• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN PANJATAN KABUPATEN KULON PROGO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN PANJATAN KABUPATEN KULON PROGO."

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN

PANJATAN KABUPATEN KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Titik Anggraeni NIM 09101244011

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Pe elajara tidak di apai se ara kebetulan, itu harus dicari dengan semangat dan ketekunan (Abigail Adams)

Pe didika erupaka perle gkapa ter aik u tuk hari tua

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

1. Kedua orangtuaku yang telah merawat dengan penuh kasih sayang. 2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.

(7)

vii

PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN

PANJATAN KABUPATEN KULON PROGO Oleh

Titik Anggraeni NIM 09101244011

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan kepala sekolah dalam manajemen sarana dan prasarana sekolah yang meliputi perencanaan pengadaan, penyaluran, pemeliharaan, dan pengendalian sarana dan prasarana di SMP Negeri se-Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sumber informasi dalam penelitian ini adalah dua orang kepala sekolah, dua orang wakil kepala sekolah, dua orang komite sekolah, dua orang staf tata usaha, dan dua orang guru. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan pencermatan dokumen. Uji keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Data dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan model dari Miles dan Huberman dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. (1) Peranan kepala sekolah di SMP N se-Kecamatan Panjatan sebagai manajer yaitu: (a) Menyusun perencanaan berdasarkan berbagai pertimbangan ketika melakukan pengadaan sarana dan prasarana. (b) Memberikan pengarahan sekaligus mengawasi ketika diadakan kegiatan penyaluran sarana prasarana sekolah. (c) Mengatur kegiatan pemeliharaan sarana prasarana. (d) Mengawasi pengelolaan sarana dan prasarana sekolah. Selanjutnya, peranan kepala sekolah sebagai administrator sarana dan prasarana pendidikan, yaitu kepala sekolah sebagai penanggung jawab segala kegiatan administrasi sarana dan prasarana pendidikan. (2) Faktor penghambat dalam manajemen sarana dan prasarana di SMP N se-kecamatan Panjatan adalah keterbatasan pada sumber dana dan sumber daya manusia sehingga menyebabkan sarana dan prasarana yang dimiliki kurang memadai dan perlu adanya pergantian dalam penggunaannya pada proses belajar mengajar.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi sebagian persyaratan dalam menyelesaikan jenjang pendidikan Strata 1 (S1) pada program studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

2. Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Tina Rahmawati, M.Pd. dan Bapak Nurtanio Agus Purwanto, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan masukan, bimbingan, serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

(9)

ix

6. Kepala Sekolah dan pengelola sarana dan prasarana SMP Negeri 1 Panjatan dan SMP Negeri 2 Panjatan atas bantuan dan kesediannya dalam memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

7. Bapak, Ibu, dan keluargaku tercinta yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan, dan doa selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman jurusan Administrasi Pendidikan angkatan 2009 yang telah memberi bantuan dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam pengembangan ilmu manajemen pendidikan.

Yogyakarta, Juli 2015 Penulis

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 12

C. Batasan Masalah ... 12

D. Rumusan Masalah ... 13

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kepemimpinan 1. Konsep Dasar Kepemimpinan ... 15

2. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 18

3. Tanggung Jawab dan Fungsi Kepala Sekolah... 20

4. Kompetensi Kepala Sekolah ... 22

B. Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 25

(11)

xi

2. Macam-Macam Sarana dan Prasarana ... 26

3. Standar Sarana dan Prasarana SMP/MTs ... 29

C. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan 1. Konsep Manajemen Sarana dan Prasarana ... 37

2. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 38

D. Kepala Sekolah dalam Pengelolaan Sarana dan Prasarana 1. Peranan Kepala Sekolah sebagai Manajer ... 50

2. Peranan Kepala Sekolah sebagai Administrator ... 54

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 55

F. Kerangka Berpikir ... 57

G. Pertanyaan Penelitian ... 58

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 58

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 59

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 60

D. Teknik Pengumpulan Data ... 61

E. Instrumen Penelitian ... 64

F. Pemeriksaan Keabsahan Data... 64

G. Teknik Analisis Data... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Setting Penelitian ... 69

1. Profil Sekolah ... 69

a. Keadaan Guru dan Siswa ... 69

b. Kondisi Sarana dan Prasarana ... 73

B. Hasil Penelitian ... 75

1. Peranan Kepala Sekolah dalam Perencanaan Sarana dan Prasarana ... 75

2. Peranan Kepala Sekolah dalam Penyaluran Sarana dan Prasarana ... 87

3. Peranan Kepala Sekolah dalam Pemeliharaan Sarana dan Prasarana ... 91

4. Peranan Kepala Sekolah dalam Pengendalian Sarana dan Prasarana... 94

5. Hambatan dalam Manajemen Sarana dan Prasarana ... 98

(12)

xii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 122

B. Keterbatasan Penelitian ... 122

C. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 124

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Responden Penelitian ... 59 Tabel 2. Alamat SMP Negeri se-Kecamatan Panjatan ... 69 Tabel 3. Data Jumlah Guru SMP N 1 Panjatan Tahun Ajaran 2013/2014 ... 70 Tabel 4. Data Jumlah Tenaga Kependidikan SMP N 1 Panjatan

Tahun Ajaran 2013/2014 ... 71 Tabel 5. Data Jumlah Guru SMP N 2 Panjatan Tahun Ajaran 2013/2014 ... 72 Tabel 6. Data Jumlah Tenaga Kependidikan SMP N 1 Panjatan

Tahun Ajaran 2013/2014 ... 72 Tabel 7. Keadaan Siswa SMP Negeri Se-Kecamatan

Panjatan Tahun Ajaran 2013/2014. ... 73 Tabel 8. Kondisi Sarana dan Prasarana SMP Negeri Se-Kecamatan

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Kisi-kisi Umum Instrumen Penelitian... 123

Lampiran 2. Transkrip Wawancara ... 125

Lampiran 3. Hasil Observasi ... 162

Lampiran 4. Data Kelembagaan ... 166

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Setiap kepala sekolah memiliki tanggung jawab penuh terhadap seluruh aspek operasional penyelenggaraan sekolah, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, sampai pada pengawasan. Guna menjalankan tugasnya tersebut, seorang kepala sekolah wajib memiliki kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial (Permendiknas nomor 13 tahun 2007).

Kepala sekolah adalah guru senior yang dipandang memiliki kualifikasi menduduki jabatan tersebut yang berfungsi mengoptimalkan, mendayagunakan sumber daya yang tersedia secara produktif untuk mencapai tujuan yang ditetapkan bagi unit kerjanya. Kepala sekolah sebagai pemimpin bertanggung jawab menciptakan lingkungan belajar yang kondusif yang memungkinkan anggota sekolah mendayagunakan dan mengembangkan potensinya secara optimal.

(17)

2

mempengaruhi, menggerakkan, membimbing, dan mengarahkan anggota secara tepat, segala kegiatan yang ada dalam organisasi sekolah akan bisa terlaksana secara efektif. Sebaliknya, bila tidak bisa menggerakkan anggota secara efektif, tidak akan bisa mencapai tujuan secara optimal.

Kepala sekolah memiliki sejumlah tugas dan tanggung jawab yang cukup berat terutama dalam mengelola sarana dan prasarana sekolah. Beberapa tahun terakhir ini masih sering ditemukan banyaknya sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh sekolah yang diterima sebagai bantuan, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat yang penggunaannya tidak optimal dan bahkan tidak dapat lagi digunakan sesuai dengan fungsinya. Penyebab hal tersebut terjadi antara lain karena kurangnya kepedulian terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki serta tidak adanya pengelolaan yang memadai.

(18)

3

Sarana prasarana sekolah merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan. Bahkan terkadang masyarakat menilai kualitas pendidikan suatu sekolah dengan melihat sarana prasarananya, sekolah yang memiliki gedung yang besar, peralatan dan perlengkapan belajar mengajar yang lengkap dan modern seringkali dipandang sebagai sekolah yang berkualitas.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 2 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan; setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Selanjutnya, standar sarana dan prasarana pendidikan ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan.

(19)

4

untuk menunjang PBM itu terkadang bukan karena kurang dana, melainkan karena telah terjadi kesalahan manajemen.

Kemampuan untuk mengelola sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting karena kualitas pendidikan pada umumnya dan kualitas pembelajaran pada khususnya sangat ditentukan oleh kualitas pengelolaan sarana dan prasarana sebagai komponen yang sangat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran pada khususnya dan tujuan pendidikan pada umumnya. Kepala sekolah sangat berperan aktif dalam mengelola sarana dan prasarana secara efektif dan efisien.

Suatu pandangan yang bersifat umum daripada pandangan-pandangan di atas menyatakan bahwa administrasi merupakan proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi sistem total untuk mencapai suatu tujuan. Yang dimaksud di sini ialah mencakup orang-orang, alat-alat, media bahan-bahan, uang dan sarana. Semuanya diarahkan dan dikoordinasi agar terpusat dalam rangka menyelesaikan tujuan.

Sarana prasarana sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang pelaksanaan proses pembelajaran dalam upaya tercapainya tujuan pembelajaran maupun tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Kepala sekolah dalam hal ini memiliki peranan yang sangat dominan dalam hal administrasi sarana dan prasarana sekolah dengan menggunakan dasar dan standar yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah.

(20)

5

pendidikan. Manajer adalah orang yang melaksanakan kegiatan manajemen, mengatur berbagai kelompok, berwenang dan bertanggung jawab merencanakan, mengorganisasikan, mengendalikan, dan mengawasi terhadap pelaksanaan program kegiatan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu (Sukanto, 2000: 1).

Menurut Husaini Usman (2006: 305) selaku manajer, kewenangan utama kepala sekolah adalah mengambil keputusan. Karena perannya tersebut, kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan untuk: (1) mengadakan prediksi masa depan sekolah, misalnya tentang kualitas yang diinginkan masyarakat; (2) melakukan inovasi dengan mengambil inisiatif dan kegiatan-kegiatan yang kreatif untuk memajukan sekolah; (3) menciptakan strategi atau kebijakan untuk mensukseskan pikiran-pikiran yang inovatif; (4) menyusun perencanaan, baik perencanaan strategis maupun perencanaan operasional, (5) menemukan sumber-sumber pendidikan dan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan; (6) melakukan pengendalian atau control terhadap pelaksanaan pendidikan dan hasilnya.

(21)

6

penguasa di sekolah, kepala sekolah diharapkan mampu memelihara ketertiban sekolah.

Kepala sekolah sebagai manajer lembaga formal mempunyai peranan penting dan kekuasaan penuh pada lembaga yang dipimpinnya. Oleh sebab itu kepala sekolah harus bertanggung jawab atas keseluruhan perilaku manajemen yang terjadi di sekolah. Kontrol dan koreksi merupakan tanggungjawab yang harus dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kondisi-kondisi ruangan sekolah beserta perlengkapannya termasuk halaman, toilet, dan tempat-tempat bermain. Hal sekecil apapun harus menjadi target pengawasan dan hal ini tidak terlepas dari tanggung jawab kepala sekolah beserta stafnya dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang nyaman, efektif dan tentu saja harus menarik peserta didik untuk ber internalisasi di dalam sekolah tersebut, sehingga seorang manajer atau kepala sekolah harus bekerja seoptimal mungkin dan mempunyai komitmen terhadap proses dan hasil kerja yang bermutu.

(22)

7

Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan diharapkan mampu menggunakan prinsip pengembangan dari pendayagunaan organisasi secara kooperatif dan aktivitas-aktivitas yang melibatkan keseluruhan personel dan orang-orang sumber dalam masyarakat. Secara konkret pelaksanaan tindakan dan fungsi administrator dalam administrasi pendidikan mencangkupi lingkup substansi manajemen pendidikan yang meliputi: (a) kurikulum atau pengajaran, (b) kesiswaan, (c) fasilitas, (d) keuangan, (e) personel sekolah, (f) ketatalaksanaan pendidikan, (g) organisasi sekolah, dan (h) hubungan sekolah dengan masyarakat (Suryosubroto, 2004: 30).

Kepala sekolah dituntut memiliki kreativitas dalam hal pengelolaan sarana dan prasarana yaitu kemauan dan kemampuan dalam menggunakan, mengembangkan, memberdayakan, memelihara, serta mengawasi, sehingga melalui sarana dan prasarana yang ada diharapkan akan mampu memberi dukungan yang sangat kuat di dalam mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah itu.

(23)

8

penggunaan sarana prasarana sekolah yang dimiliki sehingga akan memudar daya gunanya begitu saja.

Guna mengantisipasi hal tersebut, maka dalam pelaksanaan kegiatan manajemen ini bagian yang paling penting dan berperan aktif adalah kepala sekolah sebagai pengelola pendidikan, kemampuan dalam mengelola sarana prasarana sekolah tersebut guna mewujudkan layanan pembelajaran yang berkualitas.

Menurut observasi awal terhadap kondisi sarana dan prasarana di SMP Negeri 1 Panjatan, peneliti menemukan bahwa di sekolah ini ketersediaan dan kesiapan sarana prasarana baik. Menurut wakil kepala sekolah, kepala sekolah sudah mengupayakan ketersediaan tempat dengan baik tetapi terkadang masih ada kendala dalam kesiapan menggunakan prasarana. Masih terdapat beberapa jadwal yang berbenturan sehingga harus mengubah jadwal dengan jadwal lain atau menggantinya di hari lain, contohnya jadwal dalam menggunakan ruang laboratorium, ruang komputer, dan ruang musik.

(24)

9

rendahnya keterampilan guru dalam mempergunakan peralatan yang ada guna membantu menyampaikan pelajaran di kelas.

Selanjutnya peneliti menemukan informasi dari hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bahwa sejauh ini kepala sekolah belum melakukan tindak lanjut untuk mengantisipasi rendahnya keterampilan guru tersebut, seperti melaksanakan penyuluhan atau pelatihan untuk guru-guru IPA sehingga penggunaan alat tersebut dapat optimal. Di sekolah ini juga terdapat kendala dalam penghapusan, kepala sekolah dan wakil kepala bagian sarana prasarana tidak pernah melakukan penghapusan karena proses yang harus ditempuh terlalu panjang dan prosedur yang sulit sehingga barang-barang yang sudah tidak terpakai hanya ditimbun di gudang dan dikategorikan sebagai barang tidak terpakai.

(25)

10

Walaupun dalam mengelola sarana dan prasarana sekolah sudah dirasa cukup baik, namun masih terdapat kendala yang dialami sekolah dalam mengelola sarana dan prasarana. Jika melihat peranan kepala sekolah di dua sekolah tersebut, peneliti menemukan adanya beberapa kendala seperti kurangnya peran kepala sekolah dalam mengelola sarana dan prasarana sekolah, sehingga kepala sekolah belum mengupayakan ketersediaan dan kesiapan sarana dan prasarana sekolah. kurang mengelola sarana prasarana sekolah dengan baik, proses penyimpanan yang belum optimal, serta kurangnya pemanfaatan sarana pasarana yang dimiliki sekolah untuk proses pembelajaran.

Guna melihat peranan kepala sekolah dalam mengelola sarana dan prasarana sekolah guna memajukan sekolah tersebut, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Peranan kepala sekolah dalam manajemen sarana dan

prasarana di SMP Negeri se-kecamatan Panjatan, kabupaten Kulon Progo” dan penelitian ini nantinya akan dilaksanakan di dua sekolah yaitu SMP Negeri 1 Panjatan dan SMP Negeri 2 Panjatan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Kepala sekolah belum mengupayakan ketersediaan dan kesiapan sarana dan prasarana sekolah

(26)

11

3. Terbengkalainya sarana dan prasarana sekolah yang masih terpakai maupun yang sudah tidak terpakai.

4. Kurangnya sumber daya manusia yang berkompeten dalam mengelola sarana dan prasarana yang dimiliki.

5. Kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah untuk proses pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka penelitian ini hanya dibatasi pada peranan kepala sekolah dalam mengelola sarana dan prasarana sekolah. Permasalahan yang diteliti mengambil tempat di SMP Negeri se-Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, yaitu SMP Negeri 1 Panjatan dan SMP Negeri 2 Panjatan.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan fokus penelitian ini yaitu peranan kepala sekolah dalam pengelolaan sarana prasarana di SMP Negeri se-kecamatan Panjatan, maka permasalahan yang ingin dicari jawabannya dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana peranan kepala sekolah dalam manajemen sarana dan prasarana di sekolah SMP Negeri 1 Panjatan dan SMP Negeri 2 Panjatan?

(27)

12 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan :

1. Peranan kepala sekolah dalam manajemen sarana dan prasarana di sekolah SMP Negeri 1 Panjatan dan SMP Negeri 2 Panjatan.

2. Faktor penghambat dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah SMP Negeri 1 Panjatan dan SMP Negeri 2 Panjatan.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat menambah pemahaman dan pengetahuan tentang keilmuan dari prodi Manajemen Pendidikan khususnya mengenai peran kepala sekolah dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan, Kemudian untuk menambah khasanah keilmuan Manajemen Pendidikan terutama dalam pengembangan mata kuliah Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini bisa bermanfaat bagi kepala sekolah, sekolah, siswa, serta jurusan Administrasi Pendidikan.

a. Kepala Sekolah

Dapat dijadikan data atau bahan dalam pengembangan kemampuan profesional dalam mengelola sarana prasarana sekolah.

(28)

13

Dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan manajemen sekolah dalam mengelola, memanfaatkan, dan mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan.

c. Jurusan Administrasi Pendidikan

(29)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kepemimpinan

1. Konsep Dasar Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah subyek yang telah lama menjadi perhatian dunia ini. Dulu orang beranggapan bahwa studi kepemimpinan tidak dapat dibentuk sejak lahir, namun dalam studi empiris menunjukkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses pencapaian dan sangat logis untuk dipelajari, dipahami, dan pada akhirnya ditularkan kepada orang lain. Lembaga sekolah sebagai salah satu bentuk organisasi formal didalamnya senantiasa akan terdiri dari unsur tujuan, sekumpulan orang (pegawai, guru, dan siswa), serta adanya hierarki kewenangan. Untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan sekaligus agar dapat menggerakkan dan memotivasi orang-orang yang terlibat dalam situasi tersebut, diperlukan adanya suatu kepemimpinan.

Menurut Terry (1997: 410), “Leadership is the relationship in wich one

person, the leader, influences others to work together willingly on related task to attain that which the leader desires”. Kepemimpinan adalah hubungan antar orang di mana pemimpin mempengaruhi orang lain ke arah kemauan bersama dalam hubungannya dengan tugas-tugas untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan pemimpin.

(30)

15

banyak ditentukan oleh pemimpin, karena pemimpin merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh organisasi menuju tujuan yang akan dicapai. Arah yang dimaksud tertuang dalam strategi dan taktik yang disusun dan dijalankan oleh organisasi bersangkutan. Perumus serta penentu strategi dan taktik adalah pimpinan dalam organisasi tersebut.

Lunenberg dan Ornstein (2000: 114), “Leadership is a relationship between

two or more people in which influence and power are unevenly distributed”. Maksud dari pernyataan di atas adalah kepemimpinan adalah hubungan antara dua orang atau lebih dimana pengaruh dan kekuasaan didistibusikan tidak merata.

Kepemimpinan menurut Griffin (2003: 68) adalah proses sekaligus atribut. Kepemimpinan sebagai proses, berfokus pada apa yang sebetulnya dilakukan pemimpin. Lebih lanjut Griffin mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan penggunaan pengaruh tanpa ada paksaam untuk membentuk tujuan-tujuan organisasi, memotivasi perilaku kearah pencapaian tujuan-tujuan tersebut, dan membantu mendefinisikan kultur organisasi. Kepemimpinan sebagai atribut, adalah sekelompok karakteristik yang dimiliki oleh individu yang dipandang sebagai pemimpin.

(31)

16

Pengertian yang sama dengan Terry, Lunenburg, dan Robbins dikemukakan oleh Mulyasa (2006: 107) mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Pada kepemimpinan terdapat hubungan antar manusia, yaitu hubungan mempengaruhi (dari pemimpin) dan hubungan kepatuhan/ketaatan para pengikut karena dipengarugi oleh kewibawaan pemimpin. Para pengikut terkena pengaruh kekuatan dari pemimpinnya dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan pada pemimpin.

Nurkolis (2006: 154), “Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi”. Kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain kea rah tujuan tertentu adalah sebagai indikator keberhasilan seorang pemimpin. Menurut Wahyudi (2009:120),

“Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggerakkan, mengarahkan, sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara kerja setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan”.

(32)

17

Griffin juga menekankan bahwa kepemimpinan tidak menggunakan unsur paksaan atau tidak dengan kekerasan, sedangkan Nurkolis (2006), Mulyasa (2006), dan Wahyudi (2009) lebih menekankan pada kemampuan seseorang untuk menggerakkan, mengarahkan, dan mempengaruhi orang lain.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela untuk mencapai tujuan.

2. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2002: 83).

(33)

18

karya para pendidik dan menyediakan kesempatan pengembangan profesi pendidik.

Guna melaksanakan tugasnya tersebut dibutuhkan adanya kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Mulyasa (2003: 126) kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat dilihat berdasarkan kriteia berikut ini:

a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.

b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

c. Mampu manjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujan sekolah dan pendidikan.

d. Berhasil dalam meneerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain disekolah.

e. Bekerja dengan tim manajemen, serta

f. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru yang mempunyai kompetensi yang diberi tugas untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat berdaya guna secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.

(34)

19

pada tanggung jawab, kecakapan, dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolahnya.

3. Tanggung Jawab dan Fungsi Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan personil yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan yang berlangsung di sekolah, baik kegiatan pembelajaran maupun kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan upaya pengembangan dan memajukan sekolah.

Soemanto (1982: 38) menyatakan bahwa, kepala sekolah memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin di bidang pembelajaran dan kurikulum, administrasi kesiswaan, personalia, hubungan masyarakat, administrasi sarana prasarana, dan organisai sekolah. Ia juga berperan menjalankan tugas-tugas manajerial, menjalankan kepemimpinan untuk memajukan pembelajaran, dan mengembangkan kepemimpinan staf sekolah.

Sedangkan menurut Daryanto (2005: 8), kepala sekolah memiiki tanggung jawab dan wewenang penuh untuk menyelenggarakan kegiatan pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan kegiatan dan pencapaian hasil pendidikan dan pembelajaran disekolah. Inisiatif dan kreatifitas yang mengarah pada kemajuan sekolah merupakan tanggung jawabnya.

(35)

20

mempunyai fungsi dan tugas penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan kegiatan atau proses pendidikan dan pembelajaran disekolah. Kepala sekolah bertugas menyusun rencana dan program sekolah, membina kesiswaan, pembelajaran dan ketenagaan serta melaksanakan kerjasama dengan masyarakat.

4. Kompetensi Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai pengatur jalannya proses belajar mengajar di sekolah memiliki standar kompetensi yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah adalah sebagai berikut:

a. Kompetensi Kepribadian

1) Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.

2) Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.

3) Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah.

4) Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.

5) Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/madrasah.

(36)

21 b. Kompetensi Manajerial

1) Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.

2) Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan. 3) Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya

sekolah/madrasah secara optimal.

4) Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif.

5) Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.

6) Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

7) Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.

8) Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah. 9) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan

penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.

10)Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.

(37)

22

12)Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah.

13)Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.

14)Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.

15)Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.

16)Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.

c. Kompetensi Kewirausahaan

1) Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah. 2) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai

organisasi pembelajar yang efektif.

3) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.

4) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.

5) Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

(38)

23

1) Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

2) Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

3) Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

e. Kompetensi Sosial

1) Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah. 2) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

3) Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

B. Sarana dan Prasarana Pendidikan 1. Pengertian Sarana dan Prasarana

(39)

24

sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat/media dalam mencapai maksud atau tujuan.

Selanjutnya Yusak Burhanuddin (2005: 3) mendefinisikan bahwa sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien.

Menurut Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam buku Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2008: 273) sarana pendidikan merupakan semua fasillitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien. Sedangkan menurut Ibrahim Bafadal (2004: 3), prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang

pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.

(40)

25

sekolah sebagai sekaligus lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.

2. Macam-macam Sarana dan Prasarana

Terkait hubungannya dengan sarana pendidikan, Nawawi (1987) mengklasifikasikannya menjadi beberapa macam sarana pendidikan, yaitu:

a. Ditinjau dari habis tidaknya dipakai

Apabila dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu:

1) Sarana pendidikan yang habis dipakai.

Sarana pendidikan yang habis dipakai adalah segala bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat. Contohnya adalah kapur tulis yang biasanya digunakan guru dan siswa dalam pembelajaran, besi, kayu, dan kertas karton yang seringkali digunakan oleh guru dalam mengajar materi pelajaran keterampilan. Semua contoh tersebut merupakan sarana pendidikan yang apabila dipakai satu kali pakai atau beberapa kali bisa habis dipakai atau berubah sifatnya.

2) Sarana pendidikan yang tahan lama.

Sarana pendidikan yang tahan lama adalah keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama. Beberapa contohnya adalah bangku sekolah, mesin tulis, atlas, globe dan beberapa peralatan olah raga.

(41)

26

Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindahkan sesuai dengan kebutuhan pemakaiannya. Lemari arsip sekolah misalnya, merupakan sarana pendidikan yang bisa dipindahkan kemana-mana bila diinginkan. Demikian pula bangku sekolah termasuk sarana pendidikan yang bisa digunakan atau dipindahkan kemana saja.

2) Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak

Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak adalah semua sarana pendidikan yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan. Misalnya saja suatu sekolah yang sudah memiliki saluran dari PDAM. Semua peralatan yang berkaitan dengan itu, seperti pipanya, relative tidak mudah untuk dipindahkan ke tempat-tempat tertentu.

c. Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar.

Terkait hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua jenis sarana pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar, contohnya kapur tulis, atlas, dan sarana pendidikan lainnya yang digunakan guru dalam mengajar. Kedua, sarana pendidikan yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar, seperti lemari arsip di kantor sekolah merupakan sarana pendidikan yang tidak secara langsung digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar.

Sedangkan prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu:

(42)

27

2. Prasarana yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar. Contohnya adalah ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah dan tempat parkir kendaraan (Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, 2008: 274).

Media pendidikan mempunyai peranan yang lain dari alat peraga. Media pendidikan adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara di dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektifitas dan efisiensi, tetapi dapat pula sebagai pengganti peran guru.

3. Standar Sarana Prasarana SMP/MTs

Standar sarana dan prasarana Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007, yakni diuraikan sebagai berikut:

Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut: a. Ruang kelas

(43)

28

dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan; ruang kelas dilengkapi sarana sebagaimana mestinya.

b. Ruang Perpustakaan

1) Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempet kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.

2) Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan satu setengah kali luas ruang kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.

3) Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku.

4) Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah/madrasah yang mudah dicapai. 5) Ruang perpustakaan dilengkapi sarana perpustakaan.

c. Ruang Laboratorium IPA

1) Ruang laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran IPA secara praktek yang memerlukan peralatan khusus.

(44)

29

4) Ruang laboratorium IPA dilengkapi dengan fasilitas untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan mengamati objek percobaan.

5) Tersedia air bersih.

6) Ruang laboratorium IPA dilengkapi sarana laboratorium IPA. d. Ruang Pimpinan

1) Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan pengelolaan sekolah/madrasah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua murid, unsur komite sekolah/majelis madrasah, petugas dinas pendidikan, atau tamu lainnya

2) Luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan lebar minimum 3 m.

3) Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah/madrasah, dapat dikunci dengan baik.

4) Ruang pimpinan dilengkapi dengan sarana ruang pimpinan. e. Ruang Guru

1) Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta menerima tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya.

2) Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik dan luas minimum 40 m2 3) Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah/madrasah ataupun dari luar

(45)

30 f. Ruang Tata Usaha

1) Ruang tata usaha berfungsi sebagai tempat kerja petugas untuk mengerjakan administrasi sekolah/madrasah.

2) Rasio minimum luas ruang tata usaha 4 m2/petugas dan luas minimum 16 m2. 3) Ruang tata usaha mudah dicapai dari halaman sekolah/madrasah ataupun dari

luar lingkungan sekolah/madrasah, serta dekat dengan ruang pimpinan. 4) Ruang tata usaha dilengkapi dengan sarana ruang tata usaha.

g. Tempat Beribadah

1) Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah/madrasah melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah/madrasah.

2) Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap SMP/MTs, dengan luas minimym 12 m2.

3) Tempat beribadah dilengkapi dengan sarana tempat ibadah. h. Ruang Konseling

1) Ruang konseling berfungsi sebagai tempat peserta didik mendapatkan layanan konseling dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir.

2) Luas minimum ruang konseling 9 m2.

3) Ruang konseling dapat memberikan kenyamanan suasana dan menjamin privasi peserta didik.

(46)

31 i. Ruang UKS

1) Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah/madrasah.

2) Luas minimum ruang UKS 12 m2.

3) UKS dilengkapi dengan sarana ruang UKS. j. Ruang Organisasi Kesiswaan

1) Ruang organisasi kesiswaan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan kesekretariatan pengelolaan organisasi kesiswaan.

2) Luas minimum ruang organisasi kesiswaan 9 m2.

3) Ruang organisasi kesiswaan dilengkapi dengan sarana ruang OSIS. k. Jamban

1) Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil.

2) Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 40 peserta didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 30 peserta didik wanita, dan 1 unit jamban untuk guru. Jumlah minimum jamban tiap sekolah/madrasah 3 unit.

3) Luas minimum 1 unit jamban 2 m2.

4) Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan. 5) Tersedia air bersih di setiap unit jamban.

6) Jamban dilengkapi dengan sarana jamban. l. Gudang

(47)

32

tidak/belum berfungsi, dan tempat menyimpan arsip sekolah/madrasah yang telah berusia lebih dari 5 tahun.

2) Luas minimum gudang 21 m2. 3) Gudang dapat dikunci

4) Gudang dilengkapi dengan sarana gudang. m. Ruang Sirkulasi

1) Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar ruang dalam bangunan sekolah/madrasah dan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran, terutama pada saat hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung di halaman sekolah/madrasah.

2) Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan ruang-ruang di dalam bangunan sekolah/madrasah dengan luas minimum 30% dari luas total seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m, dan tinggi minimum 2,5 m.

3) Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan baik, beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

4) Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi pagar pengaman dengan tinggi 90-110 cm.

5) Bangunan bertingkat dilengkapi tangga. Bangunan bertingkat dengan panjang lebih dari 30 m dilengkapi minimum dua buah tangga.

(48)

33

7) Lebar minimum tangga 1,8 m, tinggi maksimum anak tangga 17 cm, lebar anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan tangan yang kokoh denga tinggi 85-90 cm.

8) Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.

9) Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan dan penghawaaan yang cukup.

n. Tempat Bermain/Berolahraga

1) Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.

2) Tempat bermain/berolahraga memiliki rasio luas minimum 3 m2/peserta didik. Apabila jumlah peserta didik kurang dari 334 orang, luas minimum tempat bermain/olahraga adalah 1000 m2.

3) Di dalam luas tersebut terdapat tempat berolahraga berukuran minimum 30 m x 20 m yang memiliki permukaan datar, drainase baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda lain yang mengganggu kegiatan olahraga.

4) Tempat bermain sebagian ditanami pohon peghijauan.

5) Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir.

(49)

34

C. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan 1. Konsep Manajemen Sarana dan Prasarana

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien (Ibrahim Bafadal, 2003: 24). Definisi ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di sekolah perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran di sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien.

Menurut Rohiat (2010: 26), manajemen sarana dan prasarana adalah kegiatan yang mengatur untuk mempersiapkan segala peralatan/material bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Manajemen sarana dan prasarana dibutuhkan untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar. Guna mendayagunakan semua fasilitas yang dimiliki agar dapat memberikan kontribusi yang baik dalam proses pendidikan, maka sarana prasarana pendidikan tersebut harus dikelola dengan baik. Kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana di sekolah membutuhkan suatu proses sebagaimana terdapat dalam manajemen yang ada pada umumnya, yaitu mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Segala sesuatu yang dibutuhkan oleh sekolah perlu direncanakan dengan cermat berkaitan dengan sarana dan prasarana yang mendukung semua proses pembelajaran.

(50)

35

penataan yang bersangkut paut dengan pengadaan. Pendayagunaan dan pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

Dari berbagai pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah suatu proses pendayagunaan semua sarana prasarana pendidikan yang ada dengan efektif dan efisien guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

2. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sekolah perlu meningkatkan mutu pendidikan melalui pengembangan program pendidikan dan pengajaran dengan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar siswa. Untuk melaksanakan hal tersebut, maka pengelolaan sarana dan prasarana perlu dikelola dengan sebaik-baiknya. Hal yang perlu diperhatikan adalah masalah pemeliharaan dan pengawasan tentang sarana dan prasarana tersebut. Bilamana hal-hal di atas dilakukan dengan baik, maka sarana dan prasarana dapat dipakai dan digunakan dengan perasaan yang menyenangkan oleh para pemakainya.

Ibrahim Bafadal (2004: 7) menyatakan bahwa kegiatan manajemen sarana dan prasarana pendidikan itu meliputi: pengadaan, pendistribusian, pemakaian dan pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan.

a. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

(51)

36

menggantikan barang-barang yang rusak, hilang, dihapuskan atau sebab-sebab lain yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga memerlukan pergantian, dan untuk menjaga tingkat persediaan barang setiap tahun anggaran mendatang. Berkenaan dengan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah ada beberapa hal yang perlu difahami, di antaranya yakni:

1) Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Suatu kegiatan administrasi/manajemen/pengelolaan yang baik dan tidak gegabah tentu diawali dengan suatu perencanaan (planning/programming) yang matang dan baik dilaksanakan demi menghindari terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan.

Dua orang teoritisi administrasi lain yang menjelaskan tentang prosedur perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah adalah Emery Stoops dan Russel E. Johnson (1969). Pasangan penulis tersebut menegaskan bahwa prosedur perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah adalah:

1. Pembentukan panitia pengadaan barang atau perlengkapan 2. Penetapan kebutuhan perlengkapan

3. Penetapan spesifikasi

4. Penetapan harga satuan perlengkapan 5. Pengujian segala kemungkinan 6. Rekomendasi

7. Penilaian kembali

(52)

37

Selanjutnya menurut Tim Pengembangan Dewan Pendidikan Komite Sekolah Depdiknas RI (2007: 6), komite sekolah memiliki peran sebagai berikut. 1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan

kebijakan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.

2. Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud financial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. 3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas

penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan.

Berdasarkan uraian tentang prosedur perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah sebagaimana dikemukakan di atas, dapat ditegaskan bahwa proses perencanaan pengadaan sarana dan prasarana di sekolah tidak mudah. Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan bukanlah sekadar sebagai upaya pencarian ilham, melainkan upaya memikirkan perlengkapan yang diperlukan di masa yang akan datang dan bagaimana pengadaannya secara sistematis, rinci dan teliti berdasarkan informasi yang realistis tentang kondisi sekolah (Ibrahim Bafadal, 2004: 27).

2). Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan

(53)

38

Ada beberapa cara yang dapat ditempuh oleh pengelola perlengkapan sekolah untuk mendapatkan perlengkapan yang dibutuhkan sekolah, antara lain dengan cara:

a) Pembelian, untuk membeli sarana dan prasarana di sekolah dapat ditempuh dengan cara membeli di pabrik, membeli di toko dan memesan. b) Hadiah atau sumbangan, selain dengan cara membeli, perlengkapan

sekolah juga bisa diperoleh dari hadiah atau sumbangan perorangan maupun organisasi, badan-badan atau lembaga-lembaga tertentu.

c) Tukar menukar, untuk memperoleh tambahan sarana dan prasarana, pengelola sarana dan prasarana sekolah bisa mengadakan hubungan kerjasama dengan pengelola sarana dan prasarana sekolah lainnya. Hubungan kerjasama tersebut berupa saling menukar perlengkapan sekolah.

d) Meminjam, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah bisa dilakukan dengan cara meminjam kepada pihak-pihak tertentu. Pihak-pihak yang dapat dipinjam adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru ataupun orang tua murid (Ibrahim Bafadal, 2003: 32).

b. Pendistribusian Sarana dan Prasarana Sekolah

Barang-barang perlengkapan sekolah (sarana dan prasarana) yang telah diadakan dapat didistribusikan. Pendistribusian atau penyaluran perlengkapan merupakan kegiatan pemindahan barang dan tanggungjawab dari seorang penanggungjawab penyimpanan kepada unit-unit atau orang-orang yang membutuhkan barang itu. Terdapat tiga langkah yang sebaiknya ditempuh oleh bagian penanggungjawab penyimpanan atau penyaluran, yaitu: (1) penyusunan alokasi barang; (2) pengiriman barang; (3) penyerahan barang (Ibrahim Bafadal, 2004: 32).

(54)

39

adalah pegawai tata usaha. Kebijaksanaan pendistribusian ini hendaklah ditekankan kepada efisien dan fleksibilitas, maksudnya bila diperlukan sewaktu-waktu segera dapat disediakan (Daryanto, 2001: 52).

c. Penggunaan dan Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan 1) Penggunaan/Pemakaian Sarana dan Prasarana Pendidikan

Begitu barang-barang yang telah diadakan itu didistribusikan kepada bagian-bagian kelas, perpustakaan, laboratorium, tata usaha atau personel sekolah berarti barang-barang tersebut sudah berada dalam tanggungjawab bagian-bagian atau personel sekolah tersebut. Atas pelimpahan itu pula pihak-pihak tersebut berhak memakainya utnuk kepentingan proses pendidikan di sekolahnya. Pada kaitannya dengan pemakaian perlengkapan pendidikan itu, ada dua prinsip yang harus selalu diperhatikan yaitu prinsip efektifitas dan prinsip efisiensi. Dengan prinsip efektifitas berarti semua pemakaian sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus digunakan semata-mata dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik secara langsng maupun tidak langsung. Sedangkan dengan prinsip efisisiensi berarti pemakaian semua sarana dan prasarana pendidikan di sekolah secara hemat dan dengan hati-hati sehingga semua perlengkapan yang ada tidak mudah habis, rusak atau hilang (Ibrahim Bafadal, 2004: 42).

Selain itu menurut Eka Prihatin (2011: 61), yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sarana dan prasarana adalah:

1. Menyusun jadwal penggunaan harus dihindari benturan dengan kelompok lainnya.

(55)

40

3. Waktu/jadwal penggunaan hendaknya daijukan pada waktu awal tahun ajaran.

4. Penugasan/penunjukkan personil sesuai dengan keahlian pada bidangnya. 5. Penugasan/penunjukkan personil sesuai dengan keahllian pada

bidangnya, misalnya: petugas laboratorium, perpustakaan, operator komputer, dan sebagainya.

6. Penjadwalan dalam penggunaan sarana dan prasarana sekolah. 2) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

J. Mamusung (Eka Prihatin, 2011: 60) pemeliharaan adalah suatu kegiatan dengan pengadaan biaya yang termasuk dalam keseluruhan anggaran persekolahan dan diperuntukan bagi kelangsungan “building” dan “equipment” serta “furniture” termasuk penyediaan biaya bagi kepentingan perbaikan dan

pemugaran serta penggantian. Agar setiap barang yang kita miliki senantiasa dapat berfungsi dan digunakan dengan lancar tanpa banyak menimbulkan gangguan/hambatan maka barang-barang tersebut perlu dirawat secara baik dan kontinu untuk menghindari adanya unsur-unsur pengganggu/perusaknya. Dengan demikian kegiatan rutin untuk mengusahakan agar barang tetap dalam keadaan baik dan berfungsi baik pula (running well) disebut pemeliharaan atau perawatan (service).

(56)

41

Pada prinsipnya kegiatan pemeliharaan dilakukan agar setiap sarana dan prasarana itu senantiasa siap pakai dalam proses/kegiatan belajar mengajar. Aktifitas, kreatifitas serta rasa tanggung jawab adalah kunci dari keberhasilan kegiatan pemeliharaan demi optimalisasi daya pakai dan daya guna setiap barang kita (Ari H. Gunawan, 1996: 146).

d. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Sekolah

Salah satu aktifitas dalam pengelolaan perlengkapan pendidikan di sekolah adalah mencatat semua perlengkapan yang dimiliki oleh sekolah. Pada umumnya, kegiatan pencatatan semua perlengkapan itu disebut dengan istilah inventarisasi perlengkapan pendidikan. Kegiatan tersebut merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar barang milik Negara secara sistematis, tertib dan teratur berdasarkan ketentan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku.

Melalui inventarisasi perlengkapan pendidikan diharapkan akan tercipta ketertiban administrasi barang, penghematan keuangan, mempermudah dalam pemeliharaan dan pengawasan. Lebih lanjut, inventarisasi mampu menyediakan data dan informasi untuk perencanaan. Kegiatan inventarisasi perlengkapan pendidikan meliputi dua kegiatan, yaitu:

1) Kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan kode barang perlengkapan.

(57)

42

perpustakaan sekolah dan perabot-perabot lainnya. Sedangkan barang-barang bukan inventaris adalah semua barang habis pakai, seperti kapur tulis, karbon, kertas, pita mesin tulis dan barang-barang yang statusnya tidak jelas.

Baik barang inventaris maupun barang bukan inventaris yang diterima sekolah harus dicatat di dalam buku penerimaan. Setelah itu, khusus barang-barang inventaris dicatat di dalam buku induk inventaris dan buku golongan inventaris. Sedangkan khusus barang-barang bukan inventaris dicatat di dalam buku induk bukan inventaris dan kartu (bisa berupa buku) stok barang (Ibrahim Bafadal. 2004: 57).

Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan inventaris perlengkapan pendidikan di sekolah adalah membuat kode barang dan menuliskannya pada badan perlengkapan pendidikan di sekolah, terutama yang tergolong sebagai barang inventaris. Kode barang adalah sebuah tanda yang menunjukkan kepemilikan barang. Kode tersebut ditulis pada barang yang sekiranya mudah dilihat dan dibaca. Tujuan pembuatan dan penulisan kode adalah untuk memudahkan semua pihak dalam mengenal kembali semua perlengkapan pendidikan di sekolah, baik ditinjau dari kepemilikan, penanggungjawab maupun jenis dan golongannya.

(58)

43

2. Kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan laporan.

Semua perlengkapan pendidikan di sekolah atau barang inventaris sekolah harus dilaporkan, termasuk perlengkapan baru kepada pemerintah, yaitu departemennya.Sekolah-sekolah swasta wajib melaporkannya kepada yayasannya. Laporan tersebut seringkali disebut dengan istilah laporan mutasi barang. Pelaporan tersebut dilakukan sekali dalam setiap triwulan, misalnya pada setiap bulan Juli, Oktober, Januari dan April tahun berikutnya.

Biasanya di sekolah itu ada barang rutin dan barang proyek. Bilamana demikian halnya, maka pelaporannya pun harus dibedakan. Dengan demikian, ada laporan barang rutin dan laporan barang proyek (Ibrahim Bafadal, 2004: 61). e. Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Yang dimaksud dengan penghapusan adalah kegiatan yang mempunyai tujuan untuk menghapuskan barang-barang milik Negara dari daftar inventaris Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penghapusan sebagai salah satu fungsi dari pengelolaan perlengkapan mempunyai arti sebagai berikut.

1) Mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi kerugian yang lebih besar, yang disebabkan oleh:

a) Pengeluaran yang semakin besar untuk pemeliharaan/perbaikan barang-barang yang kondisinya semakin buruk.

b) Pemborosan biaya untuk pengamanan barang kelebihan atau barang-barang lain yang karena beberapa sebab tidak dipergunakan lagi.

(59)

44

3) Membebaskan barang dari tanggung jawab satuan organisasi yang mengurusnya menurut peraturan dan ketentuan yang berlaku (Piet A. Sahertian, 1994: 198). Barang-barang yang dapat dihapuskan dari daftar inventaris harus memenuhi salah satu atau lebih dari syarat-syarat di bawah ini:

1. Keadan rusak berat sehingga tidak dapat diperbaiki atau dipergunakan lagi 2. Perbaikan akan menelan biaya yang besar sekali sehingga merupakan

pemborosan uang Negara.

3. Secara teknis dan ekonomis kegunaan tidak seimbang dengan biaya pemeliharaan.

4. Penyusutannya berada di luar kekuasaan pengurus barang (misalnya bahan-bahan kimia).

5. Barang kelebihan yang jika disimpan lebih lama, akan rusak dan tidak dapat dipakai lagi.

6. Ada penurunan efektifitas kerja, misalnya dengan mesin tulis baru sebuah konsep dapat diselesaikan dalam waktu lima hari, tetapi dengan mesin tulis yang hampir rusak harus diselesaikan dalam waktu 10 hari.

7. Dicuri, terbakar, diselewengkan, musnah akibat bencana alam, dan sebagainya.

Sebagaimana disampaikan oleh Ary H. Gunawan (1996: 151), dalam pelaksanaan penghapusan dikenal dua jenis cara, yaitu:

1. Menghapus dengan menjual barang-barang melalui kantor lelang Negara prosedurnya adalah sebagai berikut:

a. Pembentukan Panitia Penjualan oleh Pimpinan Unit Utama (Rektor, Kopertis, dsb) yang bersangkutan.

b. Melaksanakan sesuai prosedur lelang. c. Mengikuti cara pelanggan yang berlaku.

d. Pembuatan “risalah lelang” oleh kantor lelang, yang menyebutkan banyaknya nama barang, keadaan barang yang dilelang serta nama dan alamat pelelang serta harga jualnya.

e. Pembayaran uang lelang yang disetorkan pada kas Negara, selambat-lambatnya tiga hari kerja setelah hari lelang.

(60)

45 2. Pemusnahan

Menurut Ari H. Gunawan (1996:151), pemusnahan terhadap barang barang yang diusulkan untuk dihapus harus sesuai surat keputusan untuk dimusnahkan, maka pemusnahannya dilakukan unit kerja yang bersangkutan dengan disaksikan oleh pejabat pemerintah daerah setempat (minimal Lurah/Kades) dan atau kepolisian Negara, serta mengikuti segala tata cara pemusnahan yang berlaku (dibakar, dikubur, dsb).

D. Kepala Sekolah dalam Pengelolaan Sarana dan Prasarana 1. Peranan Kepala Sekolah Sebagai Manajer

Mulyasa (2005: 103) menyatakan bahwa dalam menjalankan fungsi dan perannya sebagai manajer, maka kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Manajer adalah orang yang mengatur pekerjaan atau kerjasama di antara berbagai kelompok atau sejumlah orang untuk mencapai sasaran. Manajer berwenang dan bertanggung jawab membuat rencana, mengatur, memimpin serta mengendalikan suatu kerja sama untuk mencapai sasaran.

(61)

46

actuating, and controlling, performedia determine and accomplish stated

objectives by the use of human beings and other recources”.

Manajemen adalah proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan yang diselenggarakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan potensi manusia dan sumber daya lainnya.

Dari pengertian ini, maka kepala sekolah sebagai manajer sekolah mengatur dan mengelola segenap potensi sekolah melalui tahap merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengawasi potensi-potensi tersebut untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan.

a. Perencanaan

Perencanaan adalah tindakan menentukan tujuan apa yang akan dicapai, apa langkah yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, di mana dilakukan, siapa yang melakukan, serta kapan dilakukan tentang suatu upaya untuk mencapai tujuan sekolah yang ditetapkan. Perencanaan sarana prasarana sekolah dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu (1) mengadakan analisis terhadap materi pelajaran yang mana yang membutuhkan alat atau media dalam penyampaiannya dan kemudian dibuatkan daftar kebutuhan alat-alat media, (2) mengadakan perhitungan perkiraan biaya, (3) menyusun prioritas kebutuhan, (4) menunda pengadaan alat untuk perencanaan tahun berikutnya, dan (5) menugaskan kepada staf untuk melaksanakan pengadaan (Depdiknas, 2007: 13).

b. Pengorganisasian

(62)

47

(Depdiknas, 2001: 803). Pada tahap ini kepala sekolah mengatur, menyusun, menetapkan potensi-potensi sekolah yang ada meliputi guru, staf, dan pihak-pihak yang terkait menjadi satu kesatuan fungsi untuk mendukung upaya pencapaian tujuan.

Pada pengorganisasian sekolah, kepala sekolah perlu mengetahui karakteristik kemampuan guru dan staf lainnya, sehingga dapat menempatkan mereka pada posisi sesuai serta mengetahui tugas apa yang sedang dikerjakan, sehingga tidak menjadi beban tugas yang berlebihan.

c. Penggerakkan atau Pelaksanaan

Menurut Depdiknas (2007: 36), pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana dimaksudkan berkaitan dengan penggunaannya dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu adanya pengarahan yakni berupa informasi, petunjuk, bimbingan, kepada guru dan peserta didik mengenai penggunaan sarana dan prasarana. Pelaksanaan atau penggunaan sarana prasarana mengikuti beberapa pengaturan agar sarana prasarana yang dimiliki bisa digunakan secara optimal. Pengaturan tersebut meliputi aturan tempat penyimpanan sarana prasarana berdasarkan frekuensi penggunaan sarana prasarana pendidikan, karakteristik kelompok sasaran pengguna sarana prasarana, tujuan pembelajaran, penggunaan media, respon siswa, dan keefektifan media/sarana.

Menurut Yusak Burhanuddin (2005: 5), kegiatan penggunaan sarana prasarana pendidikan didasarkan pada beberapa hal, antara lain.

1) Menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran, usianya, jenjang pengetahuan, keterampilan, dan sikap awal.

(63)

48

3) Memilih, memodifikasi atau merancang/mengembangkan materi dan sarana yang tepat.

4) Menggunakan materi dan media (sarana).

5) Respon siswa yang diharapkan yakni guru sebaiknya mendorong siswa untuk bisa memberikan respon dan umpan balik mengenai keefektifan proses pembelajaran.

6) Mengevaluasi proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa mengenai tujuan pembelajaran, keefektifan media/sarana, pendekatan, dan pencapaian guru.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan atau penggunaan sarana prasarana mengikuti beberapa pengaturan agar sarana prasarana yang dimiliki bisa digunakan secara optimal. Pengaturan tersebut meliputi aturan tempat penyimpanan sarana prasarana berdasarkan frekuensi penggunaan sarana prasarana pendidikan, karakteristik kelompok sasaran pengguna sarana prasarana, tujuan pembelajaran, penggunaan media, respon siswa, dan keefektifan media/sarana.

2. Peranan Kepala Sekolah Sebagai Administrator

Peran administrator kepala sekolah dalam mengelola sarana prasarana menurut Jamal Ma’mur Asmani (2012: 102) yaitu mengupayakan ketersediaan

(64)

49

sekolah yang menjadi peranannya menjadi kepala sekolah sebagai administrator dalam mengelola sarana dan prasarana sekolah.

Mulyasa (2004: 108) menyatakan bahwa kemampuan mengelola administrasi sarana dan prasarana sekolah harus diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data administrasi gedung dan ruang, pengembangan data administrasi meubeler, pengembangan kelengkapan data administrasi alat mesin kantor (AMK), pengembangan kelengkapan data administrasi buku atau bahan pustaka, pengembangan kelengkapan data administrasi alat laboratorium, serta pengembangan kelengkapan data administrasi alat bengkel dan workshop.

Dari pernyataan yang telah disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peran administrator kepala sekolah meliputi kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, penggunaan, dan pengendalian / evaluasi dalam hal pengelolaan sarana dan prasarana sekolah.

E. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Anto Rahardi (2012) dalam skripsinya tentang peranan kepala sekolah dalam pengembangan sarana prasarana lembaga pendidikan islam di sekolah Amanasak, Pattani, Thailand.

(65)

50

prasarana sekolah Amanasak, Pattani, Thailand serta untuk mendeskripsikan upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah agar sarana prasarana lembaga pendidikan Islam di sekolah Amanasak, Pattani, Thailand dapat terus berkembang dan bertahan di masa yang akan datang.

Setelah diadakan penelitian tersebut maka hasilnya adalah bahwa (1) Pada kegiatan pengembangan sarana prasarana di Sekolah Amanasak, terbukti bahwa adanya peran kepala sekolah yang sangat vital untuk perkembangan sekolah selanjutnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Peran yang dilakukan oleh kepala Amanasak Pattani khususnya untuk mengembangkan sarana prasarana adalah sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator bagi seluruh personil sekolah. Peran tersebut dijalankan semaksimal mungkin dengan penuh tanggungjwab supaya semua perangkat sekolah dapat berjalan bersama-sama mengembangkan sekolah Amanasak, terutama di bidang sarana prasarana. (2) Upaya kepala sekolah dalam mengembangkan lembaga pendidikan di Amanasak Pattani, adalah dengan mengefisienkan pengeluaran sekolah, menciptakan kerjasama dengan masyarakat, membuat sistem pemeliharaan sarana prasarana, dan

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 1. Responden Penelitian
Gambar 2.
Tabel 3.  Data Jumlah Guru SMP Negeri 1 Panjatan Tahun Ajaran 2013/2014.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Titik tolak dari masalah penelitian ini adalah apakah kinerja Kepala Sekolah, Pemanfaatan Sarana Prasarana berpengaruh terhadap Produktivitas Sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses manajemen yang meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemeliharaan, dan pengendalian sarana dan

77,78% (7responden) wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana, 88,89% (8responden) guru pendidikan jasmani dan 82,38% (594responden) siswa berpendapat bahwa

riset dari (Indah, 2014) tentang perencanaan dan pengadaan Sarpras SDN 2 Curup Timur terlihat ada kemiripan kualitas manajemen sarana prasarana sekolah. Namun kajian di

183 Ibid.. staf dalam meningkatkan manajemen sarana dan prasarana pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa Kepala sekolah beserta staf selalu bekerja

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pelaksanaan Manajemen Sarana dan Prasarana di Pondok Pesantren Darul Falah Enrekang yang meliputi perencanaan,

Observasi dilakukan terhadap perilaku kepala sekolah, guru dan pengurus komite sekolah dalam pemeliharaan sarana prasarana meliputi perencanaan, pelaksanaan dan

Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa manajemen sarana dan prasarana yang meliputi perencanaan, Pengadaan, Penyimpanan, Inventarisasi, Pemeliharaan, dan Penghapusan sudah dilakukan