41 4.1 Implementasi
Setelah melakukan analisa dan perancangan sistem pada bab 3 terhadap simulasi yang akan dibuat, tahap selanjutnya adalah implementasi dan pengujian. Berdasarkan pada bab 3, tahap implementasi akan fokus membahas tentang pembuatan simulasi dan mengetahui proses-proses yang terjadi pada simulasi serta tampilan dari simulasinya dengan menggunakan perangkat lunak network simulator 2.35. Implementasi ditujukan untuk mengetahui bagaimana proses pembuat simulasi.
Kemudian setelah melakukan tahap implementasi, akan dibahas tahap selanjutnya yaitu pengujian. Dari tahap pengujian akan diketahui sebuah hasil dari simulasi yang dibuat. Setelah diketahui hasil dari simulasi, akan disimpulkan sebuah hasil untuk mengetahui kualitas dari VoIP pada jaringan ad hoc. Pada simulasi VoIP yang dibuat akan didapatkan hasil berupa parameter-parameter QoS seperti delay, throughput dan packet loss. Dari hasil parameter-parameter yang diujikan akan dapat menggambarkan sejauh mana kinerja VoIP pada jaringan ad hoc jika diimplementasikan dalam bentuk nyata (real).
Hasil dari kualitas simulasi VoIP pada jaringan ad hoc dapat menggambarkan sejauh mana kinerjanya jika dilakukan dalam bentuk nyata (real).
4.1.1 Implementasi Penginstalasian Network Simulator 2.35
Sebelum menjalankan simulasi, perangkat lunak yang dibutuhkan untuk melakukan simulasi adalah Network Simulator 2.35. Network Simulator 2.35 adalah sebuah perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan simulasi, untuk mengetahui proses komunikasi dan bagaimana proses simulasi berlangsung. Langkah-langkah dalam penginstalasian network simulator 2.35 adalah :
1. Melakukan instalasi build‐essential autoconf automake libxmu‐dev gcc‐4.6 dari mirror linux dengan perintah “apt‐get install” sebelum install ns‐2.35 tar.gz.
2. Melakukan extract packet ns‐2.35 dengan perinta tar xjf ./ns‐allinone‐2.35.tar.gz.
3. Melakukan edit file pada Makefile.in pada directory /usr/src/ns‐allinone‐2.35/otcl‐1.13.
4. Mengannti “CC = @CC@” menjadi “CC= gcc‐4.3” pada file Makefile.in.
5. Melakukan instalasi network simulator pada linux dengan mengetikkan ./install.
6. Kemudian setting environment variabel dan execution file permintaan NS-2, dengan cara : $ gedit ~/.bashrc
7. Pada file bashrc ganti “/home/gare/” dengan letak program NS-2. LD_LIBRARY_PATH OTCL_LIB=/home/gare/ns-allinone-2.35/otcl-1.13 NS2_LIB=/home/gare/ns-allinone-2.35/lib X11_LIB=/usr/X11R6/lib USR_LOCAL_LIB=/usr/local/lib export LD_LIBRARY_PATH=$LD_LIBRARY_PATH:$OTCL_LIB:$NS2 _LIB $X11_LIB:$USR_LOCAL_LIB TCL_LIBRARY TCL_LIB=/home/gare/ns-allinone-2.35/tcl8.5.10/library USR_LIB=/usr/lib export TCL_LIBRARY=$TCL_LIB:$USR_LIB # PATH XGRAPH=/home/gare/ns-allinone-2.35/bin:/home/gare/ns-allinone- 2.35/tcl8.4.18/unix:/home/gare/ns-allinone-2.35/tk8.5.10/unix:/home/gare/ns-allinone-2.35/xgraph-12.2/
NS=/home/gare/ns-allinone-2.35/ns-2.35/ NAM=/home/gare/ns-allinone-2.35/nam-1.15/ export PATH=$PATH:$XGRAPH:$NS:$NAM.
8. Setelah ini save dan pindah ke folder NS-2.35. $cd ns-2.35
9. Lakukan validasi : $./validate
10. Setelah itu jalankan Network Simulator dengan perintah : $ns 11. Jika muncul, berarti instalasi berhasil : %
4.1.2 Implementasi Network Animator ( NAM )
Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang tahap implementasi dari simulasi berupa tampilan dari network animator (NAM). Tampilan yang akan dijelaskan merupakan tampilan dari topologi dan tampilan dari simulasi yang akan dijalankan pada NS2. Berikut ini adalah tampilan topologinya :
Gamabar 4.1 adalah tampilan topologi yang akan disimulasikan dalam NS2. Node yang paling kiri adalah node client-1 yang akan mengirimkan data ke node client-2. Node yang berada ditengah adalah node server yang menghubungkan antara node client-1 dengan node client-2 agar dapat berkomunikasi dan memforward paket data dari node client-1 menuju ke node client-2. Terakhir adalah node yang paling kanan yaitu node client-2 yang akan menerima data dari node client-1. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatannya, berikut ini adalah source code untuk membuat node, pengaturan ukuran node, tata letak node dan menampilkannya seperti pada gambar 4.1 : # membuat node
set node_(0) [$ns node] ;# membuat variable node_(0) sebagai node
set node_(1) [$ns node] ;# membuat variable node_(1) sebagai node
set node_(2) [$ns node] ;# membuat variable node_(2) sebagai node
# pengaturan tata letak koordinat node pada NAM
$node_(0) set X_ 100.0 ;#variable node_(0) diatur koordinat X dengan nilai 100.0
$node_(0) set Y_ 250.0 ;#variable node_(0) diatur koordinat Y dengan nilai 250.0
$node_(0) set Z_ 0.0 ;#variable node_(0) diatur koordinat Z dengan nilai 0.0
$node_(1) set X_ 250.0 ;#variable node_(1) diatur koordinat X dengan nilai 250.0
$node_(1) set Y_ 250.0 ;#variable node_(1) diatur koordinat Y dengan nilai 250.0
$node_(1) set Z_ 0.0 ;#variable node_(1) diatur koordinat Z dengan nilai 0.0
$node_(2) set X_ 400.0 ;#variable node_(2) diatur koordinat X dengan nilai 400.0
$node_(2) set Y_ 250.0 ;#variable node_(2) diatur koordinat Y dengan nilai 250.0
$node_(2) set Z_ 0.0 ;#variable node_(2) diatur koordinat Z dengan nilai 0.0
# Untuk pengaturan ukuran node pada Network Animator (NAM) dan menampilkan node pada NAM
for {set i 0} {$i < $val(nn)} {incr i} { $ns initial_node_pos $node_($i) 20 }
4.1.3 Implementasi Simulasi
Pada sub bab 4.1.3, akan dijelaskan tentang tampilan simulasi dan source code untuk pembuatan simulasinya. Setelah tampilan dari topologi yang dibahas
pada bab 4.1.2 selesai, serta akan ditampilkan pula tampilan dari simulasi yang akan dijalankan. Berikut ini adalah tampilannya :
Gambar 4.2 Tampilan Simulasi
Pada gambar 4.2 menjelaskan tentang simulasi yang akan berjalan. Lingkaran yang mengelilingi pada setiap node adalah jangkauan wireless yang dihasilkan pada setiap node. Pada gambar terlihat titik-titik kecil diantara client-1 dan client-2 yaitu berupa paket data yang sedang berjalan. Untuk mengetahui bagaimana pembuatannya, berikut ini adalah souce code dari pembuatan simulasinya :
1. Pembuatan simulator nya : # buat simulasi
set ns [new Simulator]
Network animator file (.nam) digunakan untuk menampilkan simulasi yang telah dibuat dan trace file (.tr) digunakan agar dapat mengetahui hasil dari simulasi yang telah dibuat berupa data dari simulasi. Berikut adalah source code pembuatan network animator file dan trace file :
# membuat file trace dan nam set mytrace [open voip-ok.tr w] $ns trace-all $mytrace
set mynam [open voip-ok.nam w]
$ns namtrace-all-wireless $mynam $val(x) $val(y) set tput [open througput.tr w]
3. Pendeklarasian parameter konfigurasi pada node.
Sebelum membuat node, terlebih dahulu membuat pendeklarasian konfigurasi untuk setiap node. Pendeklarasian ini dibuat untuk mengkonfigurasikan pada setiap node tentang apa saja yang dibutuhkan pada saat simulasi :
# pendeklarasian parameter konfigurasi pada node
set val(chan) Channel/WirelessChannel ; # channel type set val(prop) Propagation/TwoRayGround ; # radio-propagation
model
set val(netif) Phy/WirelessPhy ; # network interface type
set val(ifq) Queue/DropTail/PriQueue ; # interface queue type/tipe antrian
set val(ll) LL ; # link layer type
set val(ant) Antenna/OmniAntenna ; # antena model
set val(ifqlen) 50 ; # max packet pada
ifq/max interface antrian
set val(nn) 3 ; # jumlah mobile
node
set val(rp) AODV ; # routing protocol
set val(x) 500 ;# luas topologinya
dengan koordinat X bernilai 500
set val(y) 500 ;# luas topologinya
dengan koordinat Y bernilai 500
Phy/WirelessPhy set bandwidth_ 64Kb ;# set bandwidth Phy/WirelessPhy set dataRate_ 64Kb ;# set atas codec g.711
4. Pembuatan agent dan melakukan pengaturan koneksi pada node
Pada pembuatan simulasi, dibuat client-1 ( node_(0) ) akan melakukan koneksi terhadap client-2 ( node_(2) ) melalui node server ( node_(1) ) dengan menggunakan Agent UDP sebagai pengirim. Pada pengaturan tipe trafik dibuat dengan menyesuaikan dengan codec G.711 dengan paket data sebesar 160 byte dengan frame rate sebesar 20 ms atau 0.02 detik :
# Pembuatan agent udp
set udp [new Agent/UDP] ;#membuat agent
client-1 pada node ns attach-agent $node_(0) $udp ;#menentukan bahwa
node_(0) adalah client-1
set udp1 [new Agent/UDP] ;#membuat agent
server pada node $ns attach-agent $node_(1) $udp1 ;#menentukan bahwa
node_(1) adalah server set null1 [new Agent/LossMonitor] ;#membuat agent
penerima pada sebuah node
$ns attach-agent $node_(2) $null1 ;#menentukan bahwa node_(2) adalah client-2
# pembuatan trafik CBR
set cbr [new Application/Traffic/CBR] $cbr attach-agent $udp
$cbr set type_ CBR ;# tipe trafiknya
adalah CBR
$cbr set packetSize_ 160 ;#ukuran paketnya
sebesar 160 byte
$cbr set interval_ 0.02 ;#frame rate
Pada pembuatan simulasi, terdapat sebuah pengaturan jadwal untuk menjalankan dan mengakhiri simulasinya. Penjadwalan ini berguna untuk menjelaskan kapan pengiriman paket data dimulai dan diakhiri. Source code pengaturan untuk memulai dan mengakhiri simulasi yang telah dibuat :
# Schedule simulasinya
$ns at 1.0 "$cbr start" ;#pada detik 1.0 aplikasi cbr dimulai
$ns at 60.0 "stop" ;#pada detik ke 60.0 simulasi dihentikan
6. Membuat sebuah prosedur untuk menghasilkan sebuah throughput
Pada pembuatan simulasi, terdapat sebuah prosedur untuk mengetahui sebuah hasil dari kinerja throughput. Prosedur ini berfungsi untuk membuat sebuah hasil dari simulasi berupa throughput untuk dimasukan ke dalam sebuah grafik pada xgraph. Berikut adalah source code pembuatan prosedur untuk mendapatkan hasil dari throughput : proc hasil {} {
global ns null1 tput
set ns_ [Simulator instance] set time 0.5
set bw0 [$null1 set bytes_] set now [$ns now]
#hasil througput
# reset variabel $null1 set bytes_ 0 set holdrate $bw0
$ns_ at [expr $now+$time] "hasil" }
7. Membuat sebuah prosedur stop dan mengeksekusi file .nam serta file xgraph
Pembuatan prosedur stop pada simulasi berguna untuk mengakhiri atau menutup network trace file dan menjalankan file NAM agar simulasi dapat dieksekusi serta menjalankan tampilan xgraph.
# 'stop' procedure proc stop {} {
global ns mytrace mynam tput $ns flush-trace
close $mytrace close $mynam close $tput puts "Mulai nam"
exec xgraph througput.tr -geometry 800x400 & exec xgraph delay.tr -geometry 800x400 & exec nam voip-ok.nam &
exit 0 }
4.1.4 Implementasi Packet Loss
Untuk menghasilkan dan menampilkan packet loss, dibuat sebuah file yang merekam hasil packet loss yang terjadi dalam simulasi berupa file berbentuk (.awk). File .awk nantinya akan diubah menjadi network trace file (.tr) agar dapat diketahui hasilnya. Berikut adalah sebuah source code pembuatannya :
BEGIN { drop = 0; terkirim = 0; } { event = $1; node = $3; objek = $4; paket_id = $6; paket_tipe = $7 ;
if ( node == "_0_" && event == "s") paket_yang_dikirim++; if ( node == "_2_" && event == "r")
terkirim++; }
END {
printf("loss :%d Paket yang dikirim :%d paket yang diterima:%d\n", loss, paket_yang_dikirim, terkirim);
}
Setelah membuat file (.awk) untuk packet loss, lalu selanjutnya mengubah file tersebut menjadi trace file (.tr) yang nantinya akan didapatkan hasil dari packet loss. Berikut ini adalah command untuk mengubahnya melalui terminal :
Awk –f nama-file.awk nama-trace-file-simulasi.tr > packet-loss.tr
4.1.5 Implementasi Delay
Sama halnya seperti packet loss yang telah dijelaskan pada sub bab 4.1.4, untuk mengetahui hasil delay dibuat sebuah file (.awk) untuk mengetahui hasil dari delay nya. Source code dari pencarian delay yang berbentuk (.awk) yang nantinya akan diubah menjadi trace file (.tr) :
# rumus menccari delay BEGIN { paket_id_terbesar = 0 ; } { event = $1; time = $2; node = $3; objek = $4; paket_id = $6; paket_tipe = $7;
if ( paket_id > paket_id_terbesar ) paket_id_terbesar = paket_id;
if ( event == "s" && node == "_0_" ) waktu_kirim[paket_id] = time; if ( event == "r" && node == "_2_" ) { waktu_terima[paket_id] = time; } else { waktu_terima[paket_id] = -1; } } END {
for ( paket_id = 0; paket_id <= paket_id_terbesar; paket_id++ ) {
{
start = waktu_kirim[paket_id]; end = waktu_terima[paket_id]; delay = end - start;
}
if ( start < end ) printf ("%f %f\n", start, delay ); }
4.2 Pengujian
Pada sub bab 4.2, akan menjelaskan tentang pengujian yang akan dilakukan pada simulasi. Dalam pembuatan simulasi VoIP pada jaringan ad hoc perlu dilakukan pengujian yang berguna untuk mengetahui hasil kinerja dari simulasi yang telah dibuat. Pengujian akan dilakukan berulang-ulang sebanyak 10x percobaan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kesalahan dan untuk memastikan fungsi-fungsinya berjalan dengan baik serta untuk mendapatkan hasil yang akurat. Skenario pada simulasi dilakukan sebanyak 10x percobaan dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang akurat. Setelah dilakukan percobaan, akan dicari rata-rata dari setiap percobaan. Rata-rata tersebut nantinya akan dicari kesimpulan agar memiliki hasil yang benar-benar akurat.
Berdasarkan dari proses simulasi, didapatkan hasil dari beberapa parameter-parameter dari QoS seperti delay, throughput dan packet loss. Pada proses pengujian dibuat sebuah skenario dari simulasi yang dapat dilihat seperti pada gambar 4.2 yang telah dijelaskan pada sub bab 4.1.3 yang terdiri dari 3 node yaitu client-1 sebagai pengirim, server sebagai penghubung dan client-2 sebagai penerima. Skenario pada simulasi menggunakan tipe trafik UDP (User Datagram Protocol) dengan menggunakan routing protokol AODV. Propagasi yang digunakan adalah tworayground dengan frequensi 2.4 GHz dan memiliki jarak transmisi 150 meter serta topologi 500x500 meter yang membentuk persegi.
Setiap node diletakkan pada posisi dengan koordinat dalam bentuk x, y dengan satuan meter. Untuk node pengirim (client-1) pada titik koordinat (100,250), node server (250,250) dan node penerima (client-2) pada koordinat (400,250). Simulasi ini akan berlangsung selama 60 detik. Waktu untuk pengiriman data akan berlangsung pada satu detik setelah simulasi dimulai. Setelah itu, node pengirim akan terus menerus mengirimkan paket data kepada node penerima hingga waktu simulasi itu berakhir. Untuk mengetahui scenario yang diujikan, dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Skenario Pengujian
Skenario Pengujian Hasil yang diharapkan
Delay < 150 mili second (ms)
Packet Loss 0%-15%
4.2.1 Perangkat Pengujian
Pada sub bab ini akan dibahas tentang perangkat-perangkat yang akan digunakan untuk mendukung pada saat melakukan pengujian simulasi VoIP pada jaringan ad hoc. Perangkat tersebut berguna untuk membantu penelitian agar dapat berjalan. Perangkat tersebut terdiri dari perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat tersebut memiliki sebuah spesifikasi yang akan dijelaskan pada sebuah tabel. Tabel spesifikasi perangkat yang digunakan dalam pengujian simulasinya adalah :
Tabel 4.2 Spesifikasi Perangkat Keras
1. Processor
Intel(R) Atom™ CPU N450 @1.66 GHz (2 CPUs)
2. Memory 1014 MB RAM
3. Harddisk drive (HDD) 160 GB
4. Video Graphics addapter (VGA)
Intel® Graphics Media Accelerator 3150 256 MB
Tabel 4.3 Spesifikasi Perangkat Lunak
Sistem Operasi Linux Ubuntu 10.04
4.2.2 Hasil Pengujian
Dalam pengujian yang telah dilakukan berdasarkan scenario, akan didapatkan sebuah hasil dari parameter-parameter yang diujikan. Hasil dari parameter-parameter pada simulasi VoIP pada jaringan ad hoc tersebut yaitu delay, throughput dan packet loss. Parameter yang pertama akan dijelaskan tentang hasil pada pengujiannya adalah delay. Setelah hasil pengujian dari parameter delay telah diketahui, parameter selanjutnya yaitu throughput dan packet loss. Throughput adalah sebuah hasil data rate sebenarnya pada jaringan dan packet loss adalah sebuah hasil paket data yang hilang.
4.2.2.1 Delay
Delay adalah jumlah total waktu pengiriman paket dalam satu kali pengiriman dan memiliki satuan yaitu millisecond (ms). Delay merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan penurunan kualitas pada suara. Hasil dari delay diharapkan sesuai dengan tabel 4.1 yang telah tercantum berdasarkan standar dari ITU. Hasil dari delay akan ditampilkan pada gambar 4.3 :
Setelah diketahui hasil delay yang didapat, hasil ini terbilang baik karena delay masih dibawah dari 150 ms yaitu dengan nilai delay tertinggi sekitar 8.9 ms. Pada awal dari simulasi terjadi titik delay hampir bernilai 8.5 ms dikarenakan node pengirim masih me-request rute yang dibutukannya kepada node server dan kemudian node server juga masih harus melihat apakah alamat tujuan dari node pengirim ada atau tidak dan disinilah routing AODV berkerja. Setelah rute didapatkan, maka delay itu mulai menurun dan mengalami hasil yang bervariasi. Hasil dari delay yang didapatkan terjadi naik dan turun tidak stabil hingga akhir dari simulasi yang dijalankan. Dapat dikatakan bahwa routing protokol AODV dapat bekerja secara optimal karena penentuan rute yang terjadi cukup cepat dan dengan tipe trafik UDP, delay dapat diatasi dengan baik.
Untuk mengetahui hasil yang lebih akurat mengenai parameter delay, dibuat sebuah tabel yang menjelaskan tentang hasil delay dari simulasi yang telah dijalankan. Dari hasil simulasi yang dilakukan sebanyak 10X percobaan akan dibuat kesimpulan. Hasil delay dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Delay
Skenario Pengujian Delay
Pengujian ke-1 0.005055 Pengujian ke-2 0.005055 Pengujian ke-3 0.005055 Pengujian ke-4 0.005055 Pengujian ke-5 0.005055 Pengujian ke-6 0.005055 Pengujian ke-7 0.005055 Pengujian ke-8 0.005055 Pengujian ke-9 0.005055 Pengujian ke-10 0.005055 Rata-rata keseluruhan 0.005055
Dapat disimpulkan bahwa hasil dari delay tetap tidak mengalami perubahan dari 10x percobaan dikarenakan pada simulasi ini hanya terdapat 2 buah client yang berkomunikasi sehingga node server tidak sibuk yang dapat menyebabkan hasil yang tidak berubah-ubah. Dari hasil percobaan yang dilakukan, hasil dari delay sesuai yang diharapkan karena masih berada kurang dari 150 ms yang telah tercantum pada tabel 4.1.
Untuk hasil delay yang 2 hop dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.5 Hasil delay 2 hop
Skenario Pengujian Delay
Pengujian ke-1 0.062944714 Pengujian ke-2 0.062944714 Pengujian ke-3 0.062944714 Pengujian ke-4 0.062944714 Pengujian ke-5 0.062944714 Pengujian ke-6 0.062944714 Pengujian ke-7 0.062944714 Pengujian ke-8 0.062944714 Pengujian ke-9 0.062944714 Pengujian ke-10 0.062944714 Rata-rata Keseluruhan 0.062944714
Untuk hasil delay yang dilakukan pada simulasi VoIP jaringan ad hoc dengan melewati 2 hop adalah 62 ms. Hasil ini masih sesuai yang diharapkan dan hasil delay ini tidak melebihi standar yang telah dicantumkan oleh standar ITU untuk parameter delay.
4.2.2.2 Throughput
Dari hasil delay yang sudah diketahui, maka parameter yang akan dijelaskan selanjutnya adalah throughput. Dari hasil throughput yang diketahui,
akan didapatkan sebuah hasil data rate yang sebenarnya dalam jaringan yang diujikan. Throughput adalah banyaknya bit yang diterima dari selang waktu tertentu. Hasil pengujian dari simulasi VoIP pada jaringan ad hoc berupa throughput dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.4 Hasil Throughput
Hasil dari throughput yang didapatkan, terlihat pada gambar 4.4 stabil dari awal simulasi sampai dengan simulasi berakhir dengan angka 72 Kbps. Ini menunjukkan bahwa bit per second yang dihasilkan terbilang baik. Dengan jarak 150 meter, daya sinyal yang diterima pada setiap node masih berada pada nilai diatas sensitivitas sehingga tidak berpengaruh terhadap hasil pada throughput dan dapat dikatakan bahwa throughput yang dihasilkan terbilang baik. Hal ini dipengaruhi pula oleh rute yang tidak berubah sehingga tidak perlu mengirim route request (RREQ) yang dapat menurunkan hasil dari throughput tersebut.
Pada simulasi VoIP jaringan ad hoc untuk throughput yang dilakukan dengan melewati 2 hop, tidak terjadi perubahan yang signifikan tetap menghasil nilai yaitu 72 Kbps. Akan tetapi didetik-detik awal pada simulasi terjadi kenaikan dan penurunan untuk throughput yang dihasilkan. Untuk melihat hasil throughput
pada simulasi VoIP jaringan ad hoc yang dilakukan dengan melewati 2 hop, dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.5 Hasil Throughput 2 Hop
4.2.2.3 Packet Loss
Parameter yang terakhir untuk diketahui hasil dari simulasi VoIP pada jaringan ad hoc adalah packet loss. Packet loss merupakan sebuah hasil dari parameter yang kinerjanya diujikan pada simulasi dan packet loss juga dapat menyebabkan penurunan kualitas pada jaringan seperti halnya delay. Semakin tinggi tingkat packet loss yang didapatkan, semakin buruk kinerja dari kualitas pada jaringan. Untuk melihat hasil dari parameter packet loss yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 4.6 :
Tabel 4.6 Packet Loss
Packet Send 17792
Packet Receive 17706
Packet Drop 86
Packet Loss % 0.0048
Dari tabel 4.6 dapat diamati bahwa dengan jarak 150 meter, diperoleh packet loss yang sangat baik pada nilai 0.0048% atau jika dibulatkan menjadi 0.005%. Ini menandakan bahwa routing protocol AODV bekerja secara optimal karena pada proses pembuatan rute tidak memakan waktu yang lama sehingga paket data yang sudah masuk ke dalam buffer bisa segera di kirim ke tujuan dan tidak menumpuk yang dapat mengakibatkan terjadinya packet loss. Dengan tipe trafik UDP, paket data bisa cepat terkirim sehingga membuat buffer tidak penuh sehingga meminimalisir terjadinya packet loss.
Untuk hasil packet loss yang didapat pada simulasi yang dilakukan dengan melewati 2 hop, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7 Hasil Packet Loss dengan 2 hop
Packet Send 17543
Packet Receive 17436
Packet Drop 107