• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENDAHULUAN

Perawat adalah tenaga profesional yang berperan sangat penting terhadap mutu asuhan keperawatan. Perawat mempunyai kesempatan yang banyak berhubungan dengan pasien, di butuhkan pengetahuan dan sikap profesional untuk mendukung mutu pelayanan yang baik di rumah sakit. Salah satu indikator mutu rumah sakit dapat dinilai dari pengendalian infeksi nosokomial diantaranya adalah phlebitis (Martono, 2007).

Resiko infeksi nosokomial yang terjadi di rumah sakit bisa di peroleh dari pasien yang di rawat maupun petugas kesehatan di rumah sakit. Infeksi nosokomial juga terjadi karena tindakan perawatan yang dilakukan tidak sesuai dengan prosedur yang di tetapkan rumah sakit. Salah satu infeksi nosokomial yang paling sering terjadi di rumah sakit adalah phlebitis yang terjadi akibat komplikasi pemasanagan infus. Penelitian uslusoy (2008), kejadian phlebitis akibat pemasangan infus mencapai 41,8%, hal ini sesuai dengan data dari Kepmenkes (2011), Infeksi nosokomial terus meningkat 1% dari beberapa negara di Eropa, Amerika bahkan di Asia, di Amerika latin dan Afrika infeksi nosokomial mengalami peningkatan lebih dari 40%.

Terjadinya infeksi nosokomial phlebitis sebagai bentuk dari kurangnya kepedulian perawat terhadap kejadian phlebitis.berbekal pengetahuan inilah diharapkan perawat memiliki kesadaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan usahanya mencegah infeksi nosokomial di rumah sakit.

Berdasarkan laporan dari Tim Mutu rumah sakit angka phlebitis dari bulan Januari sampai bulan Juni 2013 angka kejadian phlebitis mencapai 3,38% merupakan angka yang tinggi dan perlu perhatian yang serius dalam upaya menjaga mutu rumah sakit dan keselamatan pasien, standar DepKes RI (2008) angka phlebitis harus di bawah atau sama dengan 1,5%. Kejadian ini akan berpengaruh pada angka BOR rumah sakit dan berdampak pada rendahnya pendapatan , dampak yang paling tidak diinginkan adalah pemutusan hubungan kerja, sehingga akan menambah angka pengangguran du negeri ini.

hasil pengamatan yang dilakukan terhadap 16 perawat roudhoh rumah sakit islam kendal 8 diantaranya menunjukan sikap kurang perhatian tehadap usah pencegahan kejadian phlebitis terutama dalam hal tingkat kepatuhan cuci tangan, kebanyakan perawat selalu cuci tangan setelah melakukan tindakan tetapi jarang melakukan cuci tangan sebelum melakukan tahapan SOP pemasangan infus, kurang memperhatikan prinsip steril saat pemasangan infus. Kurangnya ketrampilan perawat dalam memasang infus karena jarang melakukan tindakan pemasangan infus dan kurangnya informasi tentang cara mengatur posisi yang baik saat pasien terpasang infus.

(2)

2 METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif korelasional. Rancangan penelitian ini adalah crossectional yaitu penelitian yang pengukuran data variabel independen dan variabel dependent dalam satu waktu (Notoatmojo, 2005). Sehingga di peroleh efek suatu fenomena variabel dependent di hubungkan denagan variabel independent, yaitu mencari hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam mencegah kejadian phlebitis.

Responden dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bekerja di rumah sakit islam kendal dengan masa kerja lebih dari 1 tahun, pendidikan minimal DIII dan buka perawat yang menjabat struktural. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai 10 April 2014 dengan responden 55 perawat.

Data karakteristik responden yang di kumpulkan adalah jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, masa kerja dan apakah sudah pernah mengikuti pelatihan pencegahan infeksi nosokomial.

Instrumen pengukuran pengetahuan perawat dalam mencegah kejadian phlebitis menggunakan kuesioner dengan 25 pertanyaan jawaban bebar skor 1, jawaban salah skor 0 nilai tertinggi 25, nilai terendah 0 , dengan kategori baik bila niali 19- 25, kategori cukup nilai 16- 18, kategori kurang 10- 15.

Instrumen pengukuran variabel sikap perawat dalam mencegah infeksi nosokomial pertanyaan 24 item dengan skala likert dengan peryataan forable “ sangat setuju” skor 4, “setuju” skot 3, “tidak setuju” skor 2, “ sangat tidak setuju” skor 1. Dan pernyataan unforable “ sangat setuju” skor 1, “setuju” skor 2. “ tidak setuju” skor 3, “sangat tidak setuju skor 4, niali tertinggi adalah 96 nilai terendah adalah 24, dengan kategori positif bila skor 46-97, kategori sikap negatif bila skor 24- 45.

Pengolahan data dan analisis dilakukan dengan menggunakan progran SPSS. Pengujian korelasi antar variabel menggunakan uji korelasi rank spearman. Jika p= < 0,05 berarti Ho ditolak dan Ha di terima berarti ada hubungan antara penngetahuab dan sikap perawat dalam mencegah kejadian phlebitis di rumah sakit Islam kendal.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik responden

Penelitian ini dilakukan pada 55 responden, usia responden mayoritas 26 tahun, minimal 22 tahun maksimal 40 tahun. Menurut Tirton (2007) penilaian kinerja belum sepenuhnya bebas dari diskriminasi usia, semakin tua seseorang semakin banyak pula informasi yang di peroleh.

Hasil karakteristik masa kerja didapatkan rata - rata lama kerja responden di rumah sakit islam kendal adalah 3 tahun, minimal 2 tahun dan maksimal 9 tahun. Pengalaman bekerja banyak memberikan keahlian dan

(3)

3

ketrampilan kerja ( sastro hadi waluyo, 2002). Ini menunjukan semalin lama pengalaman kerja seseorang maka akan semakin meningkat ketrampilan yang di perolehnya.

Hasil karakteristik responden menurut jenis kelamin terbanyak adalah perempuan45 (81,8%), dan laki- laki 10( 18,2%). Dyne dan graham (2005) menyatakan pada umumnya wanita menghadapi tantangan lebih besar dalam mencapai karirnya, sehingga komitmentya lebih tinggi, berdasarkan hal tersebut mayoritas responden berjenis kelamin perempuan, karena karakter perempuan sebagai pendidik, pengasuh, pemelihara. penuh kasih dan penyayang.

Frekwensi pendidikan terbesar adalah DIII keperawatan 51 ( 92,7%) dan sarjana 4 (7,3%). Pendidikan dapat di jadikan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Makin tinggi pendidikan dihrapkan makin luas pengetahuanya Notoatmojo (2007).

Hasil penelitian tentang pelatihan didapatkan data masih banyak perawat yang belum pernah mengikuti pelatihan pencegahan infeksi nosokomial yaitu 44 ( 80,0%) dan yang sudah mengikuti pelatihan sebanyak 11 (20,0%). Seseorang yang mempunyai pendidikan yang baik di tunjang dengan pelatihan yang sesuai dengan kompetensinya cenderung mempunyai sikap dan prilaku yang lebih baik.

B. Pengetahuan perawat dalam mencegah kejadian phlebitis Tabel 1

Distribusi frekwensi pengetahuan perawat dalam mencegah kejadian phlebitis di rumah sakit islam Kendal tahun 2014

Kategori pengetahuan frekwensi prosentase

Kurang 10 18,2

Cukup 19 34,4

Baik 26 47,3

total 55 100,0

Berdasarkan tabel 1, mayoritas responden berpengetahuan baik 26 (47,3%), responden berpengetahuan cukup 19 (34,4%) dan responden berpengetahuan kurang 10 (18,2%).

Hal ini menunjukan perawat yang bekerja di rumah sakit islam Kendal memiliki pengetahuan yang baik dlam bidang keperawtan terutama dalam mencegah kejadian phlebitis, sehingga dengan mayoritas perawat berpengetahuan baik dalam pencegahan phlebitis diharapkan mampu menurunkan angka kejadian phlebitis hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmojo (2010) perilaku yang di dasari pengetahuan yang baik akan lebih langgeng di banding perilaku yang tidak di dasari pengetahuan.

(4)

4

C. Sikap perawat dalam mencegah kejadianphlebitis Tabel 2

Distribusi frekwensi sikap perawat dalam mencegah kejadian phlebitis di rumah sakit Islam Keandal tahun 2014

Kategori sikap frekwensi prosentase

Negatif 7 12,7

Positif 48 87,3%

Total 55 100.0

Berdasarkan tabel 2 mayoritas responden bersikap positif dalam mencegah kejadia phlebitis 48 (87,3%) dan responden yang bersikap negatif 7 (12,7%). Menurut saifudin (2007) sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu obyek, sikap mengandung motivasi bukan hanya rekaman masa lalutetapi apakah perawat pro dan kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang di sukai diharapkan dan menentukan apa yang harus di hindari terutama dalam mencegah kejadian phlebitis, sikap positif perlu di kembangkan , karena sikap positif ini akan berpengaruh kepada perubahan sikap yang lebih baik.

D. Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam mencegah kejadian phlebitis Tabel 3

Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam mencegah kejadian phlebitis di rumah sakit islam Kendal tahun 2014

Kategori pengetahuan

Sikap negatif prosentase Sikap positif prosentase

kurang 5 50 5 50

Cukup 2 10,5 17 89,5

Baik 0 0 26 100

Berdasarkan tabel 3 diatas perawat yang mempunyai pengetahuan baik dan sikap positif 26(100%) , perawat yang mempunyai pengetahuan cukup dan bersikap positif 17 (89,5%) , perawat yang mempunyai pengetahuan cukup dan bersikap negatif ada 2 (10,5%) perawat yang mempunyai pengetahuan kurang dan bersikap positif 5 (50%),dan perawat yang mempunyai pengetahuan kurang dan sikap negatif 5 (50%).

Perry dan Poter (2005), bahwa salah satu yang harus di kuasai perawat sehubungan dengan ketrampilan perawat profesional yaitu kontrol infeksi ( pengendalian infeksi) yang berfungsi melindungi diri perawat dan pasien terhadap paparan agen-agen infeksius selama pasien mendapatkan perwatan di rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut perawat memiliki peran yang penting terhadap pencegahan kejadian phlebitis.

Setelah dilakukan analisa bivariat dengan menggunakan uji korelasi rank spearman di dapatkan hasil sebagai berikut:

(5)

5

r = 0,480 P value = 0,000 Tabel 5. Corelations

Dari tabel 4 diatas berdasarkan uji statistik korelasi nialai p = 0,000 pada pengetahuan dan sikap perawat dalam mencegah kejadian phlebitis. Karena nilai p < α 0,05 yang mempunyai arti Ho di tolak dan Ha di terima yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam mencegah kejadian phlebitis di rumah sakit islam kendal. Perawat yang mempunyai pengetahuan yang baik cenderung memiliki sikap yang positif dalam mencegah kejadian phlebitis, namun pada kenyataanya meskipun pengetahuan perawat baik dan sikap perawat positif angka phlebitis pada bualan maret di rumah sakit islam masih tinggi (2,35%). Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan dan sikap belum bisa di jadikan satu- satunya barometer untuk mencegah kejadian phlebitis masih ada faktor lain yang berpengaruh, bisa dari pasien, lingkungan, kebiasaan dan lingkungan turut berpengaruh terhadap kejadian phlebitis (Susiliwati,2009).

KESIMPULAN

Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah

1. Tingkat pengetahuan tertinggi adalah responden yang memiliki pengetahuan baik dalam mencegah kejadian phlebitis ada 47,3%. 2. Sikap perwat rumah sakit islam yang tertinggi adalah yang memiliki

(6)

6

3. Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam mencegah kejadian phlebitis di rumah sakit uslam kendal dengan r = 0,480 p value 0,000, berarti semakin tinggi tingkat pengetahuan perawat semakin positif sikap perawat dalam mencegah kejadian phlebitis.

(7)

7

DAFTAR PUSTAKA

Aditi Gita Seli, at all (2009) Pengetahuan dan Sikap mahasiswa AKPER Terhadap pencegahan Infeksi Nosokomial Phlebitis di RSUP Hasan Sadikin Bandung

Agus Riyanto Budiman. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta Salemba medika.

Alexander.M. Corigan, A. Gorki,L, hanskins, J, & Perdue, (2010). Infusion Nursing Society, Third Edition, St Louis: Dauder Elsevier.

Aryawit (2009). Prosedur Pemasangan Infus intavena.

http//keperawatan.wordpress.com. diakses tanggal 15 desember 2013

Asrin, et al. (2007) Analisis Faktor- Faktor yang berpengaruh Terhadap kejadian Phlebitis di RSUD Purbolinggo. www.akademia.unsoed.ac.id. Di akses tanggal 20 November 2007.

Azwar Saefudin. Dr. 2013. Sikap manusia, Teori dan Pengukuranya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Brooker, C. & Gould, D. (2003). Mikrobiologi Terapan untuk Perawat. Jakarta: EGC.

Brooker, M.F,. Ignatavicius, D.D,. (1996). Infusion therapy techniques and medications. Philadhelpia : W.B Saunders

Darmadi. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendalianya, 2008. Jakarta Salemba Medika

Darmawan, I. 2008. Penyebab dan Cara mengatasi Phlebitis. (Online), http: www.Iyan@Otsuka com.id,diakses 19 november 2013.

Habni, Yulia. 2009. Prilaku perawat Dalam Mencegah Infeksi Nosokomial di Ruang Rindu A, Rindu B, ICU, IGD Rawat jalan di Rumah Sakit Pusat haji Adam Malik medan. Htp://www.inos.com/2009 di unduh 15 november 2013

Kraut, Ricard (2009), Plato, The stanford encyclopedia of philosopy ( fall 2009 editor), Edward N, zulta.

Kuswantoro Rusca,at all (2010) Hubungan Supervisi kepala Ruang, Sikap Perawat Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Prosedur Tetap Pemasangan Infus di Ruang Inap Rumah Sakit balung Jember.

(8)

8

Mubarak wahid Iqbal (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi, Salemba Medika Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta : rineka cipta.

Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan: Pedoman skripsi, tesis dan instrumen penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Perry & Potter. (1999). Ketrampilan dan Prosedur dasar. Jakarta, EGC.

Perry, Patricia & potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta EGC.

Potter, PA & Perry,AG.(2009). Fundamental of Nursing keperawatan Buku I Edisi 7 Jakarta Salemba Medika.

Pujasari Hening. (2002). Angka kejadian phlebitis dan tingkat keparahanya di ruang penyakit dalam RSCM Jakarta, diakses dari http:/Pujasari pada tanggal 20 november 2013.

Smeltzer,S. & Bare, B. (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & suddarth. Jakarta: EGC.

Sukardjo,SKM,M.Kep al all (2011) Hubungan Pengetahuan dan Sikap perawat tentang Kontrol Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Sultan Agung Semarang

Tim Penyusun Kamus Pusat. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Workman, B. (1999). Periperal Intravenous Therapy Management Nursing Standart.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap perencanaan siklus II ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan siklus I hanya saja pada siklus II lebih menitikberatkan terhadap solusi untuk

Apabila sampai dengan batas waktu yang telah ditetapkan sebagaimana tersebut diatas, saudara tidak dapat hadir atau tidak dapat menunjukkan dokumen asli untuk melakukan

Selulosa bakterial ( BC ), yang disintesis menggunakan media kultur jus limbah kulit nanas, digunakan sebagai sumber selulosa yang murah dan ramah

Grafik pada gambar 3.8 di atas ditunjukan bahwa laju pelepasan kalor air paling rendah yaitu pada variasi 1 LPM yaitu 444,8 J/s karena memiliki waktu yang paling lama 4,5 jam di

dalam menangani keadaan darurat  bila dinilai perlu  Melaporkan detail situasi darurat ke pihak yang ber(enang sesuai dengan kebijakan organisasi dengan akurat  ;jian tulis 

Penyusunan skripsi “Analisis Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi, dan Good Coorporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Pendekatan Beberapa Komponen

Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan tujuan untuk mengukur kekuatan hubungan dan menunjukkan arah hubungan antara beberapa variabel

 IKU Program merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil pada tingkat Program.  Pendekatan yang digunakan dalam menyusun IKU Program berorientasi pada kuantitas