9 A. Tinjauan teori
1. Pengetahuan a. Definisi
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003, p.121).
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007, p.143).
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2003, p.122) mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya (recall) yang berisi tentang sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, sehingga tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya.
4. Analisis (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedaka, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Atau dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada, misalnya dapat membandingkan antara ibu hamil yang menderita anemia dengan tidak menderita anemia.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang menurut Notoadmojo, 2003, p.16-17) dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1) Faktor internal a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang kain menuju kearah cita-cita tertentu
yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhiseseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah manarima informasi. b) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja lagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
c) Umur
Menurut Elisabeth Bh yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercayai dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.
2) Faktor eksternal
a) Faktor Lingkungan
Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada dimasyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
d. Cara memperoleh pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan Notoatmodjo (2003) mengemukakan untuk memperoleh pengetahuan dapat digunakan dengan dua cara, yaitu: 1) Cara Tradisional
a) Cara coba salah
Cara yang paling tradisional untuk melalui cara coba-coba atau dengan kata yang mudah dikenal. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunkan kemungkinan tersebut, bila tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain.
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai kekuasaan tanpa menguji atau membuktikan kebenarannya terlebih dahulu baik berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan penalaran sendiri.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu. Pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berfikir kritis dan logis.
d) Melalui jalan pikir
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirnya.
2) Cara Modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya dengan obyek penilitian.
e. Sumber-sumber pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Contoh seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa apa itu panas adalah setelah memperoleh pengalaman tangan atau kakinya kena api dan terasa panas (Notoatmodjo, 2003).
f. Cara Mengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penilitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoadmadjo, 2003, p.124).
f. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
1. Baik : Hasil persentase 76%-100% 2. Cukup : Hasil persentase 56-75% 3. Kurang : Hasil persentase > 56% 2. Sikap
a. Pengertian
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue (Petty cocopio, 1986 dalam Azwar S, 2000, p.6)
Sikap adalah evaluasi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu simulus atau objek (Notoatmodjo, 2003, p. 124).
b. Tingkatan sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo, 2003, p.126).
1) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
2) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalahmempunyai sikap yang paling tinggi.
c. Ciri-ciri sikap
Ciri-ciri sikap adalah (Purwanto, 1998, p.68 dalam Wawan dan dewi, 2010, p. 34-35):
a) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya.sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
b) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
c) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhada suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap antara lain :
a) Pengalaman Pribadi
untuk dapat tenjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman ribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk kemiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain motivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
c) Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
d) Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
e) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
f) Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2005, p.37 dalam Wawan dan Dewi, 2010, p.35-37).
3. Remaja
a. Pengertian
Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2003, p.2).
Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda. Remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, yaitu bahwa mereka tidak termasuk golongan anak-anak tetapi tidak juga termasuk golongan orang dewasa (Soetjiningsih, 2004, p.45).
Remaja (Adolescence) adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan dari beberapa aspek yang meliputi perubahan fisik, psikis, dan psikososial perubahan tersebut terjadi pada usia 12-21 tahun (Dariyo, 2004, p.52).
b. Batasan usia remaja menurut WHO 1) Remaja awal (Early adolescence)
Remaja awal berada pada usia 10-14 tahun, dimana remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan yang menyertainya. Remaja
mengembangkan pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis bahkan muda terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan disertai dengan kurangnya kendali terhadap ego yang menyebabkan masa ini sulit diterimanya.
2) Remaja akhir ( Late adolescence)
Tahap ini terjadi pada usia 15-20 tahun dimana pada tahap ini masa terisolasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan :
a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain demi mendapatkan pengalaman baru.
c) Terbentuk identita seksual yang akan berubah lagi.
d) Egosentris (tarlalu memusatkan perhatikan terhadap diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
c. Tugas perkembangan remaja
Menurut Robert Havighurst tugas perkembangan remaja yaitu :
1) Menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif.
2) Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang manapun.
3) Menerima peran jenis kelamin masing-masing (laki-laki atau perempuan).
4) Berusaha melepaskan diri dari ketergntuunggan emosi terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya.
5) Mempersiapkan karier ekonomi
6) Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga
7) Merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab (Harlock, 2003, p.10)
4. Menstruasi
a. Pengertian
Menstruasi atau yang kita kenal dengan istilah haid adalah kejadian alamiah yang terjadi pada wanita normal. Hal ini terjadi karena terlepasnya lapisan endometrium uterus. Haid biasanya terjadi setiap bulan (dengan siklus setiap orang berbeda, ada yang 28 hari, ada pula yang kurang atau bahkan lebih dari itu) antara usia remaja sampai menopause (Andira, 2010, p.30)
b. Ada beberapa tanda yang terjadi saat menstruasi
1. Perut terasa nyeri, mulas, dan panas 2. Terasa nyeri pada pinggang
3. Tubuh tidak fit
4. Sakit kepala dan pusing 5. Keputihan
7. Gatal-gatal pada kulit
8. Nyeri dan bengkak pada payudara (Atikah, 2010, p.31) c. Fase-fase dalam Siklus Menstruasi
Setiap satu siklus menstruasi terdapat empat fase perubahan yang terjadi pada uterus. Fase-fase ini merupakan hasil kerja sama yang terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan uterus.
Fase-fase tersebut adalah:
1) Fase menstruasi atau deskuamas
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai perdarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Fase ini berlangsung selama 3 - 4 hari.
2) Fase pasca menstruasi atau fase regenerasi
Pada fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat lepasnya endometrium. Kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi dan berlangsung selama ± 4 hari.
3) Fase intermenstum atau fase proliferasi
Setelah luka sembuh, akan terjadi penebalan pada endometrium sebesar ± 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari silkus menstruasi.
Fase proliferasi dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
a. Fase proliferasi dini, fase ini terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke- 7. Fase ini dapat dikenali dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel.
b. Fase proliferasi madya. Fase ini terjadi pada hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel permukaan yang berbentuk torak yang tinggi.
c. Fase prolferasi akhir. Fase ini berlangsung antara hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenali dari permukaan yang tidak rata dan dijumpai banyaknya mitosis.
4) Fase pramenstruasi atau fase sekresi
Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Pada fase ini endrometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang berkelok-kelok dan mengeluarkan getah yang makin nyata. Bagian dalam sel endometrium terdapat glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai bahan makanan untuk telur yang dibuahi.
a. Fase sekresi dini. Pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya karena kehilangan cairan
b. Fase sekresi lanjut. Pada fase ini kelenjar dalam endometrium berkembang dan menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Pada akhir masa ini, stroma endometrium berubah ke arah sel-sel desidua, terutama yang ada di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan terjadinya nidasi (Andira, 2010, p.32).
d. Mekanisme siklus menstruasi
Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklis dari uterus, didertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Proses terjadinya haid berlangsung dengan empat tahapan yaitu masa proferasi, masa ovulasi, masa sekresi dan masa haid. Dalam proses ovulasi, yang memegang peranan penting adalah hubungan hipoalamus, hipofisis, dan ovarium (hypothalamic pituitary ovarium axis). Menurut teori neurohumoral, hipotalamus mengawasi sekresi hormon gonadotropin oleh adenohipofisis memulai sekresi neurohormon yang disalurkan ke sel-sel adenohipofisis lewat sirkulasi portal yang khusus. Hipotalamus menghasilkan faktor yang telah dapat diisolasi dan disebut Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat merangsang pelepasan Lutenizing Hormone (LH) dan Follice Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis. Pada hipotlamus terdapat dua pusat, yaitu pusat tonik dibagian belakang hipotalamus di daerah nukleus arkuatus, dan pusat siklik di bagian depan hipotalamus di daerah suprakiasmatik. Pusat siklik mengawasi lonjakan LH(LH-surge) pada pertengahan siklus haid yang menyebabkan terjadinya ovulasi.
Siklus haid normal dapat dipahami dengan mudah dengan membaginya menjadi tiga fase yaitu fase folikuler, saat ovulasi, dan fase luteal. Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback) antara hormon steroid dan hormon gonadotropin. Estrogen menyebablan umpan balik
negatif terhadap FSH, sedangkan terhadap LH, estrogen menyebabkan umpan balik negatif jika kadarnya rendah, dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Tempat utama umpan balik terhadap hormon gonadotropin ini terjadi pada hipotalamus. Tidak lama setelah haid mulai, pada fase folikular dini, beberapa folikel berkembang yang disebabkan oleh pengaruh FSH yang meningkat.
Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya folikel, produksi estrogen meningkat, dan ini menekan produksi FSH; folikel yang akan berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap atresia, sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu ini LH membantu pembuatan estrogen dalam folikel. Perkembanga folikel yang cepat pada fase folikel akhir ketik FSH mulai menurun, menunjukkan bahwa folikel yang telah masak itu bertambah peka erhadap FSH, perkembangan folikel berakhir setelah kadar estrogen dalam plasma meningkat. Estrogen pada mulanya meninggi secara berangsur-angsur, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Hal ini memebrikan umpan balik positif terhadap pusat siklik, dan dengan linjakan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus, mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira-kira 24 jam dan menurun pada fase luteal.
Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun dan inilah yang menyebablan Lh pun ikut menurun. Menurunnya estrogen
disebabkan oleh perubahan morfologik pada folikel. Selain itu, menurunnya LH itu disebabkan oleh umpan balik negatif yang pendek dari LH terhadp hipotalamus. Lonjakan LH yang cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi; folikel hendaknya pada tingkat yang matang, agar ia dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya folikel terjadi 16-24 jam setelah lonjakan LH. Dan iasanya hanya satu folikel saja yang matang. Mekanisme terjadinya ovulasi terjadi karena adanya perubahan-perubahan degeneratif kolegan pada dinding folikel, sehingga ia menjadi tipis. Prostaglandin F2 memegang peranan dalam peristiwa itu pada fase luteal, setelah ovulasi, sel-sel granulase membesar, membentuk vakuola dan bertumpk pigmen kuning (lutein); folikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam lapisan granulosa juga bertambah dan mencapai punckanya pada 8-9 hari setelah ovulasi.
Luteinizid granulose cell dalam korpus luteum itu membuat progesteron banyak, dan luteinized theca cell meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh, sehingga kedua hormon itu meningkat menjadi lebih tinggi pada fase luteal. Mulai 10-12 hari setelah ovulasi, korpus luteum mengami regresi berangsur-angsur disertai dengan berkurangnya kapiler-kapiler dan diikuti oleh menurunnya sekresi progesteron dan estrogen. Masa hidup korpus luteum tidak bergantung pada hormon gonadotropin, dan terbentuknya hanya sekali dan dapt berfungsi sendiri (autonom). Namun, akhir-akhir ini diketahui untuk berfungsinya korpus luteum, diperlukan sedikit LH yang terus-menerus. Setelah empat belas
hari sesudah ovulasi maka terjadilah haid. Pada siklus haid normal umunya terjadi variasi dalam panjangnya siklus yang disebabkan oleh variasi dalam fase folikuler.
Karakteristik hormon dalam siklus menstruasi menusia berubah dari satu tahap perkembangan ovarium ke tahap berikutnya dan setelah usia mnecapai 45 tahun ada kecenderungan ambang estrogen yang lebih rendah dalam siklus. Siklus menstruasi normal berlangsung rata-rata 28 hari. Fase-fase sehubungan dengan efek terhadap ovarium adalah fase folikular, ovulasi dan luteal. Fase folikular berlangsung selama 14 hari awal dari siklus saat folikel yang mengandung oocyte berkembang dan membesar serta akhirnya satu folikel de graaf pecah dengan melepaskan telur (ovulasi). Fase ovulasi berlangsung biasanya pada hari ke 13-15 dalam siklus saat folikel yang pecah berubah menjadi corpus luteum yang memelihara produksi estrogen dan progestin selama sisa waktu dalam siklus. Apabila tidak terjadi kehamilan, corpus luteum mulai berdegenerasi dan menghentikan produksi hormon. Penurunan produksi estrogen dan progestin ini mengakibatkan perdarahan menstruasi hingga suatu siklus baru dimulai lagi (Misaroh, 2009, p.35-38).
5. Menarche
a. Pengertian
Menarche adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang
terjadi pada seorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa dan sebagai tanda bahwa ia sudah mampu hamil. Namun perlu diingat bahwa jiwa remaja masih belum stabil dan belum mampu mandiri secara ekonomi maupun sosial. Jadi ia belum siap untuk hamil, yang terbaik adalah remaja putri mempersiapkan diri untuk mandiri, mencapai tingkat pendidikan yang direstui orang tua dan masyarakat, kemudian merencanakan kehamilan pada usia 20-30 tahun. Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi, yaitu antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia amenarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum (Sarwono, 2005, p.45).
Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di saat masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi (Masaroh, 2009, p.58). b. Faktor-faktor yang mempengaruhi menarche
Beberapa faktor yang mempengaruhi menarche, dikemukakan oleh misaroh, 2009, p. 70-72).
1) Aspek psikologi yang menyatakan bahwa menarche merupakan bagian dari masa pubertas. Menarche merupakan suatu proses yang melibatkan sistem anatomi dan fisiologi dari proses pubertas yaitu sebagai berikut:
a. Disekresikannya estrogen oleh ovarium yang distimulasi oleh hormone ptuitari
b. Estrogen menstimulasi pertumbuhan uterus
c. Fluktusi tingkat hormone yang yang dapat menghasilkan perubahan ssuplai darah yang adekuat ke bagian endometrium d. Kematian beberapa jaringan endometrium dan hormone ini dan
adanya peningkatan fluktuasi suplai darah ke desidua.
2). Menarche dan kesuburan
Pada sebagian besar wanita, menarche bukanlah sebagai tanda terjadinya ovulasi. Sebuah penelitian di Amerika menyatakan bahwa interval rat-rata antara menarche dan ovulasi terjadi beberapa bulan. Seecara tidak tertur menstruasi terjadi sela 1-2 tahun sebelum terjadi ovulasi yang teratur. Adanya ovulasi yang teratur menandakan interval yang konsisten dari lamanya mens dan perkiraan waktu datangnya kembali dan untuk menagtur ingkat kesuburan seorang wanita.
3). Pengaruh waktu terjadinya menarche
Menarche biasanya terjadi sekitar dua tahun setelah perkembangan payudara. Naumun akhir-akhir ini menarche terjadi pada usia yang lebih muda dn tergantung dari pertumbuhan individu tersebut, diet dan tingkat kesehatannya.
4). Menarche dan lingkungan sosial
Menurut sebuah penelitian menyatakan bahwa lingkungan sosial berpengaruh terhadap waktu terjadinya menarche. Salah satunya yaitu lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang harmonis dan adanya keluarga besar yang baik dapat memperlambat terjadinya menarche dini sedangkan anak yang tinggal ditengah-tengah keluarga yang tidak harmonis dapat mengakibatkan terjadinya menarche dini. Selain itu ketidak hadiran seorang ayah ketika ia masih kecil, adanya tindakan kekerasan seksual pada anak dan adanya konflik dalam keluarga merupakan faktor yang berperan penting pada terjadinya menarche dini.
5). Umur menarche dan status sosial ekonomi
Menarche terlambat terjadi pada kelompok sosial ekonomi sedang sampai tinggi yang memiliki selisih sekitar 12 bulan. Hal ini telah di teliti di india berdasarkan pendapatan perkapita. Orang yang berasal dari kelompok keluarga yang biasa mengalami menarche lebih dini. Namun setelah diteliti lebih lanjut kejadian menarche yang lebih awal. Bagaimanapun penelitian Alin yaotu padmavati menyatakan bahwa wanita yang vegetarian kejadian menarchenya lebih lama. Orang yang non-vegetarian menarchenya 6 bulan lebih awal dari pada yang vegetarian.
6). Basal Metabolik Indek dan kejadian menarche
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mengalami menarche dini (9-11 tahun) mempunyai berat badan maksimum 46 kg. Kelompok yang memiliki berat badan 37 kg mengalami menarche yang terlambat yaitu sekitar 4,5 kg lebih rendah dari kelompok yang memiliki berat badan yang ideal.
c. Hal yang perlu diperhatikan saat menarche (Bagoes, 2008) :
1) Penggantian pembalut yang bersih dan mengganti minimal empat kali sehari ataupun sehabis buang air kecil.
2) Menjaga kebersihan tubuh dengan mandi 2 kali sehari. Pada saat mandi organ reproduksi bagian luar perlu dibersihkan secara cermat dengan sabun biasa.
3) Makan-makanan bergizi, terutama yang banyak mengandung zat besi dan protein seperti hati ayam/sapi, daging, telur, sayur dan buah. 4) Berolahraga ataupun melaksanakan aktivitas sehari-hari.
5) Bebicaralah dengan ibu, kakak perempuan atau orang yang dipercaya untuk mengurangi berbagai kecemasan mengenai menarche.
6. Pre-Menstruasi Syndrome
a. Pengertian
Premenstruasi Syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala yang muncul akibat perubahan hormon yang terjadi dalam tubuh perempuan menjelang menstruasi. Pada masa ini perempuan biasanya menunjukkan
beberapa gejala, seperti rasa sensitif yang belebihan, pusing, depresi (Andira, 2010, p.36)
b. Beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya PMS, antara lain:
1) Wanita yang pernah melahirkan (PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi, seperti toksimal).
2) Status perkawinan (wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum)
3) Usia (PMS semakin sering dan menggangu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30-45 tahun).
4) Stres (faktor stres memperberat gangguan PMS).
5) Diet ( faktor kebiasaan makan, seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, dan memperberat gejala PMS).
6) Kurangan zat-zat gizi, seperti kurang vitamin B (terutama B6), Vitamin E, Vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan asam lemak linoleat. Kebiasaan merokok dan minuman alkohol juga dapat memperberat gejala PMS.
7) Kegiatan fisik (kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya PMS).(Andira, 2010, p.37)
B . KERANGKA TEORI
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Yang diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : A. Wawan dan Dewi M, 2010
Sikap Faktor Internal : 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Umur Faktor Eksternal : 1. Lingkungan 2. Sosial Budaya Tingkat pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi : 1. Pengalaman pribadi 2. Pengaruh orang lain
yang dianggap penting 3. Pengaruh kebudayaan 4. Media massa
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama