berbasis PMRI 73 BAB V: KESIMPULAN DA N SA RAN ...77

A. Kesimpulan ...77

B. Saran ...77

DAFTAR PUSTA KA ...78

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Be laja r adalah suatu proses yang komple ks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti1. Setiap manusia pasti me miliki ke ma mpuan dan keinginan untuk belajar baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain. Bela jar tida k hanya berlangsung disekolah dan di ke las saja, belaja r dapat terjadi dimana saja sela ma ada bahan ajar dan siswa merasa nyaman. Maka dari itu belaja r me rupakan keg iatan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari2.

Salah satu hal yang sangat penting dalam proses belajar adalah sumber belaja r, karena dengan sumber belaja r dapat mena mbah atau me mbe rikan pengetahuan yang akan dipelajari. Su mber be laja r yang dimaksud dapat berupa benda nyata seperti med ia atau alat bantu dan sesuatu yang dapat dirasakan yaitu pengalaman3. Na mun, masih banyak siswa yang belum bisa memanfaat kan sumber belajar yang me reka miliki seperti LKS dan buku paket. Hal ini bisa jadi dikarena kan sumber belajar yang mereka miliki belu m bisa me mbuat siswa tertarik untuk me mperla jarinya atas kemauan me reka sendiri.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di MTsN Sidoarjo terlihat bahwa sebagian besar siswa dalam proses pembela jaran teruta ma pada saat pembela jaran mate matika siswa tidak me mbawa buku paket yang telah disediakan sekolah dengan alasan buku paket yang telah disediakan sangat berat untuk dibawa ke mana-mana. Sela in buku paket, siswa juga menerima LKS dari sekolah. Na mun, mere ka juga mengungkapkan bahwa penyajian dala m LKS kurang menarik dan materi da la m LKS kurang lengkap. Sehingga mere ka me rasa sulit dala m menyelesaikan permasalahan

1 Arief S. Sadiman,dkk. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya.(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2008).hlm.2

2Mudjiman,Haris.Belajar Mandiri (Self-Motivated Leraning). Surakarta: LPP UNS dan UNS Press, cetakan, 2 April 2009.Hlm.7.

3Muslimah.”Pengembangan Pocket Book Sebagai Media Belajar Mandiri Bahasa Arab

(11)

2

mate mat ika yang ko mpleks dikarenakan sumber bela jar yang kurang mendukung.

Sela in masalah sumber bela jar, masalah uta ma ya ng sering

dihadapi dala m pendidikan mate mat ika adalah rendahnya

ke ma mpuan pemaha man konsep siswa. Hal ini diperkuat dengan pendapat Silver yang menyatakan bahwa pada umu mnya dala m pembela jaran mate matika, siswa hanya menonton bagaimana guru mende monstrasikan penyelesaian soal-soal mate mat ika di papan tulis dan siswa hanya menyalin apa yang telah dituliskan oleh guru. Hal serupa dike mukakan o leh Senk dan Thompson bahwa dala m kelas

tradisional u mu mnya guru-guru menje laskan pe mbela jaran

mate mat ika dengan mengungkapkan rumus -ru mus dan dalil-dalil mate mat ika terleb ih dahulu baru siswa berlatih dengan soal-soal yang disediakan4.

Cara pe mbela jaran seperti itu terlihat pada pembelaja ran mate mat ika yang khususnya pada materi operasi dan faktorisasi bentuk aljabar. Aljabar merupakan bahasa simbol dan relasi. Aljabar digunakan untuk me mecah kan masalah sehari-hari. Dengan bahasa simbol, dari re lasi-re lasi yang muncul, masalah-masalah yang dipecahkan secara sederhana. Bahkan untuk ha l-hal tertentu ada algorit ma -algorima yang mudah diikuti dala m rangka me mecahkan masalah simbolik itu, yang pada saatnya nanti dike mbalikan kepada masalah sehari-hari. Jadi bela jar a ljabar bukan semata-mata be laja r tentang keabstrakannya, mela inkan belaja r tentang pemecahan masalah sehari-hari.5

Sela in itu dala m proses pembelaja rannya g uru

me mpe rkena lkan konsep operasi dan faktorisasi bentuk aljabar hanya sebatas rumus-rumus umu m saja. Ja rang ditemu kan guru menya mpaikan konsep operasi dan faktorisasi bentuk aljabar secara keseluruhan dengan melibatkan konsep mate matis yang lain. Sedangkan dalam sumber belajar, materi operasi dan faktorisasi bentuk aljabar masih belu m sepenuhnya dikait kan dengan pengalaman sehari-hari dan penjelasannya masih berbentuk rumus umu m saja. Oleh karena itu, d ibutuhkan sebuah media yang dapat

4T urmudi.Pembelajaran Matematika Kini dan Kecenderungan Masa

Mendatang.(dipublikasikan dalam Buku Bunga Rampai Pembelajaran MIPA, JICA, FPMIPA.2010).hlm.3

5

(12)

3

mengait kan dengan pengalaman sehari-hari sehingga anak mudah me maha mi materi.

Tujuan pembelaja ran yang diinginkan tentu yang optima l. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik dala m proses belajar mengajar agar pe mahaman konsep siswa dalam belajar lebih baik. Menurut Van de Henvel-Panhuizen, “bila anak belajar mate matika terpisah dari pengala man mere ka sehari-hari, ma ka anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan

matematika”6

. Sa lah satu pembela jaran mate mat ika yang berorientasi pada matemat is pengalaman sehari-hari dan menerapkan mate matika dala m kehidupan sehari-hari adalah Pendidikan Mate matika Realistik Indonesia (PMRI) atau dikena l dengan RME (Realistic Matematics Education).

Berdasarkan uraian-ura ian diatas, media pe mbela jaran yang ingin dike mbangkan adalah media berupa buku ajar yang ukurannya dibuat seperti buku saku (pock et book)yang dirancang dalam bentuk praktis dan sederhana, mudah dibawa ke mana-mana, ga mbar-gamba r yang menarik dan kata-kata yang menarik. Meskipun pock et book sudah beredar dikalangan masyarakat namun dalam penyusunannnya hanya berupa ringkas an rumus secara umu m saja. Sedangkan dala m pengembangan media yang digunakan peneliti yaitu menggunakan pendekatan PMRI dimana siswa me maha mi materi yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berka itan dengan lingkungan pribadi, aga ma , sosial, ekono mi, maupun kultura l. Med ia pock et book berfokus pada materi operasi dan fa ktorisasi bentuk aljabar.

Berdasarkan latar bela kang diatas, maka penelit i tertarik utuk menge mbangkan med ia pocket book materi operasi aljabar dengan pendekatan Pendidikan Mate matika Realistik Indonesia (PM RI)

me la lui penelitian yang berjudul “Penge mbangan Me di a

Pembelajar an Mate matika Pocket Book Realistik dengan Materi Operasi dan Faktorisasi Bentuk Aljabar”.

B. Rumusan Masal ah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, ma ka ru musan masalah yang dike muka kan oleh peneliti adalah :

6Hariyati.Pengembangan Materi Luas Permukaan dan Volume Limas yang Sesuai dengan

(13)

4

1. Bagaimana proses mengembangkan med ia pe mbela jaran

mate mat ika pock et book realistik dengan pokok bahasan operasi dan faktorisasi bentuk aljabar?

2. Bagaimana kriteria kevalidan med ia pe mbelaja ran mate matika

pock et book realistik dengan pokok bahasan operasi dan

faktorisasi bentuk aljabar?

3. Bagaimana kepra ktisan med ia pembela jaran mate matika pock et book realistik dengan pokok bahasan operasi dan faktorisasi bentuk aljabar?

4. Bagaimana e fekt ifitas pembe laja ran menggunakan med ia

mate mat ika pock et book realistik dengan pokok bahasan operasi dan faktorisasi bentuk aljabar?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini be rtujuan : 1. Untuk mengembangkan media pe mbe laja ran mate matika pock et

book realistik dengan pokok bahasan operasi dan faktorisasi bentuk aljabar.

2. Untuk mengetahui kevalidan media mate mat ika pock et book realistik dengan pokok bahasan operasi dan faktorisasi bentuk aljabar

3. Untuk mengetahui keprakt isan media mate matika pock et book realistik dengan pokok bahasan operasi dan faktorisasi bentuk aljabar

4. Untuk mengetahui efektifitas pembela jaran menggunakan media

mate mat ika pock et book realistikdengan pokok bahasan operasi dan faktorisasi bentuk aljabar?

D. Spesifikasi Produk Yang dike mbangkan

1. Pock et book merupakan media cetak berupa buku ajar

berukuran A6

2. Pock et book berisi uraian materi operasi dan faktorisasi bentuk aljabar untuk SMP/MTs kelas VIII se mester ganjil, dilengkapi Mini Lab, ga mbar nyata, dan contoh masalah.

3. Pock et book me menuhi standart penyusunan bahan ajar

berbasis PMRI

(14)

5

E. Manfaat Pe nelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini antara lain sebagai berikut:

1. Bagi penelit i

Menambah pengetahuan tentang dunia pendidikan serta melat ih peneliti da la m menulis buku

2. Bagi guru

a. Sebagai media pe mbela jaran mate mat ika dala m

menya mpaikan materi

b. Dapat dijadikan variasi pe mbela jaran dan meningkat kan kreativ itas pengajar.

3. Bagi siswa

Dapat me mpermudah pe maha man mengenai materi operasi dan faktorisasi bentuk aljabar

4. Bagi penelit i lain

Sebagai inspirasi dala m menge mbangkan sebuah media cetak.

F. Batasan Pe nelitian

Agar pembahasan tidak menyimpang dari tujuan maka dila kukan pembatasan masalah-masalah yang akan dibahas oleh penulis sebagai berikut :

1. Penelit ian dilaku kan pada siswa kelas VIII-A MTs Negeri

Sidoarjo.

2. Materi yang dilaku kan penelitian pengembangan med ia pock et book adalah operasi dan faktorisasi bentuk aljabar yang me liputi : mengenal bentuk aljabar, penjumlahan dan pengurangan aljabar, perkalian a ljabar, fa ktorisasi aljabar, pe mangkatan bentuk aljabar, pembagian aljabar, dan menyederhakan bentuk aljabar.

3. Penelit ian in i dila kukan pada 31 siswa

G. Definisi oper asional

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dan mewujudkan kesatuan pandangan dan kesamaan pemikiran, ma ka perlu didefinisikan istilah yang digunakan dala m penelitian ini, yaitu :

1. Media pembe laja ran adalah segala sesuatu yang dapat

(15)

6

efesien dan efektif.7 Dala m penelit ian ini menggunakan media cetak.

2. Proses pengembangan media cetak pock et book merupakan

salah satu proses unuk mengembangkan atau menghasilkan med ia berupa buku yang baik me la lui prosedur penelitian pengembangan model ADDIE dengan beberapa tahap antara lain : 1) Analysis (Pendefinisian) ,2) Design (Perencanaan), 3)

Development (Pengembangan), 4) Implementation (Penerapan),

dan5) Evaluation (Evaluasi).

3. Pendidikan Matemat ika Realistik Indonesia (PMRI) adalah

suatu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan masalah kontekstual untuk mengarahkan siswa dalam me maha mi suatu konsep matemat ika .

4. Media Pock et Book merupakan med ia cetak yang berukuran A6

(105 mm x 148 mm), yang mudah dibawa ke mana-mana dengan desain yang menarik. Media Pock et Book ini d isusun menggunakan pendekatan PMRI (Pendid ikan Mate mat ika Realistik Indonesia).

5. Media pock et book realistik merupakan buku a jar yang

berukuran kecil yang sengaja dike mbangkan dengan mencakup seluruh prinsip dan karakteristik pendekatan PMRI dida la mnya dan dirancang sebagai media pembe laja ran, sehingga dapat menge mbangkan ke ma mpuan penalaran kreativitas dan ke ma mpuan ko munikasinya sesuai dengan cara masing-masing. 6. Media pock et book dikatakan valid jika rata-rata total dari hasil penilaian dari para validator termasuk kriteria va lid atau sangat valid

7. Media pock et book dikatakan praktis jika para validator

menyatakan bahwa media tersebut dapat digunakan di lapangan dengan sedikit rev isi atau tanpa revisi

8. Media pock et book tergolong efektif jika dala m hasil uji coba di lapangan didapatkan respon dari siswa dan rata-rata hasil belajar siswa me menuhi batas ketuntasan.

9. Aljabar adalah cabang mate matika yang dapat dicirikan sebagai

generalisasi dari bidang arit matika, yang terdapat pada salah satu materi d i SM P/MTs kelas VIII semester ganjil.

7
(16)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Me dia Pe mbel ajaran

1. Pengertian Media Pe mbe laja ran

Media sendiri berasal dari bahasa latin dan merupakan

bentuk jamak dari kata mediu m yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar1. Da la m bahasa Arab, med ia adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media jika dipaha mi secara garis besar adalah menusia, materi, atau ke jadian yang ma mpu

me mbuat siswa ma mpu me mperoleh pengetahuan,

ketera mpilan, atau sikap2.

Newby dkk mengatakan bahwa media pe mbelaja ran

adalah peralatan untuk menyediakan lingkungan belajar yang kaya tentang rangsangan atau dorongan (misalnya mu ltimedia, video, teks, dan benda asli). Scan land ju ga me mberikan definisi tentang media pe mbela jaran me liputi se mua bahan dan peralatan fisik yang digunakan instruktur untuk melasanakan pembela jaran dan me mfasilitasi prestasi peserta didik. Sedangkan Gba manja juga me mberikan pengertian media pembela jaran adalah perangkat apa saja dengan konten atau fungsi pembelaja ran yang digunakan untuk tujuan pengajaran, termasuk buku, bahan tambahan bacaan, audiovisual, dan bahan sensorik la innya, script untuk pembela jaran me la lui radio dan telivisi, progra m perangkat materi pe mbela jaran yang

diatur dan dike lola mela lui ko mputer3. Dari pendapat

diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian media pe mbe laja ran adalah semua peralatan fisik, bahan, atau perangkat yang dapat menya mpaikan pesan,me rangsang fikiran, perasaan, dan ke mauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar mengajar. Sehingga pengertian media pembe laja ran

1

Wina,Sanjaya.Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.(Jakarta:Kencana.2011).cet 4.hlm 204 2

Arsyad,Azhar.Media Pembelajaran.(Jakarta:Rajawali Pers.2009).hlm.3

3Nurdin Ibrahim.Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran Disesuaiakan dengan Kurikulum

(17)

8

mate mat ika ada lah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar mate matika sebagai perantara atau alat bantu dalam menciptakan pe mbe laja ran yang menarik.

2. Fungsi Media Pe mbela jaran

Menurut Wina Sanjaya fungsi dari media

pembela jaran antara la in:4 (1) menetapkan suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu; (2) me man ipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu; (3) mena mbah gairah dan motivasi belaja r siswa; dan (4) media pe mbelaja ran me miliki nila i pra ktis.

Menurut Azhar Arsyad fungsi utama media

pembela jaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut me mpengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Sedangkan menurut Ha ma lik bahwa pemaka ian media pe mbe laja ran dala m proses belajar mengaja r dapat me mbangkitkan ke inginan dan minat yang baru, me mbangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan me mbawa pengaruh -pengaruh psikologis terhadap siswa5.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa fungsi media pe mbela jaran secara umum berfungsi untuk mengatasi hambatan dala m ko munikasi, keterbatasan fisik dala m ke las, dan sikap pasif siswa sehingga dapat me mbangkitkan mot ivasi dan merangsang anak untuk belajar. 3. Kriteria Pe milihan Media Pe mbe laja ran

Sehubungan dengan penggunaan media da la m kegiatan pembe laja ran, para tenaga pengajar atau guru perlu cermat dala m pe milihan dan atau penetapan media yang akan digunakannya. Kecermatan dan ketepatan dalam pe milihan med ia a kan menunjang efekt ivitas kegiatan pe mbela jaran yang dila kukannya.

Tiare da la m A ma ldino, Lowther, dan Russell

me mbe rikan petunjuk te knis dala m me milih media

pembela jaran yang sesuai sebagai berikut6: (1) Sea rah dengan standart, tujuan pembelaja ran (u mu m dan khusus), (2)

4Wina Sanjaya. Op.Cit.,hlm208-209 5

(18)

9

Kesesuaian umur dan ke ma mpuan bahasa, (3) Tingkat ke menarikkan dan keterlibatan jika media itu digunakan, (4) Kualitas teknis yang meruju k pada keterjangkauan media yang dipilih, (5) Ke mud ian penggunakan dan pengoperiannya, (6) Bebas biaya; termasuk gender, suku, ras, agama , dan letak geografis, (7) Dilengkapi dengan petunjuk penggunaanya

Selanjutnya, Sen me mberikan lima petunjuk yang perlu diperhatikan dala m pe milihan media pe mbela jaran, yakni7: (1) Me mperhatikan tujuan penggunaan media, (2) Menentukan domain mana yang perlu diarah kan : kognitif, afektif, dan psiko motor, (3) Me mperhatikan berbagai faktor yang me mpengaruhi pemilihan media , (4) Menyele ksi media pembela jaran yang sesuai.

Berdasarkan teori-teori d iatas dapat disimpulkan bahwa kriteria pe milihan med ia pembe laja ran yaitu : (1) media yang dipilih harus sesuai dengan tujuan dan materi pela jaran; (2) guru harus mengenal ciri-ciri dan tiap-tiap media pembela jaran; (3) pe milihan med ia untuk meningkat kan efektiv itas belajar siswa; (4) pe milihan media harus me mpe rtimbangkan biaya pengadaan, ketersediaan bahan med ia, mutu med ia, dan lingkungan fisik te mpat siswa belaja r. Pe milihan media yang kurang tepat akan menghambat proses pembela jaran ,begitu juga sebaliknya pemilihan media yang tepat akan me mbantu me mpermudah dan me mperoleh tujuan dari proses pembelaja ran.

4. Kriteria dan Macam-Maca m Media Pe mbe laja ran

Adapun Klasifikasi dan maca m-maca m media

pembela jaran menurut Rudy Brets, ada 7 (tujuh) klasifikasi med ia, yaitu8: (1) Media audiov isual gerak, seperti pita vid io, (2) Media audiovisual dia m, seperti film rangkai suara, (3) Audio semi gera k, seperti tulisan yang bersuara, (4) Media visual bergerak, seperti film b isu, (5) Media visual d ia m, seperti hala man cetak, dan foto, (6) Media audio, seperti radio dan telepon, (7) Media cetak, seperti buku, modul, dan bahan ajar mandiri.

7

(19)

10

Pengelompokkan media juga dike muka kan oleh Anderson, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1

Pengelompokkan me di a yang dikemukakan oleh Anderson KELOMPOK

MEDIA

MEDIA INSTRUKS IONAL

Audio - Pita audit (rol atau kaset)

- Piringan audio

- Radio (re ka man siaran)

Cetak - Buku te ks terprogram

- Buku pegangan/ manual

- Buku tugas

Audio-cetak - Buku latihan dilengkapi

kaset

- Ga mbar/poster (dilengkapi

audio)

Proyek v isual dia m - Film bingka i (slide) suara

- Film rangka i (berisi pesan verbal)

Proyek v isual dia m dengan audio

- Film bingka i (slide) suara

- Film rangka i suara

Visual gera k - Film bisu dengan judul

Visual gera k dengan audio

- Film suara

- Vid io/vcd/dvd

Benda - Benda nyata

- Model tiruan

Ko mputer - Media berbasis CAI dan

(20)

11

Berdasarkan maca m-maca m med ia pe mbela jaran dapat disimpulkan bahwa kenyataan di masa sekarang masyarakat banyak tertarik oleh media e lekt ronik yang lebih modern, namun media cetak tidak akan ditinggalkan sebagai sarana pembela jaran. Ha l in i dikarena kan media cetak da la m berbagai bentuk dapat dikirim ke te mpat terpencil, dan dapat digunakan atas dasar pembelajaran mandiri. Onaya mengatakan yang intinya med ia cetak merupakan media tertua dala m pendidikan, yang berguna untuk mencapai tujuan informasi atau motivasi.

5. Media Ceta k

Media cetak adalah med ia visual yang pembuatannya me la lui proses pencetakan. Madia yang berbasis cetakan menuntut enam e le men yang perlu diperhatikan pada saat me rancang, yaitu konsisten format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong. Jenis media cetak ini diantaranya adalah buku teks, modul, buletin, ma jalah, dan bahan pengajaran terprogram.

Beberapa cara yang digunakan untuk menarik perhartian pada med ia berbasis teks adalah warna, huruf, dan kotak. Warna yang digunakan sebagai alat penunt un dan penarik perhatian kepada info rmasi yang penting, misalnya kata kunci dapat diberi tekanan dengan cetakan warna merah. Selanjutnya, Huruf yang dicetak tebal atau dicetak miring me mbe rikan penekanan pada kata kunci atau judul. Informasi penting dapat pula diberi tekanan dengan menggunakan kotak. Penggunaan garis bawah sebagai alat penuntun sedapat mungkin dih indari karena me mbuat kata itu sulit d ibaca9.

Media cetak ini me megang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media cetak dapat me mpe rlancar pemaha man dan me mperkuat ingatan. Agar menjadi efe ktif, med ia cetak sebaiknya ditempatkan pada konteks yang berma kna dan siswa harus berinteraksi dengan visual

9Yuyus, Suherman.Pengembangan Media Pembelajaran Bagi

(21)

12

(image)itu untuk meyakinkan terjad inya proses informasi. Bentuk visual bisa berupa (a) ga mbar representasi seperti gambar, lukisan, atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sesuatu benda; (b) diagra m yang me lukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi materi; (c) peta yang menunjukkan hubungan -hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi materi; (d) gra fik seperti tabel, grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan ga mbaran/ kecenderungan data atau anatar hubungan seperangkat gambar atau angka-angka10.

Menurut Arsyad, media cetak me mpunyai beberapa

keleb ihan dan kele mahan dala m pe mbela jaran,

yaitu11:Ke lebihan med ia cetak : (1) dapat menyajikan pesan atau informasi dala m ju mlah yang banyak; (2) dapat dipelajari oleh siswa sesuai dengan kebutuhan dan minat; (3) dapat dipelaja ri kapan dan diaman saja karena mudah dibawah dan akan lebih menarik apabila dilengkapi dengan gambar dan warna, dan perbaikan mudah dilakukan.

Kele mahan med ia cetak adalah proses pembuatannya me mbutuhkan wa ktu yang cukup lama , bahan cetak yang tebal mungkin dapat me mbosankan dan me matikan minat siswa untuk me mbacanya, apabila jilid dan kertasnya jelek bahan cetak akan mudah rusak dan robek.

B. Me dia Pocket Book dal am Pe mbelajar an

Salah satu media cetak dalam dunia pendidikan yaitu Pocket Book (Buku Sa ku). Pock et Book (Buku Saku) merupakan med ia cetak yang berukuran kecil. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, “buku saku adalah buku berukuran kecil yang dapat disimpan dalam saku dan mudah dibawa ke mana-mana”. Menurut kamus Eccharta dictionary, pock et book adalah buku kecil yang mudah dibawa ke mana-mana. Seh ingga disimpulkan Pock et Book merupakan buku

10

Ibid,.hlm 73

11Nurul Hidayati Dyah Sulistyani,dkk.2013.”Perbedaan Hasil Belajar Siswa antara

(22)

13

dengan ukuran yang kecil, ringan, bisa disimpan di saku dan praktis untuk dibawa serta dibaca12.

Pock et Book digunakan sebagai alat bantu yang menyampaikan informasi tentang materi pe laja ran danlainnya yang bersifat satu arah, sehingga bisa mengembangkan potensi peserta didik menjad i pembela jar yang mandiri. pock et book disajikan dengan materi yang singkat tapi jelas, perumusan contoh dan soal untuk me mpermudah siswa dalam me maha mi materi yang disampaikan, serta evaluasi dan kunci ja waban yang digunakan bagi siswa untuk me latih ke ma mpuannya dalam bidang mate matika.

Fungsi dari pock et book yaitu : 1) fungsi atensi, media pock et

book dicetak dengan kemasan kecil, full colour, dan gambar-gamba r

yang mendukungsehingga dapat menarik perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi materi yang tertulis didalamnya, 2) fungsi afektif, penulisan ru mus pada media pock et book dan terdapat gambar pada keterangan materi sehnigga dapat meningkatkan kenikmatan siswa dalam be laja r, 3) fungsi kognitif, penulisan ru mus dan gambar dapat me mperje las materi yang terkndung didala m

pock et book sehingga dapat memperlancar pencapaian tujuan

pembela jaran, 4) fungsi ko mpensatoris, penulisan materi pock et book yang singkat dan jelas dapat me mbantu siswa yang le mah me mbaca untuk me maha mi materi dala m teks dan mengingatnya kembali, 5) fungsi psikomotoris, penulisan materi pock et book yang singkat dan jelas dapat me mpermudah siswa untuk menghafalkannya, dan 6) fungsi evaluasi, penilaian ke ma mpuan siswa dala m pe maha man materi dapat dilaku kan dengan mengerja kan soal-soal evaluasi yang terdapat pada pock et book13.

Manfaat pock et book dalam proses pembelaja ran, yaitu14: 1)

penyampaian materi dengan menggunakan pock et book dapat

diseragamkan, 2) proses pembelajaran men jadi lebih je las, menyenangkan, dan menarik karena desainnya dicetak menarik dengan full colour dan berbagai gambar yang mendukung sehingga menu mbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar, 3) efisien dala m wa ktu dan tenaga karena pock et book ini

12Ibid,.hlm 164. 13

(23)

14

dicetak dengan ukuran yang kecil sehingga dapat dibawa untuk dipelaja ri dimana saja dan kapan saja, 4) penulisan materi dan rumus yang singkat dan jelas

C. Pendi dikan Mate matika Re alistik Indonesia (PMRI)

Menurut Soedjadi mengatakan PMRI pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk me mpe rlancar proses pembelaja ran mate mat ika sehingga dapat

mencapai tujuan pendidikan mate matika yang lebih baik15.

Sedangkan menurut Van de Heuvel-Panhuizen mengatakan PMRI adalah pembela jaran mate matika yang mengacu pada kontruktivis sosial dan dikhususkan pada pendidikan mate matika.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa PMRI adalah suatu pendekatan pembelaja ran yang diawali dengan masalah kontekstual untuk mengarahkan siswa da la m me maha mi suatu konsep mate mat ika .

Karena PM RI mengacu pada RM E yang dike mbangkan di Be landa, ma ka prinsip PM RI sama dengan ketiga prinsip RM E yang dike mu kakan oleh Grave meijer dala m buku Siswono PMRI me miliki tiga prinsip utama antara lain 16:

1. Menemukan ke mbali (Guided Reinvention)

Pe mbela jaran dimu la i dengan suatu masalah

kontekstual atau realistik yang selanjutnya mela lui aktifitas siswa, siwa d iberikan kesempatan untuk mengala mi sendiri proses yang sama saat mate matika dite mu kan.

2. Fenomena dida ktik (Didactical Phenomenology)

Aspek atau topik dala m mate mat ika te rkonsep saling berkaitan satu sama la in sehingga siswa dapat melihat hubungan antara materi-materi itu dengan masalah kontekstual yang mendidik.

3. Pengembangan model sendiri (Self-developed Models)

Kegiatan in i berperan sebagai je mbatan anatara pengetahuan informa l dan mate matika forma l. Model dibuat siswa sendiri dala m me mecahkan masalah.

15

Asikin.Realistics Mathematics Education(RME):Sebuah Harapan Baru dalam Pembelajaran Matematika.Makalah Seminar. Disajikan pada Seminar Nasional RME di UNESA.2001.hlm.1

(24)

15

Adapun karakteristik dala m pendekatan PMRI ya itu menurut de Lange ada lima ka rakteristik da ri PM RI antara la in17:

a. Menggunakan masalah kontekstual. Masalah kontekstual

sebagai aplikasi dan sebagai titik tola k darimana mate mat ika yang diinginkan dapat muncul

b. Menggunakan model atau je mbatan dengan instrumen

vertika l. Perhatian diarah kan pada pengembangan model, skema dan simbolisasi dari pada hanya mentransfer ru mus atau mate matika forma l secara langsung

c. Menggunaan kontribusi murid. Kontribusi yang besar pada

proses belajar mengajar dharapkan dari konstruksi murid sendiri yang mengarahkan me reka dari metode informal me reka kea rah yang lebih formal atau standar

d. Interaksi dala m proses belajar mengaja r atau interaktivitas. Negoisasi secara ekslisit, intervensi, kooperatif dan evaluasi sesama murid dan guru adalah faktor penting dala m proses belajar secara konstruktif fimana strategi informa l murid digunakan sebagai jantung untuk mencapai yang forma l

e. Terintegrasi dengan topik pembela jaran la in. Pe mbe laja ran holistik, menunjukkan bahwa unit-unit be laja r t idak a kan dapat dicapai secara erpisah tetapi keterkaitan dan keintegrasian harus dieksploitasi dala m pe mecahan masalah

Dengan mengacu pada prinsip dan karakteristik PM RI, maka penulis menentukan langkah-langkah pe mbela jaran PM RI, yaitu :

1) Memaha mi masalah nyata

Gu ru me mberikan pock et book dan me minta siswa untuk me maha mi masalah nyata yang terdapat dalam pock et book . Bila ada hal-hal yang kurang dipahami o leh siswa maka guru menje laskan dengan memberikan petunjuk-petunjuk. Da la m ka rakteristik yang sesuai dengan langkah ini yaitu menggunakan masalah kontekstual sebagai awa l pe mbela jaran.

17Zulkardi.Pendidikan Matematika di Ibdonesia:Beberapa Perm asalahan dan Upaya

(25)

16

2) Menyelesaiakan masalah nyata

Siswa mengerjakan masalah nyata yang terdapat

dala m pock et book secara individual sehingga

dimungkinkan perbedaan penyelesaian permasalahan setiap siswa. Sela ma siswa mengerja kan guru mengawasi dan mengontrol akt ifitas siswa. Da la m kara kteristik yang sesuai dengan langkah ini yaitu menggunakan model karena siswa diminta untuk menyelesaia kan masalah sesuai dengan cara mere ka sendiri

3) Membandingkan dan mendiskusikan ja waban siswa

Siswa diminta untuk berkelo mpok la lu

me mbandingkan dan mendiskusikan jawabannya kepada teman satu kelo mpok la lu setalah hasil dari kelo mpok siswa me mbandingkan dan mendiskusikan jawaban antar kelo mpok. Kara kteristik ini sesuai pada karakteristik menggunakan kontribusi murid dan intera ksi dala m proses belajar mengajar.

4) Menyimpukan

Langkah dala m menyimpulkan terjadi dua kali. Perta ma, menyimpu lkan ja waban dalam satu kelompok setelah me mbandingkan dan mendiskusikan anatar

individu. Kedua, hasil simpulan dari hasil

me mbandingkan dan mendiskusikan jawaban antar kelo mpok. Dengan bimbingan guru sehingga diperoleh rumusan konsep atau prosedur. Krakteristik ini sesuai dengan interksi antara guru dan siswa.

D. Kriteri a Me dia Pe mbel ajaran Pocket Book yang baik

Beberapa kriteria kevalidan media pock et book ,menurut Puji Muljonoantara lain :

1. Ke layakan isi

Ko mponen kelayakan isi diura ikan menjadi beberapa subkomponen atau indikator berikut : Alig ment dengan KI dan

KD mata pela jaran, perke mbangan anak, kebutuhan

masyarakat; Substansi keilmuan dan life sk ill;Wawasan untuk ma ju dan berke mbang; dan Keberaga man n ilai-nilai sosial.

(26)

17

Bahasa dipergunakan sebagai sarana untuk menyampa ikan pikiran, gagasan, dan perasaan dari satu orang kepada orang lain dengan menggunakan simbol-simbol. Dala m bahasan ragam tulisan, pikiran, gagasan, dan perasaan itu dinyatakan dala m bentuk huruf atau angka, kata, frase, dan kalimat. Dilihat dari makna, kata merupakan unit terkecil dala m bahasa. Melalui ka idah tertentu kata disusun menjadi ka limat sehingga mengandung makna yang lebih lengkap. Jadi, untuk me maha mi suatu bahasa perlu mengetahui makna kata dan tata cara menyusunnya sehingga menjadi ka limat yang mengandung arti yang lengkap. Berikut beberapa komponen yang perlu diperhatikan dala m menggunakan bahasa18: Keterbacaan dan kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia y ang baik dan benar.

3. Penyajian

Ko mponen penyajian ini diuraikan men jadi beberpa subkomponen atau indikator berikut antara lain : teknik, materi, dan pembelaja ran.

4. Kegrafikkan

Ko mponen kegrafikkan ini d iuraikan menjad i beberapa subkomponen atau indikator berikut: Ukuran atau format buku, Desain bagian kulit, Desain bagian isi, Kualitas kertas, Kualitas cetakan, dan Kualitas jilidan.

Sedangkan menurut Badan Standart Nasional Pendidikan antara lain :19

a. Kriteria Kontekstual

Bahan ajar d ikatakan sesuai dengan pendekatan kontekstual jika bahan ajar me miliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme , bertanya, mene mukan, masyarakat belajar, pe modelan, penilaian sebenarnya, dan refle ksi.

b. Kriteria materi

Kriteria materi pokok me menuhi standart ko mpetensi dan ko mpetensi dasar yang hendak dicapai dengan kurikulu m yang

18

Puji,muljono.Kegiatan Penilaian Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah BNSP.(Jakarta.2006).Hlm 109

19

(27)

18

berlaku ya itu K13, keakuratan ilustrasi dan konsep, kesesuaian dengan tingkat berfikir siswa.

c. Kriteria penyajian

Kriteria penyajian meliputi kuruntutan konsep, penyajian

pembela jaran berpusat pada peserta didik, penyajian

pembela jaran leb ih mene kankan pada keteramp ilan proses, variasi penyajian, dan keje lasan ilustrasi

d. Kriteria kebahasaan

Kriteria kebahasaan meliputi ketepatan penggunaan grammar dala m ka limat, kesesuaian bahasa dengan tingkat perke mbangan peserta didik, kesederhanaan dan keje lasan bahasa, ko munikat if

Dari dua pendapat di atas peneliti menyimpulkan beberapa kriteria kevalidan med ia pock et book , antara lain :

1) Kelayakan isi

Ko mponen kelayakan isi dala m pock et book ini terdapat sembilan indikator : Alig ment dengan KI dan KD mata

pelajaran, perke mbangan anak, kebutuhan masyarakat;

Substansi ke ilmuan dan life sk ills;Wawasan untuk maju dan berke mbang; Keberagaman nila i-n ila i sosial; dan materi sesuai kuriku lu m 2013.

2) Kriteria kontekstual

Ko mponen kriteria kontekstual jika terdapat tujuh indikator yaitu konstruktivis me, bertanya, mene mu kan, masyarakat belaja r, pemodelan, penilaian sebenarnya, dan refleksi.

3) Penggunaan bahasa

Ko mponen penggunaan bahasa dalam pock et book ini terdapat lima indikator, antara lain : keterbacaan, kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, kesesuaian bahasa dengan tingkat perkembangan peserta didik, kesederhanaan dan kejelasan bahasa, dan komunikat if.

4) Kriteria penyajian

(28)

19

kesempatan dala m mela ksanakan tugas secara mandiri, dan materi logis dan sistematis.

5) Kriteria keg rafikkan

Ko mponen kriteria kegrafikkan dala m pock et book ini terdapat enam indikator yaitu : ukuran atau format buku, desain bagian kulit, desain bagian isi, kualitas kertas, kualitas cetakan, dan kualitas jilidan.

E. Pengembangan Model ADDIE

Dala m penelit ian ini pengembangan pock et book

menggunakan pengembangan model ADDIE. Dari Kamus Besar

Bahasa Indonesia diungkapkan bahwa setidaknya ada empat

ma kna atau arti dari model, antara lain : (1) model merupakan pola yang menjadi contoh, acuan, dan ragam, (2) mode l adalah orang yang dipakai sebagai contoh untuk dilukis, (3) model adalah orang yang pekerjaannya me mperagakan contoh pakaian yang dipasarkan, dan (4) model merupakan barang t iruan yang kecil dengan bentuk (rupa) persis sesperti yang ditiru, misalnya model pesawat terbang20.

Dari pengertian diatas, pengertian model yang relevan dala m pe mbela jaran adalah pola pe mbela jaran yang menjad i contoh dan acuan oleh guru dalam merancang pe mbelaja ran.

Model desain pembelaja ran sebagai hasil pemikiran manusia tentu saja beraneka ragam. Hal tersebut dikarenakan pemikiran setiap guru sebagai seorang individu itu berbeda -beda. Model desain pembelaja ran yang dipakai oleh gu ru A berbeda dengan model desain pembela jaran yang disusun oleh guru B, demikian juga dengan model desain pembelaja ran yang digunakan oleh guru C. Perbedaan karena fa ktor keberaga man pemikiran tersebut menjadikan model desain pembele jaran me miliki orientas inya masing-masing21.

Setidaknya ada enam orientasi pada model desain pembela jaran, antara la in22: (1) model desain pembela jaran berorientasi kelas, (2) model desain pembelajaran berorientasi produk, (3) desain pembela jaran berorientasi sistem, (4) model

20

Novan, Ardy.Desain Pembelajaran Pendidikan.(Yogyakarta:Ar-Ruzz Media).2014.hlm 35

21

(29)

20

desain pembela jaran berorientasi prosedural, (5) model desain pembela jaran berorientasi me lingkar, dan (6) model desain pembela jaran berorientasi ko mpetensi.

Karena dala m penelitian ini pengembangan pock et

bookini menggunakan model ADDIE maka mode l desain

pembela jaran yang digunakan yaitu model desain pe mebela jaran berorientasi produk. Hal ini dikarenakan model desain pembela jaran berorientasi pada produk, pada umu mnya didasarkan pada anggapan bahwa ada program pe mbela jaran yang dike mbangkan dala m kurun wa ktu tertentu.

Model-model yang berorientasi pada produk biasanya ditandai dengan empat asumsi pokok antara lain : (1) produk atau program pe mbela jaran yang me mang sangat diperlukan, (2) produk atau program pe mbela jaran baru yang perlu d iproduksi, (3) produk atau program pembe lajaran yang me merlukan proses uji coba dan revisi, dan (4) p roduk atau program pe mbela jaran yang dapat digunakan meskipun hanya dengan bimbingan dari fasilitator.

ADDIE (Analisyis-Design-Develop-Implement-Evaluate) ini merupakan salah satu model desain pembela jaran yang dike mbangkan oleh Reiser dan Mollenda pada tahun 1990-an yang salah satu fungsinya menjadi pedoman dala m me mbangun perangkat dan infrastruktur program pe latihan yang efektif, dinamis, dan mendukung program kinerja pelatihan itu sendiri23. Diba wah ini me rupakan tahapan-tahapan pelaksanaan evaluasi

model ADDIE24:

1. Analisyis (Analisis)

Analisis merupakan tahap pertama yang harus dila kukan oleh seorang pengembang pembela jaran. shelton dan Saltsman menyatakan ada tiga segmen yang harus dianalalisis yaitu siswa, pe mbela jaran, serta media untuk menyampaikan bahan ajarnya. Langkah -langkah dala m tahapan analisis ini setidaknya adalah : menganalisis siswa, menentukan materi aja r, menentukan

23Bahruddin.Pengembangan Sumber Belajar Berbaasis Multim edia Interaktif pada Mata

Diklat Memasang.jurnal teknologi pendidikan.hlm.221 24Ajeng,Dyta.Makalah model

(30)

21

standart kompeteni yang akan dicapai, dan menen tukan med ia yang akan digunakan. Langkah menganalisis ada dua tahap, yaitu : 25

a. Analisis kerja

Analisis kinerja dila kukan untuk mengetahui dan mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang dihadapi me merlukan solusi berupa penyelenggaraan program pembela jaran atau perbaikan manaje men.

b. Analisis kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan langkah yang

diperlukan untuk menentukan ke ma mpuan -ke ma mpuan atau kompetensi yang perlu dipelaja ri o leh siswa untuk men ingkatkan kinerja atau prestasi belajar.

Oleh karena itu, dengan menganalisis dapat

mengahasilkan kara kteristik siswa da la m bela jar,

identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan, dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.

2. Desain (De sign)

Pada fase ini te rka it dengan penentuan sasaran, instrumen penila ian, latihan, konten, dan analisis yang terkait materi pe mbela jaran, rencana pembelaja ran, dan pemilihan med ia. Fase desain dilakuan secara sistematis dan spesifik. Desain me rupakan langkah kedua dari model desain sistem pembe laja ran ADDIE. Langkah ini me rupakan26:

a. Inti dari langkah analisis yang mana sudah

mene mu kan alternatif solusinya yang berhasil diidentifikasi me lalu i analisis kebutuhan

b. Langkah penting yang harus dilakukan untuk

menentukan pengalaman belajar yang perlu dimiliki oleh siswa

c. Langkah yang hasus ma mpu men jawab pertayaan,

apakah program pe mbela jaran dapat mengatasi masalah kesenjangan kema mpuan siswa?

25

(31)

22

d. Kesenjangan kema mpuan disini adalah perbedaan

ke ma mpuan yang dimiliki siswa dengan

ke ma mpuan yang seharusnya dimiliki siwa.

3. Pengembangan (Development)

Pada fase ini dila kukan pe mbuatan dan penggabungan aset konten yang sudah diarancang pada fase desain. Pada

fase ini dibuat storyboard, penulisan konten dan

perancangan grafis yang diperlukan. Akt ivitas yang dila kukan pada fase ini me liputi pembuatan atau pengumpulan media yang diperlukan, menggunakan kekuatan internet atau media ele ktronik untuk menyajikan informasi dala m berbagai format media cetak yang kreatif, inovatif, dan mendorong siswa untuk terpancing belajar lebih lanjut sehingga dapat me menuhi ke inginan siswa.

Dala m me laku kan langkah penge mbangan, ada dua tujuan penting yang perlu dicapai. Antara lain27:

a. Memproduksi, me mbeli, atau merevisi bahan ajar

yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembela jaran yang telah diru muskan sebelumn ya.

b. Memilih media atau ko mbinasi med ia terbaik

yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembela jaran.

4. Imple mentasi (i mplementation)

Imple mentasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembela jaran yang dibuat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dike mbangkan sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimp le mentasikan. Tujuan utama dari langkah in i antara lain :28

a. Memb imbing siswa untuk mencapai tujuan atau

ko mpetensi

b. Menjamin terjadinya pemecahan masalah/ solusi untuk

mengatasi kesenjangan hasil bela jar yang dihadapi oleh siswa

c. Memastikan bahwa pada akhir progra m pe mbela jaran,

siswa perlu me miliki ko mpetensi-ko mpetensi

pengetahuan, ketera mpilan, dan sikap yang diperlukan

27

(32)

23

5. Evaluasi

Evaluasi yaitu proses untuk melihat sistem

pembela jaran yang sedang dibangun apakah sesuai dengan harapan awal atau t idak. Pada evaluasi terd iri atas dua bagian yaitu formatif dan sumatif. Eva luasi fomat if terjadi di setiap tahapan proses ADDIE. Evaluasi sumatif terd iri atas yang dirancang untuk domain yang terkait kriteria tertentuk dan me mberikan peluang umpan balik dari pengguna.

Evaluasi terhadap program pe mbela jaran bertujuan untuk mengetahui beberapa hal, yaitu 29:

a. Sikap siwa terhadap kegiatan pembelaja ran secara

keseluruhan

b. Peningkatan ko mpetensi dalam d iri siswa yang me rupakan dampak dari ke ikutsertaan dalam program pembe laja ran

c. Keuntungan yang dirasakan oleh sekolah akibat

adanya peningkatan kompetensi siwa setelah mengikuti p rogra m pe mbela jaran.

Dala m pe mbela jaran model ADDIE me miliki

keleb ihan dan kekuarangan, antara la in30: Ke lebihan desain ADDIE : Model ADDIE ini me rupakan model yang sederhana dan sistematis yang artinya dari tahapan

pertama sa mpai tahapan yang kelima da la m

pengaplikasikannya haris secara sistematik. Karena sifatnya yang sederhana dan terstruktur dengan sistenatis ma ka mode l desain ini mudah dipela jari oleh siswa.

Sedangkan kekurangan desain ADDIE : Ke kurangan model ADDIE in i adalah pada tahap menganalisis karena me merlukan waktu yang la ma. Da la m tahap menganlisis pendesain/ pendidik d iharapkan ma mpu menganalisis dua ko mponen dari siswa terlebih dahulu dengan me mbagi analisis menjadi dua yaitu analisis kerja dan analisis kebutuhan.

29

(33)

24

F. Aljabar

Di SDanak sudah pernah dipelajari arit mat ika atau ilmu hitung. Simbo l-simbol yang digunakannya adalah angka-angka yang dengan langsung sering dapat dibayangkan seberapa besarnya atau paling tidak murid dapat mengenalinya sebagai bilangan tertentu. Karena bahasa aljabar menggunakan simbol ma ka bentuk aljabar yang dimula i di ke las I SMP sungguh merupakan bagian yang sangat perlu

dipahami siswa. Me mbedakan 2 dengan 2, me maha mi 2 x yang

sama dengan + , me maha mi 2 3 bernila i 16 (dan bukan 64) untuk = 2 me rupakan a wal yang bagi kebanyakan siswa tidak mudah31.

1. Variabel

Variabel merupakan peran penting dalam pe mbela jaran aljabar. Na mun, sering kali siswa mengala mi kesalahan di dala m mengonstruk ma kna simbol variabel32. Menurut Malisani dan Spagnolo, konsep variabel me rupakan konsep yang komp leks, karena sering kali konsep variabel biasanya dinyatakan dala m bentuk simbol tertentu33.

Untuk me maha mi simbol, siswa perlu me mpela jari ma kna simbol yang tergantung kepada konteks masalah yang diberikan. Oleh karena itu, para siswa harus disediakan beraga m benda -benda yang cocok untuk menggambarkan simbol dan mere ka juga harus menyadari bahwa makna simbo l tersebut dapat berbeda pada konteks yang berbeda. Sering pula terjad i salah konsepsi dalam menginterpretasikan simbol ka rena kurangnya

pemaha man siswa atas kesepakatan-kesepakatan atau konvensi34.

Salah konsep pada simbol, mungkin juga disebabkan karena anak tidak me mahami simbol sebagai sebuah label. Cle ment mene mu kan bahwa di kalangan mahasiswa juga masih banyak yang mengala mi salah konsepsi dalam menggunakan pernya taan

aljabar untuk me mode lkan permasalahan35. Ket ika ia

31

Alkrismanto.Op.Cit.hlm.2

32Kusaeri,.Pengembangan Tes Diagnostik dengan Menggunakan Model DINA untuk

Mendapatkan Informasi Salah Konsepsi dalam Aljabar.(Program Pascasarjana UNY:2012).Hlm.44

33

Ibid,.hlm.44

34Krismanto.Pembelajaran aljabar kelas VII SMP/MTs.Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan T enaga Kependidikan Matematika.hlm.13

(34)

25

memberikan problem berikut ke mahasiswa: “sebuah universitas me miliki mahasiswa sebanyak 6 ka li banyaknya professor. Bila M menunjukkan banyaknya mahasiswa dan P menunjukkan banyaknya prosfessor, maka tulislah persamaan yang mengaitkan antara M dan P!” Clement menemukan sebanyak 37% mahasiswa tahun pertama jurusan teknik mesin dan 57% mahasiswa jurusan sosial sains menjawabna 6M = P. Padahal ja waban seharusnya adalah M = 6P. Sa lah konsepso semaca m ini a kibat ketidakpaha man mahasiswa me maha mi variabe l sebagai label. Jadi, beberapa mahasiswa tidak me maha mi bahwa M me wa kili “mahasiswa” dan P mewakili “professor”.

2. Tanda “sama dengan”

Pemahaman yang benar tentang tanda “sama dengan” me rupakan dasar dalam pe mbela jaran a ljabar karena hal itu akan me mpengaruhi dan mendasari konsep lainnya, seperti persamaan. McNeil and Alibali mene mukan bahwa ke ma mpuan anak d alam mengoperasikan tanda “sama dengan” sangatlah erat kaitannya

dengan kema mpuan mere ka dala m menyelesaikan persamaan36.

Kie ren menyatakan bahwa salah satu persyaratan yang diperlukan untuk menginterpretasikan persamaan adalah konsep simetris dan transitif, yang meru juk pada ekivalensi ruas kiri-kanan tanda “sama dengan”. Bagi anak yang awa l me mpe la jari aljabar, biasanya dalam pikiran me reka sekedar mengoperasikan bilangan yang ada pada masing-masing ruas tanpa me maha mi simbol e kivalensi ruas kiri dan kanan. Mere ka berpikir bahwa ruas kanan merupakan ja wab dari kesamaan seperti kasus 3+4=7. Bagi anak yang sudah berpengalaman dala m bela jar a ljabar, mereka melihat tanda “sama dengan” sebagai sebuah simbol pemisah ruas kiri dan kanan serta tidak hanya sekedar tanda ekiva lensi antara ruas kiri dan kanan.

3. Menyederhanakan bentuk aljabar

Simbo l baik berupa angka maupun huruf me la mbangkan suatu bilangan. Bilangan dapat dikenai operasi: penju mlahan, pengurangan, perkalian, pe mbagian, perpangkatan maupun penarikan akar. Oleh karena itu, la mbang operasi hitung dapat dikenakan pada konstanta maupun variabel.

(35)

26

Se mua konstanta dan variabel atau gabungannya

menyatakan suatu bentuk aljabar. seperti halnya bilangan, bentuk aljabar dapat juga dilau kan penjumlahan, pengurangan, maupun pembagian. Dengan penjumlahan munsul pengertian suku -suku, sedangkan mela lui perka lian muncul pengertian faktor yang me rupakan unsur dari perka lian tersebut37.

4. Operasi dan faktorisasi bentuk aljabar

Contoh bentuk aljabar2 , 3 + 4, 5 3, 6 + , 8 −

4 + 9 dan −7 . Bentuk aljabar seperti 2 , 5 3, dan −7 disebut bentuk aljabar suku tunggal. Bentuk a ljabar seperti 3 + 4 dan 6 + disebut bentuk aljabar suku dua atau binomial.

Dala m bentuk a ljabar 2 , 2 disebut koefisien dan disbeut variabel (peubah), dan pada bentuk 3 + 4 , 3 ada lah koefisien dari variabel dan 4 adalah konstanta.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Variabel (peubah) ada lah la mbang yang mewa kili (menunjuk pada) anggota sebarang

pada suatu semesta pembicaraan.Koefisien adalah lambang

yang mewa kili (menunjuk pada) anggota tertentu pada suatu

semesta (pembicaraan). Sedangkan konstanta adalah simbol

pada bentuk aljabar yang berupa angka dan tidak me muat koefisien.38

Selanjutnya perhatikan bentuk aljabar ini : 12 29

8 + 7 2−4 2+ 5 . Bentuk aljabar tersebut terdiri dari 6 suku, yaitu 12 2,9 ,8 , 7 2,4 2, dan 5 dengan suku-suku yang sejenis, yaitu :

i) 12 2 dan −4 2 ii) −9 dan 5

Bentuk aljabar 12 2−9 −8 + 7 2−4 2+ 5

Suku-suku dikatakan sejenis bila me miliki v ariabel atau kombinasi variabel yang sama, dan variabel yang sama itu harus memiliki pangkat yang sama juga. Dengan kata

37

(36)

27

lain, suku-suku yang sejenis hanya boleh berbeda pada koefisiennya.

Untuk menentukan hasil penjumlahan maupun hasil pengurangan pada bentuk aljabar dapat disederhanakan dengan cara mengelompokkan dan menyederhanakan suku -suku yang sejenis.

Contoh :

9 + 8 −2 + 5 =⋯

Jawab :

9 + 8 −2 + 5

= 9 + 5 + 8 −2

= 9 + 5 + (8−2)

= 14 + 6

Untuk menentukan perkalian a lajabar dapat

disederhanakan dengan cara menjabarkan seperti ga mbar di bawah ini:

Ga mbar (i) menunjukkan sebuah persegi panjang dengan ukuran panjang = + 4 dan lebar sehingga luas persegi

panjang tersebut adalah ( + 4). Sedangkan gambar (ii)

dapat dilakukan dengan me mbagi persegi panjang tersebut men jadi dua buah persegi panjang, sehingga luasnya

men jadi 2+ 4 .

Dengan menggunakan prinsip diatas maka dapat ditentukan hasil perka lian dengan suku tiga seperti berikut ini:

+ + 4 = [ + + 4]

= + + 4

= 2+ + 4

Adapun Perka lian suku dua dengan suku dua

( + 4)

4

4

2

4

[image:36.419.72.368.119.441.2]
(37)

28

a) Menggunakan hukum distributif

Persegi panjang pada gambar diatas me miliki u kuran yang sama sehingga luasnya juga sama. Dengan demikian, terdaapt hubungan sebagai berikut :

+ 2 + 5 = + 5 + 2( + 5)... (1)

= ( 2+ 5 + 2 + 10) ....(2)

= 2+ 7 + 10

Pada proses pengerjaan diatas, langkah (1) dan (2) menggunakan huk um distributif. Dengan demikian penjabaran

bentuk perkalian + 2 + 5 menjad i 2+ 7 + 10

me rupakan penjabaran dengan hukum distributif.

Ternyata penjabaran diatas, ternata suku dua yang pertama yaitu ( + 2) diu raikan, sedangkan suku dua yang

kedua yaitu ( + 5) tetap. Dengan demikian, penjabaran

menggunakan hukum distributif dapat ditunjukkan dnegan skema berikut :

+ 2

( + 5)

2

5

(i)

2

( + 5)

2( + 5)

(ii)

2

2

5

10

2

5

(38)

29

contoh hukum distributif pada baris kedua :

+ 2 + 5 = ( 2+ 5 + 2 + 10)

Ternyata hasil perka lian tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan skema berikut :

+ 2 + 5 = + 5 + 2 + 2(5)

= 2+ 5 + 2 + 10

Pada pembagian bentuk aljabar, jika pe mbagiannya me rupakan suku dua ma ka hasil pe mbagian dapat ditentukan dengan cara bagi kurung seperti pembagian pada bilangan bulat positif.

Pe mangkatan suatu bilangan diperoleh dari perka lian berulang untuk bilangan yang sama. Jadii, untuk s embarang bilangan dengan pangkat �, terdapat hubungan berikut :

= x x x ... x

Hal tersebut juga berlau pada bentuk aljabar, misalnya 4 2 = 4 x x = 4 2

−(4 )2=(4 x 4 ) = 16 2

(4 )2= 4 x 4 = 16 2

(−4 )2= (4 )x (4 ) = 16 2

Sedangkan pengkuadratan suku dua secara umu m

dala m bentuk ( + )2 dan ( − )2 yang dijabarkan

men jadi :

( + )2= + ( + )

= 2+ + + 2

= 2+ 2 + 2

+

+

=

� �

+

+ (

+ )

(39)

30

( − )2=( )

= 2 + 2

= 22 + 2

Dala m menentukan hasil pemangkatan suku dua, koefisien dari sukusukunya dapat diperoleh dari bilangan

-bilangan yang terdapat pada segitiga pascal. Hubungan

antara pola bilangan segitiga pascal dengan pemangkatan suku dua yaitu ( + )� dan ( − )�, ditunjukkan sebagai berikut :

dan seterusnya

Bilangan-bilangan pada pola segtiga pascal diatas me rupakan koefisien suku-suku pada hasil pemangkatan bentuk aljabar suku dua.

Faktorisasi aljabar merupakan salah sau materi aljabar yang dipelajari siswa kelas VIII SM P. Fa korisasi aljabar penting dikuasai oleh siswa karena sebagai dasar untuk menguasai materi selanjutnya. Untuk menyelesaikan masalah tersebut konsep dan karakter masalah yang berkiatan dengan materi tersebut agar tidak terjadi kesalahan konseptual, prosedural, dan eknis dalam

menyelesaikan maslaah yang berhubungan dengan

me mfa ktorkan. Berikut hukum distributif bentuk aljabar dapat dinyatakan sebagai berikut :

+ = ( + ), dengan , , dan semba rang

bilangan nyata.

( + 4= 1 4+ 4 3 + 6 2 2

+ 4 3 + 4

1

1 1

1 2 1

1

1 3 3

1 4

6

4 1

( + )2 = 1 2+ 2 + 1 2

( + )3= 1 3 + 3 2 + 3 2+ 1 3

(40)

31

Bentuk diatas menunjukkan bahwa bentuk

penjumalahan suku-suku dapat dinyatakan sebagai bentuk perkalian fa ktor-faktor jika suku-suku dala m bentuk

penjumlahan me miliki fak tor yang sama (faktor

persekutuan).

Menyatakan bentuk penjumlahan suku-suku pada bentuk aljabar men jadi bentuk perkalian faktor-faktor disebut faktorisasi atau pe mfaktor an. Dengan demikian,

bentuk + dengan faktor persekutuan dapat

difaktorkan menjad i ( + ) yang terdiri dari dua faktor,

yaitu dan + .

Untuk setiap bilangan cacah dan , telah dijelaskan bahwa bentuk

+ ( − ) dapat dijabarkan sebagai berikut :

− = 2 + 2

= 2 2

Pada faktorisasi bentuk 2+ + dengan =1.

Misalnya, bentuk aljabar berikut : 2

+ 10 −21, berarti = 1, = 10, dan

=−21

Untuk me maha mi fa korisasi bentuk 2+ +

dengan = 1 yang selanjutnya dapat kita tulis dengan

2

+ + , perhatikan ura ian berikut :

+3 +4 = 2+4 +3 +12

= 2+7 +12

Dari penjabaran tersebut, diperoleh hubungan sebagai berikut :

2

+7 +12= +3 ( +4)

Bentuk

(41)

32

Jika fa ktorisasi bentuk 2+ + dengan ≠1.

Misal me mfaktorkan 8 2+22 +15 dengan aturan sebagai

berikut :

(1)Jika koefisien kedua suku itu dijumlahkan, ma ka akan menghasilkan 22

(2)Jika koefisien kedua suku itu dikalikan, ma ka

hasilnya sama dengan hasil ka li koefisien 2

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian penge mbangan. Penelit ian pengembangan media pembe laja ran ini mengacu pada model A DDIE, yang terdiri dari 5 tahap yaitu Analysis (analisis),

design(perancangan), development(pengembangan), implementation

(imp le mentasi), dan evaluation(evaluasi). Media yang akan

dike mbangkan dala m penelitian in i adalah media pe mbela jaran pock et book berbasis pendidikan mate mat ika rea listik Indonesia.

B. Te mpat dan Waktu Pe nelitian

a. Waktu penelitian

Penelit ian in i dila ksanakan pada tanggal 15 - 30 September 2015

b. Tempat penelitian

Penelit ian dilaksanakan di MTs Negeri Sidoarjo.

C. Subjek Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelit ian1. Berdasarkan keterangan yang dipaparkan, ma ka yang menjadi populasi dala m penelitian in i adalah siswa kelas VIII d i MTs Negeri Sidoarjo semester ganjil tahun ajaran 2015/2016. Sedangkan, sampe l adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti2. Berdasarkan hal tersebut ma ka sampe l penelitian yang diamb il adalah kelas VIII-A dengan ju mlah sebanyak 31 siswa.

D. Model Penge mbang an

Prosedur penelitian in i mengacu pada model pengembangan ADDIE yang me liputi 5 tahap yaitu :

1. Analysis (analisis) pada tahap ini menganalisis kebutuhan,

menganalisis ke ma mpuan siswa, menganalisis tugas yang dila kukan di MTs Negeri Sidoarjo ke las VIII sebagai awal pengembangan.

1 Suharsimi,Arikunto.Prosedur Peneleitian Suatu Pendekatan Praktik.(Jakarta :Rineka

(43)

34

2. Design (perancangan) merupakan penyusunan tes, perancangan

awal (pengumpulan refrensi, desain materi, desain garis besar isi media, desain tampilan, dna penyusunan RPP), dan instrumen penila ian.

3. Development (pengembangan) merupakan kegiatan realisasi

produk, yang me liputi :

a. Pe mbuatan komponen media pe mbela jaran (pra produksi, produksi, dan pasca produksi)

b. Tahap validasi media

Tahap validasi digunakan untuk menget ahui apakah produk tersebut benaratau tidak. Validasi yang dilaku kan adalah sebagai berikut :

1) Validasi media oleh ahli med ia pe mbelaja ran yaitu dari dosen mata kuliah media pe mbelaja ran

jurusan pendidikan mate matika untuk

mengevaluasi produk dari segi media .

2) Validasimateri/konten oleh ahli materi/ konten

dari dosen mata kuliah mate matika jurusan pendidikan matemat ika dan guru mata pelaja ran mate mat ika d i MTs Negeri Sidoarjo untuk mengevaluasi produk dari segi materi/konten. c. Revisi p roduk

Berdasarkan hasil validasi menghasilkan informasi kuantitatif tentang produk yang dike mbangkan, maka peneliti mela kukan dua hal, yaitu :

1) Perbaikan produk media pock et book

2) Membuat kesimpulan produk berdasarkan hasil dari

penilaian para ahli, apakah produk layak dike mbangkan dan layak digunakan sebagai med ia pembe laja ran atau tidak.

4. Implementation (imple mentasi) merupakan tahap

diimp le mentasikan rancangan dan metode yang telah dike mbangkan pada kondisi yang sebenarnya yaitu di dalam kelas, materi yang disampaikan sesuai dengan model/metode yang baru dike mbangkan setelah itu dila kukan evaluasi

5. Evaluation (Evaluasi), d ila kukan untuk mengetahui kualitas

(44)

35

siswa dan keefektifitasan pemanfaatan pock et book dalam

proses pembelaja ran. Kualitas pock etbook diperoleh

berdasarkan dari hasil evaluasi pock et book oleh ahli media, ahli materi, guru mate matika, dan siswa MTs Negeri Sidoarjo. Respon siswa diperoleh dari hasil angket respon siswa setelah

menggunakan pock et book, keefektifitasan pock et book

diperoleh dari hasil belaja r siswa setelah menggunakan pocket book yang diperoleh dari tes hasil bela jar.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dala m penelit ian ini berupa angket, yaitu suatu daftar pertanyaan yang harus dihadapi oleh responden dengan me milih alternatif ja waban yang sudah ada.

1. Le mbar validasi

Le mbar validasi yang digunakan untuk mendapatkan data tentang kevalidan med ia pock et book yang diadaptasi dari le mbar validasi yang sudah ada dengan me modifikasi sesuai tujuan penelitian yang dilakukan. Le mbar va lidasi yang dike mbangkan dala m penelit ian ini ada lah le mba r validasi pock et book .

Dida la m le mbar validasi juga terdap at keprakt isan med ia pock et book . Media pock et book dikatakan pra ktis jika layak d igunakan di lapangan dengan sedikit rev isi atau tanpa revisi menurut penilaian para ahli yang men jadi validator, serta didukung hasil pengamatan pekerjaan siswa oleh pengamat yang dikatagorikan tida k pra ktis atau praktis.

2. Le mbar angket respon siswa

Le mbar angket ini d ibuat peneliti untuk mengetahui respon siswa terhadap materi dan tampilan -ta mpilan yang terdapat dalam med ia pe mbela jaran pock et book . Le mbar pengamat respon siswa in i disusun berdasarkan indikator kualitas pock et book yang terdiri dari beberapa aspek antara lain : aspek kelaya kan isi, aspek kriteria kontekstual, aspek penggunaan bahasa, aspek penyajian, dan aspek kegrafikan. Se mua pertanyaan pada angket respon siswa ini bersifat

favorable, yaitu pertanyaan yang menggunakan kalimat

(45)

36

pilihan lain yaitu : 3 untuk pilihan B menurut siswa baik, 2 untuk pilihan CB menurut siswa cukup baik, dan 1 untuk pilihan TB menurut siswa tidak baik.

3. Le mbar Tes hasil bela jar

Tes dibuat peneliti untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam menguasai materi operasi dan faktorisasi alajabar setelah menggunakan media pock et book. Tes ini terdiri dari 4 soal essay

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dala m me laku kan penelitian. Cara pengamb ilan data menentukan kualitas data yang terkumpul dan kualitas data akan menentukan kualitas hasil penelitian. Oleh ka rena itu, sebelu m dila kukan pengumpulan data peneliti harus terleb ih dahulu menentukan alat yang digunakan untukmengu mpulkan data. A lat pengumpul

Gambar

Gambar/poster (dilengkapi
Gambar (i) menunjukkan sebuah persegi panjang dengan
Hasil validasi Tabel 3.1 pocket book
 Tabel 4.1 Rincian Waktu dan Kegiatan Pengembang an Media
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang telah dilakukan dan dianalisis dengan uji statistik wilcoxon dengan nilai asymp sig = 0,046 (P < 0,05) dan Z hitung -1,997 sehingga Hipotesis

Praktik kecurangan yang dilakukan oleh para guru kenaikan pangkat ini juga dipengaruhi oleh orang lain karena perjumpaan-perjumpaan yang dilakukan melintasi ruang dan

Hasil penelitian ini mengambarkan sebagian besar wanita pascamenopause di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru memiliki aktivitas fisik dalam

Fungsi Keanggotan Bin Warna Output Hasil inferensi fuzzy tipe mamdani adalah berupa himpunan fuzzy, dari himpunan fuzzy tersebut dapat dicari nilai crisp-nya menggunakan

Dalam hal terdapat fasilitas Penyediaan Dana yang diberikan dalam valuta asing, maka nilai tersebut dijabarkan ke dalam nilai Rupiah dengan berpedoman pada

Kondisi ini mengindikasikan bahwa pengaruh topografi dasar perairan diduga berperan dalam meningkatkan nilai percampuran, di mana lebih tingginya nilai ε pada alur kanal

Alhamdulillahirrobbil’alamin, terucap rasa syukur yang mendalam kepada Allah SWT, yang telah memberikan ridho-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan

Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja