• Tidak ada hasil yang ditemukan

: pengetahuan, pertolongan pertama pada luka bakar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ": pengetahuan, pertolongan pertama pada luka bakar."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA LUKA BAKAR

Suyami* INTISARI

Latar Belakang : Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, sinar ultraviolet, sinar X, radiasi nuklir, listrik, bahan kimia, abrasi mekanik. Penelitian di Belanda menunjukkan 70% kejadian luka bakar terjadi di lingkungan rumah tangga, 25% di tempat industri dan kira-kira 5% akibat kecelakaan lalu lintas. Angka kejadian luka bakar di Indonesia cukup tinggi, lebih dari 250 jiwa per tahun meninggal akibat luka bakar.

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama pada luka bakar di Desa Jiwo Wetan.

Metode penelitian: Deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah masyarakat di Desa Jiwo Wetan yang diambil 1 orang dalam setiap KK yaitu sebanyak 710 orang. Pengambilan sampel dengan teknik purposive samplingdiperoleh 71 responden. Instrumen yang digunakan kuesioner. Data di analisa menggunakan analisis univariat.

Hasil:Tingkat pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama pada luka bakar adalah cukup sebanyak 34 orang (47,9%).Tingkat pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama pada luka bakar berdasarkan umur adalah berumur 20-30 tahun berpengetahuan cukup sebanyak 19 orang (26,8%), berdasarkan pendidikan adalah responden dengan pendidikan SMA berpengetahuan cukup sebanyak 31 orang (43,7%) dan semua responden dengan pendidikan Perguruan Tinggi berpengetahuan baik, berdasarkan sosial ekonomi adalah tinggi >Rp. 685.000 berpengetahuan baik sebanyak 25 orang (35,2%).

Kesimpulan:Tingkat pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama pada luka bakar adalah cukup.

Kata kunci : pengetahuan, pertolongan pertama pada luka bakar.

(2)

A. Latar Belakang

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak mata dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost bite). Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, sinar ultraviolet, sinar X, radiasi nuklir, listrik, bahan kimia, abrasi mekanik. Luka bakar yang disebabkan oleh panas api, uap atau cairan yang dapat membakar merupakan hal yang lazim dijumpai dari luka bakar yang parah. Pada luka bakar yang paling sering panyebab yang utama antara lain karena api, air panas, arus listrik, bahan kimia, radiasi, suhu rendah (frost bite), tersambar petir, ledakan. Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut, odema paru, SIRS (Systemic Inflamatory Response Sindrom), infeksi dan sepsis serta parut hipertropik dan kontraktur.Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melelui konduksi atau radiasi elektromagnitik (Mansjoer, 2000).

Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya. Dari kelompok ini 200 ribu pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100 ribu pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar lebih separuh dari kasus luka bakar dirumah sakit seharusnya dapat dicegah (Elisabeth, 2009).

Penelitian di Belanda menunjukkan 70% kejadian luka bakar terjadi di lingkungan rumah tangga, 25% di tempat industri dan kira-kira 5% akibat kecelakaan lalu lintas (Nugroho, 2012). Angka kejadian luka bakar di Indonesia cukup tinggi, lebih dari 250 jiwa per tahun meninggal akibat luka bakar. Hal tersebut dikarenakan jumlah anak-anak dan lansia cukup tinggi di Indonesia serta ketidakberdayaan anak-anak dan lansia untuk menghindari terjadinya kebakaran maka, usia anak-anak dan lansia merupakan korban angka kematian tertingi akibat luka bakar yang terjadi di Indonesia(Anonim, 2010).

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) merupakan usaha-usaha untuk menangani korban segera mungkin ditempat kejadian sebelum tenaga medis mengambil alih penanganan, macam-macam tindakan yang dilakukan dalam pertolongan pertama, seperti memindahkan korban pada tempat yang aman dan lapang untuk bisa memberikan pertolongan lebih lanjut kepada korban sewaktu mengalami kecelakaan. P3K sangat diperlukan bagi anak, karena anak sewaktu-waktu dapat mengalami kecelakaan, penyebab kecelakaan pada anak

(3)

berbeda dengan orang dewasa. Penanganan kecelakaan pada anak tergantung pada keadaan (Oktia, 2005).

Lukabakar dapat terjadi di mana saja, termasuk di rumah, apabila luka bakar itu terjadi segera bisa dilakukan tindakan pertolongan pertama pada luka bakar yaitu dengan mendinginkan kulit terbakar dengan air mengalir selama kurang lebih 20 menit (Yusuf, 2011). Luka bakar adalah luka yang tidak jarang terjadi pada kehidupan sehari-hari, baik luka bakar kecil ataupun besar. Kehidupan sehari-hari yang sering berurusan dengan api membuat luka bakar tidak menjadi hal yang asing karena itulah, pengetahuan tentang pertolongan pertama pada luka bakar yang tepat sangat diperlukan oleh orang awam (Agfian, 2011).

Pada dasarnya dalam berbagai kasus darurat yang terjadi misalnya pada luka bakar, peran masyarakat sangatlah penting karena peran dan pengetahuan masyarakat merupakan faktor utama yang bisa menentukan keselamatan seseorang. Hal ini karena masyarakat adalah kelompok pertama yang akan berhadapan langsung dengan penderita luka bakar yang membutuhkan bantuan sebelum korban mendapatkan bantuan dari pihak yang berkompeten, dalam hal ini petugas medis (Anneahira, 2012).

Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap pengambilan keputusan dan dalam berperilaku dalam hal ini akan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk melakukan pertolongan pertama pada luka bakar (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Desa Jiwo Wetan, terdapat 710 KK dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.221 orang dan wanita sebanyak 1.240 orang. Hasil wawancara dengan 10 orang sebanyak 7 orang (70%) mengatakan bahwa pertolongan pertama yang dilakukan saat terkena luka bakar yaitu dengan mengoleskan pasta gigi, kecap, salep, minyak atau mentega ke area yang terbakar sedangkan 3 orang (30%) mengatakan bahwa pertolongan pertama pada luka bakar dilakukan dengan cara mendinginkan kulit terbakar dengan air mengalir dalam waktu sekitar 10 menit.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis berminat untuk meneliti “Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pertolongan Pertama pada Luka Bakar di Desa Jiwo Wetan”

(4)

B. Metode

Pada penelitian ini metode yang akan digunakan adalah dengan cara deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel lain (Sugiyono, 2010). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat di Desa Jiwo Wetan yang diambil 1 orang dalam setiap KK yaitu sebanyak 710 orang.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010). Sampel dalam rencana penelitian ini adalah masyarakat di Desa Jiwo Wetan. Peneliti mengambil sampel 10% dari 710 jumlah populasi, perhitungannya yaitu : s = 10% x 710 = 71. Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 71 responden.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada responden yang bersedia dijadikan subyek penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya tentang hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010). Kuesioner yang digunakan berbentuk pertanyaan tertutup yaitu pada setiap pertanyaan sudah disediakan alternatif jawaban yaitu benar atau salah. Jenis pertanyaan adalah favorable, dimana skor yang diberikan adalah 1 apabila jawaban benar dan 0 apabila jawaban salah sedangkan pertanyaan dengan jenis unfavorable skor yang diberikan adalah 0 apabila jawaban benar dan 1 apabila jawaban salahKuesioner yang telah diisi kemudian dikumpulkan dan dilakukan pengecekan terhadap kelengkapan data.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik responden

Umur merupakan usia yang terhitung sejak lahir hingga saat dilakukan penelitian. Pada penelitian ini umur dikategorikan menjadi kurang dari 20

(5)

tahun, 20 sampai 30 tahun, 31 sampai 40 tahun dan lebih dari 40 tahun, dimana hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur Responden di Desa Jiwo WetanTahun 2012 (N = 71)

No. Kategori Frekuensi Persentase

1 2 3 4 <20 tahun 20-30 tahun 31-40 tahun >40 tahun 0 33 27 11 0 46,5 38 15,5 Jumlah 71 100

Pada tabel di atas diketahui bahwa umur responden sebagian besar adalah 20-30 tahun sebanyak 33 orang (46,5%) dan sebagian kecil responden berumur >40 tahun sebanyak 11 orang (15,5%).

2. Pendidikan

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Desa Jiwo WetanTahun 2012 (N = 71)

No. Kategori Frekuensi Persentase

1 2 3 4 SD SMP SMA Perguruan Tinggi 0 11 46 14 0 15,5 64,8 19,7 Jumlah 71 100

Pada tabel 2 di atas diketahui bahwa pendidikan responden sebagian besar adalah SMA sebanyak 46 orang (64,8%), sebagian kecil responden berpendidikan SMP sebanyak 11 orang (15,5%) dan tidak ada satupun responden yang berlatar belakang pendidikan SD.

3. Sosial Ekonomi

Tabel 3 Distribusi Frekuensi SosialEkonomiResponden di Desa Jiwo WetanTahun 2012 (N = 71)

(6)

No. Kategori Frekuensi Persentase 1 2 Rendah (≤Rp. 685.000,-) Tinggi (>Rp. 685.000,-) 30 41 42,3 57,7 Jumlah 71 100

Berdasarkan pendapatan responden pada tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden dengan sosial ekonomi tinggi >Rp.685.000,- sebanyak 41 orang (57,7%) dan sebagian kecil responden dengan sosial ekonomi rendah ≤Rp. 685.000,- sebanyak 30 orang (42,3%)

4. Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pertolongan pertama pada luka bakar

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan dan pendengaran masyarakat tentang pertolongan pertama pada luka bakar. Pengetahuan masyarakatdiperoleh berdasarkan jawaban kuesioner kemudian hasil jawaban dikategorikan menjadi pengetahuan baik, pengetahuan cukup dan pengetahuan kurang sesuai dengan jumlah jawaban benar yang dipilih. Hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama pada luka bakar dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4 Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar di Desa Jiwo WetanTahun 2012 (N = 71)

No. Kategori Frekuensi Persentase

1 2 3 Baik Cukup Kurang 29 34 8 40,8 47,9 11,3 Jumlah 71 100

Pada tabel 4 diketahui bahwa pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama pada luka bakar sebagian besar adalah cukup sebanyak 34 orang (47,9%) dan sebagian kecil responden sebanyak 8 orang (11,3%) berpengetahuan kurang.

5. Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pertolongan pertama pada luka bakar Berdasarkan Umur

(7)

Tabel 5 Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pertolongan pertama pada luka bakar Berdasarkan Umur di Desa Jiwo WetanTahun 2012 (N = 71)

No Kategori Pengetahuan Total

Baik Cukup Kurang

f % f % f % f % 1 2 3 4 <20 tahun 20-30 tahun 31-40 tahun >40 tahun 0 19 8 2 0 26,8 11,3 2,8 0 12 16 6 0 16,9 22,5 8,5 0 2 3 3 0 2,8 4,2 4,2 0 33 27 11 0 46,5 38 15,5 Total 29 40,8 34 47,9 8 11,3 71 100

Pada tabel 5 diketahui bahwa responden berusia 20-30 tahun paling banyak berpengetahuan baik yaitu sebanyak 19 orang (26,8%) dan responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 2 orang (2,8%), responden berusia 31-40 tahun paling banyak berpengetahuan cukup sebanyak 16 orang (22,5%) sedangkan responden berusia >40 tahun paling banyak berpengetahuan cukup sebanyak 6 orang (8,5%).

6. Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pertolongan pertama pada luka bakar Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.6 Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pertolongan pertama pada luka bakar Berdasarkan Pendidikan di Desa Jiwo WetanTahun 2012 (N = 71)

No. Kategori Pengetahuan Total

Baik Cukup Kurang

f % f % f % f % 1 2 3 SMP SMA PT 0 15 14 0 21,1 19,7 3 31 0 4,2 43,7 0 8 0 0 11,3 0 0 11 46 14 15,5 64,8 19,7 Total 29 40,8 34 47,9 8 11,3 71 100

Pada tabel 4.6 diketahui bahwa responden dengan pendidikan SMP cenderung berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 8 orang (11,3%),

(8)

responden dengan pendidikan SMA cenderung berpengetahuan cukup sebanyak 31orang (43,7%) dan semua responden dengan pendidikan PT (Perguruan Tinggi) cenderung berpengetahuan baik sebanyak 14 orang (19,7%) sehingga dilihat dari sudut pendidikan responden pendidikan PT 100% berpengetahuan baik.

7. Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pertolongan pertama pada luka bakar Berdasarkan Sosial ekonomi

Tabel 4.7 Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Pertolongan pertama pada luka bakar Berdasarkan Sosialekonomi di Desa Jiwo WetanTahun 2012 (N = 71)

No. Kategori Pengetahuan Total

Baik Cukup Kurang

f % f % f % f % 1 2 ≤Rp. 685.000,- >Rp. 685.000,- 4 25 5,6 35,2 19 15 26,8 21,1 7 1 9,9 1,4 30 41 42,3 57,7 Total 29 40,8 34 47,9 8 11,3 71 100

Pada tabel 4.7 diketahui bahwa responden dengan sosial ekonomi rendah ≤Rp. 685.000,- cenderung berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 19 orang (26,8%) dan responden dengan pendapatan tinggi >Rp. 685.000,- cenderung berpengetahuan baik sebanyak 25 orang (35,2%). Namun responden yang berpengetahuan kurang lebih didominasi (9,9%) oleh mereka yang berpendapatan rendah ≤Rp. 685.000,-.

8. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Jiwo Wetan menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama pada luka bakar yaitu sebanyak 34 orang (47,9%) berpengetahuan cukup. Keadaan ini dapat dilihat dari hasil jumlah jawaban benar responden pada kuesioner. Pengetahuan responden cukup dikarenakan faktor-faktorantara lain umur, pendidikandansosialekonomi. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh umur seseorang. Hasil penelitian yang diperoleh mengenai umur responden, bahwa responden berusia 20-30 tahun cenderung berpengetahuan baik yaitu sebanyak 19

(9)

orang (26,8%), responden berusia 31-40 tahun cenderung berpengetahuan cukup sebanyak 16 responden (22,5%) sedangkan yang berusia >40 tahun cenderung berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 6 orang (8,5%). Menurut Soekanto (2002), bahwa semakin meningkatnya umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir dan bekerja akan lebih matang, sehingga akan semakin matang dalam berfikir

serta memperoleh pengetahuan mengenai

pertolonganpertamapadalukabakar. Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.

Seoranglansiadapatmemilikipengetahuanberasaldarisumberinforma sisepertibukuatausuratkabar. Menurut Soekanto (2002) seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan banyak akal dan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Menurut Notoatmodjo (2003), informasi yang disampaikan guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar akan mempengaruhi pengetahuan. Seseorang dikatakan mempunyai pengetahuan tinggi bila didukung banyaknya informasi yang diperolehnya, semakin banyak informasi yang diperolehnya semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. Begitu pula sebaliknya bila informasi yang didapat kurang maka tingkat pengetahuannya juga akan lebih rendah dibanding dengan yang banyak mendapat informasi.

Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pendidikan seseorang, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan SMP cenderung berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 8 orang (11,3%), responden dengan pendidikan SMA cenderung berpengetahuan cukup sebanyak 31 orang (43,7%) dan responden dengan pendidikan PT (Perguruan Tinggi) cenderung berpengetahuan baik sebanyak 14 orang (19,7%). Dilihat dari sudut pendidikan responden menunjukkan bahwa responden pendidikan PT 100% berpengetahuan baik.

Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat merubah perilaku seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan akan semakin luas atau baik, selain itu semakin tinggi pendidikan seseorang akan mempermudah seseorang

(10)

tersebut dalam menerima informasi (Soekanto, 2006). Sejalan pendapat dari Nursalam dan Siti Priyani (2002) yangmengatakan bahwa pada umumnya pengetahuan seseorang dipengaruhi olehpendidikan yang pernah diterima, semakin tinggi tingkat pendidikanseseorang maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya.

Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah sosial ekonomi. Hasil penelitian mengenai pekerjaan diketahui bahwa responden dengan pendapatan rendah ≤Rp. 685.000,- cenderung berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 19 orang (26,8%) dan responden dengan pendapatan tinggi >Rp. 685.000,- cenderung berpengetahuan baik sebanyak 25 orang (35,2%).

Menurut Soekanto (2006), tingkat sosial ekonomi akan menambah pengetahuan karena tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya semakin tinggi. Sosial ekonomi berkaitan dengan pekerjaan responden, menurut Notoatmodjo (2007) seseorang yang bekerja dapat meningkatkan pengetahuan karena pergaulan dan berinteraksi sosial dibanding orang yang tidak bekerja. Tingkat pendapatan juga berlatar belakang tingkat pendidikan, seseorang dengan pendidikan tinggi akan memperoleh pekerjaan yang lebih baik sehingga perolehan pendapatan menjadi lebih tinggi.

D. Penutup 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1) Tingkat pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama pada luka bakar berdasarkan umur adalah berumur 20-30 tahun berpengetahuan cukupsebesar26,8%.

2) Tingkat pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama pada luka bakar berdasarkan pendidikan adalah responden dengan pendidikan SMA berpengetahuan cukup sebesar43,7%.

3) Tingkat pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama pada luka bakar berdasarkan sosial ekonomi adalah tinggi >Rp. 685.000 berpengetahuan baik sebesar35,2%.

(11)

1) Bagi Perawat

Meningkatkan perannya dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat melalui kegiatan penyuluhan atau konseling tentang pertolongan pertama pada luka bakar dengan menggunakan lembar balik atau memberikan leaflet.

2) Bagi masyarakat

Sebaiknya lebih aktif dalam mencari berbagai informasi baik media cetak maupun elektronik tentang pertolongan pertama pada luka bakar sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mengenai pertolongan pertama pada luka bakar.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan variabel yang lebih variatif dan teknik analisis yang lebih luas.

Daftar Pustaka

Abu Bakar. 2010, Tingkat Pengetahuan Pertolongan Pertama pada Luka Bakar Akibat Kompor Meledak di Kelurahan Wijaya Kusuma. Tidak dipublikasikan.

Agfian. 2011. Pertolongan Pertama pada Luka Bakar. Diakses tanggal 2 Juni

Anneahira. 2012. Pengertian Pertolongan Pertama. Diakses tanggal 2 Juni 2012 jam 14.00 WIB.

Anonim.2010. PertolonganPertamapada Luka Bakar.Diaksestanggal 2 Juni 2012 Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Elisabeth. 2009. Luka Bakar. Diakses tanggal 2 Juni 2012 jam 14.10 WIB. Didapat dari:

http://s1-kep.blogspot.com/2012/02/luka-bakar.html

Hudak dan Gallo. 2010. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC.

Islami. 2010. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Anak Di Rumah Desa Sumbergirang RW I Lasem Rembang. Tidak dipublikasikan.

Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, S. 2007. Prinsip – prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Cetakan kedua. Jakarta : Rineka Cipta.

(12)

Nugroho. 2012. Mengungkap tentang Luka Bakar dan Artritis Reumatoid. Yogyakarta : Nuha Medika.

Oktia. 2005. Buku Penuntun Sistem Tanggap Darurat. UPT UNNES Press. Purwadarminta, 2003, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.

Skeet. 1995. Tindakan Paramedis terhadap Kegawatan dan Pertolongan Pertama. Jakarta : EGC.

Soekanto, S. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : CV. Rajawali. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suriati. 2010. Pengetahuan Keluarga dalam Penatalaksanaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Luka Bakar yang Terjadi pada Balita di Rumah di Lingkungan VI Kelurahan Pasar Merah Timur Medan. Tidak dipublikasikan.

Tafsir, A. 2004. Filsafat Ilmu: Mengurangi Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan. Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya.

Thygerson. 2011. Pertolongan Pertama, Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Yusuf. 2011. Pertolongan Pertama Saat Luka Bakar di Rumah. Diakses tanggal 2 Juni 2012

Gambar

Tabel  2  Distribusi  Frekuensi  Pendidikan  Responden  di  Desa  Jiwo  WetanTahun 2012 (N = 71)
Tabel  4  Tingkat  Pengetahuan  Masyarakat  tentang  Pertolongan  Pertama  Pada  Luka Bakar di Desa Jiwo WetanTahun 2012 (N = 71)
Tabel 5 Tingkat  Pengetahuan  Masyarakat  tentang  Pertolongan  pertama  pada luka bakar Berdasarkan Umur di Desa Jiwo WetanTahun 2012 (N =  71)
Tabel 4.7  Tingkat  Pengetahuan  Masyarakat  tentang  Pertolongan  pertama  pada  luka  bakar  Berdasarkan  Sosialekonomi  di  Desa  Jiwo  WetanTahun 2012 (N = 71)

Referensi

Dokumen terkait

Graphical input of geometry models, yaitu input program berupa lapisan tanah, struktur, langkah konstruksi, pembebanan, dan kondisi batas yang dimasukkan dalam bentuk

melalui selaput / mukosa mata atau telinga, bentuknya obat tetes atau salep, obat diresorbsi kedalam darah dan menimbulkan efek.. 4) Intra vaginal : obat diberikan melalui

Evaluasi terhadap kualitas pelayanan PT Askes (Persero) dapat dilakukan dengan menggunakan lima dimensi kualitas yang terdiri dari keandalan layanan Askes (realibility),

epatuhan ebersihan Tangan adalah kepatuhan petugas melakukan kebersihan tangan sesuai 3 indikasi dari 0 yaitu sebelum kontak dengan  pasien, setelah

Berdasarkan hasil analisis terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat, dalam penelitian ini responden tidak dapat dorongan untuk berobat

beberapa pelari, maka software pada komputer akan terus bekerja hingga semua pelari melewati sensor. 5) Setelah semua pelari melewati sensor, software kemudian meminta

PERAN PRODUSER DALAM PENGELOLAAN LOKASI PEMBUATAN CORPORATE VIDEO PERUSAHAAN CODE.ID Laporan Tugas Akhir Ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Desain S.Ds..

sajikan, pelayan harus memberikan pelayanan yang baik, cepat dan tanggap, dalam hal ini menyajikan menu makanan tentunya akan membuat pelayan memberikan catalog