• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebuah kemacetan. Sekarang ini kemacetan di Kota Solo terjadi dimana-mana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebuah kemacetan. Sekarang ini kemacetan di Kota Solo terjadi dimana-mana"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia khususnya di Kota Solo, alat transportasi motor dan mobil semakin hari terlihat semakin banyak sehingga hal ini memicu akan terjadinya sebuah kemacetan. Sekarang ini kemacetan di Kota Solo terjadi dimana-mana hampir pada setiap ruas jalan yang ada di Kota Solo. Kemacetan sering terjadi ketika waktu masuk kerja atau masuk sekolah pada pagi hari dan waktu pulang kerja atau pulang sekolah yang biasanya terjadi pada siang dan sore hari. Dengan demikian, hal ini lama kelamaan akan mengganggu para pengguna jalan baik yang berjalan kaki dan bersepeda maupun para pengguna jalan yang menggunakan alat transportasi motor dan mobil. Dengan kemacetan yang sering terjadi di Kota Solo, petugas kepolisian berusaha mengurai kemacetan tersebut agar dapat melancarkan kembali arus lalu lintas yang ada. Namun karena jumlah kendaraan yang semakin banyak dan keterbatasan jumlah anggota kepolisian yang ada, maka kehadiran sosok “supeltas” menjadi sangat membantu.

Menurut salah satu anggota staf Dikyasa (Pendidikan Pelayanan Swakarsa) Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Kota Surakarta Aiptu Ribuono menyatakan bahwa supeltas merupakan singkatan dari istilah sukarelawan pengatur lalu lintas. Supeltas sebenarnya sudah ada sejak lama sekitar tahun 2000, namun namanya dahulu bukan supeltas melainkan “Polisi Cepek”. Lama kelamaan jumlah “polisi cepek” semakin banyak dan hal ini membuat Satuan Lalu

(2)

Lintas (Satlantas) Kota Surakarta mengambil langkah untuk membina para “polisi cepek” tersebut sehingga pada tahun 2009 diubahlah nama “polisi cepek” menjadi supeltas dan sejak tahun 2009 pula supeltas memiliki Paguyuban yang secara resmi dibentuk Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Kota Surakarta. Sekarang supeltas sudah berada dibawah naungan lembaga/ instansi kepolisian khususnya Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Kota Surakarta dan sampai tahun 2013 ini, jumlah supeltas telah mencapai 48 orang yang tersebar di seluruh penjuru Kota Solo.

Tempat kerja supeltas berada di persimpangan-persimpangan jalan yang memiliki tingkat kemacetan yang tergolong tinggi dan biasanya tidak memiliki lampu rambu-rambu lalu lintas. Di persimpangan itulah supeltas bekerja dan sering kita jumpai seperti di persimpangan Stasiun Purwosari, persimpangan Bundaran Laweyan, persimpangan Mall Solo Paragon dan persimpangan SMU N 7 Surakarta serta masih banyak lagi persimpangan-persimpangan di Kota Solo yang dijaga oleh supeltas.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara awal yang telah dilakukan oleh peneliti dengan beberapa Supeltas menunjukkan bahwa supeltas bekerja dari pagi/ siang hari hingga sore hari dan bahkan ada beberapa orang supeltas yang bekerja dari pagi hingga malam hari karena sebenarnya supeltas sendiri tidak memiliki jadwal yang tetap didalam bekerja untuk membantu Polisi Lalu Lintas (Polantas) dalam mengatur lalu lintas yang ada di Kota Solo. Meskipun kehadiran sosok supeltas diketahui oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta dan secara resmi dinaungi oleh Korps Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Kota Surakarta selaku lembaga yang membina dan melatih langsung para supeltas namun supeltas tidak

(3)

dinaungi secara finansial sehingga supeltas tidak mendapat tunjangan atau penghasilan yang tetap di setiap bulannya, oleh karena itu para supeltas hanya mendapatkan penghasilan dari pemberian-pemberian para pengguna jalan yang melintas di tempat ia bekerja.

Dengan keadaan tersebut para supeltas tidak merasa dirugikan, akan tetapi sebaliknya para supeltas merasa besyukur, senang dan bahagia karena selain bisa mendapatkan pekerjaan dan membantu pihak kepolisian didalam mengurangi kemacetan di Kota Solo, para Supeltas juga bisa mendapatkan uang/ penghasilan dari pemberian para pengguna jalan yang melintas dan bisa membantu serta bermanfaat bagi masyarakat khususnya pengguna jalan yang ada di Kota Solo sehingga bisa mengurangi kemacetan yang sering terjadi dan para pengguna jalan merasa nyaman didalam berkendara tanpa takut terjebak sebuah kemacetan.

Hal ini juga terlihat dari ekspresi wajah para supeltas didalam bekerja, seperti tersenyum sambil mengacungkan jempol kepada para pengguna jalan yang melintas yang mau bekerja sama dengannya dalam menertibkan lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan, dan sering sekali para supeltas berkata “matur nuwun”, “terima kasih bos”, “sip bos” sambil tertawa ketika menerima pemberian uang dari para pengguna jalan yang melintas serta terkadang terlihat beberapa kali supeltas mengatur lalu lintas sambil bergoyang. Dengan ekspresi-ekspresi bahagia sambil bekerja merupakan cerminan dari ekspresi kebersyukuran pada supeltas dan ekspresi menikmati pekerjaan yang mereka jalani sebagai seorang supeltas. Namun namanya juga manusia, supeltas juga sesekali tidak bersyukur atau “nggresulo” atas hasil yang didapat sambil berkata “ah, mosok entuke semene

(4)

thok” dan terkadang supeltas juga terlihat temperamen memarahi pengguna jalan yang tidak mau bekerja sama dengannya. Ketika tidak diberi upah/ uang dari pengguna jalan yang melintas khususnya pada pengendara mobil yang telah dibantunya menyebrang/ terhindar dari kemacetan, supeltas sesekali berkata “ah opo… mosok mobile apik ning ra nge’i duit” atau “huuu… mosok ra nge’i duit”. Hal ini menjadikan peneliti merasa tertarik dan ingin mengkaji lebih lanjut mengenai sejauh mana kebersyukuran pada sukarelawan pengatur lalu lintas (Supeltas).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Costa & McCrae (dalam Wood, 2008) mengenai situasi kepedulian terhadap sesama, rasa bersyukur paling kuat dihubungkan kedalam kelompok keramahan dan sifat ingin hidup berkelompok yang mewakili situasi hubungan positif dari kepedulian emosi positif. Rasa bersyukur secara tidak signifikan dihubungkan ke dalam situasi yang mewakili kebiasaan dari pergerakan situasi kepedulian. Mengenai sifat yang menyenangkan, rasa bersyukur dihubungkan dengan kepercayaan, altruisme (peduli terhadap orang lain), dan situasi yang selalu berpikir sabar serta aspek pro sosial dari sifat mudah menerima sesuatu. Rasa bersyukur dihubungkan dengan situasi dari sifat mudah menerima yang cenderung mewakili perilaku sopan, selalu mengalah, dan perilaku berbicara jujur.

Cohen (dalam Wood, 2009) pada penelitiannya menunjukkan bahwa rasa bersyukur mempunyai hubungan dengan otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, pertumbuhan individu, dan rasa penerimaan terhadap diri sendiri. Dari

(5)

korelasi-korelasi ini menunjukkan bahwa rasa bersyukur adalah sebuah hal yang penting bagi prediktor dari kebahagiaan seseorang.

Meskipun dengan penghasilan yang kecil dan tidak sebanding dengan waktu kerja yang lama yang mereka miliki, namun hal ini tidak membuat seorang supeltas lupa untuk bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan mereka pekerjaan, nikmat dan rezeki sehingga bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari walaupun sesekali supeltas juga pernah mengeluh atau “nggresulo” atas hasil yang didapatkan. Seperti pernyataan Emmons dan McCullogh (2003) yang mengatakan bahwa kebersyukuran merupakan sebuah bentuk emosi atau perasaan seseorang yang kemudian berkembang menjadi sikap, sifat moral, kebiasan, kepribadian yang akhirnya akan mempengaruhi seseorang dalam menanggapi atau bereaksi terhadap sesuatu atau situasi pada kehidupan sehari-hari yang ia jalani. Jika seseorang bersyukur, maka sikap atau perilaku yang muncul dalam kehidupan sehari-hari adalah positif, sebaliknya jika seseorang tidak bersyukur maka sikap atau perilaku yang muncul dalam kehidupan sehari-hari adalah negatif.

Dengan bersyukur, seorang supeltas bisa menikmati hidupnya dengan lebih baik karena dengan bersyukur seseorang akan merasa bahagia. Menurut Peterson & Seligman (2004), bersyukur adalah rasa berterima kasih dan bahagia sebagai respon penerimaan karunia, baik karunia tersebut merupakan keuntungan yang terlihat dari orang lain ataupun momen kedamaian yang ditimbulkan oleh keindahan alamiah. Bersyukur bisa diasumsikan sebagai keutamaan yang mengarahkan individu dalam meraih kehidupan yang lebih baik.

(6)

Berdasarkan uraian diatas telah dijelaskan tentang makna kebersyukuran yang bisa dilakukan oleh semua orang didalam menjalani kehidupan ini termasuk pada seorang supeltas, walaupun penghasilan mereka tergolong kecil dan terkadang mereka “nggresulo” atas hasil yang didapat akan tetapi itu semua tidak menutup mereka untuk terus bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan pekerjaan, nikmat dan rezeki kepada mereka sehingga memunculkan rumusan masalah “Bagaimana deskripsi kebersyukuran pada sukarelawan pengatur lalu lintas (Supeltas)?”.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami serta mendeskripsikan kebersyukuran pada sukarelawan pengatur lalu lintas (Supeltas).

C. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu psikologi khususnya di bidang psikologi sosial.

2. Secara Praktis a. Bagi Supeltas

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan/ referensi untuk meningkatkan kebersyukuran sehingga selalu bersyukur atas semua hasil yang diperoleh.

(7)

b. Bagi Pihak Kepolisian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada pihak kepolisian khususnya Korps Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Kota Surakarta mengenai pekerjaan dan kehidupan seorang supeltas sehingga bisa saling menghargai dan saling menghormati ketika bertugas serta lebih memperhatikan kesejahteraan para supeltas,

c. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan/ referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama.

Referensi

Dokumen terkait

BAB III : Yaitu berisi uraian mengenai gambaran singkat obyek penelitian yang di uraikan secara deskriptif di antaranya: dekripsi satuan narkotika polres sumber, dasar hukum

komunikatif yang terlepas dari makna harfiahnya yang didasarkan atas perasaan dan pikiran pengarang atau persepsi pengarang tentang sesuatu yang dibahasakan; kata konkret

Saat ini pencatatan konseling di SMAN 1 LINGGANG BIGUNG, KUTAI BARAT, KALIMANTAN TIMUR memiliki masalah di beberapa hal, seperti pencatatan masih menggunakan kertas,

Tujuan Pengujian Menguji fitur untuk menampilkan hasil rekomendasi kecocokan bahan makanan sesuai dengan kondisi usia dan alergi bayi. Skenario 1 Pengguna memilih kategori usia 6

 Mampu menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral, dan etika (CP1.02  Karakteristik Akhlak Mahmudah  Karakteristik Akhlak

Dalam Bulan Impor dan Pembayaran Utang Luar Negeri Pemerintah II. Transaksi Modal. III. Selisih Perhitungan Bersih VI. Cadangan Devisa dan yang terkait

 Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan dan merupakan anugerah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi

Sedangkan pada Gambar 2 tersaji hasil analisis kandungan radionuklida pemancar a dan B dalam sedimen yang berasal dari 5 iokasi pengambilan cuplikan yang'