• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Usman mengemukakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Usman mengemukakan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peranan

2.1.1. Pengertian Peranan

Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat yang diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Usman mengemukakan peranan adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku.

Horton dan Hunt mengemukakan bahwa peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai status. Bahkan dalam suatu status tunggal pun orang dihadapkan dengan sekelompok peran yang disebut sebagai perangkat peran. Istilah seperangkat peran(role-set) digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu status tidak hanya mempunyai satu peran tunggal, akan tetapi sejumlah peran yang saling berhubungan dan cocok (sumber;http//id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2165744-defenisi-peran-atau-peranan). Di akses tanggal 29 April 2014 pukul 22.30 WIB).

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). apabila seseorang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan suatu peranan. peranan dapat membimbing seseorang dalam berprilaku, karena fungsi peran itu sendiri adalah :

(2)

b. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan. c. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat.

d. Menghidupkan sistem pengendali dan kontrol, sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat.

Peranan mencangkup 3 (tiga) hal, yaitu :

a. Peranan mengikuti dihubungkan dengan posisi dari tempat seseorang dalam masyarakat. peranan dalam arti merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial.

2.2. Proses Pendampingan

2.2.1. Pengertian Proses Pendampingan

Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain,dapat menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek yang dibawah pengaruhnya, serta adanya perubahan berdasarkan mengalirnya waktu dan kegiatan yang saling berkaitan (sumber http//id.wikipedia.org/wiki/proses, diakses tanggal 23 April 2014 pukul 19.00 WIB).

Pendampingan adalah suatu proses pemberian kemudahan (fasilitas) yang diberikan pendamping kepada klein dalam mengidentifikasikan kebutuhan dan pemecahan masalah serta mendorong tumbuhnya inisiatif dalam proses pengambilan keputusan, sehingga kemandirian klein secara berkelanjutan dapat diwujudkan (sumber

(3)

http//hukum.ud.ac.id/wp-content/uploads/2014/08/jurnal-lalu-Muhammad-wahyu-pdf, diakses tanggal 23 april 2014 pukul 19.30 WIB).

Jadi, Proses Pendampingan adalah urutan pelaksanaan atau kejadian secara alami atau didesain, dapat menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya yang menghasilkan suatu hasil untuk mempermudah memberikan fasilitas dan dapat memecahkan masalahnya dan kemandirian PSK atau klein secara berkelanjutan dapat terwujud.

Secara umum Prinsip- prinsip dari dampingan itu sendiri adalah a. Prinsip Manusiawi

Perempuan adalah manusia yang memiliki hak azasi manusia yang sama tanpa ada diskriminasi dari pihak manapun. Khususnya PSK, karena mereka hanya korban dari sistem ekonomi dan kekerasan seksual yang di alaminya di ruang publik ataupun di kelompok terkecil yaitu keluarga.

b. Prinsip yang Mengutamakan Kepentingan terbaik terhadap PSK

Berdasarkan Konvensi Komnas Perlindungan tentang perempuan khususnya PSK dampingannya berpatokan kepada terhadap kepentingan yang terbaik untuk perempuan tersebut.

c. Prinsip Non-Diskriminasi

Dalam pendampingan yang dilakukan lembaga yang bergerak pada isu perempuan tidak boleh memandang ras, bahasa, agama, pandangan politik, keturunan sosial, harta, tempat tinggal dan lain sebagainya.

d. Prinsip efektivitas dan efesiensi

Proses pendampingan harus di lakukan secara profesional dan harus tepat sasaran.

(4)

Pendampingan dapat diartikan sebagai proses relasi sosial antara pendamping dan klien dalam bentuk memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai sumber dan potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta meningkatkan akses klien terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan fasilitas pelayanan publik lainnya dalam usaha memecahkan masalah serta mendorong tumbuhnya inisiatif dalam proses pengambilan keputusan, sehingga kemandirian klien secara berkelanjutan dapat diwujudkan. Pekerja sosial adalah sebagai orang yang memiliki kewenangan keahlian dalammenyelenggarakan berbagai pelayanan sosial (Budhi Wibhawa, 2010:52). Pekerja sosial adalah seseorang yang mempunyai kompetensi profesional dalam pekerjaan sosial yang diperolehnya melalui pendidikan formal atau pengalaman praktek di bidang pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial yang diakui secara resmi oleh pemerintah dan melaksanakan tugas profesional pekerjaan sosial (Kepmensos No. 10/HUK/2007).

Dapat dirumuskan bahwa pekerja sosial merupakan seseorang yang mempunyai kompetensi dalam menyelenggarakan berbagai pelayanan sosial baik di instansi pemerintah maupun di instansi swasta lainnya.Berdasarkan pengertian tentang pendampingan dan pekerja sosial, sehingga dapat diartikan bahwa pendampingan pekerja sosial terhadap klien adalah proses relasi sosial antara pekerja sosial yang memiliki kompetensi dalam menyelenggarakan berbagai pelayanan sosial baik di instansi pemerintah maupun di instansi swasta lainnya dengan klien dalam bentuk memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai sumber dan potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta meningkatkan akses klien terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan fasilitas pelayanan publik lainnya dalam usaha memecahkan masalah serta mendorong tumbuhnya inisiatif dalam proses pengambilan keputusan, sehingga kemandirian klien secara berkelanjutan dapat diwujudkan (Sumber;http://eprints.uny.ac.id/9700/2/BAB%202%20-%2008102241026.pdf)

(5)

2.2.3. Program Pendampingan Yang Dilakukan Oleh P3M

Di dalam melakukan pendampingan P3M membentuk beberapa program terpadu yang bertujuan memfasilitasi dan membantu kebutuhan dan masalah- masalah yang di hadapi para PSK. P3M memandang bahwa kehadiran para PSK bukanlah hasil pilihan pribadi ataupun berkaitan dengan moral seseorang, namun keberadaan perempuan pada dunia prostitusi merupakan korban dari industri seks yang membutuhkan tubuh perempuan sebagai barang yang di perdagangkan.

Adapun beberapa program pendampingan yang dilakukan oleh P3M adalah : a. Outrech Kondom

Kegiatan penyuluhan atau sosialisasi kelompok yang di berikan kepada para PSK dengan target memberikan pengetahuan seberapa pentingnya penggunaan kondom dalam berhubungan seks dan mereka diberitahu resiko apabila mereka tidak menggunakan kondom. Penyuluhan ini dilakukan bertujuan untuk menekan jumlah PSK yang terkena virus HIV AIDS dan penyakit menular lain seperti IMS.

b. Pelayanan Klinik VCT ( Voluntary Counseling and Testing )

VCT berintregrasi dengan pelayanan kesehatan dan mempunyai hubungan dengan pelayanan perawatan dan dukungan lain. Pelayanan mandiri dikelola oleh P3M dan menjadikan VCT sebagai kegiatannya utamanya. Keberhasilan pelayanan didukung oleh publikasi, pemahaman masyarakat akan VCT, mobile VCT, dan upaya untuk mengurangi stigma berkaitan dengan HIV. VCT terintegrasi pada pelayanan kesehatan (Infeksi Menular Seksual, Terapi Tuberkulosa, pelayanan kesehatan masyarakat, dan rumah sakit). Pelayanan VCT dapat terintegrasi pada pelayanan kesehatan yang telah ada. Dalam pendekatan ini, P3M mengintregasikan layanan pada program IMS, TB, Puskesmas dan rumah sakit. VCT yang terrintegrasi pada

(6)

pelayanan penjangkauan lapangan atau program BCI (BCC- Seksual & HR Program) Bagi mereka yang sudah mendapatkan program BCI atau terjangkau oleh program lapangan dipromosikan untuk mengikuti pelayanan VCT. Salah satu variasi pendekatan ini adalah konselor bekerjasama dengan petugas lapangan untuk membantu kelompok memperoleh akses lebih dekat.

c. Pemberian Pelatihan Keterampilan

Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang menggmabarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun masyarakat. Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumberdaya manusia, yang di dalamnya terjadi proses perencanaan, penempatan, dan pengembangan tenaga manusia. Dalam proses pengembangannya diupayakan agar sumber daya manusia dapat diberdayakan secara maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhikebutuhan hidup manusia tersebut dapat terpenuhi. Program pelatihan yag di laksanakan oleh P3M adalah keterampilan menjahit dan bordir. Hal ini sangat bermanfaat mengingat kebutuhan mereka yang cukup besar.

d. Konseling Trauma Seksual CBT

Konseling trauma seksual adalah jenis kegiatan dalam upaya membantu para PSK melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan klein agar klein dapat memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya.

(7)

2.3. Seks

Istilah “seks” secara etimologis, berasal dari bahasa Latin “sexus” kemudian diturunkan menjadi bahasa Perancis Kuno “sexe”. Istilah ini merupakan teks bahasa Inggris pertengahan yang bisa dilacak pada periode 1150-1500 M. “Seks” secara leksikal bisa berkedudukan sebagai kata benda (noun), kata sifat (adjective), maupun kata kerja transitif (verb of transitive). Secara terminologis seks adalah nafsu syahwat, yaitu suatu kekuatan pendorong hidup yang biasanya disebut dengan insting/ naluri yang dimiliki oleh setiap manusia, baik dimiliki laki-laki maupun perempuan yang mempertemukan mereka guna meneruskan kelanjutan keturunan manusia.

Pengertian seks yang lebih luas lagi adalah yang dikemukakan oleh Wirawan (1991 : 10) yang mendefinisikan seks dalam dua segi, yaitu :

1. Seks dalam arti sempit

Dalam arti yang sempit, seks berarti kelamin dan yang termasuk adalah kelamin : a. Alat kelamin itu sendiri

b. Anggota-anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan antara laki-laki dan wanita, misalnya : perbedaan suara, pertumbuhan kumis, payudara dan lain-lain.

c. Kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat kelamin.

d. Hubungan kelamin (senggama dan percumbuan). e. Proses pembuahan, kehamilan dan kelahiran. 2. Seks dalam arti luas

Dalam arti yang luas seks berarti segala hal yang terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain :

(8)

a. Perbedaan tingkah laku: lembut, kasar dan genit. b. Perbedaan atribut : pakaian, nama dan lain-lain. c. Perbedaan peran dan pekerjaan.

d. Hubungan antara pria dan wanita : tata krama, pergaulan, percintaan, pacaran, perkawinan dan lain-lain.

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis.

Ada beberapa tipe hubungan seksual yang dapat terjadi antara dua orang yang bersahabat yaitu :

a. Tipe hubungan seks yang dapat terjadi antara seorang pria dengan pria lain (homoseksual);

b. Tipe hubungan seks yang dapat terjadi antara seorang wanita dengan wanita lain (lesbian);

c. Tipe hubungan seks seorang pria dengan seorang wanita. Menurut Reuben (Wirawan, 1991:13) seks mempunyai fungsi :

a. Seks untuk tujuan reproduksi, yaitu untuk memperoleh keturunan, oleh kerena itu sebagian orang beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang suci, sesuatu yang tabu dan tidak patut dibicarakan secara terbuka;

b. Seks untuk pernyataan cinta, yaitu seks yang dilakukan berlandaskan cinta dan didukung oleh ikatan cinta;

c. Seks untuk kesenangan yaitu hubungan seks dengan menghayati hubungan yang lama dan mampu mengalami kenikmatan tanpa merugikan salah satu pihak.

Menurut Surtiretna (2001:2), pengertian seks bisa ditinjau dari 5 aspek antara lain : a. Seks ditinjau dari segi biologis

(9)

Bagaimana remaja tersebut memahami tentang seks itu sendiri yang mana karakteristik kelamin primer yang menunjuk pada organ tubuh yang langsung berhubungan dengan alat persetubuhan dan proses repruduksi. Perbedaan organ repruduksi juga termasuk dalam segi biologis yang sejak kecil sudah tertanam dalam diri anak.

b. Seks ditinjau dari segi Psikologis

Kematangan sangat nampak dalam bidang perilaku seksual. Hal ini disebabkan karena penyesuaian diri sikap bermusuhan dengan lawan yang merupakan ciri dari akhir masa kanak-kanak dan masa puber, menjadi sikap menaruh minat dan mengembangkan kasih sayang kepada mereka merupakan penyesuaian yang radikal. Remaja yang tidak berkencan karena mereka kurang menarik bagi lawan jenis atau karena mereka masih meneruskan perasaan tidak senang pada lawan jenis, dianggap tidak matang oleh teman-teman sebaya, keadaan ini menyebabkan terputusnya hubungan sosial remaja dengan teman-teman yang sikap dan perilaku terhadap lawan jenis sudah menjadi lebih matang. Menolak peran seks yang diakui dan terus-menerus memikirkan masalah seks, kehamilan sebelum menikah dan pernikahan sebelum remaja dapat mencari nafkah, juga dianggap sebagai tanda-tanda ketidakmatangan. Menolak peran seks yang diakui, terlebih bagi gadis-gadis, dianggap sebagai salah satu ketidakmatangan yang paling berbahaya dibidang ini karena dapat merupakan sumber kesulitan dalam perkawinan.

c. Seks ditinjau dari segi Agama

Dalam agama Islam, pendidikan seks tidak dapat dipisahkan dari agama dan bahkan harus sepenuhnya dibangun diatas landasan agama. Dengan mengajarkan pendidikan seks yang demikian, diharapkan dapat terbentuk individu remaja yang menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab, baik pria maupun wanita sehingga

(10)

mereka mampu berperilaku sesuai dengan jenisnya dan bertanggungjawab atas kesesuaian dirinya serta dapat menyesuaiakan diri dengan lingkungan sekitarnya, strata sosial ekonomi akan berpengaruh pada tingkat pendidikan dan hubungan sosial seseorang dengan orang lain, sehingga fungsi-fungsi pengenalan ingatan, khayalan dan daya fikir individu yang semua itu akan mempengaruhi terhadap informasi, kemajuan teknologi sangat besar perananya, sehingga jelas bahwa orang yang hidup dikota akan berbeda kebutuhannya dengan orang yang hidup didesa. Dengan kata lain bahwa lingkungan mempengaruhi kebutuhan manusia baik materi maupun non materi. Perbuatan seseorang adalah cerminan dari pemenuhan kebutahan orang tersebut. Dengan demikian iman yang ada pada hati nurani dan perasaan takut pada tuhan mempunyai peranan yang penting terhadap kebutuhan manusia dan itu semua sudah dibatasi dalam hukum agama.

d. Seks ditinjau dari Sosial

Bernstein (dalam Hurlock, 2004:129) menjelaskan bahwa seksisme (pemahaman seks) dimulai dari kegiatan di taman kanak-kanak dimana gadis-gadis kecil diarahkan bermain dengan boneka dan diluar kegiatan rekreasi antara anak laki-laki dan perem puan sangat dibedakan misalnya, anak laki-laki-laki-laki diberi bola dan alat pemukulnya, sedangkan anak perempuan bermain lompat tali, perantara penting yang mampu memberikan pendidikan pendidikan atau peran seks diri anak adalah media massa, buku cerita, pertunjukkan TV yang dilihat dan semua yang mengerahkan pada penggolongan peran seks. Pendidikan seks saat ini harus mengantisipasi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara pada satu atau dua dekade mendatang agar subjek atau peserta didik dapat mengambil peran yang tepat dalam kehidupan. Pendidikan sebagai investasi kemanusian jangka panjang (long range human investment) harus memberi

(11)

kemungkinan suksesnya kehidupan manusia pada masa yang akan datang. Berbagai kemajuan teknologi, penyebaran informasi melalui media cetak dan elektronik, termasuk didalamnya terdapat informasi tentang seks, menantang para pendidik dimanapun ia berada untuk berpartisipasi secara aktif dan benar menyiapkan anak bangsa membangun masa depan yang baik, mapun menyangkal berbagai informasi yang justru mampu merusak masa depan.

e. Seks ditinjau dari segi Hukum

Kesopanan pada umumnya mengenai adat kebiasaan yang baik dalam hubungan antara berbagai anggota masyarakat, sedangkan kesusilaan mengenai juga adat kebiasaan yang baik itu, tetapi yang khusus ini sedikit banyak mengenai kelamin (seks) seorang manusia yang sudah tercantum dalam KUHP. Menurut Oemar Seno Adji dalam karangannya pada majalah “Hukum dalam Masyarakat” Tahun 1965 Nomor 3,4,5,6 dan tahun 1966 Nomor 1,2,3 menggunakan istilah delict susila.

Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seks adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang mempunyai peranan masing-masing dalam kehidupannya.

2.4. Pekerja Seks Komersial 2.4.1.Pengertian PSK

Pelacur adalah orang yang melacur di dunia pelacuran. Pemaknaan terhadap isitilah pelacur akan menciptakan bingkai pemahaman atau pandangan dunia tentang pelacuran yang akan mengejawantahkan dalan sikap dan perilaku menerima atau menolak. Dalam Kamus

(12)

Besar Bahasa Indonesia istilah pelacur berkata dasar “lacur” yang berarti malang, celaka, gagal, sial, buruk. Selain pelacur, istilah lain untuk menyebut para penjaja daging mentah itu adalah sundel, yang berarti perempuan jalang, liar, nakal, pelanggar norma susila. Disamping itu kata lain yang sinonim dengan kata pelacur adalah lonte yang semakna dengan sundel. Dengan melihat perkembangan istilah-istilah tersebut, semakin bisa di pahami bahwa bahasa sebenarnya milik masyarakat. Perluasan dan penyempitan pemahaman sebuah bahasa selalu berkembang secara arbitrer seiring dengan perkembangan masyarakat. Seperti akhir-akhir ini, istilah pelacur menemukan istilah barunya, yakni “Pekerja Seks Komersial (PSK)” sebagaimana kerap dipakai oleh pakar,praktisi,dan pejabat sebagaiman contoh diatas.

PSK adalah para pekerja yang bertugas melayani aktivitas seksual dengan tujuan untuk mendapatkan upah atau imbalan dari yang telah memakai jasa mereka tersebut (Koentjoro, 2004:26). Di beberapa negara istilah prostitusi dianggap mengandung pengertian yang negatif. Di Indonesia, para pelakunya diberi sebutan PSK. Ini artinya bahwa para perempuan itu adalah orang yang tidak bermoral karena melakukan suatu pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai kesusilaan yang berlaku. PSK adalah sebagai seseorang yang memperjualbelikan tubuh, kehormatan dan kepribadian kepada bayak orang untuk memuaskan nafsu-nafsu dengan memperoleh imbalan pembayaran.

2.4.2.Sejarah PSK

Pelacuran merupakan profesi yang sangat tua usianya, setua umur kehidupan manusia itu sendiri. Pelacuran selalu ada sejak zaman purba sampai sekarang. Pada masa lalu pelacuran selalu dihubungkan dengan penyembahan dewa-dewa dan upacara-upacara keagamaan tertentu. Ada praktek-praktek keagamaan yang menjurus pada perbuatan dosa dan tingkah laku cabul yang tidak ada bedanya dengan kegiatan pelacuran. Pada zaman kerajaan Mesir Kuno, Phunjsia, Assiria, Chalddea, Ganaan dan di Persia, penghormatan terhadap

(13)

dewa-dewaIsis, Moloch, Baal, Astrate, Mylitta, Bacchus dan dewa-dewalain disertai orgie-orgie. Orgie (orgia) adalah pesta kurban untuk para dewa, khususnya pada dewa Bachus yang terdiri atas upacara kebaktian penuh rahasia dan bersifat sangat misterius disertai pesta-pesta makan dengan rakus dan mabuk secara berlebihan. Orang-orang tersebut juga menggunakan obat-obat pembangkit dan perangsang nafsu seks untuk melampiaskan hasrat berhubungan seksual secara terbuka. Sehubungan dengan itu, kuil-kuil pada umunya dijadikan pusat perbuatan cabul.

Menurut Hull (1997:145)menyatakan bahwa adanya perkembangan pelacuran di Indonesia dari masa ke masa yang dimulai dari masa kerajaan-kerajaan di Jawa, masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, dan setelah kemerdekaan. Pada masa kerajaan di Jawa, perdagangan wanita yang kemudian akan dimasukan dalam dunia pelacuran terkait dengan sebuah sistem pemerintahan yang feodal. Bentuk pelacuran ini disebabkan oleh konsep kekuasaan raja yang bersifat agung, mulia dan tak terbatas, sehingga mendapatkan banyak selir. Muncul pula anggapan bahwa, semakin banyak selir yang dimiliki raja maka semakin kuat pula posisi raja di mata masyarakat. Sistem feodal tidak sepenuhnya menunjukkan keberadaan komersialisasi industri seks seperti masyarakat modern ini, meskipun apa yang dilakukan pada masa itu dapat membentuk landasan bagi perkembangan industri seks yang sekarang.

Setelah masa kerajaan, pelacuran muncul kembali dengan wajah yang berbeda dalam masa penjajahan Belanda. Pada periode penjajahan Belanda, bentuk pelacuran lebih terorganisir dan berkembang pesat. Didasarkan pada pemenuhan kebutuhan pemuasaan seks masyarakat Eropa yang ada di Indonesia, dengan melalui adanya selir-selir. Juga adanya dasar alasan lain mengapa pelacuran lebih terorganisir dan berkembang pesat, yaitu sistem perbudakan tradisional. Contohnya dalam pertumbuhan industri seks di pulau Jawa dan

(14)

Sumatera, berkembang seiring pendirian perkebunan-perkebunan. Para pekerja perkebunan dengan mayoritas laki-laki akan menciptakan permintaan aktivitas prostitusi.

Komersialisasi seks di Indonesia terus berkembang, selama pendudukan Jepang (antara tahun 1941-1945), semua perempuan yang dijadikan budak sebagai wanita penghibur dikumpulkan dan dijadikan satu dalam rumah-rumah bordir. Bukan hanya wanita yang tadinya memang sebagai wanita penghibur saja yang masuk ke rumah bordir, di masa pemerintahan Jepang banyak pula wanita yang tertipu ataupun terpaksa melakukan hal tersebut. Terdapat perbedaan kehidupan wanita tuna susila dari kedua masa penjajahan tersebut (Belanda dan Jepang), wanita-wanita yang dijadikan pelacur pada kedua masa penjajahan tersebut lebih menyukai kehidupannya yang nyaman pada masa penjajahan Belanda dibanding dengan masa penjajahan Jepang. Hal ini dikarenakan banyak Sinyo yang memberi hadiah (pakaian, uang, perhiasan, tempat tinggal), sedangkan orang Jepang terkenal pelit dan lebih suka kekerasan (Hull, 1997:15).

Kemudian pelacuran lebih bervariatif pada tahun 1980-an dengan diawali munculnya fenomena baru yaitu hadirnya perek , yang biasa diartikan sebagai perempuan eksperimental. Kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga kalangan ekonomi menengah, masih bersekolah, dan bekerja sebagai pekerja seks. Menurut Murray (1993:5, dalam Hull 1997) menyatakan bahwa mereka menekankan kepentingan diri sendiri, secara bebas melakukan hubungan seks dengan siapa saja yang mereka inginkan, dengan atau tanpa bayaran. Biasanya seorang perek adalah seseorang wanita muda, dengan memiliki jiwa petualang dan mempunyai sikap melawan.

2.4.3. Jenis Jenis PSK

Karena sangat beranekan ragamnya pelacuran di Indonesia membuat upaya pengklasifikasikan pelacuran menjadi rumit. Terdapat banyak jenis-jenis pelacuran

(15)

perempuan di Indonesia dan untuk membedakannya agak rumit. Adapun jenis jenis PSK adalah :

a. Pekerja Seks Komersial Langsung ( PSKL)

Perempuan ini bekerja langsung di lokalisasi dan dengan terang – terangan menjajahkan dirinya. Mereka memasang tarif beragam, mulai dari yang termahal sampai yang termurah. Tidak ada tarif resmi, tergantung kesepakatan antara si pria dengan PSK tersebut. Contoh PSK langsung adalah PSK yag berada di Losmen Sinabung, lokalisasi yang saya teliti ini.

b. Pekerja Seks Komersial Tidak langsung (PSKTL)

Perempuan yang bekerja di tempat yang terselubung, dan mereka tidak menjajahka diri secara langsung. Contoh PSKTL adalah PSK yang menerima pijat plus-plus dan ada salon salon tertentu menawarkan perawatan diri bagi pria tetapi mereka memberi servis lebih dengan cara berhubungan badan. Menyoal tentang tarif PSKTL mempunyai tarif resmi. Tidak ada tawar menawar pada transaksi seks tersebut.

Tarif pelayanan pelacur dapat di bagi menjadi empat kategori berdasarkan panjangnya pelayanan, tingkat pendidikan, daya tarik PSK dan keterampilan PSK dalam berhubungan seks. Kreteria kedua adalah lokasi pelayanan. Semakin nyaman tempat yang digunakan, semakin tinggi tarifnya. Yang paling memperhatinkan adalah pelacur kelas bawah. Mereka berpraktik di tepi jalan atau lokalisasi liar. Mereka sering disebut sampah masyarakat dan dianggap mengotori keindahan kota. Pelacur jenis ini sering ditangkap dan dipenjara, namun belum pernah ada upaya yang signifikan dari pemerintah untuk menyejaherakan mereka sebagai tindak lanjut dari penangkapan atau pemenjaraannya.

Namun, Berdasarkan modus operasinya, PSK di kelompokkan menjadi dua jenis, yaitu a. Terorganisasi

(16)

Terorganisasi merupakan mereka yang terorganisasi dengan adanya pimpinan, pengelola atau mucikari, dan para pekerjanya mengikuti aturan yang mereka tetapkan. Dalam kelompok ini adalah mereka yang bekerja di lokalisasi, panti pijat, salon kecantikan.

b. Tidak Terorganisasi

Tidak Teroganisasi merupakan mereka yang beroperasi secara tidak tetap, serta tidak terorganisasi secara jelas. Misalnya pekerja seks di jalanan, kelab malam, diskotik.

2.5.Faktor Terjerumusnya Wanita menjadi PSK

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perempuan menjadi PSK adalah sebagai berikut.

1. Faktor Individu

Sudah menjadi suatu kodrat bahwa manusia terdiri dari roh, jiwa dan raga. Idelanya roh, jiwa dan raga harus berfungsi secara seimbang. Jiwa manusia terdiri dari tiga aspek yaitu kognisi (berpikir), afeksi (emosi dan perasaan) dan konasi (kehendak, kemauan dan psikomotor). Selain mengalami pertumbuhan fisik, manusia juga mengalami perkembangan kejiwaannya. Didalam masa perkembangan kejiwaan inilah kepribadian terbentuk, dan terbentuknya kepribadian itu sangat dipenagruhi oleh dinamika perkembangan konsep dirinya. Perkembangan ini dialami secara berbeda antara individu yang satu dengan yang lain.

Dengan demikian, tidak ada manusia yang memiliki kesamaan secara mutlak antara seorang dengan yang lain. Mungkin kita jumpai ada orang-orang yang mirip. Mereka

(17)

memiliki persamaan dalam satu atau beberapa hal, yaitu bentuk fisik, sifat, sikap, pendapat atau kegemaran, juga watak, temperamen dan perilakunya, namun tidak dalam segala hal.

Faktor-faktor individu yang memengaruhi remaja menjadi PSK antara lain: a. Gangguan kepribadiaan,terdiri dari :

1) Gangguan cara berpikirnya: distorsi kognitif, keyakinan/cara berpikir yang salah atau negative thinking, penalaran semaunya sendiri. Gangguan cara berpikir ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk, antara lain pandangan atau cara berpikir yang keliru atau menyimpang dari pandangan umum yang menjadi norma atau nilai-nilai hakiki dari apa yang dianggap benar oleh komunitasnya. Membuat alasan-alasan yang dianggap benar menurut penalarannya sendiri guna membenarkan perilakunya yang menyalahi norma-norma yang berlaku. Dapat juga berupa pandangan-pandangan negative atau selalu berpikir negatif dan pesimistis. Dengan cara pandang dan cara berpikirnya yang keliru, biasanya individu yang mengalami cara berpikir terdistorsi ini akan manghalalkan segala tindakannya dengan megumukakan alasan-alasan yang tidak wajar. Mengabaikan norma yang ada dan membenarkan dirinya atas perilakunya yang salah itu berlandaskan alasan-alasan yang dibuat-buat sekehendak hatinya. Prinsipnya asal ada alasan, maka tindakannya dapat dibenarkan.

2) Gangguan emosi

Adanya gangguan emosi, antara lain emosi labil, mudah marah, mudah sedih dan seringkali putus asa, ingin menuruti gejolak hati, maka kemampuan pengontrolan atau penguasaan dirinya akam terhambat. Gangguan emosi juga dapat terwujud melalui perasaan rendah diri, tidak mencintai diri sendiri mauun orang lain, tidak mengenal cinta kasih dan simpati, tidak dapat berempati, rasa kesepian dan merasa terbuang. Tidak jarang orang yang mengalami gangguan emosi menjadi taku kehilangan teman walau tahu temannya memiliki niat jahat.

(18)

3) Gangguan kehendak dan perilaku

Kehendak dan perilaku seseorang selain dipengaruhi oleh fungsi fisiologis fisik, juga dipengaruhi oelh pikiran dan perasannya. Jadi kalau pikiran dan emosinya sudah mengalami gangguan, maka dapat dipastikan perilaku atau keinginannya juga mengalami dampak dari gangguan pada pikiran dan emosinya, sikap dan perilakunya akan terpengaruhi dan biasanya dapat terjadi kehilangan kontrol, sehingga bertindak tidak terkendali atau bertindak sesuai dengan norma yang ada di dalam lingkungan. b. Pengaruh Usia

Dengan mencapai usia mendekati masa remaja, maka kelenjar kelamin mulai menghasilkan hormon yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seksual anak yang meningkat pada remaja. Dalam akil baligh ini banyak perubahan yang terjadi. Perubahan secara fisik jelas terlihat dari bertambah tinggi, besar badan, tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara pada wanita dan tumbuhnya jakun pada pria. Diikuti oleh perubahan emosi, minat, sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh perkembangan kejiwaan anaka remaja itu. Pada saat-saat ini remaja mengalami perasaan ketidakpastian, disatu sisi merasa sudah bukan kanak-kanak lagi, akan tetapi juga belum mampu menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa karena memang masih sangat mudah dan kurang pengalaman. Pada masa ini remaja lebih senang bergaul dengan teman-teman sebayanya, ingin jadi anak gaul yang diterima didalam lingkungannya dan mulai mencari identitas dirinya. Ingin ngetrend dan mendapat pengakuan dari lingkungannya. Rasa ingin tahu besar dan suka coba-coba,kurang mengerti resiko disebabkan kurangnya pengalaman dan penalaran. Dalam keadaan demikian, biasanya remaja mudah terjebak ke dalam kenakalan remaja ataupun penyalahgunaan narkoba.

(19)

Banyak remaja yang mempunyai keyakinan yang keliru dan menganggap enteng akan hal-hal yang membahayakan, sehingga mengabaikan pendapat orang lain, menganggap dirinya pasti dapat mengatasi bahaya itu, atau merasa yakin bahwa pendapatnya sendirilah yang benar, akibatnya mereka dapat terjerumus ke dlam tindakan kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba.

d. Religiusitas yang rendah

Anak yang bertumbuh dan berkembang di dalam keluarga yang religiusitasnya rendah, bahkan tidak pernah mendapat pengajaran dan pengertian mengenai Tuhannya secara benar, maka biasanya memiliki kecerdasan spritual yang rendah. Dengan demikian tidak ada patokan akan nilai-nilai yang dianutnya untuk bertindak, sehingga berperilaku sesuka hatinya, tidak tahu masalah yang baik dan buruk dan tidak takut akan berbuat dosa.

2. Faktor Ekonomi

Ekonomi adalah pengetahuan dan penelitian azas penghasilan, produksi,distribusi, pemasukan dan pemakaian barang serta kekayaan, penghasilan, menjalankan usaha menurut ajaran ekonomi. Salah satu penyebab faktor ekonomi adalah:

a. Sulit Mencari Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan setiap hari yang merupakan sumber penghasilan. Ketiadaan kemampuan dasar untuk masuk dalam pasar kerja yang memerlukan persyaratan, menjadikan wanita tidak dapat memasukinya. Atas berbagai alasan dan sebab akhirnya pilihan pekerjaan inilah yang dapat dimasuki dan menjanjikan penghasilan yang besar tanpa syarat yang susah (Mudjijono,2005:78).

(20)

Berdasarkan survei yang dilakukan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) tahun 2003-2004 menjadi PSK karena iming-iming uang kerap menjadi pemikat yang akhirnya justru menjerumuskan mereka ke lembah kelam. Alasan seorang wanita terjerumus menjadi pekerja seks adalah karena desakan ekonomi, dimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari namun sulitnya mencari pekerjaan sehingga menjadi pekerja seks merupakan pekerjaan yang termudah. Penyebab lain diantaranya tidak memiliki modal untuk kegiatan ekonomi, tidak memiliki keterampilan maupun pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sehingga menjadi pekerja seks merupakan pilihan. Faktor pendorong lain untuk bekerja sebagai PSK antara lain terkena PHK sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup menjadi PSK merupakan pekerjaan yang paling mudah mendapatkan uang.

b. Gaya Hidup

Adalah cara seseorang dalam menjalani dan melakukan dengan berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pergeseran norma selalu terjadi dimana saja apalagi dalam tatanan masyarakat yang dinamis. Norma kehidupan, norma sosial, bahkan norma hukum seringkali diabaikan demi mencapai sesuatu tujuan (Gunarsa, 2003:20). Kecenderungan melacurkan diri pada banyak wanita untuk menghindari kesulitan hidup, selain itu untuk menambah kesenangan melalui jalan pintas. Menjadi pekerja seks dapat terjadi karena dorongan hebat untuk memiliki sesuatu. Jalan cepat yang selintas terlihat menjanjikan untuk memenuhi sesuatu yang ingin dimiliki.

Gaya hidup yang cenderung mewah juga dengan mudah ditemui pada diri pekerja seks. Ada kebanggaan tersendiri ketika menjadi orang kaya, padahal uang tersebut diketahui diperoleh dari mencari nafkah sebagai PSK . Gaya hidup menyebabkan makin menyusutnya rasa malu dan makin jauhnya agama dari pribadi-pribadi yang terlibat dalam aktifitas prostitusi maupun masyarakat. Pergeseran sudut pandang tentang

(21)

nilai-nilai budaya yang seharusnya dianut telah membuat gaya hidup mewah dipandang sebagai gaya hidup yang harus di miliki.

c. Keluarga yang tidak mampu

Keluarga adalah unit sosial paling kecil dalam masyarakat yang peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih pada awal-awal perkembangannya yang menjadi landasan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya. Masalah yang sering terjadi dalam keluarga adalah masalah ekonomi. Dimana ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan didalam keluarga, sehingga kondisi ini memaksa para orang tua dari kelurga miskin memperkerjakan anaknya sebagai PSK. Pada dasarnya tidak ada orang tua yang mau membebani anaknya untuk bekerja namun karena ketidakmampuan dan karena faktor kemiskinan, sehingga tidak ada pilihan lain mempekerjakan anak menjadi pekerja seks, untuk pemenuhan tuntutan kebutuhan sehari-hari yang tidak dapat ditoleransi (Agus, 2005:57).

Pelacuran erat hubungannya dengan masalah sosial. Pasalnya kemiskinan sering memaksa orang bisa berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidup termasuk melacurkan diri ke lingkaran prostitusi. Hal ini biasanya dialami oleh perempuan-perempuan kalangan menengah kebawah.

3. Faktor Kekerasan

Kekerasan adalah segala bentuk tindakan kekerasan yang berakibat atau mungkin berakibat, menyakiti secara fisik, seksual, mental atau penderitaan terhadap seseorang termasuk ancaman dan tindakan tersebut, pemaksaan atau perampasan semena-mena, kebebasan baik yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi (Depkes RI, 2003). Dimana salah satu faktor kekerasan adalah:

(22)

Adalah suatu tindakan kriminal dimana si korban dipaksa untuk melakukan aktifitas seksual khususnya penetrasi alat kelamin diluar kemauannya sendiri. Perkosaan adalah adanya prilaku kekerasan yang berkaitan dengan hubungan seksual yang dilakukan dengan jalan melanggar hukum. Banyaknya kasus kekerasan terjadi terutama kekerasan seksual, justru dilakukan orang-orang terdekat. Padahal mereka semestinya memberikan perlindungan dan kasih sayang serta perhatian yang lebih dari pada orang lain seperti tetangga maupun teman. Seorang wanita korban kesewenangan kaum lelaki menjadi terjerumus sebagai PSK. Dimana seorang wanita yang pernah diperkosa oleh bapak kandung, paman atau guru sering terjerumus menjadi pekerja seks (Agus, 2005:59).

Korban pemerkosaan menghadapi situasi sulit seperti tidak lagi merasa berharga di mata masyarakat, keluarga, suami, calon suami dapat terjerumus dalam dunia prostitusi. Artinya tempat pelacuran dijadikan sebagai tempat pelampiasan diri untuk membalas dendam pada laki-laki dan mencari penghargaan. Biasanya seorang anak korban kekerasan menjadi anak yang perlahan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Tetapi di sisi lain juga menimbulkan kegairahan yang berlebihan. Misalnya anak yang pernah diperkosa banyak yang menjadi PSK.

b. Dipaksa / Disuruh Suami

Dipaksa adalah perbuatan seperti tekanan, desakan yang mengharuskan /mengerjakan sesuatu yang mengharuskan walaupun tidak mau. Istri adalah karunia Tuhan yang diperuntukkan bagi suaminya. Dalam kondisi yang wajar atau kondisi yang normal pada umumnya tidak ada seorang suami pun yang tega menjajakan istrinya untuk dikencani lelaki lain. Namun kehidupan manusia di dunia ini sangat beragam lagi berbeda-beda jalan hidupnya, sehingga ditemui pula kondisi ketidakwajaran atau situasi yang

(23)

berlangsung secara tidak normal salah satunya adalah suami yang tega menyuruh istrinya menjadi pelacur. Istri melacur karena disuruh suaminya, apapun juga situasi dan kondisi yang menyebabkan tindakan suami tersebut tidaklah dibenarkan, baik oleh moral ataupun oleh agama. Namun istri terpaksa melakukannya karena dituntut harus memenuhi kebutuhan hidup keluarga, mengingat suaminya adalah pengangguran.

4. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan semua yang ada di lingkungan dan terlibat dalam interaksi individu pada waktu melaksanakan aktifitasnya. Lingkungan tersebut meliputi lingkungan fisik, lingkungan psikososial, lingkungan biologis dan lingkungan budaya. Lingkungan psikososial meliputi keluarga, kelompok, komuniti dan masyarakat. Lingkungan dengan berbagai ciri khusunya memegang peranan besar terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian pada anak. Apalagi kalau tidak didukung oleh kemantapan dari kepribadian dasar yang terbentuk dalam keluarga, sehingga penyimpangan prilaku yang tidak baik dapat terhindari. Dimana salah satu faktor lingkungan adalah :

a. Seks Bebas

Pada dasarnya kebebasan berhubungan seks antara laki-laki dan wanita sudah ada sejak dahulu, bahkan lingkungan tempat tinggal tidak ada aturan yang melarang siapapun untuk berhubungan dengan pasangan yang diinginkannya (Mudjijono, 2005:89). Lingkungan pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam pengembangan diri untuk hidup bermasyarakat, sehingga diharapkan terpengaruh oleh hal-hal yang baik dalam pergaulan sehari-hari. Mode pergaulan diantara laki-laki dengan perempuan yang semakin bebas tidak bisa lagi membedakan antara yang seharusnya boleh dikerjakan dengan yang dilarang. Di beberapa kalangan remaja ada yang beranggapan kebebasan hubungan badan antara laki-laki dan perempuan merupakan sesuatu yang wajar. Beberapa wanita menjadi PSK tidak semata karena tuntutan ekonomi tetapi juga akibat kekecewaan oleh

(24)

laki-laki. Dimana kesuciannya telah terenggut dan akhirnya merasa kepalang tanggung sudah tidak suci lagi dan akhirnya memutuskan untuk menjadi PSK.

b. Turunan

Turunan adalah generasi penerus atau sesuatu yang turun-temurun. Tidak dapat disangkal bahwa keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar berinteraksi sosial. Melalui keluarga anak belajar berespons terhadap masyarakat dan beradaptasi ditengah kehidupan yang lebih besar kelak . Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal yang mempengaruhi perkembangan orang yang ada didalamnya.

Adakalanya melalui tindakan-tindakan, perintah-perintah yang diberikan secara langsung untuk menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan. Orang tua atau saudara bersikap atau bertindak sebagai patokan, contoh, model agar ditiru. Berdasarkan hal-hal diatas orang tua jelas berperan besar dalam perkembangan anak, jadi gambaran kepribadian dan prilaku banyak ditentukan oleh keadaan yang ada dan terjadi sebelumnya (Gunarsa, 2000). Seorang anak yang setiap saat melihat ibunya melakukan pekerjaan itu, sehingga dengan tidak merasa bersalah itupula akhirnya ia mengikuti jejak ibunya. Ibu merupakan contoh bagi anak.

c. Broken Home

Keluarga adalah sumber kepribadian seseorang, didalam keluarga dapat ditemukan berbagai elemen dasar yang membentuk kepribadian seseorang. Lingkungan keluarga dan orang tua sangat berperan besar dalam perkembangan kepribadian anak. Orang tua menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian seseorang. Lingkungan rumah khususnya orang tua menjadi sangat penting sebagai tempat tumbuh dan kembang lebih lanjut. Perilaku negatif dengan berbagai coraknya adalah akibat dari suasana dan perlakuan negatif yang

(25)

di alami dalam keluarga. Hubungan antara pribadi dalam keluarga yang meliputi hubungan antar orang tua, saudara menjadi faktor yang penting munculnya prilaku yang tidak baik.

Dari paparan beberapa fakta kasus anak yang menjadi korban perceraian orang tuanya, menjadi anak-anak brokenhome yang cenderung berprilaku negatif seperti menjadi pecandu narkoba atau terjerumus seks bebas dan menjadi PSK. Anak yang berasal dari keluarga broken home lebih memilih meninggalkan keluarga dan hidup sendiri sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sering mengambil keputusan untuk berprofesi sebagai PSK, dan banyak juga dari mereka yang nekat menjadi pekerja seks karena frustasi setelah harapannya untuk mendapatkan kasih sayang dikeluarganya tidak terpenuhi.

2.6. Kesejahteraan Sosial

2.6.1. Defenisi Kesejahteraan Sosial

Secara yurudis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial dimuat dalam UU No.11 tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pada pasal 1 ayat 1 mengartikan kesejahteraan sosial sebagai “kondisi terpenuhinya kebutuhan materil,spiritual,dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosial”. James Midgley (Isbandi Rukiminto Adi:7) mendefenisikan kesejahteraan sosial adalah “ sesuatu kesamaan atau kondisi kehidupan manusia yang tercipta ketika berbagai permasalahan sosial dapat dikelolah dengan baik,ketika kebutuhan manusia dapat terpenuhi dan ketika kesempatan sosial dapat dimaksimalkan Elizabeth Wickenden (Budhi Wibhawa,2010:23) mendefenisikan kesejahteraan untuk menjamin pemenuhan kebutuha sosial yang di kenal sebagai kebutuhan dasar bagi kesejahteraan manusia dan berfungsinya ketertiban sosial secara baik.

(26)

Pengertian lain juga dapat dikembangkan dari hasil Pre-Confrence Working for the 15 th International Confrence of Sosial welfare yakni “ Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Didalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan masyarakat, seperti pendapatan, jamina sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan rekreasi budaya dan lain sebagainya (Huda, 2009 : 73).

Dari defenisi tersebut dapat dipahami 3 hal, yaitu sebagai berikut ;

a. Konsep pelayanan sosial (bidang praktik pekerjaan sosial) mencakup aktivitas yang sangat luas, mulai dari perundang-undangan sosial sampai kepada tindak langsung pemberian bantuan.

b. Konsep Kesejahteraan Sosial dapat menciptakan kondisi masyarakat dimana masalah sosial dapat diatasi dan dapat memaksimalkan kesempatan sosial, misalnya didalam kesempatan bekerja dan berpartisipasi dalam pembangunan.

c. Konsep Kesejahteraan Sosial berbeda dengan Kesejahteraan yaitu suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan sosial ( Kesejahteraan sosial sebagi suatu keadaan ) menjadi dasar bagi terciptanya kesejahteraan ( sebagai keadaan yag baik dalam semua aspek kehidupan manusia )

d.

2.6.2. Peran Pekerja Sosial dalam Mendampingi PSK

Pekerja sosial adalah profesi pertolongan kemanusiaan, yang bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian sosial individu, kelompok, keluarga dan masyarakat. Sementara itu, pengertian pekerja sosial yang diadopsi oleh IFSW (International Federation Of Sosial Workers), General Meeting,26 juli 2000, Montereal Canada, adalah profesi untuk meningkatkan perubahan sosial, pemecahan masalah dalam hubungan kemanusiaan serta

(27)

pemberdayaan serta kebebasan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan. Dengan mengunakan teori-teori perilaku manusia dan sistem sosial, pekerja sosial mengintervensi pada titik-titik dimana masyarakat berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip-prinsip hal asasi kemanusiaan dan keadilan sosial adalah hal yang fundamental bagi pekerjaan sosial.

Pekerja sosial adalah seseorang yang mempunyai kompetensi profesional dalam pekerjaan sosial yang diperolehnya melalui pendidikan formal atau pengalaman praktek di bidang pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial yang diakui secara resmi oleh pemerintah dan melaksanakan tugas profesional pekerjaan sosial (Kepmensos,2007). O’Connor menyebutkan bahwa pekerjaan sosial dan praktek pekerjaan sosial mencoba meningkatkan taraf hidup manusia dan menyeimbangkan kembali ketidakadilan dan penderitaan yang dialami warga masyarakat. Praktisi kesejahteraan sosial mencoba untuk memobilisasi berbagai daya yang terdapat pada individu, komunitas dan Negara bagian yang ditujukan untuk memperbaiki proses dimana individu dan kelompok termajinalisasikan dan kehilangan kemampuan untuk berpartisipasi (Adi,2004 : 9).

Praktisi kesejahteraan sosial dan praktisi komunitas adalah seseorang yang melalui pelatihan professional maupun lembaga pendidikan, telah menyerap nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan agar dapat bekerja secara mandiri, berkelompok dan dalam lembaga kesejahteraan atau program yang ditujukan untuk mempromosikan, menyembuhkan atau memperbaiki keberfungsian sosial individu, keluarga, kelompok sosial atau komunitas yang lebih luas. Pekerja sosial mendedikasikan layanannya untuk kesejahteraan dan pengembangan diri dari manusia dan juga masyarakat dimana mereka tinggal. Pencapaian keadilan sosial haruslah sejalan dengan pencapaian pemenuhan kebutuhan individu. Profesi pekerjaan sosial mengambil kleinnya dari individu, keluarga, kelompok, organisasi, komunitas ataupun masyarakat yang lebih luas untuk memberikan pelayanan (Adi,2004:10).

(28)

Skidmore Thackeray dan Farley menggambarkan proses case work dalam proses pendampingan PSK menjadi empat bagian yaitu

a. Tahap penelitian

Pada tahap ini klein menjalin relasi dengan caseworker. Tahapan ini caseworker mencoba untuk memilah-milah mengenai informasi atau data mengenai proses pendampingan PSK.

b. Tahap Pengkajian

Pada tahap ini, caseworker diharapkan melakukan berbagai macam bentuk terapi ataupun treatment tergantung pada kebutuhan dan keunikan masing-masing klein. Dengan bekerja sama dengan pihak-pihak lain ataupun dari profesi lain seperti dokter,psikolog yang dapat dijadikan masukan pada tahap ini.menggunakan prinsip-prinsip partisipasi agar hubungan klein dengan pihak-pihak terkait terjalin dengan baik. c. Tahap Intervensi

Pada tahap ini, caseworker dalam melakukan terapi yang dikembangkan, melakukan proses diskusi dengan melakukan alternative pemecahan masalah bersama klein. Adanya dorongan memberi pelatihan ketempilan kepada para PSK yang bertujuan untuk memberi pendapatan tambahan kepada para PSK.

d. Tahap Terminasi

Terminasi merupakan pemutusan hubungan dengan para PSK, hal ini dilakukan apabila PSK sudah dapat berdiri sendiri dengan pendapatannya sendiri dengan tidak melacurkan diri di lokalisasi.

(29)

2.7. Kerangka Pemikiran

Tercapainya kebijakan publik yang berpihak pada PSK di Indonesia adalah jalan panjang yang membutuhkan beberapa dekade lagi untuk pencapaiannya. Hal ini adalah akibat dari berbagai persoalan struktural yang belum terpecahkan oleh negara. Satu dari beberapa aspek struktural tersebut adalah terjadinya kesalahan dalam management penyelenggaraan negara yang ujung-ujungnya menimbulkan korupsi, pembusukan hukum, pemiskinan dan pengabaian terhadap hak-hak dasar dari warga negara khususnya perempuan.

Kondisi ini lah yang mendorong P3M berdiri untuk melakukan dampingan dan advokasi terhadap PSK di Kota Medan, dan melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait. Banyak contoh kasus kekerasan perempuan salah satu nya adalah seorang laki laki (suami) yang menjual perempuan (istrinya) kepada germo untuk di jajahkan, penyebab terjadi kasus ini adalah lagi lagi karena terhimpit ekonomi. Faktor ini akan saling berkorelasi untuk menjerumuskan perempuan menjadi seorang PSK.

P3M memandang bahwa kehadiran PSK bukanlah hasil pilihan pribadi ataupun berkaitan dengan moral seseorang, namun keberadaan perempuan pada dunia pelacuran merupakan korban dari industri seks yang membutuhkan tubuh perempuan dan anak sebagai barang yang didagangkan. Dalam menangani masalah PSK, P3M melakukan program pendampingan dan penjangkauan. Adapun bentuk program pendampingan dan penjangkauan yang dilakukan oleh P3M adalah Outreach Kondom, Pelayanan Klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing), Konseling Trauma Seksual CBT, Pemberian Pelatihan Keterampilan.

Salah satu wilayah yang menjadi fokus dampingan P3M adalah Losmen Sinabung yang berlokasi di Jl. Rupat Sambu Medan. Losmen Sinabung adalah satu dari tujuh losmen di Sambu yang dijadikan tempat lokalisasi pelacuran. Jumlah PSK yang ada di Losmen Sinabung sampai saat ini adalah 24 orang yang terdiri dari beragam usia mulai dari 17 tahun

(30)

41

hingga 40 tahun, dan rata-rata telah berkeluarga. Program pendampingan dan penjangkauan ini dilakukan untuk meminimalisir hal-hal terburuk yang terjadi pada PSK seperti HIV/AIDS, IMS.

Program pendampingan dan penjangkauan ini diharapkan dapat menekan jumlah PSK di Kota Medan pada umumnya dan Losmen Sinabung pada khususnya. Selain itu pembagian kondom, dan pemeriksaan Klinik VCT dirasa perlu untuk kesehatan si PSK agar terhindar dari penyakit HIV/AIDS, IMS ataupun penyakit lainnya yang ditimbulkan akibat aktivitas si PSK tersebut.

Bagan Alur Pikir 1.1.

Perempuan Peduli Pedila Medan (P3M)

Proses Pendampingan yang dilakukan P3M :

- Outreach Kondom

- Voluntary Counseling Testing (VCT)

PSK di Losmen Sinabung

(31)

2.8. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.8.1. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan pada ahli dalam upayamenggambarkan secara cermat fenomena social yang akan dikaji. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep-konsep yang diteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian disebut defenisi konsep. Secara sederhana defenisi diartikan sebagai batasan artiPerumusan defenisi konsep dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa penelitian ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Dengan kata lain, peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil penelitian itu untuk memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh sipeneliti, jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 136-138).

Pengertian konsep yang lain adalah sebagai suatu yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri sama. Konsep diartikan juga sebgai suatu abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk. Konsep merupakan sarana yag merujuk kedunia empiris, dan buka merupakan refleksi sempurna (mutlak) dunia empiris. Bahwa konsep bukanlah dunis empiris itu sendiri. Berdasarkan

(32)

konsep tersebut peneliti dapat menata hasil pengamatannya kedalam suatu tata kepahaman yang menggambarkan dunia realitas sebagaimana yang dirasa, dialami. ( Suyanto, 2001: 49).

Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian adalah

a. Peranan adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku.

b. Seks yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah nafsu syahwat, yaitu suatu kekuatan pendorong hidup yang biasanya disebut dengan insting/naluri yang dimiliki oleh setiap manusia, baik dimiliki laki-laki maupun perempuan yang mempertemukan mereka guna meneruskan kelanjutan keturunan manusia.

c. Pekerja seks komersial yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah peristiwa penjualan diri dengan jalan memperjualbelikan badan, kehormatan dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan imbalan pembayaran. d. Pendampingan yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah suatu strategi yang

umum digunakan oleh pemerintah dan lembaga non profit dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas dari sumber daya manusia, sehingga mampu mengindentifikasikan dirinya sebagai bagian dari permasalahan yang dialami dan berupaya untuk mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.

e. Perempuan Peduli Pedila Medan (P3M) yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian.

(33)

2.8.2. Defenisi Operasional

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari defenisi konsep. Pada perumusan operasional ditujukan dalam upaya transformasi konsep kedunia maya nyata sehingga penelitian dapat diobservasi ( Siagian, 2011: 141)

Melihat transformasi yang berlaku, maka defenisi operasional sering disebut sebagai suatu proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Jika konsep itu sudah bersifat dinamis, maka akan memungkinkan untuk dioperasikan. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar terperinci, sehingga makna dari aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka ( Siagian, 2011: 141)

Adapun konsep yang dioperasionalisasikan adalah a. Outreach Kondom meliputi :

1) Penyuluhan, adapun indikator-indikatornya adalah bentuk penyuluhan, frekuensi penyuluhan, setting penyuluhan, siapa yang memberikan penyuluhan,dan lain-lain.

2) Pembagian kondom, adapun indikator-indikatornya adalah frekuensi pembagian kondom, jumlah kondom yang dibagikan, dan lain-lain.

b. Klinik VCT meliputi :

1) Mobile VCT, adapun indikator-indikatornya adalah frekuensi mobile VCT, dimana dilakukan mobile VCT, hasil pemeriksaan mobile VCT, jenis obat yang diberikan, dan lain-lain.

(34)

2) Bentuk pelayanan VCT, adapun indikator-indikatornya adalah bentuk pelayanannya seperti apa, sasaran pelayanan VCT, dan lain-lain.

c. Pemberian pelatihan keterampilan, adapun indikator-indikatornya adalah waktu pelatihan, jenis pelatihan yang diberikan, tujuan pemberian pelatihan, frekuensi pemberian pelatihan, metode pemberian pelatihan, dan lain-lain.

d. Konseling Trauma Seksual ( CBT ) meliputi pemberian motivasi, adapun indikator-indikatornya adalah bentuk Konseling Trauma Seksual yang dilakukan, frekuensi pemberian motivasi, metode pemberian motivasi, sasaran pemberian motivasi, dan lain-lain.

Referensi

Dokumen terkait

Berangkat dari pemikiran tersebut, dikaitkan dengan kondisi rill sementara Aparat Desa Tempang III, Kecamatan Langowan Utara, Kabupaten Minahasa sebagai tempat penelitian

Fenomena anak jalanan dengan beragam permasalahannya tersebut, tidak bisa menghindarkan dari konflik batin yang kerap kali mereka alami, karena pada dasarnya apa

Metode yang digunakan dalam proses pengamatan terkait perancangan Fasilitas wisata Jantur Inar adalah wawancara, observasi, dokumentasi, & studi literatur melalui buku dan

pada power amplifier tidak dapat diprediksi. Selain itu, besarnya nilai SWR juga berpengaruh terhadap kinerja power amplifier, hal ini diakibatkan oleh ketidakstabilan

dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayahdan/ataukebijakan, rencana, dan/atau

Pada tahun 2016 sendiri terjadi beberapa peristiwa penting yang juga berimbas pada pasar modal, antara lain: pencabutan sanksi ekonomi Iran yang artinya setealah

Untuk menghindari unsur subjektif dalam melakukan penyeleksian penerima beasiswa, maka tujuan dari penelitian ini yaitu menghasilkan suatu aplikasi sistem pendukung keputusan yang

Awal tahun 2000 sejumlah penelitian dilakukan oleh Balai Arkeologi Makassar dan penelitian lainnya, yang dimuat dalam jurnal Walannae seperti yang dilakukan oleh Bernadeta