31 BAB III
METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Model Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan atau Research and Development
(RnD) atau sering disebut pengembangan adalah strategi atau metode
penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Penelitian dan pengembangan adalah proses atau langkah-langkah dalam
rangka mengembangkan satu produk baru atau memperbaiki
produk-produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan (Tegeh, 2014).
Model pengembangan yang akan peneliti gunakan adalah model
ADDIE (Analisis-Design-Development-Implementasi-Evaluation). Model
ini dikembangkan oleh Molenda dan Reiser (2003). Model ini sering
digunakan untuk menggambarkan pendekatan sistematis untuk
pengembangan instruksional. Selain itu, Molenda juga mengatakan bahwa
model ADDIE merupakan model pembelajaran yang bersifat umum dan
sesuai digunakan untuk penelitian pengembangan. Ketika digunakan
dalam pengembangan, proses ini dianggap berurutan tetapi juga interaktif
(Molenda, 2003).
Sejalan dengan pendapat Molenda, Cheung (2016:4) menyatakan
bahwa ADDIE adalah model yang mudah untuk digunakan dan dapat
diterapkan dalam kurikulum yang mengajarkan pengetahuan,
keterampilan, ataupun sikap. Selain itu, menurut Mulyatiningsih (2011:5)
model ADDIE adalah model yang dianggap lebih rasional dan lebih
32
digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti
model, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan bahan ajar.
Menurut Branch (2009:2), langkah-langkah pengembangan media
pembelajaran dengan model ADDIE yaitu:
Gambar 3.1: Bagan Pengembangan Model ADDIE (Branch, 2009:2)
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Dengan penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti
di Sekolah Indonesia Bangkok dengan judul Pengembangan Komik
Pewayangan untuk Kegiatan Seks Edukasi Bagi Siswa Kelas Atas Sekolah
Dasar, adapun langkah-langkah penelitian mengacu pada model
pengembangan ADDIE ada lima langkah, adapun 5 langkah-langkah yang
digunakan adalah:
1. Analyse (Analisis)
Tahap pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah tahap analisis
penelitian. Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis kebutuhan.
33
observasi. Tahap ini diperlukan untuk mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran yang
didalamnya termasuk tujuan dan objek media yang dibuat,
pengetahuan dan kemahiran yang dibutuhkan oleh peserta didik,
peralatan dan keperluan media pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara yang didapat peneliti, data yang
diperoleh dari narasumber bahwa kegiatan pembelajaran yang
dilakukan berdasarkan kurikulum 2013, tetapi guru masih jarang
menggunakan media pembelajaran dan peserta didik disisi lain jauh
dari Negara Indonesia sehingga siswa mengalami kesulitan untuk
mengenal budaya Indonesia secara langsung. Sedangkan melalui
observasi kondisi Negara Thailand memiliki permasalahan tentang
seksualitas seperti menyukai sesame jenis, kekerasan seksual dan lain
sebagainya.
Berdasarkan pemaparan diatas peneliti ingin mengembangkan
sebuah media pembelajaran komik pewayangan untuk mengenalkan
budaya dan mengedukasi tentang seksualitas kepada peserta didik.
2. Design (Perancangan)
Hasil dari analisis dijadikan pedoman dalam proses perencanaan
media pembelajaran, sehingga media yang diharapkan untuk proses
pembelajaran dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
karakter peserta didik sekolah dasar. Peneliti melakukan
34
a. Pengembangan media sesuai dengan kebutuhan peserta didik
yang yang kurang mengetahui budaya Indonesia akibat jauh dari
Negara Indonesia dan memiliki permasalah diwilayahnya tentang
seksualitas dan minimnya pembelajaran dan kegiatan yang
mengedukasi tentang seks.
b. Membuat media komik pewayangan semenarik mungkin, supaya
siswa tertarik untuk mengetahui tentang Pendidikan seks.
Perancangan media komik pewayangan dapat dilihat dari segi
konstruk dan segi konten, adapun penjabarannya sebagai berikut:
a) Segi Konstruk/Tampilan
Media komik pewayangan di desain menjadi buku komik
cetak yang berukuran A5, melalui cerita dengan tokoh
pewayangan, komik dibuat full color dan bahan untuk
mencetak komik adalah kertas art paper.
b) Segi Konten/Isi
Media komik pewayangan digunakan untuk mempermudah
siswa dalam memahami Pendidikan seksual melalui cerita
dengan tokoh wayang yang didalamnya terdapat nilai moral,
pengenalan budaya dan edukasi seks.
3. Development (Pengembangan)
Pengembangan media ini adalah tahap ketiga dari proses model
pengembangan ADDIE. Kegiatan yang dilakukan adalah
35
seks. Setelah desain produk telah disusun, dikembangkan melalui
menyediakan perangkat yang merupakan solusi dari masalah yang ada
disesuaikan dengan hasil penelitian. Langkah pengembangan
mencakup kegiatan menggabungkan metode, media, serta strategi
pembelajaran yang sesuai dan yang telah disiapkan untuk diterapkan
pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Peneliti melakukan tahap validasi media terhadap ahli materi dan
ahli media untuk menguji kelayakan media sebelum diterapkan
kepada siswa kelas atas sekolah dasar agar materi yang disampaikan
sesuai dengan karakteristik siswa. Pada tahap ini prototype media
akan dilihat dan akan direvisi oleh tim ahli media, tim ahli materi dan
ahli pembelajaran.
4. Implementation (Implementasi)
Setelah melakukan tahap validasi media, peneliti menerapkan
media pengembangan pada siswa kelas VI di SIB (Sekolah Indonesia
Bangkok). Untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas
pembelajaran yang meliputi keefektifan, kemenarikan dan efesiensi
yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa. Selama uji
coba, peneliti membuat sebuahh catatan tentang kekurangan dan
kendala yang terjadi ketika produk tersebut diimplementasikan, selain
itu peserta didik diberikan angket respon mengenai penggunaan media
36 5. Evaluation (Evaluasi)
Evaluasi dilakukan dalam dua bentuk yaitu evaluasi formatif dan
sumatif. Evaluasi formatif dilakukan pada setiap akhir tatap muka
(mingguan) sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah kegiatan
berakhir secara keseluruhan (semester). Evaluasi sumatif mengukur
kompetensi akhir dari mata pelajaran atau tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk memberi umpan balik
kepada pihak pengguna model/metode.
Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data berupa komentar
dan saran dari validasi dari ahli media, ahli materi, dan ahli
pembelajaran untuk menyempurnakan media sebelum
diimplementasikan langsung di Sekolah Indonesia Bangkok. Apabila
hasil akhir dari pengembangan media komik pewayangan ini tidak
sesuai dengan yang diharapkan maka akan ada revisi dan penyesuaian
yang memiliki kekurangan setelah produk diaplikasikan dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakan ditempat penelitian sehingga produk
tersebut efektif untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah di Bangkok-Thailand. Penelitian
dilakukan pada siswa kelas VI di SIB (Sekolah Indonesia Bangkok).
37 D. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan beberapa Teknik pengumpulan data, adapun
tekniknya sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai subjek
penelitian. Sesuai langkah model ADDIE yaitu dengan menganalisis
kebutuhan siswa, analisis karakteristik dan kesulitan siswa. Pada
proses ini peneliti mencari analisis kebutuhan terlebih dahulu kepada
bapak/ibu dosen yang sudah mengetahui keadaan pembelajaran di
SIB. Kegiatan tersebut dilakukan di Sekolah Indonesia Bangkok pada
bulan April 2018. Tidak hanya mencari tahu, peneliti juga mencatat
serta merekam hal-hal dari hasil analisis kebutuhan tersebut. Kegiatan
ini dilakukan untuk mengetahui masalah yang sedang terjadi dalam
proses pembelajaran dan observasi ini bertujuan untuk
mengembangkan dan mengetahui respon guru dan siswa terhadap
penggunaan media komik pewayangan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan pada guru kelas VI untuk mengetahui
kendala dalam proses pembelajaran serta proses pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik. Adakah kegiatan untuk mengenalkan
budaya Indonesia kepada peserta didik mengingat jauh dari Negara
asal, serta pada materi apa atau kegiatan yang bagaimana untuk
38
keadaan Negara Thailand yang bermasalah dengan seksualitas.
Wawancara bertujuan untuk mencari data, dengan menyimpulkan
semua jawaban narasumber yaitu guru kelas VI SIB (Sekolah
Indonesia Bangkok).
3. Angket
Peneliti menggunakan angket untuk mengetahui kemenarikan
media komik pewayangan. Tahap ini dilakukan untuk memenuhi
langkah-langkah model ADDIE dari pengembangan produk sampai
tahap evaluasi. Angket untuk mengumpulkan data pada saat
pembuatan media seperi angket validasi ahli media dan ahli materi.
Angket validasi ahli media diajukan kepada dosen ahli media
sedangkan angket ahli materi diajukan kepada dosen ahli materi.
Penilaian media juga diambil dari penilaian guru kelas VI. kemudian
peneliti membuat kesimpulan dari hasil angket penilaian validasi
sebagai tindak lanjut untuk memperbaiki media komik pewayangan
agar menghasilkan media yang lebih baik untuk diimplementasikan
kepada siswa dan dapat membantu guru dalam penyampaian materi.
4. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan oleh peneliti untuk mendokumentasikan
kegiatan pada saat implementasi media dalam pembelajaran yang
melibatkan guru, siswa dan peneliti. Peneliti dalam mengambil
dokumentasi berupa foto yang bertujuan untuk melengkapi data dan
39
akan diolah menjadi analisis deskriptif. Peneliti mengambil
dokumentasi seperti keadaan kelas VI dan pada saat peneliti
mengimplementasikan media komik pewayangan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian pengembangan digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh data pada pengembangan media komik pewayangan. Pada
instrumen ini terdapat lembar validasi dari ahli materi dan ahli media,
lembar observasi, wawancara dan angket. Peneliti menggunakan
instrument sebagai berikut:
1. Panduan Observasi
Pengambilan data menggunakan cara pengamatan langsung
terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru didalam kelas. Peneliti
melakukan kegiatan ini untuk mengamati proses pembelajaran di kelas
VI, untuk mendapatkan permasalahan yang dialami guru dalam
mengajar dan karakteristik kebutuhan siswa dalam pengenalan budaya
dan edukasi tentang seks. Batasan dari peneliti ini hanya mengamati
keadaan kelas, proses pembelajaran pada waktu guru menjelaskan
materi, dan sarana dan prasarana yang terdapat pada kelas VI di
Sekolah Indonesia Bangkok. Aspek yang diamati oleh peneliti, antara
lain:
Tabel 3.1 : Kisi-kisi Observasi Keadaan Kelas dalam Proses Pembelajaran
No Aspek Indikator
1. Keadaan Kelas VI a. Kondisi ruang kelas VI b. Kondisi tempat duduk siswa
2. Sarana dan Prasarana a. Fasilitas penunjang seperti papan tulis, LCD proyektor
40
b. Penggunaan buku pegangan siswa
c. Penggunaan media dalam
pembelajaran
3. Proses Pembelajaran a. Media pembelajaran yang digunaka guru
b. Antusias siswa terhadap pembelajaran c. Keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran
2. Panduan Wawancara
Peneliti melakukan wawancara kepada guru untuk mengetahui
bagaimana guru menyampaikan tentang budaya Indonesia dan
Pendidikan seksual, kesulitan guru dalam menjelaskan materi, metode
pembelajaran yang diterapkan dan bagaimana penggunaan media
pembelajaran. Dengan wawancara peneliti dapat mengumpulkan data
dari hasil analisis berupa wawancara. Peneliti melakukan wawancara
kepada guru kelas VI di SIB. Berikut adalah kisi-kisi wawancara dalam
proses pembelajaran, antara lain:
Tabel 3.2: Kisi-kisi Wawancara Proses Pembelajaran
No Daftar Pertanyaan
1. Apakah Bapak/Ibu memberikan Pendidikan seks di SD? 2. Apakah Pendidikan seks perlu diberikan di SD?
3. Apakah Bapak/Ibu merasa kesulitan saat memberikan materi Pendidikan seks di kelas?
4. Apakah anak-anak mendapat pendampingan pembelajaran seks di rumah?
5. Apakah Bapak/Ibu guru membutuhkan sebuah media untuk membantu siswa dalam memberikan materui Pendidikan seks? 3. Panduan Angket
a. Angket guru
Peneliti membuat angket guru yang akan diberikan kepada guru
41
media komik pewayangan pada saat diimplementasikan kepada
siswa pada kegiatan edukasi seks kelas VI SD. Angket guru
diberikan kepada guru kelas VI di SIB. Berikut adalah kisi-kisi
angket guru, sebagai berikut:
Tabel 3.3: Kisi-kisi Angket Guru terhadap Implementasi Media Komik Pewayangan
No Aspek Indikator
1. Proses kegiatan edukasi seks a. Keefektifan dalam penggunaan media komik pewayangan pada Pendidikan seks
b. Kesesuaian materi untuk kelas VI SD
2. Penggunaan media a. Kemenarikan media komik
pewayangan
b. Pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh media tersebut
3. Evaluasi a. Pengaruh media terhadap hasil
evaluasi siswa
4. Instrumen untuk Ahli Media
Instrument yang digunakan untuk ahli media menggunakan
angket tertutup yang berisikan pertanyaan dengan poin-poin
tertentu dan dengan aspek yang berhubungan dengan media
pembelajaran yaitu desain dan penyampaian media.
Tabel 3.4 : Kisi-kisi Instrumen Ahli Media
No Aspek Penilaian
1 Konten dan Isi Media Komik Pewayangan
a. Media berisi materi Pendidikan seks b. Kruntutan media komik
2. Tampilan Media Komik Pewayangan
c. Kesesuaian dalam pemilihan jenis font d. Ketepatan ukuran font dalam media e. Ketepatan dalam penempatan teks f. Ketepatan dalam penempatan tokoh g. Kesesuaian ukuran tokoh komik
42
h. Ukuran font yang digunakan mudah dibaca oleh siswa i. Kesesuaian warna background dengan warna tulisan j. Kesesuaian warna antara panel
k. Ketepatan pemilihan warna tokoh l. Kemenarikan paduan antar warna m. Ketepatan warna balon katan
3. Penyampaian Media komik pewayangan
n. Media komik pewayangan mudah dibawa o. Media pembelajaran tahan lama
5. Instrumen untuk Ahli Materi
Instrumen yang digunakan untuk ahli materi sama dengan
instrument ahli media yaitu akgket tertutup, yang berisiskan
aspek point-point serta berhubungan dengan materi Pendidikan
seks yang dibutuhkan oleh peserta didik.
Tabel 3.5: Kisi-kisi Instrumen untuk Ahli Materi
No Aspek Penilaian
1 Kesesuaian Materi
a. Memuat materi tentang Pendidikan seks
b. Media komik pewayangan mendorong siswa untuk mengetahui tentang Pendidikan seks
c. Kelengkapan buku komik 2. Konten
d. Pemberian ilustrasi yang dapat membantu siswa dalam memahami materi
e. Penyampaian materi dapat menarik perhatian siswa f. Tampilan fisik huruf dan gambar komik penarik 3 Umpan Balik
g. Siswa dapat memahami materi dengan mudah h. Kemudahan untuk dipahami
4 Bahasa
i. Penggunaan Bahasa tulis yang baik j. Keruntutan cerita komik
43 F. Teknik Analisis Data
Data penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif yang
akan digunakan untuk menganalisis data dari hasil tinjauan para ahli
pengembangan media komik pewayangan. Berikut adalah Teknik
pengumpulan data, antara lain:
1. Teknik analisis deskriptif kualitatif
Data kualitatif merupakan Teknik analisi data yang cara
memperolehnya dari hasil wawancara, observasi, saran dan komentar
dari para pakar dan guru kelas VI SD sebagai validator. Data atau
informasi yang didapatkan dapat dijadikan sebagai pedoman perbaikan
dalam pengembangan media komik pewayangan. Langkah-langkah
dalam analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari hasil angket
pada kolom komentar dari tim ahli media, tim ahli materi dan
angket penilaian guru. Beserta factor pendukung, penghambat, dan
kesulitan data proses pembelajaran berlangsung.
b. Reduksi Data
Data-data yang telah terkumpul menggunakan instrument
wawancara, observasi, angket, saran dan kritik digunakan untuk
menyimpulkan dan merangkum data sehingga peneliti dapat
44 c. Penyajian Data
Penyajian data mendeskripsikan tentang penggunaan media
pembelajaran media komik pewayangan. Menggunakan uraian
deskriptif secara rinci, uraian berupa gambaran tentang hasil dari
kevalidan media dan kevalidan materi.
2. Teknik Analisis data Kuantitatif
Data berupa skor dari penilaian oleh pakar dan guru kelas VI SD.
Data yang dianalisis sebagai dasar dari hasil penilaian berupa angket.
Data dari angket terdiri dari angket ahli media, angket ahli materi dan
agngket penilaian guru kelas terhadap pengembangan media komik
pewayangan. Kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat kevalidan
produk tersebut. Analisis tersebut menggunakan skala tipe ratting
scale dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memberikan skor pada setiap jawaban. Skor jawaban meliputi
kategori, antara lain: (4) sangat baik, (3) baik, (2) cukup, (1)
kurang.
b. Menjumlahkan skor total tiap validator terhadap semua indicator.
c. Memberikan nilai validasi menggunakan rumus:
(sumber: Arikunto (2010))
Keterangan:
P: Nilai akhhir f: Perolehan skor
45 n: Skor maksimal
Hasil yang diperoleh tersebut dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.6 Pedoman kevalidan analisis data dalam persentase
No Nilai Kriteria 1. 81-100 % Sangat baik 2 61-80 % Baik 3. 41-60 % Cukup 4. 21-40 % Kurang 5. < 21 % Sangat kurang (sumber: Arikunto, 2010)