• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PENYUSUNAN PEDOMAN EVALUASI RPJMN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PENYUSUNAN PEDOMAN EVALUASI RPJMN"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ii

KAJIAN PENYUSUNAN PEDOMAN EVALUASI RPJMN

Direktorat Sistem dan Pelaporan Evaluasi Kinerja Pembangunan

Kedeputian bidang Pemantauan, Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas)

(3)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

DAFTAR ISI ... III

DAFTAR ISTILAH... V

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Maksud dan Tujuan ... 2

1.4. Ruang Lingkup ... 2

1.5. Metodologi... 3

1.6. Struktur Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 5

3.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Nasional ... 5

3.2 Konsep Pemantauan dan Evaluasi Pembangunan ... 7

Tujuan Evaluasi Pembangunan ... 8

Evaluasi Kinerja Pembangunan ... 9

3.3 Metodologi Pemantauan, Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan ... 13

Performance Indicators (Pengukuran Kinerja) ... 13

Logical Framework Approach (Kerangka Logika) ... 13

Theory-Based Evaluation ... 14

Formal Survey ... 15

Rapid Appraisal (Penilaian Cepat) ... 15

Participatory Methods ... 15

Public Expenditure Tracking Surveys ... 16

Cost-benefit and Cost Effectiveness Analysis ... 16

Impact Evaluation (Evaluasi Dampak) ... 17

BAB III KERANGKA PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PENGENDALIAN

PEMBANGUNAN ... 19

3.1 Jenis Evaluasi Pembangunan ... 21

Evaluasi Ex-Ante ... 21

Evaluasi Pengukuran Kinerja ... 25

Evaluasi Proses Pelaksanaan ... 28

(4)

iv

3.2 Sumber Data... 37 3.3 Waktu Pelaksanaan ... 40 3.4 Pelaksana dan Penerima Hasil... 41

BAB IV ANALISA DAN MEKANISME PELAKSANAAN EVALUASI

PEMBANGUNAN NASIONAL ... 44

4.1 Mekanisme Pelaporan Evaluasi Renja dan RKP ... 44 3.2 Mekanisme Pelaporan Evaluasi Renstra K/L dan RPJMN ... 45 3.3 Mekanisme Evaluasi Pembangunan Nasional ... Error! Bookmark not defined. 3.4 Pengendalian Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 49

LAMPIRAN KAJIAN ... 64

(5)

v

DAFTAR ISTILAH

 Pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin.

 Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), hasil (outcomes) terhadap rencana dan standar.

 Pengendalian adalah serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.

 Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya disingkat RPJM, adalah dokumen perencanaan 5 (lima) tahunan bagi pemerintah pusat yang memuat visi dan misi pemerintahan terpilih.

 Rencana Strategis Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disingkat Renstra K/L, adalah dokumen perencanaan K/L untuk periode 5 (lima) tahun.

 Rencana Kerja Tahunan, yang selanjutnya disingkat RKP, merupakan dokumen perencanaan nasional pemerintah pusat untuk periode 1 (satu) tahun.

 Rencana Kerja Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disingkat Renja K/L, adalah dokumen perencanaan K/L untuk periode 1 (satu) tahun.

 Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.

 Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang dan/atau jasa.

 Efisiensi adalah derajat hubungan antara barang/jasa yang dihasilkan melalui suatu program/kegiatan dan sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan barang/jasa tersebut yang diukur dengan biaya per unit keluaran (output).

 Efektifitas adalah ukuran yang menunjukkan seberapa jauh program/kegiatan mencapai hasil dan manfaat yang diharapkan.

 Keluaran (ouput) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.

(6)

vi

 Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan – kegiatan dalam satu program.

 Dampak (impact) adalah pernyataan perubahan pada masyarakat seperti apa yang ingin dituju sebagai akibat dari hasil pembangunan yang tercapai yang bersifat Jangka Menengah atau Jangka Panjang.

(7)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Semenjak bergulirnya era reformasi di tahun 1998, kebutuhan akan informasi pembangunan yang tepat waktu dan berdaya guna semakin penting dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Masyarakat sebagai stakeholder utama pemerintah menginginkan adanya informasi yang dapat dijadikan tolak ukur dalam pencapaian pembangunan. Pemerintah sendiri semakin sadar, bahwa dengan tuntutan akan keterbukaan informasi yang semakin besar, perlu melakukan pengawalan terhadap pencapaian pembangunan tersebut, melalui serangkaian proses pemantauan, evaluasi dan pengendalian terhadap pelaksanaan rencana pembangunan. Hasil evaluasi yang komprehensif dan dapat menjadi acuan bagi proses pembangunan merupakan salah satu titik ukur bagi pemerintah dalam penerapan prinsip – prinsip good governance, termasuk diantaranya azas transparansi dan akuntabilitas.

Selanjutnya, proses pemantauan, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari siklus manajemen pembangunan, dimana hasil dari evaluasi menjadi masukan bagi proses perencanaan periode selanjutnya. Selain itu, koherensi hasil pemantauan, evaluasi dan pengendalian dalam kaitannya dengan reformasi perencanaan dan penganggaran juga tidak dapat dipisahkan. Mengenai hal ini, pemerintah telah menerbitkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Peraturan Pemerintah yang diterbitkan sebagai turunan UU tersebut memiliki relevansi yang kuat dengan pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pengendalian pembangunan. Dalam UU Nomor 25 Tahun 2004, khususnya pasal 8, mengamanatkan adanya evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan, serta peraturan pemerintah turunannya, yaitu PP Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, sebagai dasar hukum pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pengendalian terhadap rencana pembangunan. Demikian halnya dengan PP Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga sebagai turunan dari UU Nomor 17 Tahun 2003 yang mengamanatkan dilaksanakannya pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan pembangunan.

Namun demikian, peraturan perundangan yang ada belum mengatur mengenai petunjuk pelaksanaan/pedoman teknis evaluasi dan pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan, serta penyempurnaan terhadap petunjuk pelaksanaan pemantauan

(8)

2

pembangunan. Untuk itu, diperlukan suatu kajian yang akan digunakan sebagai pijakan awal dalam menyusun pedoman evaluasi dimaksud.

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran latar belakang yang disampaikan diatas, maka dapat diperoleh beberapa permasalahan yang akan dikaji, yaitu:

1. Belum adanya suatu pedoman evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan nasional yang dapat diimplementasikan kepada seluruh stakeholder terkait;

2. Hasil evaluasi yang ada belum memberikan manfaat yang optimal serta belum menjadi umpan balik yang memadai bagi proses penyusunan perencanaan pembangunan kedepan.

1.3.

Maksud dan Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka maksud dilakukannya kajian penyusunan pedoman evaluasi rencana pembangunan nasional ini adalah sebagai salah satu bahan penyusunan pedoman evaluasi rencana pembangunan nasional yang akan berlaku secara nasional. Selain itu, kajian ini juga dimaksudkan untuk dapat mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan evaluasi pembangunan dan mengambil langkah-langkah tindak lanjut yang diperlukan dalam kerangka perbaikan stuktur program dan kegiatan di masa depan.

Selanjutnya, tujuan dilakukannya kajian Penyusunan Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional ini adalah sebagai langkah awal dalam penyusunan pedoman yang lebih bersifat teknis, dan untuk memberikan panduan dalam melakukan pemantauan, evaluasi dan pengendalian atas pelaksanaan pembangunan yang berdasar dokumen perencanaan tahunan (Renja K/L dan RKP), serta dokumen perencanaan jangka menengah (Renstra K/L dan RPJMN).

1.4.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian ini meliputi:

1. Identifikasi, dan tinjauan literatur yang berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan;

(9)

3

2. Perumusan konsep, kerangka dan analisa pembahasan terhadap evaluasi rencana pembangunan nasional;

3. Focus Group Discussion dengan mengundang narasumber (akademisi, praktisi dan birokrat);

4. Survey dan kunjungan lapangan ke beberapa propinsi; 5. Penyusunan laporan akhir dan seminar.

1.5.

Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam penyusunan kajian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Untuk menuju kepada analisis tersebut akan dilakukan serangkaian kegiatan yang mendukung penyusunan kajian ini, antara lain yaitu studi literatur dengan menelaah teori dan

best practices, informasi yang berasal dari data primer dan data sekunder, baik berupa

berbagai peraturan perundangan, survei/kuesioner, makalah dan buku ilmiah, informasi dalam web-site dan referensi lainnya, serta melakukan seminar, FGD dan kunjungan lapangan ke beberapa propinsi.

1.6.

Struktur Penulisan

Sistematika penulisan kajian sebagai berikut : Bab I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang dilakukannya kajian penyusunan pedoman rencana pembangunan jangka menengah, maksud serta tujuan, ruang lingkup kajian serta metodologi yang digunakan dalam menyusun kajian ini.

Bab II Tinjauan Teoritis

Menjabarkan hasil tinjauan literatur yang digunakan, termasuk didalamnya adalah pendekatan teoritis.

Bab III Kerangka Pemantauan, Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan

Terdiri dari metode evaluasi, alur kerja, sumber data yang akan digunakan, waktu pelaksanaan evaluasi, dan pihak – pihak yang melakukan evaluasi serta penerima manfaatnya.

Bab IV Analisa Pelaksanaan Evaluasi Rencana Pembangunan Nasional

Berisi analisa pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pengendalian pembangunan untuk menjabarkan secara rinci langkah – langkah dalam melakukan pengukuran

(10)

4

kinerja, mekanisme pelaporan, pengendalian perencanaan pembangunan dan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan oleh beberapa Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi

Berisi tentang kesimpulan yang didapat dan rekomendasi yang dibutuhkan terkait dengan pernyusunan pedoman evaluasi pembangunan nasional.

(11)

5

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Pembahasan konsep evaluasi menjadi signifikan karena terdapat banyaknya pemahaman dan definisi terhadap kepentingan evaluasi. Di dalam bab ini akan dijelaskan mengenai konsep perencanaan pembangunan: konsep – konsep yang berkaitan dengan pemantauan, evaluasi dan pengendalian pembangunan, termasuk jenis dan tahapan pelaksanaan evaluasi yang banyak dilakukan oleh negara – negara lain.

Konsep Perencanaan Pembangunan Nasional

Proses perencanaan pembangunan merupakan bagian dari alur penyusunan rencana pembangunan yang terintegrasi, seperti banyak disebutkan dalam alur manajemen pembangunan (Planning – Budgeting – Implementation – Monitoring and Evaluation). Perencanaan sendiri dapat disusun berdasarkan empat kriteria, diantaranya: (1) jangka waktu, (2) ruang lingkup, (3) tingkat keluwesan, dan (4) arus informasi (Kunarjo, 2002). Keempat kriteria tersebut membentuk dimensi kebutuhan perencanaan yang saling bersinergi satu dengan yang lainnya.

Proses perencanaan pembangunan nasional yang baik mampu mensinergikan tujuan, strategi, menguraikan pengaturan implementasi dan mengalokasikan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Proses perencanan melalui beberapa tahap yaitu :

 Mengidentifikasi visi, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai;  Menyusun strategi yang dibutuhkan untuk mencapai visi dan tujuan;

 Menentukan dan mengalokasikan sumberdaya (finansial dan lainnya) yang diperlukan untuk mencapai visi dan tujuan;

 Menguraikan pengaturan implementasi, yang meliputi pengaturan dalam proses pemantauan dan mengevaluasi kemajuan dalam mencapai visi dan tujuan.

Proses perencanaan tidak dapat dilihat sebagai entitas yang terpisah dari pemantauan dan evaluasi. Pemantauan dan evaluasi tanpa memperhatikan proses penyusunan rencana pembangunan belum tentu dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan menjadi penting karena membantu pengambil kebijakan dalam merumuskan apa yang hendak dicapai oleh sebuah organisasi, program ataupun kegiatan, serta bagaimana cara mencapainya.

(12)

6

Untuk meningkatkan keberhasilan dalam mencapai tujuan, perencanaan perlu memperhatikan empat hal utama1 :

1. Definisi perencanaan, program dan kegiatan;

Program dan kegiatan akan berhasil jika tujuan dan ruang lingkupnya didefinisikan dengan baik dan jelas. Hal tersebut dapat meminimalisir kendala dalam proses pelaksanaan.

2. Keterlibatan stakeholder;

Keterlibatan stakeholder yang tinggi dalam proses pelaksanaan menjadi bagian yang penitng dalam keberhasilan.

3. Komunikasi;

Komunikasi yang baik antar stakeholder dapat memperjelas ekspektasi, peran dan tanggung jawab dari masing-masing pihak juga terkait dengan informasi perkembangan dan kinerja. Kejelasan tersebut dapat membantu memastikan penggunaan sumberdaya yang optimum.

4. Pengawasan dan evaluasi;

Program dan kegiatan dengan pengawasan dan evaluasi yang kuat akan cenderung berada dalam koridor yang benar sesuai dengan perencanaan. Selain itu, permasalah yang dihadapai juga dapat terdeteksi lebih awal sehingga dapat mengurangi kemungkinan menghadapai perasalahan yang lebih besar dikemudian hari.

Di dalam sistem perencanaan dan penganggaran, pengaturan tentang perencanaan pembangunan nasional diatur melalui UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang diturunkan melalui PP No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional dan PP No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga. Kedua PP ini digunakan sebagai acuan bagi pemerintah dalam menyusun rencana pembangunan nasional maupun pada level masing – masing Kementerian/Lembaga. Perencanaan dilakukan secara berjenjang mulai dari rencana pembangunan jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengah, hingga rencana pembangunan tahunan. Tujuan yang ingin dicapai melalui adanya sistem perencanaan pembangunan ini diantaranya adalah:

1. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;

2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah;

1 UNDP, 2009

(13)

7

3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan;

4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan

5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

Konsep Pemantauan dan Evaluasi Pembangunan

Pemantauan digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dari sebuah kebijakan/program/kegiatan untuk mengukur keberhasilan kebijakan/program/kegiatan. Pemantauan dan evaluasi mengukur dan menilai hasil/kemajuan dari pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan, yang dilaksanakan dengan cara dan waktu yang berbeda. Pemantauan umumnya dilakukan pada saat pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan, sedangkan evaluasi dapat dilakukan pada berbagai tahapan pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan (sebelum, pada saat dan setelah pelaksanaan).

Menurut OECD (2010) pemantauan adalah sebuah proses yang berlanjut dengan menggunakan metode pengumpulan data yang sistematis terkait indikator tertentu bagi kepentingan manajemen dan stakeholder yang berhubungan dengan intervensi yang sedang dilakukan, untuk melihat kemajuan dan pencapaian sasaran serta penggunaan dana yang dialokasikan. Hal ini sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh National Planning

Commission (NPC) Nepal (2013), yang menyebutkan bahwa pemantauan adalah proses

untuk menilai kemajuan pembangunan secara berkelanjutan dan periodik pada berbagai tingkatan hirarki institusi, yang dimaksudkan agar input dan sumber daya yang diimplementasikan dikerjakan secara baik.

Selanjutnya OECD (2010) mendefinisikan evaluasi sebagai penilaian sistematis dan objektif atas sebuah kebijakan/program/kegiatan yang sedang berjalan atau yang sudah selesai, terkait dengan kebijakan, desain, implementasi dan hasilnya. Tujuan umum yang ingin dicapai adalah untuk menentukan relevansi dan pencapaian sasaran, efisiensi pengembangan, efektivitas, dampak dan keberlanjutan. Hasil evaluasi harus mampu menggambarkan informasi yang bermanfaat dan kredibel yang memungkinkan dilakukannya

lesson-learned terhadap proses pengambilan keputusan bagi pelaksana dan penerima

intervensi. Lebih lanjut, dalam organisasi publik khususnya, tidak saja perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi, namun juga pengendalian yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembangunan.

Seringkali terminologi pemantauan dan evaluasi digunakan dalam satu kesatuan sehingga menimbulkan kerancuan dalam penggunaannya. Pada kenyataannya, kedua

(14)

8

terminologi tersebut berbeda penggunaan dan maksud serta tujuannya, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1: Perbedaan Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan Evaluasi

Merupakan proses berkelanjutan yang dilakukan sepanjang pelaksanaan

kebijakan/program/kegiatan, dan dipahami sebagai fungsi internal pelaksana

kebijakan/program/kegiatan

Dapat dilakukan pada saat ex-ante,

ongoing, dan ex-post

Dilakukan pada tahap formatif dan operasional

Dilakukan pada berbagai tingkatan, yang dimulai saat tahap perencanaan hingga pelaksanaannya

Merupakan proses institusional untuk memperbaiki kesenjangan dan kelemahan yang terjadi sepanjang tahap formatif dan operasional

Dimaksudkan sebagai langkah perbaikan di awal pada tahap formatif dan

operasional, serta mengambil pembelajaran dari kekuatan dan

kelemahan untuk intervensi di masa yang akan datang

Secara langsung berhubungan dengan input, proses dan output

Lebih jauh, tidak hanya input, proses dan output, evaluasi penting untuk menilai outcome dan dampak yang dihasilkan Dilakukan oleh pelaksana

kebijakan/program/kegiatan

Dapat dilakukan oleh pelaksana kegiatan dan/atau institusi di luar sistem

Sumber: National Planning Commission, Nepal (2013)

Tujuan Evaluasi Pembangunan

Menurut French Council for Evaluation, Scientific and National Councils for Evaluation (1999) evaluasi dapat digunakan untuk bermacam tujuan. Dari hasil Kajian yang dilakukan SPEKP (2008) disimpulkan bahwa evaluasi memiliki empat tujuan jelas:

1. Tujuan ETIS

memberikan laporan pada pemimpin politis dan masyarakat tentang bagaimana sebuah kebijakan diterapkan dan hasil yang dicapai. Tujuan ini menggabungkan tujuan untuk pertanggungjawaban yang lebih baik, informasi dan penegakan demokrasi.

2. Tujuan MANAGERIAL

untuk mencapai pembagian keuangan dan sumber daya manusia yang lebih masuk akal diantara tindakan yang berbeda dan untuk meningkatkan manajemen layanan yang dipercayakan untuk menyelesaikannya.

(15)

9

membuka jalan terhadap pembuatan keputusan untuk pelanjutan, penghentian atau perubahan sebuah kebijakan

4. Tujuan PENDIDIKAN DAN MOTIVASI

menolong untuk mendidik dan memotivasi pelaksana umum dan rekan kerja mereka dengan membuat mereka mengerti proses dimana mereka terlibat dan mengenalkan mereka dengan tujuan mereka

Pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan yang baik, membutuhkan proses yang berkelanjutan sehingga manfaat dan dampak yang dirasakan oleh masyarakat secara nyata dapat dirasakan secepat dan sebaik mungkin. Sehingga, perlu diperhatikan bagan berikut, yang menggambarkan proses berkesinambungan antara pemantauan dan evaluasi:

Gambar 1: Pemantauan dan Evaluasi sepanjang waktu pelaksanaan Kebijakan/Program/Kegiatan

Sumber: NPC Nepal (2013)

Evaluasi Kinerja Pembangunan

Kinerja merupakan tolok ukur keberhasilan. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kebijakan/program/kegiatan dalam mewujudkan sasaran,

(16)

10

tujuan, misi dan visi organisasi, dalam hal ini K/L dan Pemerintah Daerah2. Dalam suatu

sistem input-ouput, kinerja tersebut berjenjang menurut komponen penyusunnya. Kerangka penyusunannya dimulai dari “apa yang ingin diubah” (impact) yang memerlukan indikator “apa yang akan dicapai” (outcome) guna mewujudkan perubahan yang diinginkan. Selanjutnya, untuk mencapai outcome diperlukan informasi tentang “apa yang dihasilkan” (output). Untuk menghasilkan output tersebut diperlukan “apa yang akan digunakan” (input). Sebagaimana bisa dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2: Struktur Kinerja Pembangunan

Dalam perspektif pembangunan nasional, sasaran (impact) K/L merupakan kinerja yang ingin dicapai K/L, outcome program merupakan kinerja program dan output kegiatan merupakan kinerja kegiatan. Oleh karena itu, dalam manajemen pembangunan, kinerja K/L dan Pemerintah Daerah perlu dievaluasi.

Evaluasi kinerja merupakan aktivitas dalam manajemen proses kebijakan yang dilakukan pada tahap pemantauan pelaksanaan, pengawasan, ataupun pertanggungjawaban3. Setiap tahapan berisikan kegiatan pengumpulan dan analisis

mengenai data dan informasi serta pelaporan mengenai tingkat perkembangan capaian hasil

2Mahsun, 2006

(17)

11

kegiatan pelaksanaan, ketepatan sistem dan proses pelaksanaan, dan ketepatan kebijakan serta akuntabilitas kelembagaan secara keseluruhan.

Evaluasi yang dilakukan pada tahap pelaksanaan didasarkan atas hasil dari pelaksanaan pemantauan. Dengan kata lain hasil dari pelaksanaan pemantauan dijadikan sebagai bahan untuk melakukan evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dini mengenai perkembangan pelaksanaan kebijakan pada momentum atau dalam jangka waktu tertentu sehingga dapat diketahui hal-hal yang perlu diperbaiki baik mengenai sistem dan proses pelaksanaan maupun kebijakannya itu sendiri, agar pelaksanaan kebijakan dapat berjalan baik dan tujuan kebijakan dapat dicapai lebih optimal.

Di samping memuat gambaran perkembangan pelaksanaan, laporan pemantauan juga memuat identifikasi kelemahan kebijakan dan penyimpangan terhadap sistem dan proses pelaksanaan kebijakan, serta saran koreksi terhadap penyimpangan pelaksanaan ataupun terhadap kebijakan itu sendiri. Evaluasi kinerja dalam rangka pengawasan harus dapat memberikan informasi objektif mengenai tingkat capaian pelaksanaan kebijakan pada momentum atau dalam jangka waktu tertentu, mengenai kekeliruan atau penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kebijakan, serta rekomendasi mengenai langkah tindak lanjut hasil temuan pengawasan. Pada tahap pertanggungjawaban, evaluasi kinerja harus dapat memberikan gambaran dan analisis objektif mengenai perkembangan pelaksanaan, perubahan atau penyesuaian yang telah dilakukan berikut alasannya, dan penilaian tingkat capaian kinerja dalam jangka waktu tertentu.Evaluasi kebijakan secara komprehensif dapat meliputi: 1) penilaian mengenai latar belakang dan alasan-alasan diambilnya suatu kebijakan, tujuan dan kinerja kebijakan; 2) berbagai instrumen kebijakan yang dikembangkan dan yang dilaksanakan; 3) respon kelompok sasaran dan stakeholders lainnya; 4) konsistensi aparat; 5) dampak yang timbul; 6) perubahan yang ditimbulkan dan perkiraan kemajuan yang dicapai jika kebijakan dilanjutkan atau diperluas. Evaluasi kebijakan komprehensif pada umumnya dilakukan untuk mengetahui ketepatan dan efektifitas kebijakan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi atau dalam mencapai tujuan yang direncanakan, dengan maksud untuk mengkaji kemungkinan perubahan ataupun penyesuaian kebijakan (policy

changes and/or adjustments). Oleh sebab itu evaluasi kebijakan dapat pula menyentuh

pengujian mengenaivaliditas dan relevansi teori yang melandasi suatu kebijakan. Evaluasi kinerja kebijakan merupakan bagian dari evalusi kebijakan yang secara spesifik terfokus pada berbagai indikator kinerja bertalian dengan kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan. Evaluasi kinerja kebijakan pada hakikatnya dilakukan untuk mengetahui ketepatan dan efektifitas baik kebijakan itu sendiri maupun sistem dan proses pelaksanannya, agar dapat

(18)

12

dilakukan langkah-langkah tindak lanjut untuk menghindari “biaya” yang lebih besar atau untuk mencapai “manfaat” yang lebih baik4.

Esensi evaluasi kinerja adalah perbandingan mengenai kinerja dan tingkat efektifitas baik kebijakan maupun sistem dan proses pelaksanaan yang berkembang dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi atau dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Dengan maksud dan alasan tertentu, penilaian kinerja dapat menyentuh pengujian mengenai validitas dan relevansi kerangka teori yang melandasi sesuatu kebijakan. Adapun maksud dilakukannya evaluasi kinerja dapat dilihat dan dibedakan berdasar kontekstualitasnya (internal atau eksternal) dan tahapan pengelolaan pelaksanaan kebijakan (dalam rangka pemantauan, pengawasan, atau pertanggungjawaban). Evaluasi kinerja yang dilakukan dalam rangka pemantauan pada pokoknya adalah menyediakan informasi bagi para pengelola kebijakan dan pembuat kebijakan mengenai ketepatan dan efektifitas kebijakan dan sistem serta proses pelaksanaannya, agar dapat dilakukan tindak lanjut dini apabila secara aktual ternyata ada hal-hal yang perlu dikoreksi baik pada kebijakan atau pun pada sistem dan proses pelaksanaannya.

Evaluasi kinerja pada pengawasan eksternal, dilakukan dengan tujuan memberikan gambaran objektif mengenai ketepatan dan ektifitas kebijakan ataupun sistem serta proses pelaksanaannya, kondisi biaya dan manfaat aktual dari kebijakan, perkembangan berbagai unsur dan indikator kinerja yang dicapai, yang diperlukan sebagai pertanggungjawaban suatu organisasi dalam melaksanakan tugas kelembagannya. Hal terakhir itu menunjukan maksud dilakukannya evaluasi kinerja, yang tentu dipengaruhi pula oleh posisi dan peran lembaga pengawasan eksternal yang melakukan evaluasi tersebut. Sehubungan dengan itu perlu diperhatikan hubungan atau keserasian antar evaluasi kinerja baik dalam rangka pemantauan, pengawasan, ataupun pertanggungjawaban.

Jika keseluruhannya berpangkal pada data dan informasi objektif dengan validitas teruji, maksud dan tujuan yang serupa, teori dan metode yang relevan, maka hasilnya akan relatif sama atau tidak banyak berbeda. Perbedaan laporan evaluasi kinerja hanya akan terletak pada adanya perbedaan dalam posisi, tugas, dan tanggung jawab kelembagaan masing-masing dalam hubungan pelaksanaan pengawasan internal dan eksternal. Namun perbedaan fokus tidak perlu menimbulkan perbedaan kesimpulan, apabila masing-masing melakukan penilaiannya berdasar data dan informasi objektif mengenai indikator yang sama, dan menggunakan teori dan metode relevan yang diakui validitasnya (Kajian SPEKP, 2014).

4 Mustopadidjaja, 2003

(19)

13

Metodologi Pemantauan, Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan

Menurut World Bank (2004), setidaknya terdapat sembilan (9) pendekatan dan metode yang dapat digunakan untuk mengukur kemajuan terhadap pelaksanaan program dan kegiatan. Pemilihan pendekatan dan metode yang akan digunakan dalam pemantauan dan evaluasi bergantung kepada berbagai faktor, seperti ketersediaan sumber daya (tenaga dan materi), serta waktu yang tersedia. Disamping itu, kebutuhan akan penggunaan metode tertentu akan dipengaruhi oleh keputusan pengambil kebijakan, dalam hal ini apabila institusi yang melakukan adalah institusi sektor publik. Kesembilan metode tersebut dapat digunakan baik secara complementary maupun sebagai substitusi antara satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan beberapa metode tersebut dapat diaplikasikan secara luas, namun di sisi lain, beberapa metode hanya dapat digunakan pada kasus tertentu.

Adapun ke sembilan metode dan pendekatan yang dimaksud adalah:

Performance Indicators (Pengukuran Kinerja)

Metode pengukuran kinerja digunakan untuk mengukur input, proses, output, outcome dan dampak atas kemajuan prgram dan kegiatan. Pengukuran kinerja perlu didukung dengan pengumpulan data, analisa data dan pelaporan yang baik, sehingga memungkinkan dilakukannya ukuran kemajuan untuk diambil langkah – langkah perbaikan untuk meningkatkan pelayanan publik. Metode ini sangat berguna dalam mengidentifikasi masalah yang dapat dilakukan melalui pengembangan sistem peringatan dini (early warning system) yang memungkinkan dilakukannya langkah – langkah. Proses ini juga dapat mengindikasikan apakah evaluasi yang lebih dalam diperlukan atau tidak.

Keunggulan metode ini diantaranya sebagai alat yang efektif untuk mengukur kemajuan capaian sasaran serta mendukung perbandingan diantara unit organisasi yang diukur sepanjang waktu. Kelemahan metode ini diantaranya apabila indikator pengukuran yang digunakan tidak didefinisikan dengan baik, kecenderungan akan penggunaan indikator yang terlampau banyak dan indikator yang digunakan tidak memiliki sumber data yang baik. Biaya yang diperlukan akan bervariasi, tergantung dari jumlah indikator yang dikumpulkan, frekuensi dan kualitas informasi yang tersedia.

Logical Framework (Kerangka Kerja Logis)

Kerangka Logika (Logframe) membantu untuk memperjelas tujuan dan sasaran pembangunan yang dapat dilihat melalui pelaksanaan program dan kegiatan. Logframe membantu untuk identifikasi hubungan sebab akibat dalam program dan kegiatan yang tercermin dalam input, proses, output, outcome, dan dampak. Logframe membantu identifikasi indikator kinerja pada setiap tahapan pembangunan, termasuk resiko yang mungkin dihadapi

(20)

14

dalam mencapai tujuan pembangunan. Selama waktu pelaksanaan program dan kegiatan,

Logframe merupakan alat yang berguna untuk review kemajuan dan langkah – langkah

perbaikan jika diperlukan.

Penggunaan Lograme berguna untuk meningkatkan kualitas desain program dan kegiatan, dengan mewajibkan penggunaan tujuan pembangunan yang jelas dan berjenjang, penggunaan indikator kinerja dan penilaian atas resiko. Logframe juga bermanfaat untuk menyederhanakan desain penyusunan program dan kegiatan dan membantu persiapan penyusunan rencana kerja yang lebih operasional. Keunggulan dari penggunaan metode ini diantaranya terkait dengan keterlibatan stakeholder dalam proses penyusunan program dan kegiatan dan memastikan proses pengambilan keputusan berdasarkan asumsi dan pertanyaan pembangunan yang mendasar. Selain itu, penggunaan Lograme dapat secara efektif membantu sebagai panduan dalam melakukan pemantauan dan evaluasi. Kelemahan dari penggunaan metode ini diantaranya berkaitan dengan rigiditas yang dapat menghambat inovasi.

Theory-Based Evaluation

Theory-Based Evaluation (TBE) memiliki kesamaan dengan Logframe, namun

memungkinkan banyak pemahaman yang lebih mendalam tentang cara kerja program dan kegiatan. TBE tidak membutuhkan asumsi hubungan sebab akibat sebagaimana Logframe. Sebagai contoh, kesuksesan program pemerintah untuk meningkatkan angka literasi dengan menambah jumlah guru akan sangat bergantung pada banyak faktor, diantaranya jumlah kelas yang tersedia, jumlah buku, dan lain sebagainya. Dengan memetakan faktor - faktor penentu yang menyebabkan kesuksesan program dan kegiatan, dapat diputuskan langkah atau indikator mana yang harus di pantau dan evaluasi. Hal ini berguna untuk faktor – faktor penyebab kesuksesan teridentifikasi. Dan di saat data menunjukkan bahwa indikator – indikator pembangunan belum tercapai, maka kemudian dapat disimpulkan bahwa indikator tersebut belum berhasil mencapai tujuan pembangunan.

TBE bermanfaat untuk memetakan desain program dan kegiatan yang kompleks yang akan membawa dampak peningkatan proses perencanaan. Keunggulan TBE diantaranya adalah mampu melihat umpan balik lebih dini tentang apa yang berjalan dengan baik dan yang tidak, memungkinkan dilakukannya langkah perbaikan lebih awal dan membantu untuk mengidentifikasi efek samping pelaksanaan program dan kegiatan yang tidak diharapkan. Namun demikian, kelemahan pendekatan TBE adalah dapat menjadi kompleks jika skala program dan kegiatan besar. Disamping itu, keputusan untuk menentukan faktor – faktor mana yang menjadi penyebab kesuksesan dapat memakan waktu.

(21)

15

Formal Survey

Survei formal dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang terstandardisasi dari sample yang dipilih secara hati – hati. Survei seringkali digunakan untuk mengumpulkan informasi yang dapat diperbandingkan dalam jumlah yang besar dalam target kelompok tertentu. Survei mampu menggambarkan basis data yang diperbandingkan dengan capaian yang ingin dicapai. Survei juga dapat membandingkan berbagai kelompok pada suatu waktu, perubahan atas kelompok yang sama dan perbandingan atas kondisi aktual dengan target – target atas program dan kegiatan.

Hasil survei yang baik dapat diaplikasikan kepada target kelompok yang lebih besar atau bahkan keseluruhan populasi. Namun, analisa data atas jumlah survei yang besar dapat menyebabkan bottleneck. Disamping itu, banyak jenis informasi yang tidak dapat tercatat melalui penggunaan survei.

Rapid Appraisal (Penilaian Cepat)

Metode penilaian cepat merupakan metode yang dilakukan untuk mendapatkan pandangan dan umpan balik terhadap penerima manfaat program dan kegiatan, dalam rangka memenuhi kebutuhan pengambilan keputusan. Metode ini biasanya tidak memiliki biaya yang mahal karena dilakukan secara cepat dan dalam jangka waktu yang singkat. Namun, karena bersifat cepat, hasil temuan yang didapat akan sulit untuk digeneralisasi dan lebih bersifat lokal. Kelemahan lainnya adalah masalah validitas data dan kredibilitas yang kurang.

Participatory Methods

Metode partisipatif merupakan metode keterlibatan secara aktif dalam proses pengambilan keputusan bagi mereka yang memiliki kepentingan atas program dan kegiatan sehingga menimbulkan rasa kepemilikan atas hasil pemantauan dan evaluasi beserta rekomendasinya. Metode ini memungkinkan evaluator untuk mempelajari secara seksama kondisi lokal berikut perspektif yang dimiliki beserta prioritas untuk melakukan desain program dan kegiatan yang lebih responsif dan berkelanjutan. Dengan pendekatan ini, maka akan memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk memberdayakan penerima program dan kegiatan.

Keunggulan metode ini adalah mampu melihat isu-isu yang relevan karena melibatkan stakeholder utama dalam penyusunan prosesnya. Disamping itu, menumbuhkan kemitraan dan rasa kepemilikan, serta meningkatkan kapasitas dan pembelajaran bagi masyarakat. Namun demikian, karena melibatkan masyarakat, akan muncul bias dalam mencapai tujuan serta memakan waktu yang lama. Masalah penyalahgunaan penyusunan desain juga merupakan masalah tersendiri, karena dapat diarahkan oleh stakeholder yang dominan.

(22)

16

Beberapa tools participatori yang sering digunakan diantaranya: analisis stakeholder,

participatory rural appraisal, beneficiaries assessment, dan participatory monitoring and evaluation.

Public Expenditure Tracking Surveys

Public Expenditure Tracking Surveys (PETS) merupakan metode pemantauan dan

evaluasi untuk melacak aliran penggunaan anggaran pembangunan dan menentukan sumber daya mana yang mencapai target kelompok. Survei yang digunakan mempertimbangkan perilaku, kuantitas dan waktu atas pencairan anggaran oleh pemerintah, terutama untuk unit kerja yang bertanggung jawab untuk penyediaan layanan sosial, seperti pendidikan dan kesehatan. PETS sering kali diimplementasikan sebagai bagian dari layanan yang lebih besar dan fasilitas pemerintah yang berfokus pada penyediaan layanan pemerintah, manajemen, struktur insentif, dan sebagainya. PETS mampu mendiagnosa permasalahan dalam penyediaan layanan secara kuantitatif dan menyediakan bukti atas penyelewengan penggunaan anggaran.

PETS mendukung pelaksanaan akuntabilitas penggunaan anggaran, bahkan disaat informasi keuangan yang tersedia terbatas, disamping sebagai bagian dari debottlenecking aliran anggaran. Namun demikian, konsekuensi dari penggunaan PETS adalah biaya yang besar dan isu – isu lain yang terkait transparansi penggunaan anggaran.

Cost-benefit and Cost Effectiveness Analysis

Penggunaan metode analisis Cost-benefit dan Cost-effectiveness dapat digunakan dalam menilai apakah biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan kegiatan dapat dijustifikasi melalui output dan outcome yang dihasilkannya. Metode Cost-benefit mengukur input dan output yang digunakan melalui istilah moneter. Artinya, jumlah anggaran yang digunakan dalam mencapai output dan outcome. Di sisi lain, metode Cost-effectiveness mengestimasi input secara moneter, dan outcome dalam terminologi non-moneter (contohnya: Peningkatan nilai membaca murid). Kedua metode ini dapat memberikan informasi mengenai penggunaan alokasi sumber daya yang paling efisien.

Metode ini dapat mengestimasi seberapa efisien pelaksanaan program dan kegiatan, dan akan bermanfaat dalam menyajikan hasil temuan kepada stakeholder sebagai justifikasi pelaksanaannya. Namun demikian, metode ini bersifat teknis, sehingga memerlukan keterampilan atas sumber daya yang ada. Permasalahan lainnya adalah perlu menggunakan asumsi atas pelaksanaan program dan kegiatan, yang dapat berdampak pada hasil yang diharapkan. Selain itu, permasalahan juga muncul apabila indikator – indikator yang diukur merupakan indikator kualitatif.

(23)

17

Impact Evaluation (Evaluasi Dampak)

Evaluasi dampak merupakan identifikasi sistematis atas akibat pelaksanaan program (baik positif ataupun negatif, baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan) yang disebabkan adanya intervensi program dan kegiatan oleh pemerintah. Evaluasi dampak mampu mengidentifikasi program mana yang mampu mencapai target kelompok dan besaran dampak tersebut akan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Evaluasi dampak bervariasi, dimulai dari penggunaan survei dalam skala besar dimana aktivitas populasi dan kelompok kendali (target groups) dibandingkan sebelum dan sesudah intervensi); hingga penilaian cepat dan pendekatan partisipatif dalam skala kecil dimana dampak yang diukur didapat dari wawancara, studi kasus, data sekunder dan lain sebagainya.

Evaluasi dampak berguna untuk mengukur outcome dan dampak atas intervensi program pembangunan, dan membedakannya dari faktor – faktor eksternal. Penggunaan evaluasi dampak juga bermanfaat untuk memperjelas penggunaan anggaran yang dikeluarkan selama periode program, dan memberikan informasi yang mendalam atas suatu program; apakah program tersebut dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi atau diperluas cakupannya. Penggunaan evaluasi dampak yang baik mampu membandingkan alternatif – alternatif intervensi yang diharapkan dapat mensejahterakan masyarakat.

Keunggulan dari evaluasi dampak diantaranya adalah mampu mengestimasi seberapa besar outcome dan dampak yang dihasilkan untuk berbagai demografi dan wilayah pada suatu waktu, dan menyajikan analisis yang sistematis sehingga perumus kebijakan dapat menyusun langkah – langkah pembangunan yang lebih baik. Namun demikian, penggunaan evaluasi dampak juga memiliki kelemahan, diantaranya adalah biaya dan waktu yang dibutuhkan lebih lama dibanding penggunaan metode lainnya, serta permasalahan dalam mengidentifikasi counter-factual yang seharusnya digunakan.

Salah satu contoh penggunaan desain evaluasi dampak yaitu desain evaluasi acak (randomized evaluation designs) dimana informasi capaian program dan kelompok kontrol diukur pada beberapa waktu (biasanya sebelum dan setelah intervensi), mampu menyediakan analisa statistik yang komprehensif atas dampak yang dihasilkan. Namun demikian, secara nyata, penggunaan desain ini akan sulit untuk dilakukan karena hambatan waktu, biaya, metodologi dan etika.

Pada tabel dibawah disajikan empat (4) model evaluasi dampak yang seringkali digunakan:

Tabel 2: Model Evaluasi Dampak

Model Desain Perkiraan Waktu dan Biaya

Randomized Subjek evaluasi dipilih dan dibagi menjadi 2 kelompok (yang menerima program dan

Waktu yang dibutuhkan berkisar antara 1 – 5 tahun, tergantung dampak yang akan diobservasi.

(24)

18

Model Desain Perkiraan Waktu dan Biaya

yang tidak/kelompok kontrol). Instrumen pengumpulan data diaplikasikan ke kedua kelompok, sebelum dan setelah adanya intervensi. Observasi tambahan dapat dilakukan jika memang diperlukan.

Biaya yang dibutuhkan

umumnya sangat besar, namun tergantung dari ukuran dan kompleksitas program

Quasi – experimental Saat desain randomized tidak

dimungkinkan, kelompok kontrol dipilih semirip mungkin dengan karakteristik kelompok yang menerima intervensi. Hal ini dimaksudkan untuk melihat dampak sebelum dan setelah pelaksanaan program dalam kelompok yang berbeda

Waktu yang dibutuhkan berkisar antara 1 – 5 tahun, tergantung dampak yang akan diobservasi. Biaya yang dibutuhkan

umumnya sangat besar, namun tergantung dari ukuran dan kompleksitas program

Ex – post comparison Data dikumpulkan melalui

penerima intervensi program dan hanya dikumpulkan pada saat program telah selesai dilaksanakan. Analisa multivariat seringkali digunakan untuk melihat capaian secara statistik dari kedua kelompok.

Biaya yang digunakan umumnya berkisar sepertiga hingga

setengah dari model 1 dan 2.

Rapid assessment Desain ini memungkinkan kelompok – kelompok yang menerima intervensi untuk mengidentifikasi perubahan yang terjadi, siapa yang diuntungkan, serta kekuatan dan kelemahan program.

Biaya yang dibutuhkan tidak terlalu besar, dan jangka waktu yang bervariasi antara 1 – 2 bulan hingga satu tahun.

(25)

19

BAB III KERANGKA PEMANTAUAN, EVALUASI DAN

PENGENDALIAN PEMBANGUNAN

Kebijakan yang terkait pemantauan, evaluasi dan pengendalian pembangunan perlu dilakukan untuk mendukung pelaksanaan reformasi perencanaan dan penganggaran, dimana hasil tersebut digunakan sebagai umpan balik (feed back) bagi proses penyusunan perencanaan dan penganggaran kedepan. Agar pemantauan, evaluasi dan pengendalian dapat dilakukan secara baik, maka proses penyusunan program/kegiatan harus memenuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Program/kegiatan yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip perencanaan penganggaran diasumsikan telah mulai menggunakan mekanisme kerangka logika program dalam penyusunannya sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga proses pemantauan, evaluasi dan pengendalian yang dilakukan dapat dilakukan dengan lebih terukur. Kerangka evaluasi RPJMN secara umum mengacu kepada Buku I RPJMN 2015 – 2019 sebagaimana berikut:

Gambar 3: Kerangka Evaluasi RPJMN 2015 - 2019

Sumber: Buku I RPJMN 2015 – 2019

Selanjutnya, mengukur kinerja suatu program dan/atau kegiatan dapat dilihat melalui beberapa metode, dimana pengukuran yang paling sederhana dilakukan melalui persandingan antara realisasi dengan rencana yang telah ditetapkan. Saat ini, tata kelola pemerintahan telah lebih terorganisir, terutama setelah berlakunya sistem perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja. Dengan pemberlakuan sistem tersebut, penyusunan

(26)

20

program dan kegiatan dilakukan berdasarkan kerangka logika program yang mencerminkan koherensi kebutuhan masyarakat dengan program pembangunan pemerintah.

Melakukan evaluasi dengan membandingkan hasil terhadap target dan realisasi (efektifitas), juga realisasi terhadap rencana pemanfaatan sumber daya (efisiensi). Hasil evaluasi tersebut dapat digunakan sebagai umpan balik (feed back) bagi organisasi untuk perbaikan rencana pembangunan kedepan. Lebih jauh, pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pengendalian kinerja merupakan proses penilaian dan pengungkapan masalah implementasi kebijakan untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja, baik dari sisi efisiensi dan efektivitas dari suatu program/kegiatan. Untuk itu pengukuran yang dilakukan dalam periode tahunan harus dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk melihat secara cepat arah capaian suatu program/kegiatan. Sedangkan evaluasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan dokumen jangka menengah (Renstra K/L dan RPJMN) lebih dilakukan untuk mengukur manfaat dan dampak dari suatu kebijakan/program.

Lebih lanjut, evaluasi dampak biasanya dilakukan untuk mengetahui sejauh mana dampak yang disebabkan kebijakan/program dan digunakan untuk menelaah manfaat dari program terhadap target group. Namun demikian, evaluasi dampak (impact evaluation) biasanya tidak dilakukan terhadap seluruh program, karena evaluasi dampak membutuhkan biaya besar dan waktu yang cukup lama. Dalam melakukan evaluasi dampak diperlukan metode perbandingan antara penerima manfaat program dan kelompok kontrol/pembanding (bukan penerima manfaat), pada dua atau lebih kurun waktu dan membutuhkan teknik statistik tingkat lanjut untuk mengetahui dampak program secara riil terhadap penerima manfaat.

Tabel 3: Kerangka Evaluasi berdasarkan Jenis Dokumen Perencanaan

Dokumen Perencanaan

Jenis Evaluasi Periode Evaluator User dan

Penerima Manfaat Kriteria Evaluasi Renja K/L  Pengukuran Kinerja  Proses pelaksanaan pembangunan 3 bulan 1 tahun K/L K/L Bappenas Output Outcome Efisiensi RKP  Pengukuran Kinerja  Proses pelaksanaan pembangunan 1 tahun K/L Bappenas K/L Bappenas Output Outcome Efisiensi Efektivitas Renstra K/L Proses pelaksanaan pembangunan Tengah periode 5 Tahun K/L K/L Bappenas Output Outcome Efisiensi Efektivitas Dampak

(27)

21

Dokumen Perencanaan

Jenis Evaluasi Periode Evaluator User dan

Penerima Manfaat Kriteria Evaluasi RPJMN  Pengukuran Kinerja  Proses pelaksanaan pembangunan  Evaluasi kebijakan strategis Tengah Periode 5 Tahun K/L Bappenas K/L Bappenas Daerah Output Outcome Efisiensi Efektivitas Dampak Keberlanjutan

Tematik Evaluasi kebijakan strategis Tentatif K/L Bappenas Daerah K/L Bappenas Daerah Output Outcome Efisiensi Efektivitas Dampak Keberlanjutan

Jenis Evaluasi Pembangunan

Jenis evaluasi yang digunakan dalam kajian ini terdiri dari 4 (empat) jenis evaluasi yaitu Evaluasi ex-ante, Pengukuran Kinerja, Evaluasi Proses Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar. Pemilihan jenis evaluasi ini tergantung dari tujuan evaluasi, sehingga bisa digunakan satu jenis atau kombinasi ketiganya secara bersamaan. Secara detail evaluasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Evaluasi Ex-Ante

Evaluasi ex-ante merupakan evaluasi yang dilaksanakan pada tahap perencanaan. Evaluasi ini sering digunakan untuk:

1. Memilih alternatif terbaik dari berbagai alternatif yang ada.

Evaluasi ex- ante dilakukan dengan menggunakan metode cost benefit analysis, yaitu menghitung biaya dan manfaatnya. Jika menggunakan cara A maka berapa biaya yang dibutuhkan dan berapa keuntungannya serta apa kerugiannya? Dan Jika menggunakan cara B maka berapa biaya yang dibutuhkan dan berapa keuntungannya serta apa kerugiannya? Kemudian dipilih alternatif dengan biaya rendah namun memiliki manfaat yang besar. Evaluasi ini sebaiknya digunakan untuk kegiatan konkrit dan mikro, dan digunakan pada pekerjaan umum, penelitian dan pengembangan, regulasi dan insentif pajak yang diberikan kepada swasta.

2. Memastikan dokumen perencanaan disusun secara terstruktur, koheren dan sistematis.

(28)

22

Evaluasi digunakan untuk memastikan relevansi antara kondisi saat ini, kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dengan sasaran yang ingin dicapai serta mengkaitkan dengan arah kebijakan dan strategi yang akan digunakan. Hal ini untuk menjamin bahwa kebijakan/program/kegiatan yang diambil pemerintah tepat sasaran. Selain itu juga melihat target yang ingin dicapai dan indikator yang digunakan, apakah sudah sesuai dengan kriteria yang ada dan realistis. Melalui evaluasi ex-ante diharapkan dokumen perencanaan tersusun secara terstruktur, koheren dan sistematis.

Untuk melihat struktur dan sistematika dokumen perencanaan maka metode yang paling tepat digunakan adalah penilaian cepat (rapid assessment), sehingga hasil evaluasi dapat digunakan secara langsung untuk perbaikan dokumen perencanaan. Metode penilaian cepat dapat dilakukan melalui penelaahan dokumen (document review), wawancara dan

Focus Group Discussion (FGD). Proses evaluasi ex-ante:

a. Penelaahan Konsistensi Kebijakan Antar Dokumen Perencanaan

Konsistensi kebijakan antar dokumen perencanaan ini perlu dilakukan untuk menjamin bahwa pencapaian tujuan nasional jangka panjang/menengah. Untuk itu tema dan kebijakan pada dokumen RPJMN harus mengacu dan sejalan dengan RPJPN, tema dan kebijakan pada dokumen RKP dan Renstra K/L harus mengacu pada dokumen RPJMN, dan sebagainya.

(29)

23

Konsistensi antar dokumen bisa dilihat dari keterkaitan antara program/kegiatan sebagaimana contoh di bawah ini:

Gambar 5: Contoh Keterkaitan Antar Dokumen Perencanaan untuk Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

b. Penelaahan Penyusunan Kebijakan/Program/Kegiatan

Dalam melakukan review ini hal pertama yang perlu dilakukan adalah menelaah Kerangka Kerja Logis yang telah tersedia dalam dokumen. Penelaahan ini diperlukan untuk memahami struktur Kerangka Kerja Logis untuk mendapatkan outlines bagaimana kegiatan dilaksanakan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Kerangka ini menggambarkan hubungan antara input-proses-output-outcome dan impact dalam pelaksanaan suatu kebijakan/program/kegiatan.

1) Analisis Masalah dan Penilaian Kebutuhan

Logika dasar dalam kebijakan/program/kegiatan publik adalah untuk memecahkan permasalahan dan memenuhi kebutuhan. Untuk itu perlu dilakukan analisis masalah dan penilaian kebutuhan untuk menjadi dasar dalam formulasi tujuan/sasaran yang realistis dan relevan. Biasanya permasalahan dan kebutuhan dijelaskan dalam Bab Kondisi Saat Ini atau Hasil Evaluasi.

(30)

24

Setelah melihat permasalahan dan kebutuhan maka dilakukan penilaian terhadap sasaran yang telah disusun. Sasaran harus terkait dengan permasalahan, kebutuhan, dan kondisi terkini. Untuk sasaran pokok nasional, selain memperhatikan hal tersebut perlu juga memperhatikan visi dan misi pimpinan (Presiden/Menteri/ Kepala Lembaga) dan sasaran pembangunan pada level yang lebih tinggi. Menentukan sasaran yang terukur secara konkrit atau setidaknya dapat diverifikasi merupakan hal yang penting dalam mencapai kesuksesan kebijakan/program /kegiatan karena sasaran:

a) Mengklarifikasi hubungan antara sasaran kebijakan/program/kegiatan dengan sasaran pada level yang lebih tinggi dan juga mengklarifikasi hubungan dengan permasalahan dan kebutuhan.

b) Memberikan pemahaman yang sama mengenai hal apa yang penting untuk dicapai.

c) Sebagai dasar dalam mendefinisikan kriteria sukses dari kebijakan/program /kegiatan dan untuk menentukan indikator yang spesifik untuk pengukuran kinerjanya.

d) Sebagai dasar untuk melakukan evaluasi atas hal yang sudah dicapai. Jika sasaran samar dan terlalu umum maka akan sulit untuk menilai apakah intervensi yang dilakukan pemerintah berhasil atau tidak.

3) Penilaian terhadap Indikator Kinerja

Indikator digunakan sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan atas pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan. Indikator dapat berupa kualitatif dan kuantitatif. Indikator yang digunakan harus memiliki kriteria SMART (Specific, Measurable, Attributable/Achieveble/ Accountable , Reliable/Result oriented,

dan Time-bound).

Indikator harus dapat menunjukkan tingkat keberhasilan/ketidakberhasilan capaian kebijakan/program/kegiatan. Tidak ada batasan baku mengenai jumlah indikator pada tiap program dan kegiatan, namun dalam berbagai best practices dan referensi disebutkan bahwa bahwa jumlah indikator kinerja pada tingkat program sebanyak 1-2 indikator dan pada tingkat kegiatan sebanyak 1-3 indikator sehingga memungkinkan penanggung jawab indikator dapat mengelolanya dengan baik. 4) Penilaian Konsistensi Arah Kebijakan dan Strategi dengan Sasaran

Dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan maka perlu disusun arah kebijakan dan strategi. Untuk itu, arah kebijakan dan strategi harus sejalan dengan

(31)

25

sasaran yang telah ditetapkan. Arah kebijakan merupakan kebijakan utama yang diambil untuk menyelesaikan permasalahan dan isu strategis yang telah teridentifikasi dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan memuat strategi yang berisi program-program pembangunan. Untuk mencapai sasaran pembangunan yang telah ditetapkan maka perlu didukung oleh arah kebijakan dan strategi yang tepat dan relevan.

c. Penyampaian Rekomendasi Perbaikan

Hasil penilaian dan rekomendasi perbaikan terhadap dokumen perencanaan perlu disampaikan kepada unit kerja yang penanggungjawab untuk penulisan dokumen. Evaluasi kebijakan/program/kegiatan dapat dikelompokkan ke dalam penelaahan umum terhadap sasaran dan arah kebijakan umum dan reviu terhadap kebijakan per Agenda Pembangunan dan Bidang Pembangunan. Hasil rekomendasi digunakan sebagai bahan perbaikan draft dokumen perencanaan agar tersusun dokumen perencanaan yang koheren, terstruktur dan sistematis.

Proses evaluasi ex-ante dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 6: Proses Evaluasi Ex-Ante

Evaluasi Pengukuran Kinerja

Evaluasi pengukuran kinerja dapat dilakukan menggunakan metode gap analysis. Metode ini membandingkan antara kinerja aktual atau realisasi (apa yang sudah dicapai) dengan target kinerja (apa yang harus dicapai). Gap dapat terjadi apabila capaian kinerja berbeda dengan target kinerja.

Gap analysis digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja yang dicapai dengan

membandingkan kinerja dari suatu sistem yang sedang berjalan dengan sistem standar. Tingkat kinerja dapat diukur dengan membandingkan hasil yang dicapai selama pelaksanaan dengan hasil yang diharapkan dalam perencanaan. Dengan kata lain Gap

analysis merupakan langkah untuk membandingkan kondisi saat ini dengan yang

(32)

26

Gambar 7: Gap Analysis antara Kinerja Aktual dengan Target Kinerja

Gap antara kinerja aktual dengan target kinerja dapat bernilai posistif (+) maupun nagatif (-). Gap bernilai (+) jika nilai aktual lebih besar dari nilai target, sebaliknya gap akan bernilai bernilai (-) jika nilai aktual lebih kecil dari nilai target.

Metode Gap analysis atau “analisis kesenjangan” bermanfaat untuk :

1. Menilai tingkat kesenjangan antara kinerja aktual dengan target yang ditetapkan. 2. Mengetahui tingkat peningkatan kinerja yang diperlukan untuk menutup kesenjangan

tersebut.

3. Menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan terkait prioritas waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan.

Langkah-langkah utama yang perlu dilakukan dalam gap analysis : 1. Identifikasi kondisi aktual dan realisasi kinerja yang dicapai.

2. Melakukan analisa kesenjangan (gap analysis) dengan membandingkan realisasi dengan target kinerja.

3. Analisis masalah dengan menggunakan statistik deskriptif, yaitu dengan melakukan analisis permasalahan berdasarkan besar atau kecilnya gap.

(33)

27

5. Menentukan tindak lanjut yang diperlukan.

Gambar 8: Langkah-Langkah Pelaksanaan Gap Analysis

Evaluasi pengukuran kinerja dapat dilakukan terhadap keseluruhan dokumen perencanaan, karena sifatnya yang lebih sederhana yaitu hanya dengan membandingkan target dengan realisasi sehingga tidak membutuhkan analisis yang rumit. Fokus evaluasi ditujukan untuk mengetahui hasil capaian kinerja pembangunan, identifikasi permasalahan dan tindak lanjut yang direkomendasikan.

Dalam rangka memberikan informasi yang kredibel dan bermanfaat maka evaluasi harus didukung oleh data dan informasi yang akurat dan up to date. Mekanisme pengumpulan data biasanya menggunakan penelaahan dokumen (document review), data survei yang dilakukan sendiri maupun hasil survei yang dilakukan oleh lembaga lain seperti BPS, Bank Dunia, UNDP dan sebagainya.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa, evaluasi pengukuran kinerja tidak hanya membandingkan target dan realisasi namun juga perlu menjelaskan hal-hal yang menjadi faktor keberhasilan suatu kebijakan/program/kegiatan maupun menjelaskan permasalahan yang menyebabkan kebijakan/program/kegiatan tidak berhasil mencapai target yang telah ditetapkan. Analisa ini sangat penting untuk masukan dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran pada periode selanjutnya serta pengambilan kebijakan atas pelaksanaan program/kegiatan, apakah program/kegiatan tersebut akan dilanjutkan, dihentikan atau dikembangkan?

Dalam rangka memudahkan penilaian tingkat keberhasilan pelaksanaan program/kegiatan maka perlu dibuat notifikasi capaian kinerja berdasarkan capaian indikator masing-masing program dan kegiatan. Kriteria notifikasi pada capaian indikator program/kegiatan adalah sebagai berikut:

(34)

28

Tabel 4: Kriteria Notifikasi Capaian Kinerja

Notifikasi Warna Kriteria Notifikasi Kategori

Hijau Apabila terget tercapai ≥ 95%

Sudah tercapai atau On Track/on

Trend

Kuning Apabila mencapai target < 95% dan ≥

75% Perlu kerja keras

Merah Apabila target mencapai < 75% Sulit tercapai

4.1.2.1 Pertanyaan Evaluasi Pengukuran Kinerja

Pertanyaan evaluasi yang diajukan dalam pelaksanaan evaluasi pengukuran kinerja antara lain:

Evaluasi Proses Pelaksanaan

Evaluasi proses melihat bagaimana cara kebijakan/program/kegiatan diimplementasikan dengan menilai apakah pelaksanaan operasional kebijakan/ program/kegiatan (aktual) telah sesuai dengan yang telah direncanakan (logika operasional), misalnya mengukur apa yang telah dilakukan oleh program, dan siapa penerima manfaat dari kebijakan/program/kegiatan. Evaluasi proses juga melihat apakah terdapat permasalahan dalam pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan untuk mencegah kegagalan pelaksanaan kegiatan. Evaluasi proses bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan umumnya dilaksanakan

PERTANYAAN TERKAIT EVALUASI PENGUKURAN KINERJA:

Apakah input dijalankan sesuai rencana? (bandingkan dengan nilai-nilai yang telah direncanakan)

Apakah hasil/output telah dihasilkan sesuai rencana? (bandingkan dengan target/sasaran)

Apakah tujuan kegiatan (outcome antara) sesuai rencana? Apakah akan tercapai? (bandingkan dengan target/sasaran).

Apakah tujuan akhir/dampak (outcome akhir) sesuai rencana? Apakah prospek dari dampak akan tercapai? (Bandingkan dengan target)

(35)

29

selama fase implementasi kebijakan/program/kegiatan dengan mengidentifikasi hasil (immediate) yang dihasilkan. Selain itu, evaluasi proses juga bertujuan untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi mana di dalam pelaksanaan kebijakan/ program/kegiatan yang telah berjalan dengan baik dan mana yang tidak.

Proses terkait dengan dengan segala sesuatu yang terjadi, sedangkan output yang biasanya dijadikan sebagai ‘intermediate outcomes’ yang dibangun menuju ‘final outcomes’ yang biasa disebut hasil jangka panjang atau dampak seperti pengetahuan, keahlian, atau perubahan perilaku.

Evaluasi proses dimulai dengan identifikasi untuk fokus terhadap lesson learned, serta menilai proses implementasi kebijakan/program/kegiatan secara menyeluruh dengan pemahaman dan mendeskripsikan situasi dan kondisi program saat ini. Fokus evaluasi proses ialah pada pelaksanaan dan peningkatan dari kebijakan/program/kegiatan.

Dalam evaluasi proses terdapat tiga hal yang harus diperhatikan yaitu identifikasi faktor-faktor kontekstual, mekanisme kausal (sebab-akibat), dan kualitas dari implementasi. Proses terkait dengan dengan segala sesuatu yang terjadi, sedangkan output yang biasanya dijadikan sebagai ‘intermediate outcomes’ yang dibangun menuju ‘final outcomes’ yang biasa disebut hasil jangka panjang atau dampak seperti pengetahuan, keahlian, atau perubahan perilaku.

Sementara itu, metode dalam melakukan evaluasi proses ialah dimulai dengan melakukan penelaahan dokumen kebijakan/program/kegiatan, selain itu evaluator juga menelaah laporan-laporan pelaksanaan yang terkait kegiatan/program/kebijakan untuk dilakukan penilaian.

Rangkaian evaluasi proses dapat dijabarkan melalui beberapa langkah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan kebijakan/program/kegiatan:

Mendefinisikan teori, tujuan, sasaran, arah kebijakan, strategi, dan outcome yang diharapkan. Idealnya, hal ini disampaikan dalam bentuk Kerangka Kerja Logis yang secara spesifik menggambarkan konstruksi teoritis dari kepentingan, perubahan yang diharapkan, dan mediator dari proses perubahan. Selanjutnya deskripsi dari penyampaian kebijakan/program/kegiatan harus lengkap dan detail (seperti komponen dan elemen kebijakan/program/kegiatan di dalam Kerangka Kerja Logis) dan disertai dengan elemen-elemen rekomendasi dari rencana evaluasi proses yang mengikutsertakan konsistensi, tingkatan dan jangkauan. Konsistensi mengacu pada kualitas implementasi dan sejauh mana partisipan menerima dan menggunakan

(36)

30

material atau sumberdaya lainnya (contohnya frekuensi dan durasi); dan jangkauan mengacu pada sejauh mana partisipan utama yang diiinginkan ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan.

2. Membangunan daftar pertanyaan :

Langkah ini mengikutsertakan identifikasi dari informasi yang dibutuhkan untuk menjawab setiap pertanyaan evaluasi proses.

3. Menentukan metode :

Isu-isu utama yang dipertimbangkan dalam merencanakan metode evaluasi proses yaitu desain (kapan waktu pengumpulan data), sumber data (darimana informasi datang), alat atau pengukuran yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data, prosedur pengumpulan data, strategi manajemen data, dan analisis data atau rencana sintesis data.

4. Mempertimbangkan faktor internal dan eksternal:

Mempertimbangkan faktor internal seperti sumberdaya, konteks, struktur, sistem organisasi dan karakterisik kebijakan/program/kegiatan dan faktor eksternal seperti, politik, ukuran dan kompleksitas program/kegiatan.

5. Melakukan finalisasi rencana evaluasi proses

Tahapan ini merupakan tahap finalisasi untuk memastikan bahwa rencana evaluasi proses telah sesuai dengan yang diharapkan, dengan cara meninjau kembali rencana evaluasi proses yang melibatkan berbagai stakeholder. Stakeholder diharapkan terlibat dalam proses penilaian dalam pelaksanaan, apakah tujuan kebijakan/program/kegiatan sesuai ekspektasi stakeholder, dan sesuai dengan standar utilitas, kelayakan, kepatutan dan akurasi evaluasi.

6. Melaksanakan evaluasi proses

Rencana evaluasi proses yang telah disusun kemudian dilaksanakan untuk mengevaluasi kegiatan/program/kebijakan yang dikehendaki.

(37)

31

4.1.3.1 Pertanyaan Evaluasi Proses Pelaksanaan

Pertanyaan evaluasi menjelaskan isu kunci yang akan dieksplorasi oleh evaluasi. Pertanyaan evaluasi dibangun oleh pelaksana program, evaluator, pemberi dana, dan

stakeholder. Pertanyaan evaluasi proses berbentuk pertanyaan-pertanyaan deskriptif untuk

menjelaskan kebijakan/program/kegiatan yang meliputi aspek proses, kondisi, pandangan, hubungan organisasi atau jaringan. Pertanyaan deskriptif bisa menjadi dasar dari evaluasi proses. Karakteristik dari pertanyaan desktriptif antara lain :

a. Mencari informasi untuk memahami atau mendeskripsikan kebijakan/program/kegiatan;

b. Memberikan gambaran mengenai kebijakan/program/kegiatan;

c. Pertanyaan langsung (straight-forward) mengenai pertanyaan siapa, apa, dimana, kapan, bagaimana dan berapa banyak;

d. Dapat digunakan untuk mendeskripsikan input, output dan aktivitas;

e. Seringkali digunakan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai

stakeholder;

f. Penjelasan organisasi: struktur, peraturan, budaya, dan sebagainya;

Pertanyaan evaluasi yang diajukan dalam pelaksanaan evaluasi Proses Pelaksanaan antara lain:

(38)

32

PERTANYAAN TERKAIT EVALUASI PROSES PELAKSANAAN:

a. Apakah aktivitas utama dalam kebijakan/program/kegiatan?

b. Apakah pemahaman tujuan kebijakan/program/kegiatan dari perspektif berbagai

stakeholder?

c. Bagaimana pandangan pihak-pihak yang terlibat mengenai pelaksanaan program? d. Bagaimana sejarah dari kebijakan/program/kegiatan? (kepemilikan, harmonisasi,

kesesuaian, hasil, dan akuntabilitas bersama)

e. Seberapa baik aktivitas kebijakan/program/kegiatan diimplementasikan?

f. Bagaimana faktor-faktor eksternal mempengaruhi pelaksanaan kebijakan/program/ kegiatan?

g. Bagaimana orang-orang bisa ikut terlibat di dalam kebijakan/program/kegiatan? h. Dimana kebijakan/program/kegiatan dilaksanakan?

i. Seberapa jauh desain kebijakan/program/kegiatan menggunakan masukan dari program yang ada sebelumnya ?

j. Bagaimana kualifikasi penyediaan layanan? k. Kapan kebijakan/program/kegiatan dilaksanakan?

l. Apa saja saluran komunikasi informal dalam organisasi pelaksana?

m. Apa saja manfaat layanan yang dihasilkan oleh kebijakan/program/kegiatan? n. Apakah target penerima manfaat tercapai?

o. Bagaimana manfaat dari kebijakan/program/kegiatan yang diterima oleh penerima manfaat?

p. Apa saja dampak apa yang dimiliki kebijakan/program/kegiatan terhadap partisipan dan terhadap masyarakat?

q. Pertanyaan pertanyaan Evaluasi lainnya yang diperlukan

Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar

Sedangkan evaluasi kebijakan strategis/program besar dilakukan untuk menunjukkan klarifikasi hubungan sebab-akibat kegagalan atau keberhasilan rencana. Evaluasi dilakukan terhadap kebijakan yang strategis atau program dengan kriteria memiliki anggaran besar, yang berdampak besar terhadap target group/masyarakat, memiliki pengaruh yang besar terhadap pencapaian agenda pembangunan nasional dan pertimbangan lain. Evaluasi meliputi keseluruhan aspek: relevansi, efektivitas, efisiensi, dampak, dan keberlanjutan dari kegiatan/program.

Evaluasi program yang dilakukan oleh pelaksana dan penanggung jawab program merupakan bentuk dari akuntabilitas para penyelenggara program itu agar dapat selalu meyakinkan bahwa tujuan program dapat dicapai dan sesuai dengan misi yang dijalankan oleh instansi. Akuntabilitas program akan dapat dinilai dari hasil program tersebut yang dinikmati oleh masyarakat yang menjadi target group program. Ini berarti inti dari akuntabilitas program adalah akuntabiltias terhadap outcomes yang dapat diwujudkan oleh program tersebut.

Gambar

Tabel 1: Perbedaan Pemantauan dan Evaluasi
Gambar 1: Pemantauan dan Evaluasi sepanjang waktu pelaksanaan  Kebijakan/Program/Kegiatan
Gambar 2: Struktur Kinerja Pembangunan
Gambar 3: Kerangka Evaluasi RPJMN 2015 - 2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan survey dan kajian terhadap kelompok usaha lele desa Manyaran Plupuh Sragen yang beranggotakan 15 orang dengan ketua kelompok Udin, dimana kelompok

Pengukuran dilaksanakan dengan melakukan komunikasi video call sebanyak 30 kali yang masing-masing selama satu menit pada server OpenIMSCore ketika menggunakan satu S-CSCF

Koordinasi Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah Bidang Pembangunan Manusia (RPJPD, RPJMDdan

Meskipun ia mendapat liputan meluas daripada akhbar, keterlibatan orang-orang Cina dalam gerakan PKM hanyalah segenap lapisan jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan yang

[r]

Skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berhitung dan Aktivitas Bermain Siswa Menggunakan Alat Peraga Lidi dalam Make A Match pada Siswa Kelas II SDN Tlekung

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah penjabaran dari RPJMD. Dokumen RPJMD dalam penyusunannya berpedoman pada RPJPD. Seluruh dokumen perencanaan pembangunan yang

Biaya penunjang diartikan sebagai biaya Overhead pabrik merupakan seluruh biaya produksi yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung