• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan

Kemiskinan merupakan permasalahan besar di berbagai daerah yang menjadi tantangan untuk diselesaikan. Kemiskinan masih menjadi isu strategis dalam pembangunan karena tidak hanya berkaitan dengan masalah pendapatan, tetapi menyangkut banyak aspek lainnya seperti pendidikan, kesehatan, pangan dan perumahan. Penanganan masalah kemiskinan memerlukan pendekatan yang sistematik, terpadu dan menyeluruh. Langkah-langkah tersebut harus ditujukan untuk mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar warga negara secara layak untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Pemerintah daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan memiliki kewajiban dalam menangani permasalahan kemiskinan pada masing-masing wilayahnya. Upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkelanjutan baik dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pemberdayaan, pendampingan, serta fasilitasi untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat miskin.

Gerakan percepatan penanggulangan kemiskinan lahir melalui Peraturan Preseiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Lahirnya peraturan ini sebagai upaya untuk mempercepatan penurunan angka kemiskinan melalui langkah-langkah koordinasi secara terpadu lintas pelaku dalam penyiapan perumusan dan penyelenggaraan kebijakan penanggulangan kemiskinan. Upaya percepatan tersebut dimulai dari penetapan sasaran, perancangan dan keterpaduan program, monitoring dan evaluasi, serta efektifitas anggaran dan penguatan kelembagaan di tingkat pusat maupun daerah.

Pada tahun yang sama, upaya percepatan penanggulangan kemiskinan diperkuat melalui Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2010 tentang Kebijakan Pembangunan yang Berkeadilan. Instruksi ini memberikan mandat kepada seluruh instansi untuk mengambil langkah-langkah yang diperrukan

(2)

LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 I-2

sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang berkeadilan.

Upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia juga dapat terlihat dari kebijakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-Nas). Pada misi pembangunan mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan, kebijakan pembangunan nasional yaitu meningkatkan pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh dengan meningkatkan keberpi-hakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah, menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis, menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana ekonomi, serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk gender.

Kebijakan penanggulangan kemiskinan secara eksplisit juga terlihat dalam dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Tingkat kemiskinan secara diupayakan terus menurun dan mencapai sekitar 7,0%-8,0% pada akhir tahun 2019, dan tingkat pengangguran terbuka menjadi 4,0%–5,0% pada akhir tahun 2019.

Kebijakan penanggulangan Kemiskinan Kota Surakarta berdasarkan RPJMD 2016-2021 akan diwujudkan melalui Misi Wareg yang diartikan mewujudkan masyarakat yang produktif, mandiri dan berkeadilan mampu memenuhi kebutuhan dasar jasmani dan rohani. Misi tersebut memiliki tujuan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat jasmani dan rohani, yang antara lain ditujukan pada penurunan angka kemiskinan pada tahun 2021 menjadi sebesar 6,38% dan pengangguran terbuka menjadi sebesar 5,46%. Strategi diupayakan pada percepatan pengentasan masyarakat miskin dan peningkatan kualitas penduduk, pemberdayaan masyarakat untuk daya saing tenaga kerja, produktivitas dan kemandirian ekonomi. Sementara itu kebijakan yang ditempuh adalah dengan Penguatan kemampuan produktif dan karakter mandiri pada kelompok PMKS, rentan miskin dan peningkatan produktivitas dan kecukupan bahan kebutuhan pokok. Selain itu kebijakan ketenagakerjaan antara lain diarahkan pada

(3)

LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 I-3

pengembangan kebijakan untuk peningkatan kecakapan dan ketrampilan dalam sistem budaya meraih keunggulan menuju kemandirian dan keadilan.

Perkembangan persentase penduduk miskin Kota Surakarta pada tahun 2012 hingga tahun 2016 terus mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2012 sebesar 12,01% dan pada tahun 2016 menjadi sebesar 10,88% atau terjadi penurunan sebesar 1,13%. Persentase penduduk miskin Kota Surakarta pada tahun 2016 sebesar 10,88% termasuk dalam kelompok persentase penduduk miskin rendah yaitu, Kabupaten/Kota yang berada di bawah capaian Provinsi Jawa Tengah sebesar 13,27% dan Nasional sebesar 10,70%. Tantangan paling besar melihat kondisi saat adalah tingkat kemiskinan Kota Surakarta masih menunjukkan tertinggi jika dibandingkan dengan lima kota lainnya di Jawa Tengah yaitu Kota Magelang, Salatiga, Semarang, Pekalongan, dan Tegal.

Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah Kota Surakarta menempatkan permasalahan kemiskinan sebagai agenda prioritas utama kebijakan pembangunan. Komitmen tersebut ditunjukkan dengan diterbitkannya Keputusan Walikota Surakarta Nomor 746.05/15.9/1/2017 tentang Perubahan Atas Keputusan Walikota Nomor 746.05/5.11/1/2017 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Surakarta. Pembentukan tersebut dengan mengacu pada Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pembentukan TKPK kabupaten/kota berfungsi melakukan koordinasi penanggulangan kemiskinan danmengendalikan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di kabupaten/kota. Selain itu, telah disusunnya Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) tahun 2016-2021. Strategi penanggulangan kemiskinan yang ditetapkan ini menjadi acuan bagi seluruh perangkat daerah serta stakeholder di luar pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta. Sehingga diharapkan upaya penurunan kemiskinan dapat tercapai sesuai dengan yang dicita-citakan oleh Pemerintah Kota Surakarta.

Kota Surakarta saat ini adalah tahun pertama pelaksanaan Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Surakarta Tahun 2016-2021. Dalam implementasi program dan kegiatan yang ada dalam Strategi

(4)

LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 I-4

Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kota Surakarta perlu adanya pengendalian sebagai upaya monitoring terhadap pelaksanaan program dan kegiatan yang dilaksanakan setiap tahunnya. Upaya tersebut salah satunya dilakukan melalui mekanisme laporan hasil pelaksanaan yang disusun setiap tahun, disebut dengan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD).

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kota Surakarta Tahun 2017 merupakan Laporan yang akan memberikan gambaran mengenai kondisi pelaksanaan penanggulangan kemiskinan tahun 2017. Pada laporan ini dapat dilihat indikator mana saja yang sudah mencapai target yang ditetapkan dan indikator mana saja yang belum tercapai dan perlu menjadi lebih perhatian dan bahan masukan untuk pelaksanaan tahun 2018.

1.2. Pengertian Penting Kemiskinan

Beberapa pengertian penting terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang perlu diketahui dan dipahami agar tidak menjadi perdebatan dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinan, antara lain sebagai berikut :

1. Kemiskinan

a. Bank Dunia memberikan karakteristik kemiskinan sebagai berikut:

Poverty is hunger. Poverty is lack of shelter. Poverty is being sick and not being able to see a doctor. Poverty is not being to go to school and not knowing how to read. Poverty is not having a job, is fear for the future, living one day at a time. Poverty is losing a child to illness brought about by unclean water. Poverty is powerlessness, lack of representation and freedom. (www.worldbank.org)

b. UNDP, mendefinisikan kemiskinan yang diukur dengan the Human Poverty Index atau Indeks Kemiskinan Manusia (IKM).Indeks ini terdiri dari tiga komponen dasar yaitu (i) longevity; menghitung persentase penduduk yang meninggal sebelum berusia 40 tahun, (ii) literacy; persentase penduduk dewasa yang melek huruf, dan (iii) living standard; yang merupakan kombinasi dari persentase penduduk yang memiliki

(5)

LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 I-5

akses yang cepat pada layanan kesehatan, persentase penduduk yang memiliki akses air bersih dan sehat, dan persentase balita kurang gizi.

c. Badan Pusat Statistik (BPS), mendefinisikan miskin sebagai kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seseorang/rumah tangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal yang layak bagi kehidupan mereka. Kebutuhan minimal yang layak tersebut kemudian dicerminkan kedalam Garis Kemiskinan (GK) yaitu batas minimal pengeluaran “konsumsi” untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan yang bersifat mendasar (pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan). Garis Kemiskinan makanan adalah nilai rupiah yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan energi minimalsebanyak 2.100 kkal/kapita/hari. Garis Kemiskinan non pangan yaitu nilai rata-rata pengeluaran dalam rupiah dari jenis komoditi dasar non pangan di perkotaan maupun di pedesaan. Dengan menggunakan Garis Kemiskinan ini, dapat diidentifikasi bahwa penduduk miskin adalahpenduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

d. Pada tahun 2000, pemerintah telah memberikan pengertian tentang kemiskinan dalam dokumen Propenas (Program Pembangunan

Nasional) tahun 2000 - 2004, dalam dokumen tersebut kemiskinan

dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan kronis (chronic poverty) atau kemiskinan struktural yang terjadi terus-menerus dan kemiskinan sementara (transient poverty) yang ditandai dengan menurunnya pendapatan masyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi kondisi krisis dan bencana alam. Masyarakat miskin umumnya lemah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, pendidikan dan kesehatan, kemampuan berusaha, dan mempunyai akses yang terbatas kepada kegiatan sosial ekonomi sehingga menumbuhkan perilaku miskin. Selain itu, perilaku miskin ditandai pula oleh perlakuan

(6)

LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 I-6

diskriminatif, perasaan ketakutan dan kecurigaan serta sikap apatis dan fatalistis.

e. TNP2K mengutip Eksiklopedia Indonesia Edisi 1 tahun 2012 (BPS-2012), memberikan arti kemiskinan adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran yang dikonseptualisasikan dengan Garis Kemiskinan (GK) (http://tnp2k.go.id).

2. Garis Kemiskinan (GK)

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Konsep ini tidak hanya digunakan oleh BPS tetapi juga oleh negara-negara lain seperti Armenia, Senegal, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Sierra Leone, dan Gambia.Garis Kemiskinan (GK) merupakan representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2.100 kilokalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan. GK yang digunakan oleh BPS terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM), di mana GK merupakan penjumlahan dari GKM dan GKNM.

3. Jumlah Penduduk Miskin, yang dimaksud dengan penduduk miskin

adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan.

4. Persentase Penduduk Miskin (P0/ P-Nol)

Persentase penduduk miskin adalah banyaknya penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan (GK) dibagi jumlah penduduk keseluruhan. Persentase penduduk miskin disebut pula dengan istilah headcount index – atau disingkat HCI, atau disebut dengan istilah P-0. Angka yang ditunjukkan oleh HCI–P0 menunjukkan proporsi penduduk miskin di suatu wilayah.

(7)

LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 I-7

Persentase penduduk miskin yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di suatu wilayah juga tinggi.

5. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index – P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Penurunan nilai indeks Indeks Kedalaman Kemiskinan mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.

6. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index– P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.

7. Penanggulangan Kemiskinan

Dalam Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, disebutkan bahwa kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematik, terpadu dan menyeluruh, dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar warga negara secara layak melalui pembangunan inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan untuk mewujudkan kehidupan yang bermartabat; Penanggulangan Kemiskinan dimaksud merupakan kebijakan dan program pemerintah dan pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat.

(8)

LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 I-8 8. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD)

Merupakan dokumen daerah yang disusun dalam rangka monitoring dan pengendalian pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan di kabupaten/kota sebagai salah satu pijakan perencanaan tahun berikutnya agar lebih efektif dan berdaya guna dalam menentukan program dan kegiatan.

1.3. Landasan Hukum

Landasan hukum dalam penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International

Covenant On Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan

Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4557);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International

Convenant On Civil and Politic Right (Konvenan Internasional tentang

Hak-Hak Sipil dan Politik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4558);

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700):

(9)

LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 I-9

7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2049 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);

8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988, tentang Koordinasi Kegiatan

Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3373);

11. Peraturan Pemerintah 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4737);

12. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010, tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;

13. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010;

14. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan;

15. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Surakarta Tahun 2005 – 2025;

16. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 11 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Kemiskinan.

17. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 09 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surakarta Tahun 2016-2021;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Pedoman Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota;

(10)

LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 I-10

19. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah ( R P J P D ) Kota Surakarta Tahun 2005 – 2025;

20. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 11 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Kemiskinan.

21. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 09 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surakarta Tahun 2016-2021;

22. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 18-A Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kota Surakarta Tahun 2013;

23. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 11 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pembentukan dan Tata Kerja Tim Penanggulangan Kemiskinan Kelurahan di Kota Surakarta

24. Keputusan Walikota Surakarta Nomor 746.05/15.9/1/2017 tentang Perubahan Atas Keputusan Walikota Nomor 746.05/5.11/1/2017 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Surakarta.

1.4. Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan ini adalah tersusunnya laporan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan daerah selama 1 (satu) tahun yang berisi tentang capaian indikator kegiatan-kegiatan dan program yang sudah dijalankan di Kota Surakarta selama tahun 2017.

Sementara itu tujuan kegiatan penyusunan dokumen Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kota Surakarta Tahun 2017, adalah sebagai berikut:

1. Menggambarkan tentang kondisi kemiskinan di Kota Surakarta. 2. Menggambarkan tentang kondisi determinasi kemiskinan

3. Menyusun capaian indikator kegiatan dan program penanggulangan kemiskinan yang sudah dijalankan.

4. Melakukan analisis capaian indikator kegiatan dan program penanggulangan kemiskinan.

(11)

LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 I-11

5. Memberikan informasi mengenai pelaksanaan koordinasi yang dilakukan oleh TKPK Kota Surakarta

6. Memberikan gambaran tentang perkembangan dan permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta.

7. Memberikan kesimpulan dan saran dalam rangka mendukung keberhasilan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah meliputi:

1. Menyusun profil kemiskinan Kota Surakarta Tahun 2012 – 2016;

2. Analisis terhadap bidang determinan penanggulangan kemiskinan Tahun 2012 – 2016;

3. Identifikasi data indikator kegiatan penanggulangan kemiskinan dari masing-masing SKPD pengampu urusan Tahun 2016;

4. Menyampaikan arah kebijakan penanggulangan kemiskinan Kota Surakarta;

5. Analisis pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan tahun 2017;

6. Analisis tinjauan anggaran pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta Tahun 2017;

7. Menyusun pelaksanaan kegiatan koordinasi yang sudah dilaksanakan TKPK pada tahun 2017;

8. Menyusun rencana kerja TKPK tahun 2018.

1.6. Keluaran yang Diharapkan (Output)

Keluaran yang diharapkan dari hasil kegiatan penyusunan ini adalah berupa buku Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD).

(12)

LP2KD Kota Surakarta Tahun 2017 I-12 1.7. Sistematika Laporan

Sistematika laporan antara Penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

1. Bab I Pendahuluan

Pada bagian ini menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum serta sistematika penulisan laporan.

2. Bab II Profil Kemiskinan Daerah

Pada bagian ini menguraikan tentang kondisi umum daerah, profil umum kemiskinan dan kondisi kemiskinan multidimensi yang meliputi dimensi ekonomi dan ketenagakerjaan, dimensi pendidikan, dimensi kesehatan, dimensi prasarana dasar dan dimensi ketahanan pangan.

3. Bab III Kebijakan dan Kelembagaan Penanggulangan Kemiskinan Kota Surakarta

Pada bagian bab ini menguraikan tentang kebijakan penanggulangan kemiskinan Nasional, kebijakan penanggulangan kemiskinan Provinsi Jawa Tengah, kebijakan penanggulangan kemiskinan Kota Surakarta dan kelembagaan tim koordinasi penanggulangan kemiskinan Kota Surakarta. 4. Bab IV Tinjauan APBD Dalam Penanggulangan Kemiskinan Kota Surakarta

Pada bagian bab ini menguraikan tentang gambaran umum anggaran daerah, analsis pendapatan daerah, analisis belanja daerah dan evaluasi pelaksanaan penanggulangan kemiskinan Kota Surakarta.

5. Bab V Penutup.

Referensi

Dokumen terkait

Temuan ini tidak sesuai dengan pernyataan Patnoad, (2001) bahwa paparan dapat mencakup iklan baik di koran, televisi, radio, internet atau saluran komunikasi lainnya, dapat

Bapak Ahmad Diponegoro, M.S.I.E, Ph.D , selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bhayangkara Jakarta Raya dan Dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan saran

Nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah adalah 13 dan bermain adalah 14,3 kemudian dari hasil Uji statistik

Kesabaran sangat baik menjadi obat dari penyakit yang diderita karena dengan sabar maka apa yang Allah berikan akan terasa nyaman, karena bimbingan rohani islam adalah

Hastuti dkk, (2011) menyatakan bahwa amoniasi berfungsi memutuskan ikatan antara selulosa dan lignin, serta membuat ikatan serat menjadi longgar, sedangkan dalam

menunjukkan bahwa setiap taraf perlakuan, yaitu penambahan Dekstrin dan proporsi Asam Sitrat : Natrium Bikarbonat memberikan jumlah rangking kesukaan rasa yang

99 SMAK 7 PENABUR JONATHAN ELDRIAN FISIKA LULUS. 100 SMAK 7 PENABUR OLIVIA ERIKA

analisis perubahan kandungan N total Berdasarkan hasil analisis daun segar tiga jenis gulma yang diberi kandungan N daun segar dan N daun naungan 50% menurun,