• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENYINGKAP PEMAHAMAN TENTANG SEKS KAITANNYA DENGAN HUBUNGAN SEKS PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA * Oleh : Siti Nurhidayah, S.Psi. **

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENYINGKAP PEMAHAMAN TENTANG SEKS KAITANNYA DENGAN HUBUNGAN SEKS PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA * Oleh : Siti Nurhidayah, S.Psi. **"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MENYINGKAP PEMAHAMAN TENTANG SEKS KAITANNYA DENGAN

HUBUNGAN SEKS PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA

*

Oleh : Siti Nurhidayah, S.Psi.

**

Pendahuluan

Semakin meningkatnya perilaku dan penyimpangan seks khususnya dikalangan remaja dewasa ini senantiasa menjadi permasalahan yang belum terpecahkan secara tuntas. Sebagian besar kasus diperoleh bukti bahwa kurangnya pemahaman tentang seks menjadikan remaja bertindak ceroboh dengan mencoba berperilaku seksual tanpa mempertimbangkan dampak lebih jauh yang ditimbulkan dari perilaku tersebut.

Masalah perilaku seks bagi remaja bukanlah merupakan barang baru yang harus ditutupi rapat-rapat atau sebaliknya diberitakan secara besar-besaran. karena kondisi remaja yang berada pada masa transisi antara masa anak-anak yang sudah lewat dan akan memasuki masa dewasa, membuat keadaan remaja yang selalu gelisah, disatu sisi untuk disayang dan dibelai rasanya sudah tidak layak, namun disisi lain akan dilepas dan diberi tanggung jawab masih dianggap belum mampu. Akhirnya mereka mulai membebaskan diri dari keterikatan emosional dengan orang tua, mulai bergabung dengan teman sejenis, dan berbaur dengan lawan jenis serta sudah mampu memilih stimulasi-stimulasi seksual yang dianggap sesuai dengan dirinya baik secara imajinatif maupun nyata (Budiman,1995).

Perkembangan remaja layaknya sebuah konflik antara dua kekuatan, yakni identitas melawan kebingungan. Dua kekuatan inilah yang harus dijalani remaja. Bila seseorang berhasil pada masa remajanya maka ia akan tumbuh menjadi seseorang yang tahu fungsi, peran, dan posisinya. tetapi kalau gagal ia akan kebingungan dalam menjawab pertanyaan “siapakah saya” (Erikson, dalam Hurlock,2001)

Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa perilaku seks yang menyimpang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup memprihatinkan. Hal itu tergambar dari terus meningkatnya data tentang hubungan sex pranikah yang masuk ke lembaga konseling Mitra Citra Remaja Jawa Barat. Jika pada tahun 2002 tercatat hanya 104 kasus , setahun berikutnya melonjak 170 kasus. Diyakini angka itu tidak mencerminkan kasus yang sebenarnya. Ibarat fenomena gunung es, kenyataan di lapangan lebih besar lagi. Tentu saja kondisi tersebut banyak menimbulkan kekhawatiran berbagai pihak terutama para orang tua ketika mengetahui anak mereka telah begitu jauh mengambil langkah sampai pada tindakan yang cukup mengkhawatirkan, melakukan hubungan seks dan hamil di luar nikah. Tidaklah terlalu dipersalahkan jika sering dijumpai perilaku seksual remaja yang demikian, karena remaja sekarang secara tiba-tiba saja dihadapkan pada kenyataan banyak pilihan yang dapat memuaskan keinginan hatinya, sehingga hal ini memungkinkan remaja untuk memilih mana yang sesuai dengan tanggung jawab yang ingin dipikulnya merupakan tindakan asosial maka akan menimbulkan masalah, artinya bahwa bila kenyataannya remaja salah memilih dan kemudian terlibat kepada kebiasaan-kebiasaan yang menyimpang dan dapat membahayakan dirinya dan masyarakat umum, maka mereka akan terjerumus pada bentuk kemandirian dan rasa cinta kasih yang tidak semestinya, seperti terjadinya hubungan seks pranikah.

Seputar Pemahaman Tentang Seks 1. Pengertian Seks Sehat

*

Makalah disampaikan pada diskusi dosen dan mahasiswa pada tanggal 3 April 2003 di FAI

(2)

Kehidupan seks sehat, seperti yang dikatakan oleh WHO, adalah suatu integrasi dari kehidupan manusia sebagai makhluk berjenis kelamin, yang meliputi seluruh aspek kehidupan baik fisik (intelektual), psikis (emosional) maupun sosial (Afinah, 1995)

Perilaku seks yang sehat menurut Budiman (1995) adalah yang dapat menyesuaikan diri bukan saja dengan tuntutan masyarakat, tetapi juga dengan kebutuhan individu mengenai kebahagiaan dan pertumbuhan, yaitu perwujudan diri sendiri atau peningkatan kemampuan individu untuk mengembangkan kepribadiannya menjadi baik. Penyesuaian diri artinya kemampuan memperoleh pengalaman seksual tanpa rasa takut dan salah, jatuh cinta, menikah, serta mempertahankan rasa cinta kasih dan daya tarik seksual terhadap pasangannya.

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seks yang sehat adalah menyangkut pemahaman akan diri sendiri sebagai makhluk yang berjenis kelamin dan berkepribadian, mempunyai kemampuan memperoleh pengalaman seksual, jatuh cinta, mengadakan hubungan, dan menikah.

2. Garis Besar Program Seks Sehat

Remaja memerlukan informasi mengenai seks yang sehat disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan diberikan dengan cara yang benar, jelas, serta tidak membingungkan. Perlunya suatu program dalam memberikan pengetahuan tentang seks yang sehat, meliputi: )a) cara manusia tumbuh, hal-hal yang mempengaruhi, pola-pola pertumbuhan individu, serta pertumbuhan yang cepat, (b) perubahan-perubahan yang tidak begitu jelas (emosional, tingkah laku kelompok, dan hubungan dengan orang tua), (c) ciri-ciri sekunder, organ-organ reproduksi, sel-sel seks pada laki-laki dan wanita, (d) menstruasi (kesehatan dan fisiologi) dan pemancaran mani, (f) kawin dan konsepsi, (g) bayi di perut ibu, proses kelahiran, dan meneruskan keturunan.

Himpunan peminat dan ahli pendidikan kependudukan dan lingkungan Hidup Indonesia (HIPA-PKLHI) Ulama Pusat (LKM-NU) menganggap bahwa pengetahuan kehidupan seksual yang sehat, benar, dan bertanggung jawab perlu diberikan kepada remaja. Hal ini dibuktikan dengan melaksanakan uji coba program Pendidikan Kehidupan Keluarga pada dua buah lembaga pendidikan pesantren di Jawa Timur dengan materi program sebagai berikut : (a) aspek psikologi manusia, (b) aspek sosial dan seksualitas manusia, (c) manusia swbagai makhluk berbudaya, (d) pertumbuhan manusia, (e) perkembangan seksualitas manusia, (f) organ-organ reproduksi, (g) proses reproduksi, (h) kehamilan dan kelahiran, (I) remaja dan permasalahannya, (j) persiapan menjadi orang tua.

Berdasarkan pendapat di atas garis besar program seks sehat, maka dapat disimpulkan bahwa seksualitas manusia meliputi : (a. pengertian seks, (b) pertumbuhan dan perkembangan remaja, (c) organ dan proses reproduksi, (d) kehamilan dan kehadiran, (e) persipan membentuk keluarga. Masing-masing program tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pengertian seks.

Dalam arti sempit seks adalah kelamin, dalam arti luas seks berarti seksualitas yaitu semua hal yang berkaitan dengan seks pada manusia (Adisusilo, 1995). Menurut Gunarsa (1990) seks identik dengan jenis kelamin yang dijabarkan dalam pengertian seksualitas yang merupakan peninjauan dari segi kejiwaan tentang cara-cara seseorang memenuhi dan mendapatkan kepuasan dalam menyalurkan dorongan seks yang secara normal dipuaskan dengan lawan jenis kelamin.

Pengertian seks pada operasionalnya bahwa seks mengandung pengertian sebagai : pertama, jenis kelamin atau salah satu cara untuk menunjukkan bahwa seseorang disebut sebagai pria dan yang lain sebagai perempuan (girl and boy). Kedua , seks adalah reproduksi (membuat bayi atau making babies), artinya dengan seks seorang bayi akan lahir, bila dua orang lawan jenis yang berhubungan badan telah mengalami kematangan seksual, ketiga seks adalah perasaan yang mendalam (strong feeling), yakni seseorang merasa tertarik dan ingin dekat dengan lawan jenisnya. Keempat, seks yaitu bercinta (making Love), artinya dua orang yang berlainan jenis

(3)

merasa tertarik dan ingin lebih dekat lagi sehingga terjadilah hubungan seks sebagai ungkapan cinta.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian seks secara sempit adalah jenis kelamin yang dapat dibedakan antara pria dan wanita, sedangkan secara luas seks adalah seksualitas yang merupakan faktor potensi dalam kepribadian seseorang sebagai peninjauan dari segi kejiwaan tentang cara membentuk keturunan dan penyaluran dorongan seks yang secara normal dipuaskan dengan lawan jenis.

b. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja.

Remaja adalah masa peralihan atau masa penghubung antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, artinya remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak. Pada masa ini terjadi perubahan yang besar dan esensial mengenai kematangan fungsi jasmaniah (terutama fungsi seksual) dan rohaniah (pola pikir dan nilai-nila yang dianut).

Remaja sering memperlihatkan adanya gejala-gejala kegelisahan, mereka mempunyai banyak keinginan yang tidak selalu dapat dipenuhi. Remaja ingin melepasklan diri dari keterikatan orang tua namun belum mampu, karena masih menggantungkan diri. Remaja berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya, baik dari dalam maupun dari luar diri untuk memuaskan semua keinginannya. Ketidakmampuan remaja untuk merealisasikan semua keinginan, dapat pula tersalurkan melalui berkumpul dengan teman sebaya untuk melakukan kegiatan bersama .

Pada masa remaja terjadinya perubahan jasmani, fungsi tubuh, aspek kejiwaan, dan kehidupan sosial. Perubahan jasmani yang dialami seperti menstruasi dan ejakulasi atau perubahan bentuk, amat mempengaruhi kehidupan kejiwaan remaja yang bersangkutan. Perubahan yang terjadi ini selain menimbulkan kecemasan juga menimbulkan perasaan bangga karena mereka mulai dewasa. Demikian pula pada remaja pria, dalam waktu tertentu akan mengalami ejakulasi spontan. Kejadian ini selain mengejutkan dan menimbulkan berbagai dugaan biasanya juga dibarengi perasaan puas. Mulai timbul perasaan tertarik juga dibarengi perasaan puas. Mulai timbul perasaan tertarik pada lawan jenis, sehingga tak jarang remaja berpacaran atau menunjukkan minat pada seksualitas.

Pacaran adalah suatu kebutuhan psikososial remaja dan merupakan perilaku yang menggambarkan hubungan khusus antara pria dan wanita yang didasari rasa saling tertarik, mencintai dan diawali dengan perkenalan, persahabatan, kemudian diikuti dengan bermacam-macam kencan. Remaja seringkali terjebak dalam perilaku pacaran yang tidak sehat yang mengakibatkan timbulnya berbagai persoalan dikalangan remaja itu sendiri seperti kemunduran dalam belajar, terisolasi dari teman, karena melampui batas lalu melakukan hubungan seks sehingga hamil. Kehamilan ini memaksa pasangan tersebut : (a) harus menikah (tanpa persiapan dan rencana), b) kehilangan kebebasan, putus hubungan dengan teman, tidak melanjutkan sekolah karena harus mengurus rumah tangganya, (c) pengguguran kandungan (aborsi) karena belum siap menikah, (d) usaha bunuh diri karena patah hati atau hamil dan pasangannya tidak bertanggung jawab sehingga remaja mencari jalan pintas.

Remaja bertanya tentang siapa dan bagaimana dirinya, remaja juga ingin diterima dan diakui sebagai orang dewasa, yang dikenal sebagai identitas diri. Upaya pencarian identitas ini sering kali diungkapkan dalam bentuk pemaksaan kehendak sehingga sering terjadi pertentangan dengan orang tua, guru, atau orang dewasa. Peranan teman sebaya sangat besar bagi kehidupan sosial remaja. Pendapat dan pandangan teman dalam kelompok, biasnya lebih diterima daripada pendapat orang tua. Dalam kelompok, kebutuhan akan keakraban ini lebih mudah terpenuhi. Keakraban yang antara lain melahirkan bahasa atau gaya remaja, sangat diperlukan remaja untuk mengembangkan kepribadian seperti belajar memahami perasaan orang lain (simpati dan empati), dan banyak kecakapan sosial lainnya yang dapat dipelajari remaja dalam kelompok.

(4)

c. Persiapan Membentuk Keluarga

Untuk mewujudkan keluarga yang bahagia memerlukan persiapan seperti kematangan pribadi, kesiapan ekonomi, dan perencanaan keluarga yang meliputi usia kawin dan kehamilan, jumlah anak, serta jarak kelahiran. Persiapan ini perlu dilakukan agar perkawinan tidak kandas di tengah jalan. Pada masa remaja setiap individu diharapkan mulai mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan perkawinan, yaitu dengan memperluas pergaulan, menambah pengetahuan yang berhubungan dengan orang dewasa, dan mempersiapkan sebuah pekerjaan. Semua ini dilakukan dengan penuh kesadaran demi terwujudnya kehidupan rumah tangga yang sejahtera dan bahagia.

3. Fungsi dan Tujuan Program Seks Sehat

Menurut Kendall (Budiman,1995), tujuan pemberian penerangan seks kepada remaja adalah untuk : (a) Membentuk pengertian tentang perbedaan seks antara pria dan wanita dalam keluarga, pekerjaan dan seluruh kehidupan, yang selalu berubah dan berbeda dalam tiap masyarakat dan kebudayaan, (b) Memberi pengertian tentang peranan seks di dalam kehidupan manusia dan keluarga, hubungan seks dengan cinta, dan peranan diri sehubungan dengan fungsi dan kebutuhan seks, (d) Membantu remaja dalam mengembangkan kepribadian sehingga mampu untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab, seperti memilih jodoh, hidup berkeluarga, kesusilaan dalam seks, dan lain-lain.

Program dasar seks sehat harus mempunyai tujuan yaitu : (a) penerimaan atas tubuh dan seksualitasnya sendiri, (b) pengetahuan tentang cara manusia tumbuh secara fisiologi dan emosional, (c) pengertian tentang perubahan yang terjadi pada masa puber dalam diri remaja laki-laki dan wanita, (d) pengertian tentang keunikan dari pola-pola perkembangan individu, mengurangi kekhawatiran tentang perubahan, pertumbuhan pribadi, dan perkembangan seks individu, (e) pengetahuan tentang alat reproduksi manusia dalam hubungannya dengan konsepsi, kehamilan, kelahiran, dan keturunan, (f) Pengertian tentang orang tua, anak, dan hubungan antara orang tua dengan anak, (g) kebebasan atau keterbukaan untuk berdiskusi dan mengajukan pertanyaan tentang perkembangan seks dan seksualitas pada umumnya, melalui pengalaman dengan metode pemecahan masalah dengan diskusi terbuka, sebagai suatu dasar permulaan bagi perkembangan pedoman, pribadi, dan nilai.

Kaitan Pemahaman tentang Seks terhadap Hubungan Seks Pranikah

Hubungan seks pranikah (premarital intercourse) adalah hubungan senggama antara remaja laki-laki dan wanita sebelum menikah secara resmi (Akbar, 19830). Hubungan seks yang dilakukan oleh dua orang yang tidak ingin hidup bersama dalam perkawinan atau keluarga.

Dari pendapat di atas dapat ditarik pengertian bahwa sikap terhadap hubungan seks pranikah adalah suatu kesiapan individu untuk menentukan perilaku terhadap hubungan seks yang dilakukan antara remaja laki-laki dan remaja wanita sebelum adanya ikatan pernikahan.

Beberapa indikator yang dapat dijadikan dasar untuk melakukan hubungan seks meliputi : faktor usia, kesiapan seseorang untuk melakukannya, keyakinan bahwa sang pacar bakal menjadi suami atau istri, dan perasaan suka sama suka serta saling mencintai.

Menurut Adisusilo (1995) perilaku hubungan seks pada remaja selain dipengaruhi faktor endogen dari dalam diri sendiri dan faktor eksogen dari lingkungan , juga masih tergantung dari perilaku orang tuanya. Artinya para orang tua yang lebih suka diam dalam hal seks terhadap anak-anak mereka, maka anak-anak itu lebih banyak dipengaruhi oleh rangsang atau stimulasi dari luar, sedangkan faktor endogen di atas, sejalan dengan hasil penelitian , mereka

(5)

menyimpulkan bahwa perilaku seks pranikah erat sekali kaitannya dengan sikap permisif (membolehkan) terhadap perilaku seks pranikah.

Beberapa faktor yang mempengaruhi sikap terhadap hubungan seks pranikah. Faktor-faktor tersebut yang pertama adalah kontrol sosial, yaitu pengaruh yang berasal dari luar individu. Faktor ini berupa pengaruh kelompok atau lingkungan sosial guna mengubah atau menekan seseorag untuk bersikap terhadap hubungan seks. Kedua, aktifitas keagamaan dan religiusitas.

Banyaknya kasus kehamilan, pengguguran , dan penyakit kelamin akibat hubungan seks pada remaja sebelum menikah, diperoleh kesimpulan bahwa kebanyakan remaja menjadi korban karena ketidaktahuannya mengenai seks. Sebagian besar dari mereka tidak memperoleh informasi tentang seks sama sekali.

Dari pendapat diatas dan berbagai kasus serta berbagai faktor yang melatarbelakangi terjadinya hubungan seks pranikah pada remaja nampak bahwa remaja tidak mendapatkan pengetahuan tentang seks yang sehat dan disertai dengan berbagai macam rangsangan dari informasi yang menyesatkan. Hal itu membuat remaja yang sedang dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan mencoba untuk bereksperimen tanpa memikirkan manfaat, konsekuensi, dan akibat yang mungkin timbul dari perilakunya tersebut.

Untuk itu para remaja perlu mempunyai pemahaman yang benar dan sehat tentang seks beserta konsekuensi dan dampak yang ditimbulkan atas penyalahgunaan seks, sehingga dengan pemahaman ini remaja akan menyadari fungsi dan resiko yang berkaitan dengan kehidupan seks. Hal ini akan berpengaruh dalam pengambilan sikap remaja sebelum memutuskan untuk bereksperimen seksual.

Mensikapi Dampak Hubungan Seks Pranikah

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Hubungan Seks Pranikah

Berbagai penelitian mengenai hubungan seks pranikah di kalangan remaja dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup memprihatinkan. Menurut Adisusila (1995) terdapat 155 remaja di antara 633 respondent murid SLTA Denpasar dan Singaraja mengaku (melalui angket) telah melakukan hubungan seks pranikah. Sedangkan menurut Winyantoro (dalam Ancok dan Suroso, 1994), terdapat 405 kasus kehamilan pranikah tidak dikehendaki yang terkumpul di klinik WKTB, Jakarta dan Bali selama setahun sebanyak 95 % adalah kehamilan pranikah pada usia 15-22 tahun, dari pendidikan prosentase tersebut terdiri dari 47 % remaja yang masih duduk di SLTP dan SLTA. Hasil penelitian tim fakultaas Psikologi Universitas Pajajaran Bandung pada tahun 1992 menyebutkan bahwa remaja yang melakukan hubungan seks pranikah cukup tinggi. Bandung mencapai 21,75 %, Cirebon 31,6 %, Bogor 30,85 %, dan Sukabumi mencapai 26, 47 %, Bogor 30,85 %, dan Sukabumi mencapai 26, 47 %. Unika Atmajaya jakarta bekerja sama dengan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian pada tahun 1994 mengadakan penelitian dengan sampel siswa SMP, SMA, dan Sekolah Kejuruan di dua belas sekolah yang dianggap rawan di Jakrta, terungkap 9,9 % atau dari 558 siswa terbukti telah melakukan hubungan seks dengan pacar dan teman sebaya . Laporan Utamadi (Kompas,2002) pada tahun 2000 Pilar PKBI Jawa Tengah bekerjasama dengan Tim Embrio 2000 melakukan baseline survey tentang perilaku seksual mahasiswa di semarang dengan responden 127 (64 laki-laki dan 63 perempuan) dari berbagai perguruan tinggi di Semarang ditemukan 48 % sudah melakukan rabaan di daerah sensitive, petting 28 %, 20 % intercourse (hubungan sex sampai tahap penetrasi. Berbagai penelitian yang dilakukan mengenai hubungan seks pranikah, membuktikan bahwa faktor penyebab timbulnya perilaku seksual tersebut antara lain, kematangan seksual para remaja yang diikuti dengan berbagai perubahan baik fisik maupun psikis sehingga menimbulkan pertanyaan pada diri remaja. Keinginan untuk bertanya atas perubahan dirinya sesungguhnya merupakan perasaan

(6)

ingin diperlakukan sebagai pribadi yang khusus namun dalam memenuhi keinginan untuk mengetahui tentang masalah seks, remaja sering menghadapi kendala terutama kurangnya informasi dari orang tua mereka mengenai seks. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak keluarga tidak melakukan pembicaraan yang sunguh-sunguh mengenai masalah seks. Mereka menanggapi pertanyaan anaknya tentang seks seolah-olah mengungkap sesuatu yang suci, terkadang dianggap sebagai suatu hal yang memalukan atau sebuah lelucon untuk menimbulkan bahan tertawaan, dan bahkan tak jarang orang tua menanggapi masalah itu dengan kemarahan dan acuh tak acuh. Hal ini memberikan kesan pada diri si anak seolah-olah orang tuanya tidak dapat dipercaya berkaitan dengan informassi seks dan akan lebih mempersulit anak dalam memperoleh pemaham mengenai seks secara benar. Akibatnya remaja berusaha mencari melalui caranya sendiri baik itu melalui teman, orang lain, maupun berbagai media informasi yang saat ini sangat mudah diperoleh.

Tayangan televisi, majalah, dan tabloid dapat membangkitkan fantasi seks, karena selain suara dan gambar, disertai pula dengan ulasan-ulasan yang detail. Hasil penelitian Sutoto (dalam Adisusilo,1995) dikalangan siswa sekolah menengah di Kota Madya semarang pada 1100 siswa menyebutkan bahwa pengetahuan mengenai seks paling sering didapatkan remaja melalui surat kabar, barang cetakan, dan kawan sepermainan. dalam kajian selanjutnya didapatkan informasi bahwa berbagai jenis bacaan porno seperti majalah playboy, hustler, gambar porno, dan semacamnya, mudah sekali diperoleh. Tekanan kawan (peer group pressure) banyak terjadi dan kalau mereka menolak mereka akan dikatakan kurang pergaulan, kuno, atau dikucilkan dari kelompoknya, di samping juga rendahnya peran para orang tua. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada 828 remaja di Jakarta Timur oleh oleh Sidharta dkk. (dalam Adisusilo, 1995), diketahui bahwa informasi tentang seks yang diterima para remaja kebanyakan diperoleh dari media cetak seperti koran dan majalah. Peran guru, petugas kesehatan, dan orang tua sangat kecil.

Dari beberapa kasus di atas dapat disimpulkan bahwa informasi yang diperoleh remaja agaknya cukup menyesatkan dan tidak bisa menjawab keinginan remaja untuk mengetahui informasi mengenai seks secara benar. Bahkan di antara remaja banyak yang mulai berani, berterus terang, dan mengeluh bahwa cerita dari teman, dan buku atau majalah mengenai seks belumlah memuaskan sehingga remaja akan merasa puas apabila mendapatkan pengalaman atau mempraktekkannya sendiri. Berdasarkan kasus-kasus ini nampak bahwa informasi yang ada disalahartikan oleh remaja sehingga menimbulkan perilaku menyimpang yang merugikan baik bagi dirinya sendiri, orang lain maupun orang tua. Para remaja mencoba melakukan hubungan seks tanpa memperhitungkan segala akibat yang ditimbulkan dari perilaku mereka tersebut, seperti kehamilan, pengguguran kandungan, dan penyakit kelamin, terjadi akibat hubungan seks pranikah yang dilakukan para remaja. Diperoleh kesimpulan bahwa kebanyakan remaja menjadi korban karena ketidaktahuannya mengenai seks. Sebagian besar dari mereka tidak memperoleh informasi tentang seks yang cukup, baik dari rumah maupun sekolah, bahkan ada yang belum pernah mendapat informasi tentang seks sama sekali (Widyantoro, dalam Ancok dan Suroso, 1994)

Terdapat tiga alasan mengapa perilaku hubungan seks terjadi dan menggejala pada remaja, yaitu disebabkan oleh pertama, usia perkawinan ditingkatkan. Kedua, paparan dari berbagai media massa mengenai seksualitas. Dimajalah, film, dan bahkan di internet sering dipaparkan secara jelas serta terkadang disertai gambar-gambar yang begitu vulgar mengenai seksualitas. Ketiga, remaja mempunyai dorongan seks yang tinggi. Namun dorongan seks belum tentu bisa terealisir tanpa adanya kesempatan untuk mewujudkannya. Oleh karena itu menurut Clayton dan Bokemeier faktor kesempatan ikut mempengaruhi terwujudnya hubungan seks pranikah.

Menurut Adisusila (1995), faktor religiusitas dan moralitas sangat mempengaruhi sikap terhadap hubungan seks pranikah. Semakin tebalnya keimanan dan ketaqwaan seseorang kepada

(7)

Tuhannya akan mempengaruhi sikap dan perilakunya, terutama sikap terhadap perilaku seksualnya. Sedangkan faktor moral adalah faktor yang berasal dari dalam yang merupakan landasan seseorang untuk bersikap dan berperilaku. Artinya, tinggi rendahnya orientasi moral seseorang dalam memandang hubungan seks sebagai sesuatu yang disesuaikan dengan kondisi dirinya. Moral juga memberikan konsep-konsep yang baik dan buruk, patut dan tidak patut, layak dan tidak layak dilakukan oleh seseorang.

Berdasar paparan di atas dapat disimpulkan mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi sikap terhadap hubungan seks pranikah berkaitan dengan kontrol sosial, aktifitas keagamaan dan moralitas.

2. Berbagai Dampak yang ditimbulkan dari Hubungan Seks Pranikah

Upaya penurunan kasus hubungan seks pranikah sudah dimulai sejak tahun 1950. Ada tiga alsan diterimanya hubungan seks, yaitu mulai tumbuhnya penerimaan dari beberapa segmen masyarakat, tersedianya alat-alat kontrasepsi dan pil anti hamil, dan lamanya jarak antara periode pubertas dengan menikah serta diikuti kematangan seks yang lebih awal.

Perilaku hubungan seks pranikah pada umumnya mempunyai dampak yang merugikan. Karena hal ini berkai erat dengan kondisi budaya, agama dan kepercayaan, serta penerimaan dari masyarakat tentang hubungan seks pranikah di kalangan remaja. Akibat yang sering dialami dari hubungan seks di luar nikah adalah kehamilan dan penyakit kelamin. Menurut Alfinah (1995) ada tujuh akibat yang ditimbulkan dari hubungan seks pranikah, yaitu kehilangan kegadisan bagi perempuan, bila lahir anak akan menjadi beban baik dari pelaku maupun anak karena tidak ada status yang pasti, bila digugurkan selain membahayakan calon ibu juga beban psikis pertanggungjawaban terhadap Tuhan, bila berganti pasangan bisa terjadi penyakit kelamin, akan menjadi bebab karena mendapat sorotan masyarakat, bila berhasil menikah akan sulit merasa puas dalam hubungan seks, dan beban terhadap orang tua baik rasa malu dan tertekan.

Penutup

Perilaku seksual remaja dari tahun ke tahun senantisa menjadi bahan pembicaraaan dan diskusi yang cukup menarik. semakin meningkatnya perilaku dan penyalahgunaan seksual senantiasa menjadi permasalahan yang tak kunjung padam. Banyak pihak, terutama para orang tua merasa khawatir ketika mengetahui anak mereka telah begitu jauh melangkah sampai pada tindakan yang memprihatinkan.

Dari berbagai kasus penyimpangan seksual di kalangan remaja membuktikan bahwa besarnya peran orang tua dalam hal pendidikan dan penerangan seks dengan cara mengkomunikasikan maalah seks secara terbuka dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan pemahaman anak, ternyata mampu memperkecil berbagai tindak penyelewengan remaja dalam mengambil keputusan tentang perilaku seksualnya, mengingat orang tua adalah orang yang paling bertanggungjwab untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan agar anak dapat hidup dan berkembang secara wajar di masyarakat.

Perkembangan media informasi yang semakin maju pesat juga memegang peran dan pengaruh yan sangat besar dalam memberikan berbagai penerangan kepada remaja mengenai [erilaku seks serta dampak yang ditimbulkannya. Oleh karena itu sebagai media yang menyediakan berbagai layanan informasi kepada masyarakat, sudah sepatutnyalah media cetak dan elektronik mampu memberikan informasi seks yang sehat disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan pemahaman masyarakat serta diberikan dengan cara benar, jelas serta tidak membingungkan.

Perlunya pemahaman tentang seluk-beluk kehidupan seksual serta akibat yang ditimbulkannya mutlak diperlukan oleh para remaja. hal ini dapat dipahami karena seseorang

(8)

yang memiliki pengetahuan dan pemahamn yang benar maka akan dapat mengontrol sikapnya sebeelum memutuskan untuk berperilaku, karena ia akan memikirkan jauh kedepan berbagai dampak, manfaat, serta konsekuensi yang akan ditimbulkan dari perilaku tersebut. Sebaliknya seseorang yang tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman yang tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman cenderung untuk bersikap ceroboh dengan mencoba-coba, karena ia tidak memikirkan berbagai akibat yang mungkin timbul dari perilaku tersebut. Dengan adanya pengetahuan dan pemahaman tentang seks secara benar dikalangan masyarakat khususnya para orang tua dan pendidik, maka para remaja akan menemukan jawaban yang benar dan bijaksana terhadap problematika seksual yang dihadapinya, termasuk perilaku seks yang menyimpang seperti hubungan seks pranikah.

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, T.F. 1995 Remaja Aids dan Islam. Dalam Ceramah dan Dialog “ Penanggulangan Bahaya Aids bagi Remaja”. Boyolali : Ikatan Remaja Muhammadiyah.

Alfinah, S. 1995. Perilaku Seks Bebas Pranikah dan Kesehatan Mental. Dalam Studium General Korps Suka Rela. Surakarta : PMI Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Ancok, Dj dan Suroso, F.N. 1994. Psikologi Islami. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Budiman. 1995. Mengembangkan Seksualitas yang bertanggung jawab. Dalam Seminar Sehari. Yogyakarta : Panitia Dies Natalis XXXIII Universitas Kristen Duta Wacana.

Darajat, Z. 1994. Remaja, Harapan, dan Tantangan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Gerungan, W.A. 1987, Psikologi Sosial. Bandung : Eresco.

Gunarsa, J.S.D., dan Gunarsa S.D. 2000. Psikologi Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia. Hurlock, E.B. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, 2001,

(9)

METODE TAFSIR AHMAD MUSTHAFA AL-MARAGHI

Oleh : Wisnawati Loeis, Lc., MA

Pendahuluan

Al-Quran adalah undang-undang syariat dan sumber hukum, yang harus ditaati

dan diamalkan oleh setiap muslim. Di dalamnya termuat masalah halal haram, serta amar

ma’ruf nahi munkar. Al-Quran juga sebagai sumber inspirasi sastra dan akhlak. Di

dalamnya setiap muslim diperintahkan untuk berpegang teguh pada prinsip-prinsip

al-Quran. Dengan demikian, mereka akan memperoleh kebahagiaan dan petunjuk yang akan

mengantarkan mereka untuk memperoleh keberuntungan di hadapan Allah kelak di

akhirat.

Kandungan ayat yang begitu sarat dengan makna yang sebagian bersifat global diperjelas lagi oleh Rasulullah SAW dengan sunnah-sunnahnya; menjelaskan pengertian yang masih samar dan memecahkan berbagai problema yang mereka hadapi. Hal ini membuat mereka tidak ragu lagi terhadap kandungan al-Quran.

Pada masa selanjutnya sepeninggal Rasulullah dan para sahabat lahirlah kitab

tafsir dengan berbagai versi dan metode baru seperti yang banyak ditemukan. Hal ini

merupakan tanda bahwa setiap generasi, pasti lahir kitab tafsir yang membahas berbagai

persoalan sesuai dengan kebutuhan masa. Di antara kitab-kitab tersebut, ada yang

mengulas secara padat dan ada pula yang memberikan bahasan secara panjang lebar.

Walaupun demikian, di dalam kandungan al-Quran itu sendiri terdapat berbagai rahasia

yang tak mampu diungkapkan sekalipun dilakukan oleh ahli tafsir (mufassir). Tentunya

masalah tersebut menjadi bahan pembahasan yang selalu aktual di segala zaman sesuai

dengan kemajuan pemikiran umat manusia. Namun Ahmad Musthafa Al-Maraghi

mencoba memenuhi kebutuhan umat tersebut dengan melahirkan kitab tafsirnya yang

dianggap sederhana, karena menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, sistematis,

tetapi tetap didukung oleh bukti-bukti atau hujjah, juga menukil pendapat-pendapat para

ahli dalam berbagai cabang ilmu yang berkait dengan al-Quran serta meninggalkan cerita

/kisah-kisah yang berbau Israiliyyat.

1

Makalah dipresentasikan pada diskusi rutin dosen dan mahasiswa Unisma pada tanggal 27 Mei 2010. 1

Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Qahirah : Syirkah Maktabah wa Mathba’ah Mustafa al-Babi al-Halabi wa Auladuh, 1974, juz 1

(10)

Biografi Ahmad Musthafa Al-Maraghi

Nama lengkap al-Maraghi adalah Ahmad Musthafa Ibn Musthafa Ibn Muhammad

Ibn ‘Abd al-Mun’im al-Qadhi al-Maraghi. Ia lahir pada tahun 1300 H/1883M di kota

Al-Maraghah, propinsi Suhaj, kira-kira 700 km arah selatan kota Kairo.

2

Menurut Abdul

Aziz al-Maraghi, yang dikutip oleh Abdul Djalal, kota Al-Maraghah adalah ibukota

kabupaten Al-Maraghah yang terletak di tepi Barat Sungai Nil, berpenduduk sekitar

10.000 orang, dengan penghasilan utama gandum, kapas dan padi.

3

Ahmad Musthafa Al-Maraghi berasal dari kalangan ulama yang taat dan

menguasai berbagai bidang ilmu agama. Hal ini dapat dibuktikan, bahwa 5 dari 8 orang

putra laki-laki syekh Musthafa Al-Maraghi ( ayah Ahmad Musthafa Al-Maraghi) adalah

ulama besar yang cukup terkenal, yaitu :

1. Syekh Muhammad Musthafa Al-Maraghi yang pernah menjadi Syekh Al-

Azhar dua periode, tahun 1928–1930 dan 1935-1945.

2. Syekh Ahmad Musthafa Al-Maraghi, pengarang Tafsir Al-Maraghi.

3. Syekh Abdul Aziz Al-Maraghi, pernah menjadi Dekan Fakultas Usuluddin

Universitas Al-Azhar dan Imam Raja Faruq.

4. Syekh Abdullah Musthafa Al-Maraghi, pernah menjadi Inspektur Umum pada

Universitas Al-Azhar.

5. Syekh Abdul Wafa Musthafa Al-Maraghi, pernah menjadi Sekretaris Badan

Penelitian dan Pengembangan Universitas Al-Azhar.

4

Di samping itu ada 4 orang putra Ahmad Mustafa Al-Maraghi pernah menjadi

Hakim, yaitu :

1. M. Aziz Ahmad Al-Maraghi, Hakim di Kairo.

2. Hamid Al-Maraghi, Hakim dan Penasehat Mentri Kehakiman di Kairo.

3. ‘Asim Ahmad Al-Maraghi, Hakim di Kuwait dan di Pengadilan Tinggi Kairo.

4. Ahmad Midhat Al-Maraghi, , Hakim di Pengadilan Tinggi Kairo, dan Wakil

Kehakiman di Kairo.

5

2. Hasan Zaini, M.A., Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Tafsir Al-Maraghi, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,

1997, h. 15, cet. 1

3

Ibid. h. 15

4

(11)

Dengan demikian, selain Al-Maraghi keturunan ulama yang menjadi ulama, ia

juga mendidik putra-putranya menjadi ulama dan sarjana yang senantiasa

mengabdikan dirinya untuk masyarakat, dan bahkan mendapat kedudukan penting

sebagai hakim pada pemerintahan Mesir.

Sebutan (nisbah) Al-Maraghi dari Syekh Ahmad Mustafa Al-Maraghi dan

lain-lain bukanlah dikaitkan dengan nama suku/marga atau keluarga, seperti halnya sebutan

Al-Hasyimi yang dikaitkan dengan keturunan Hasyim, melainkan dihubungkan dengan

nama daerah atau kota yaitu kota Al-Maraghi yang disebutkan di atas.

Oleh sebab itu yang memakai sebutan Al-Maraghi tidak terbatas pada anak cucu

Syekh Abdul-Mun’im Al-Maraghi saja. Hal ini dapat dibuktikan dengan fakta yang

terdapat dalam kitab Mu’jam al-Muallifin karya Syekh Umar Ridha Kahhalah yang

memuat biografi 13 orang Maraghi di luar keluarga Syekh Abdul-Mun’im

Al-Maraghi, yaitu para ulama/sarjana yang ahli dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan

yang dihubungkan dengan kota asalnya al-Maraghah.

6

Setelah Ahmad Musthafa Al-Maraghi menginjak usia sekolah, dia dididik di

Madrasah di desanya untuk belajar al-Quran. Karena memiliki otak yang sangat cerdas,

sehingga sebelum usia 13 tahun ia sudah hafal seluruh ayat al-Quran. Di samping itu ia

juga mempelajari ilmu tajwid dan dasar-dasar ilmu syari’ah di Madrasah sampai ia

menamatkan pendidikan tingkat menengah.

Pada tahun 1314H/1897M, ia melanjutkan studinya di Universitas Al-Azhar

karena keinginan orang tuanya. Di sini ia mempelajari berbagai cabang ilmu pengetahuan

agama, seperti bahasa Arab, balaghah, ilmu tafsir, ilmu-ilmu tentang al-Quran, ilmu-ilmu

tentang hadits, fiqh, usul fiqh, akhlak, ilmu falak dan sebagainya. Di samping itu ia juga

mengikuti kuliah di Fakultas Dar al-‘Ulum Kairo (yang dahulu merupakan Perguruan

Tinggi tersendiri, dan kini menjadi bagian dari Cairo University). Ia berhasil

menyelesaikan studinya di kedua perguruan tinggi tersebut pada tahun 1909. Di antara

dosen-dosen yang ikut mengajarnya di Al-Azhar dan Dar al-‘Ulum adalah Syekh

Muhammad Abduh, Syekh Muhammad Hasan Al-‘Adawi, Syekh Muhammad Bahis

al-Muth’i, dan Syekh Muhammad Rifa’i al-Fayumi.

5

(12)

Setelah Syekh Ahmad Musthafa Al-Maraghi menamatkan studinya di Unversitas

Al-Azhar dan Dar al-‘Ulum, ia memulai karirnya dengan menjadi guru di beberapa

sekolah menengah. Kemudian ia diangkat menjadi direktur Madrasah Mu’alimin di

Fayum, sebuah kota setingkat kabupaten (kotamadya), kira-kira 30 km sebelah barat daya

kota Kairo. Pada tahun 1916 ia diangkat menjadi dosen utusan Universitas al-Azhar

untuk mengajar ilmu-ilmu syari’ah Islam pada Fakultas Ghirdun di Sudan. Di Sudan

selain sibuk mengajar, Al-Maraghi juga giat mengarang buku-buku ilmiah. Salah satu

buku yang selesai di karangnya di sana adalah ‘Ulûm al-Balâghah.

Pada tahun 1920 ia kembali ke Kairo dan diangkat menjadi dosen bahasa Arab

dan ilmu-ilmu syari’ah Islam di Dâr al-‘Ulûm sampai tahun 1940. Di samping itu ia juga

diangkat menjadi dosen Ilmu Balaghah dan Sejarah Kebudayaan Islam di Fakultas Adab

Universitas Al-Azhar. Selama mengajar di Universitas dan Dâr al-‘Ulûm, ia tinggal di

daerah Hilwan, sebuah kota satelit

Kairo. Ia menetap di sana sampai akhir hayatnya,

sehingga di kota itu terdapat suatu jalan yang diberi nama jalan al-Maraghi. Selain dari

itu, ia juga mengajar pada perguruan Ma’had Tarbiyah Mu’allimat beberapa tahun

lamanya, sampai ia mendapat piagam tanda penghargaan dari Raja Mesir Faruq, atas

jasa-jasanya tersebut pada tanggal 11-1-1361H.

Pada tahun 1370H/1951M , yaitu setahun sebelum beliau meninggal dunia, beliau

masih juga mengajar dan bahkan masih dipercayakan menjadi direktur Madrasah Usman

Bahir Basya di Kairo sampai menjelang hayatnya. Beliau meninggal dunia pada tanggal 9

juli 1952 M/1371H di tempat kediamannya di jalan Zul Fikar Basya nomor 37 Hilwan

dan dimakamkan di pemakaman keluarganya di Hilwan, kira-kira 25 km di sebelah

selatan kota Kairo.

Berkat didikan dari Syekh Ahmad Musthafa Al-Maraghi, lahirlah ratusan, bahkan

ribuan ulama/sarjana dan cendekiawan muslim yang bisa dibanggakan oleh berbagai

lembaga pendidikan Islam, yang ahli mendalami ilmu-ilmu agama Islam. Mereka inilah

yang kemudian menjadi tokoh-tokoh bangsa, yang mampu mengemban dan meneruskan

cita-cita bangsanya di bidang pendidikan dan pengajaran serta bidang-bidang lainnya.

(13)

Beberapa mahasiswa yang pernah belajar dengan Ahmad Mustafa Al-Maraghi

yang berasal dari Indonesia adalah:

7

1. Bustami Abdul Gani, Guru Besar dan Dosen program pasca

sarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Mukhtar Yahya, Guru Besar IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

3. Mastur Djahri, dosen senior IAIN Antasari Banjarmasin.

4. Ibrahim Abdul Halim, dosen senior IAIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

5. Abdul Razaq al-Amudy, dosen senior IAIN Sunan Ampel

Surabaya.

C. Metode Penulisan dan Sistematika Tafsir Al-Maraghi

Bagian ini akan diawali dengan menjelaskan latar belakang penulisan Tafsir

al-Maraghi sebagaimana yang diungkapkan Al-al-Maraghi pada Muqaddimah tafsirnya. Ia

mengatakan bahwa di masa sekarang orang sering menyaksikan banyak kalangan yang

cenderung memperluas cakrawala pengetahuan di bidang agama, terutama di bidang tafsir

al-Quran dan Sunnah Rasul. Pertanyaan-pertanyaan sering dikemukakan kepadanya

berkisar pada masalah; ‘tafsir apakah yang paling mudah dipahami dan paling bermanfaat

bagi para pembaca, serta dapat dipelajari dalam waktu singkat’? Mendengar

pertanyaan-pertanyaan tersebut, ia merasa agak kesulitan dalam memberikan jawaban. Masalahnya

sekalipun kitab-kitab tafsir itu bermanfaat, karena menyingkapkan berbagai persoalan

agama dan bermacam-macam kesulitan yang tidak mudah dipahami, namun kebanyakan

telah dibumbui dengan istilah-istilah ilmu-ilmu lain, seperti ilmu balâghah, nahwu,

sharaf, fiqh, tauhîd, dan ilmu-ilmu lainnya, yang semuanya justru merupakan hambatan

bagi pemahaman al-Qur’an secara benar bagi para pembaca. Di samping itu, kitab-kitab

tafsir juga sering diberi cerita-cerita yang bertentangan dengan fakta dan kebenaran

bahkan bertentangan dengan akal dan fakta-fakta ilmu pengetahuan yang bisa

dipertanggungjawabkan. Namun demikian, Al-Maraghi mengulas, ada pula kitab tafsir

yang dilengkapi dengan analisa-analisa ilmiah, selaras dengan perkembangan ilmu di

waktu penulisan tafsir tersebut. Hal ini memang tidak bisa disalahkan, karena ayat-ayat

7

(14)

al-Qur’an sendiri memberi isyarat tentang hal itu. Walaupun saat ini al-Qur’an dapat

dibuktikan dengan dasar penyelidikan ilmiah dan data autentik dengan berbagai

argumentasi yang kuat, seharusnya penafsiran seperti tidak perlu dilakukan karena analisa

ilmiah yang mungkin saja berlaku seketika. Dengan berlalunya waktu, sudah tentu situasi

tersebut pun akan berubah pula karena tafsir-tafsir terdahulu itu justru ditampilkan

dengan gaya bahasa yang hanya bisa dipahami oleh para pembaca yang semasa.

Berangkat dari kenyataan tersebut, maka al-Maraghi yang sudah berkecimpung

dalam bidang bahasa Arab selama setengah abad lebih, baik belajar maupun mengajar,

merasa terpanggil untuk menyusun suatu kitab tasir dengan metode penulisan yang

sistematis, bahasa yang simpel dan efektif serta mudah dipahami. Kitab tersebut ia beri

judul: “Tafsir Al-Marâghi” yang mengacu kepada namanya, yang sebenarnya berasal dari

nama desa tempat kelahirannya, Al-Maraghah yang terletak di sebelah selatan Kairo.

Bila dibandingkan dengan kitab-kitab tafsir yang lain, baik sebelum maupun

sesudah Tafsir Al-Marâghi, termasuk Tafsir Al-Manâr, yang dipandang modern, ternyata

Tafsir Al-Marâghi mempunyai metode penulisan tersendiri, yang membuatnya berbeda

dengan tafsir-tafsir lain tersebut yaitu menggunakan metode tahlili dan komparatif.

8

Sedang coraknya sama dengan corak Tafsîr Al-Manâr karya Muhammad Abduh dan

Rasyid Ridha, Tafsîr al-Qur’ân al-Karîm karya Mahmud Syaltut, dan Tafsîr Al-Wâdhih

karya Muhammad Mahmud Hijaz. Semuanya itu mengambil adabî ijtimâ.

9

Sejalan

dengan itu, Abdullah Syahathah menilai Tafsîr Al-Marâghi termasuk dalam golongan

tafsir yang dipandangnya berbobot dan bermutu tinggi bersama tafsir yang lain, seperti

Tafsîr Al-Manâr, Tafsîr Al-Qâsimi, Tafsîr Al-Qur’ân Al-Karîm karya Mahmud Syaltut,

Tafsîr Muhammad Al-Madani, dan Fî Zilâl al-Qur’ân, karya Sayyid Qutb.

Adapun metode penulisan dan sistematika Tafsir Al-Maraghi sebagaimana yang

dikemukakannya dalam Muqaddimah tafsirnya adalah sebagai berikut :

1.

Mengemukakan Ayat-ayat di awal pembahasan

8

Nashiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Quran ,(Yogyakarta : Pustaka Pelajar ,2000), cet II, h. 54

dan 74.

9

Hasan Zaini mengutip dari Ali Hasan Al-‘Arid. Tarikh ‘Ilm al-Tafsir wa Manahij al –Mufassirin ( Sejarah dan Metodologi Tafsir, ( Jakarta :CV Rajawali Pers, 1992) cet I, H.720

(15)

Al-Maraghi memulai setiap pembahasan dengan mengemukakan satu, sampai

dua atau lebih ayat-ayat al-Quran yang mengacu kepada suatu tujuan yang

menyatu.

10

2.

Menjelaskan kosa kata (Syarh al-Mufradat).

Kemudian Al-Maraghi menjelaskan pengertian kata-kata secara bahasa, bila

ternyata ada kata-kata sulit dipahami oleh para pembaca.

11

3.

Menjelaskan Pengertian Ayat-ayat Secara Global (al-Makna al-Jumali

li al-Ayat).

Selanjutnya Al-Maraghi menyebutkan makna ayat-ayat secara global. Sehingga

sebelum memasuki penafsiran yang menjadi topik utama, para pembaca telah

terlebih dahulu mengetahui makna ayat-ayat tersebut secara umum.

12

4.

Menjelaskan Sebab-sebab Turun Ayat (Asbab al-Nuzul).

Jika ayat tersebut mempunyai asbab al-nuzul (sebab-sebab turun ayat)

berdasarkan riwayat shahih yang menjadi pegangan para mufassir, maka

Al-Maraghi menjelaskannya terlebih dahulu.

13

5.

Meninggalkan Istilah-istilah yang Berhubungan dengan Ilmu

Pengetahuan

Al-Maraghi sengaja meninggalkan istilah–istilah yang berhubungan dengan

ilmu-ilmu lain yang diperkirakan bisa menghambat para pembaca dalam memahami isi

al-Quran. Misalnya Ilmu Nahwu, Saraf, Ilmu Balaghah dan sebagainya.

14

Pembicaraan tentang ilmu-ilmu tersebut merupakan bidang tersendiri

(spesialisasi), yang sebaiknya tidak dicampuradukkan dengan tafsir al-Quran,

namun ilmu-ilmu tersebut sangat penting diketahui dan dikuasai seorang

mufassir.

6. Gaya Bahasa Para Mufassir

10 Tafsir Al-Maraghi, jld 1.h. 16 11 Ibid. 12 Ibid. 13 Ibid. h.17 14 Ibid.

(16)

Al-Maraghi menyadari bahwa kitab-kitab tafsir terdahulu disusun dengan gaya

bahasa yang sesuai dengan para pembaca ketika itu. Namun karena pergantian

masa selalu diwarnai dengan irri-ciri khusus, baik parama sastra, tingkah laku

dan kerangka berpikir masyarakat, maka wajar, bahkan wajib bagi mufassir masa

sekarang memperhatikan keadaan pembaca dan menjauhi pertimbangan keadaan

masa lalu yang tidak relevan lagi.

15

Oleh sebab itu, Al-Maraghi merasa

berkewajiban memikirkan lahirnya sebuah kitab tafsir yang mempunyai warna

tersendiri dengan gaya bahasa yang mudah dicerna oleh alam pikiran saat ini,

sebab setiap orang harus diajak bicara sesuai dengan kemampuan akal mereka.

16

Meskipun demikian, ketika menyusun kitab tafsir ini Al-Maraghi tetap merujuk

kepada pendapat-pendapat mufassir terdahulu sebagai penghargaan atas upaya

yang pernah mereka lakukan. Al-Maraghi mencoba menunjukkan kaitan ayat-ayat

al-Quran dengan pemikiran dan ilmu pengetahuan lain. Untuk keperluan itu, ia

sengaja berkonsultasi dengan orang-orang ahli di bidangnya masing-masing,

seperti dokter, astronom, sejarawan dan orang-orang ahli lainnya untuk

mengetahui pendapat-pendapat mereka.

17

7. Seleksi Terhadap Kisah-kisah yang Terdapat di Dalam Kitab-kitab Tafsir

Al-Maraghi melihat salah satu kelemahan kitab-kitab tafsir terdahulu adalah

memasukkan unsur kisah atau cerita yang berasal dari Ahli Kitab (israiliyyat),

padahal cerita tersebut belum tentu benar. Pada dasarnya manusia ingin

mengetahui hal-hal yang masih samar-samar, dan berupaya menafsirkan hal-hal

yang dipandang sulit untuk diketahui. Terdesak oleh kebutuhan tersebut, mereka

justru meminta keterangan kepada ahli kitab, baik dari kalangan Yahudi maupun

Nasrani. Lebih-lebih kepada Ahli Kitab yang memeluk Islam seperti Abdullah

Ibn Salam, Ka’ab Ibn Al-Ahbar dan Wahb Ibn Munabbih. Ketiga orang tersebut

menceritakan kepada umat Islam kisah yang dianggap sebagai interpretasi hal-hal

yang sulit di dalam al-Quran.

18

Padahal Kisah-kisah yang mereka angkat tidak

melalui proses seleksi. Mereka bagaikan orang yang mencari kayu bakar di

15 Ibid 16 Ibid. 17 Ibid. h.18

(17)

kegelapan malam. Mereka mengumpulkan apa saja yang didapat, kayu maupun

yang lainnya.

8. Jumlah Juz` Tafsir Al-Maraghi

Kitab tafsir ini terdiri dari 30 jilid. Setiap jilid berisi satu juz` al-Quran. Hal ini

dimaksudkan agar mudah dibawa ke-mana mana, baik ketika di suatu tempat,

ataupun bepergian. Tafsir Al-Maraghi dicetak untuk pertama kalinya pada awal

tahun 1365H.

19

Pandangan Ulama tentang Ahmad Mustafa Al-Maraghi dan Karyanya

Banyak para ulama berpendapat tentang beliau maupun karyanya di antaranya

sebagai berikut :

a) Muhammad Hasan Abdul Malik, Dosen Tafsir pada Fakultas Syariah Universitas

Ummul Qura Mekah, memberi penilaian terhadap Al-Maraghi, dengan

mengatakan: “Al-Maraghi adalah seorang yang dapat mengambil faedah (dalam

tafsir) dari orang-orang sebelumnya dan mengembangkannya. Ia seorang

pembaharu/reformis dalam bidang tafsir baik dalam segi sistematika maupun

dalam segi bahasa.

20

b) Abdurrahman Hasan Habannaka, Dosen Tafsir dan Ulum al-Quran pada

Pascasarjana Universitas Ummul Qura Mekah mengatakan : “Ia termasuk Ulama

Azhar yang modern dan dapat menyajikan pendapat-pendapatnya sesuai dengan

keadaan zaman”.

21

c) Muhammad Thanthawi, Ketua Jurusan Tafsir dan Dosen Tafsir/’Ulum al-Quran

pada Pascasarjana Universitas Islam Madinah mengatakan :“Al-Maraghi adalah

seorang yang ahli dan menguasai ilmu-ilmu syariat dan bahasa Arab, serta

mempunyai banyak karya tulis dalam bidang ilmu agama, terutama bahasa Arab

dan tafsir. Ia berpikir baru dan bebas namun tidak menyimpang dari syariat.

22

18 Ibid.h.19 19 Ibid. h.20 20

Abdul Djalal HA., Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Al-Nur Sebuah Studi Perbandingan, (Yogyakarta: IAIN

Sunan Kalijaga, 1985 ), h.128-129

21

Ibid. h. 129-130

22

(18)

d) Muhammad Jum’ah, Ketua Jurusan Tafsir pada Fakultas Al-Quran al-Karim

Universitas Islam Madinah menjelaskan dengan komentar yang sama seperti

ulama di atas hanya saja menambahkan bahwa Al-Maraghi menggabungkan

metode bi al-ma`tsur dan bi al-ra`yi, banyak membaca kitab-kitab terdahulu

kemudian menyimpulkan dan mengambil intisarinya.

23

Di sini penulis mencoba mengangkat salah satu contoh surah yang ditafsirkan Al-Maraghi

yaitu tafsir surah al-Fil surah ke 105, juz ke 30 ayat 1 – 5:

24

ميحرلا نمحرلا للها مسب

























































Artinya : “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak

terhadap tentara bergajah ? (1), Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka

(untuk menghancurkan Ka’bah ) itu sia-sia ? (2), Dan Dia mengirimkan kepada mereka

burung yang berbondong-bondong. (3), Yang melempari mereka mereka dengan batu

(berasal) dari tanah yang terbakar. (4), Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun

yang dimakan ulat. (5)

Penafsiran Kata-kata Sulit

Al-Kaidu : menghendaki agar orang lain cedera dengan diam-diam.

At-Tadlil : sia-sia tak berguna. Engkau mengatakan, Dalaltu Kaida Fulanin ( jika engkau

halang sabotasenya).

At-Tha`ir : setiap hewan yang dapat terbang, baik kecil maupun besar.

Al-Ababil : secara berkelompok. Kata ini tidak ada mufradnya.

As-Sijjil : tanah liat yang membatu.

‘Asfu : Dedaunan atau tetumbuhan yang tertinggal setelah buahnya dipanen.

Al-Maraghi menyebutnya juga dengan tasifurriyah ( dedaunan rontok ditiup angin lalu

dimakan oleh hewan ternak).

Ma`kul : dimakan hewan sebagiannya, dan lainnya berserakan membaur di antara

gigi-giginya.

23

Ibid.h.132-134.

24

(19)

Pengertian Secara Umum

Allah SWT mengingatkan kepada Nabi Saw dan kepada orang-orang yang telah

menerima risalah dakwah akan suatu peristiwa besar yang menunjukkan kekuasaan-Nya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kekuasaan apapun selain kekuasaan Allah berada di

bawah kekuasaan dan tunduk pada-Nya.

Ringkas cerita adalah, ada suatu kaum yang berkehendak menyombongkan diri

dengan kekuatan pasukan gajahnya untuk menyerang sebagian hamba-hamba-Nya,

menguasai dan menindas mereka. Kemudian Allah menghancurkan mereka hingga rusak

berantakan. Semua rencana mereka berantakan, sekalipun sebelumnya merasa yakin

dengan kekuatan, peralatan dan jumlah mereka. Semua usaha mereka sama sekali tak

berhasil, dan usahanya sedikitpun tidak membawa manfaat.

Cerita Ashbul-Fil versi Sejarawan Dalam Tafsir Al-Maraghi

Peristiwa gajah ini sangat dikenal di kalangan bangsa Arab. Sehingga mereka

jadikan tahun tersebut sebagai tahun awal di dalam kalender. Karenanya mereka

mengatakan, “Si Fulan dilahirkan pada tahun gajah”. Peristiwa ‘anu’ terjadi dua tahun

setelah tahun gajah”, dan lain sebagainya.

Kesimpulan yang merupakan kesepakatan para penulis sejarah ialah, ada seorang

panglima negara Habsyi yang bermaksud merusak Ka’bah. Hal ini dimaksudkan agar

orang-orang Arab tidak menunaikan ibadah haji ke tempat tersebut. Mereka berangkat

menuju Makkah dengan angkatan perang yang cukup hebat, dengan gajah-gajah untuk

menunjukkan kewibawaan. Ia berjalan ke Makkah dan menghancurkan apa saja yang

dilewatinya. Kemudian mereka sampai di Mugammas, salah satu tempat di dekat kota

Makkah. Kemudian panglima mengutus seseorang untuk memberitahukan kepada

penduduk Makkah, bahwa kehadiran mereka bukan untuk menyerang penduduk Makkah,

tetapi untuk merobohkan Ka’bah. Mendengar berita itu, penduduk Makkah merasa

terkejut. Kemudian mereka naik gunung menyaksikan apa yang terjadi. Tetapi pada hari

kedua kehadiran tentara Habsyah, tiba-tiba tersebar penyakit yang sangat berbahaya, cacar

dan kusta.

Ikrimah mengatakan, “Penyakit tersebut merupakan musibah yang pertama kali

terjadi di negara Arab. Kemudian penyakit itu terus merambat ke seluruh tubuh mereka

(20)

dengan ganasnya, tanpa mengenal ampun. Inilah sebuah peristiwa yang jarang sekali

terjadi. Daging-daging tubuh mereka rontok. Akhirnya tentara Habsyah takut melihat

penyakit tersebut. Mereka lari meninggalkan Makkah. Panglima sendiri terjangkit

penyakit tersebut. Dagingnya rontok secara bertahap, sehingga dadanya terpecah.

Akhirnya ia mati di San’a”.

Penjelasan Ayat

Apakah kamu tidak mengerti suatu peristiwa yang sangat menkjubkan dan agung,

yang menunjukkan betapa agungnya kekuasaan Allah dan sempurnanya pengetahuan

Allah, kebijaksanaan-Nya terhadap ashhabul-fil yang berusaha merobohkan Ka’bah di

Makkah. Peristiwa tersebut memang sangat sulit di analisis sebab-sebabnya. Sebab belum

pernah terjadi adanya segelombang burung yang datang hanya untuk menghantam satu

kaum saja, sementara kaum lainnya tidak terkena oleh hantaman burung tersebut . Pada

saat itu orang-orang pendatang dan penduduk asli berada pada satu arah, jika ditinjau dari

sisi datangnya burung. Semua itu adalah tanda-tanda kebijaksanaan dari Yang Maha

Mengatur. Maka Allah sengaja mengutus burung-burung tersebut untuk menyelamatkan

Ka’bah.

Ayat ini menggunakan istilah “menyaksikan” untuk pengertian “mengetahui”. Hal

ini mengandung suatu pengertian bahwa cerita tersebut mutlak benar, dan sudah dikenal

oleh segenap lapisan. Sehingga, nilai ‘mengetahui’ di sini dalam hal kejelasannya

menyamai pengetahuan yang didasarkan pada penglihatan dan kesaksian.

Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan secara luas dan lebih rinci lagi tentang

asbababunnuzul ayat dilengkapi dengan penguraian dari beberapa hadits Rasullullah

Saw.

25

Sama juga halnya dengan Abu Su’ud menjelaskan kenapa Allah menurunkan ayat

dimulai dengan percakapan dengan Rasulullah, alam tara kai fa fa’ala rabbuka, hal ini

karena surat al-Fil berkaitan dengan surat sebelumnya yaitu al Humazah yang berbicara

tentang orang-orang kaya yang menimbun hartanya kemudian menjadi sombong dengan

kekayaannya.

25

Ibn Katsir, Tafsir al-Quran al-‘Azhim, Dar al-Fikr: tt tahun, jld 4, h. 674. Lihat juga sebagai

perbandingan Abi Su’ud Tafsir al-‘Allamah, Dar al-Fikr ; tt jld 5, h.903, dan Muhammad ‘Abduh dalam

(21)

Pengertian Ashhabul Fil di dalam tafsir-tafsir lain seperti Fathul Bayan, dan

Nuzhum al-Durar adalah tentara bergajah dari kerajaan Habsyah yang dipimpin oleh raja

mereka Abu Baksum Abrahah Ibn Al-Shabah al-Asyram.

26

Dia ingin menghancurkan

Ka’bah kemudian mengalihkan kiblat yang ada di tanah Haram ke arah Yaman yaitu ke

gereja megah yang dibangunnya karena kekayaannya dan diberi nama al-Qulais namun

keinginan menghancurkan ka’bah tersebut tidak terpenuhi, kekuasaan Allah di atas

segala-galanya. Bagi Allah kekayaan mereka tidak berpengaruh sedikitpun dibanding

dengan kekuasaan dan nikmat-Nya yang banyak. Tentang ayat pertama surat al-Fil ini

dikomentari juga oleh Sai’d Hawwa menghubungkannya dengan surat al-Humazah serta

ayat 6 – 7 surat al-Baqarah yang berbicara tentang azab Allah yang ditimpakan kepada

orang-orang kafir dan sombong terhadap ayat-ayat Allah.

27

Kesimpulannya, dengan kenabian Muhammad, pada ayat ini Allah berbicara agar

Nabi mengetahui cerita tersebut secara jelas, sehingga kebenarannya tak dapat diragukan

lagi bagi umatnya.

Sesungguhnya kalian melihat apa yang dilakukan Allah terhadap mereka yang

menggagalkan mereka. Sehingga pudarlah rencana mereka yang sebelumnya telah digarap

secara matang.

Pengertian tadhlil di ayat ini diperjelas oleh Al-Kasysyaf bahwa yang dimaksud

tadhlil adalah sesat atau sia-sia. Artinya, Abrahah disebut raja sesat mencoba menipu

Allah.

28

Pertama; dengan membangun gereja yang dianggapnya dapat menandingi

Baitullah di Mekkah agar umat yang berada di sana mengalihkan kiblat mereka ketika

berhaji ke arah Yaman. Tipuan kedua ingin menghancurkan Ka’bah, kemudian Allah

membalas tipuan ini dengan mengirimkan burung ababil yaitu burung yang keluar dari

laut kemudian membawa batu-batuan atau kerikil panas yang dapat membakar serta

mematikan mereka.

26

Al-Najari, Fath al-Bayan fi Maqasid al-Quran, (Beirut : Al-Maktabah al-‘Ashriyyah, tt, jil 15, h. 390,

Lihat juga utk perbandingan, Nazhm al-Durar, jld 8.h. 528-529

27

Sa’id Hawwa, Al-Asas fi al-Tafsir, (Qahirah ; Dar al-Salam, 1985), Jld. 11. H. 6681

(22)

ليجس نم ةراجحب مهيمرت

.

ليبابا اريط مهيلع لسرأو

.

Kemudian Allah mengutus beberapa gelombang burung kepada mereka.

Burung-burung tersebut membawa batu kerikil yang dijatuhkan di atas setiap tentara. Sebagai

akibatnya mereka tertimpa penyakit cacar dan lepra hingga menemui kematiannya.

Kemudian yang dimaksud dengan burung di sini ialah sejenis nyamuk atau lalat yang

membawa penyakit. Dan yang dimaksud dengan batu kerikil di sini kemungkinan adalah

tanah liat yang kering dan membatu serta beracun, kemudian terbang dibawa angin.

Setelah itu, penyakit-penyakit menempel di kaki-kaki hewan terbang tersebut. Jika

binatang terbang itu hinggap di kaki manusia, racun (penyakit) yang dibawa itu masuk ke

dalam tubuh melalui pori-pori kulit. Kemudian, timbul infeksi bernanah yang merusak

jaringan tubuh. Anggota tubuh yang terkena penyakit terkelupas, lepas dan rontok.

Penafsiran ini sama seperti yang ditafsirkan Muhammad Abduh dalam Tafsir Juz

‘Amma-nya yang mengatakan bahwa Abrahah yang zhalim, yang akan merobohkan Ka’bah ini

didatangi sekawanan burung utusan Allah yang membawa kuman penyakit lepra dan

cacar.

29

Sehingga mereka hancur sebelum melaksanakan kehendaknya bahkan sebelum

memasuki Mekkah. Hal ini merupakan nikmat Allah yang dianugrahkan kepada

penduduk Mekkah guna melindungi Ka’bah.

30

Menurut Fath al-Bayan yang diriwayatkan Jama’ah, burung ababil berada di

Wadi Muhsir yaitu antara Muzdalifah dan Mina, Ibn Hajar dan Abu ‘Abidah berkata

bahwa ababil terbang berbondong-bondong dan berkelompok ke mana-mana.

Menurut Nuhas, nama ababil ism musytaq dari ibil dari kata jama’ tanpa ada kata

mufradnya.

31

Sedang Ibn Katsir menjelaskan dengan gaya tafsir bil ma`tsur, bahwa dari

sanad yang shahih seperti Ibn Mahdi dari Sufyan, dari A’masy, dari Abi Sufyan, dari

‘Abid dari ‘Umar,

32

burung ababil ini adalah burung laut yang mana pada cakar dan

kuku-kukunya terdapat batu-batu untuk melempar tentara Abrahah.

29

Muhammad Abduh, Tafsir Juz ‘Amma, Diterjemahkan Muhammad Bagir, Bandung : Mizan, 1998 h.

pendahuluan. 30 Al-Maraghi, juz 30,h.240 31 Fath-al-Bayan h. 391 32

(23)

لوكأم فصعك مهلعجف

.

Kemudian keadaan mereka sama seperti dedaunan yang dirusak atau dimakan ulat

atau hama. Dengan kata lain, keadaan mereka iu bagai dedaunan yang sebagiannya

dimakan hewan ternak, dan sebagian lainnya berserakan keluar dari mulut ternak setelah

dikunyah.

33

Pendapat di atas telah penulis teliti dari beberapa referensi yang digunakan

umumnya sama dengan pendapat para mufassir lainnya seperti ; Nazhm al-Durar, Ibn

Katsir, Fath-al-Bayan, Al-‘Allamah Abi Su’ud.

Penutup

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode Al-Maraghi dalam

tafsirnya sangat sederhana dan mudah ditangkap maksudnya. Beliau tidak terlalu

mengandalkan pendapat para mufassir pendahulunya karena beliau sangat paham bahasa

Arab, tetapi beliau berusaha menggabungkan antara tafsir bi ma`tsur dengan bi

al-ra`yi. Dan beliau bahkan menghindarkan penafsirannnya dari cerita-cerita israiliyat

sebagaimana sudah dijelaskan di atas.

Sebagai seorang reformis patutlah dihargai usaha Al-Maraghi yang telah mencoba

menafsirkan al-Quran sesuai dengan kondisi zaman dan dengan cara yang sederhana, agar

mudah dibaca umat ketika itu.

Namun menurut hemat penulis, jika membandingkan Tafsir Al-Maraghi dengan

tafsir karya mufassir lain terkesan memiliki kekurangan di antaranya; penguraian/

penjelasan kurang lengkap atau sangat singkat serta terbatas, dan kurang bisa diandalkan

untuk dijadikan rujukan. Ini mungkin baik untuk sebagian orang tapi bagi sebagian yang

lain, tafsir ini jauh dari memadai karena pembahasannya kurang luas dibanding tafsir

karya mufassir lain.

Penulis berpendapat dan setuju bahwa dalam membuat karya tafsir sebaiknya

mudah dipahami pembaca seperti Tafsir al-Maraghi ini, bahkan tidak harus berbelit-belit

seperti yang ditemukan di sebagian karya yang lain. Namun, menurut hemat penulis, yang

perlu ditambahkan dalam tafsir Al-Maraghi adalah dari sisi pembahasan sebaiknya

33

(24)

diperluas lagi mengingat beliau sangat terkenal dengan keluasan ilmunya. Hal ini

misalnya kita jumpai pada Tafsir Al-Manar karya Muhammad Abduh dan Muhammad

Rasyid Ridha yang membahas tafsirnya dengan sangat luas dan padat sehingga

memuaskan bagi yang mempelajari tafsir ini hingga dapat diandalkan sebagai sebuah

referensi. Wallahu a’lam.

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhammad Tafsir Juz ‘Amma, Diterjemahkan Muhammad Bagir, Bandung :

Mizan, 1998

Baidan, Nashiruddin Metodologi Penafsiran Al-Quran , (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

2000), cet II,

Al-Biqa`i, Burhan al-Din Nazhm al-Durar, fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar , jld 8.

Departemen Agama RI. Ensiklopedi Islam, Jakarta: tp.1993,jld 2

Djalal, Abdul HA, Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Al-Nur Sebuah Studi Perbandingan,

(Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga)

Hawwa, Sa’id Al-Asas fi al-Tafsir, (Qahirah ; Dar al-Salam, 1985), Jld. 11.

Katsir, Ibn, Tafsir al-Quran al-‘Azhim, Dar al-Fikr: tth, Jld 4.

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Qahirah : Syirkah Maktabah wa

Mathba’ah Mustafa al-Babi al-Halabi wa Auladuh, 1974, juz 1

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Qahirah : Syirkah Maktabah wa

Mathba’ah Mustafa al-Babi al-Halabi wa Auladuh, 1974, juz 30

Al-Najari, Fath al-Bayan fi Maqasid al-Quran, (Beirut : Al-Maktabah al‘Ashriyyah, tt,

jld 15

Su’ud, Abi, Tafsir al-‘Allamah, Dar al-Fikr ; tth jld 5

Zaini, Hasan, MA., Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Tafsir Al-Maraghi, Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1997

(25)

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara dilakukan dengan hakim Pengadilan Agama Bogor yang memutuskan perkara nomor 583/Pdt.G/2012/PA.Bgr terkait pertimbangan hukum hakim mengenai batalnya

[r]

Pilihan akat atau diksi bukan hanya memilih kata-katayang cocok dan tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau ide, tetapi juga menyangkut persoalan fraseologi (cara

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi menopause di Dusun Karangploso Sitimulyo Piyungan Bantul,

dan karuia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Stress Kerja dengan Turnover Intention pada Karyawan di perusahaan Pembiayaan

Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya jika liabilitas keuangan tersebut berakhir, dibatalkan atau telah kadaluarsa. Jika liabilitas keuangan tertentu digantikan

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat karunia dan hidayah- Nya, sehingga Tesis ini dapat selesai dengan melewati berbagai kendala sehingga dapat

Menurut Budiningrum, Kepala Stasiun RRI Cirebon, Quick Count Pilpres 2014 dilakukan sesuai Instruksi Direktur Utama RRI yang dimotori oleh Puslitbangdiklat RRI ,