• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organizations of the Treadway Commision (COSO) dalam Steven (1998:118),

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organizations of the Treadway Commision (COSO) dalam Steven (1998:118),"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

12 2.1.1 Sistem Pengendalian Internal

2.1.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal

Definisi pengendalian internal menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commision (COSO) dalam Steven (1998:118), Arens (2003:271), dan Messier (2003:2011) yang dikutip dari Diana Sari (2012).

“Internal control is a process, effected by an entity’s board of directors, management and other personel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories:

1. Effectiveness and efficiency of operation 2. Reliability of financial reporting

3. Compliance with laws and regulations”

Pengendalian internal dalam pengertiannya menurut IAI dalam standar profesi akuntansi publik (SPAP) (2001:319.2) adalah

“pengendalian internal merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lain entitas yang di desain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan berikut, yaitu:

a. Keandalan pelaporan keuangan b. efektivitas dan efisiensi operasi

(2)

Dalam pengertiannya menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah menyatakan bahwa

“Sistem Pengendalian Internal adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, yang kemudian disingkat SPIP adalah Sistem Pengendalian Internal yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkunan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.”

Dalam laporan yang dibuat COSO dalam Boynton, Johnson dan Kell (2001: 325) menekankan bahwa konsep-konsep mendasar yang tercakup dalam definisi yang berlaku adalah: (1) Pengendalian internal merupakan suatu proses yaitu suatu cara pencapaian yang terus-menerus terdiri dari rangkaian tindakan yang meresap dan terintegrasi, tetapi bukan penambahan pada infrastruktur entitas, (2) Pengendalian internal dipengaruhi oleh seluruh anggota entitas, (3) Pengendalian internal dapat diharapkan untuk menyediakan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan yang pasti bagi entitas karena adanya keterbatasan pada sistem pengendalian internal dan adanya kebutuhan untuk mempertimbangkan biaya dan keuntungan, (4) Pengendalian internal ditujukan untuk pencapaian tujuan dari berbagai kategori pelaporan keuangan dan pengoperasian.

(3)

Selain itu, menurut Permendagri Nomor 04 Tahun 2008 Pedoman Pelaksanaan Reviu Atas Laporan Keuangan Daerah Pasal 1 Ayat (10) adalah

“Sistem Pengendalian Internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan keandalan penyajian keuangan daerah.”

Sistem Pengendalian Internal merupakan kegiatan pengendalian terutama atas pengelolaan sistem informasi yang bertujuan untuk memastikan akurasi dan kelengkapan informasi. Boynton, Johnson dan Kell (2001) juga mengungkapkan bahwa kegiatan pengendalian atas pengelolaan informasi meliputi Pengendalian Umum dan Pengendalian Aplikasi, yang masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengendalian Umum

Pengendalian ini meliputi pengamanan sistem informasi, pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak aplikasi, pengendalian atas perangkat lunak sistem, pemisahan tugas, dan kontinuitas pelayanan. b. Pengendalian Aplikasi

Pengendalian ini meliputi pengendalian otorisasi, pengendalian kelengkapan, pengendalian akurasi, dan pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data.

Dalam kaitannya dengan efektivitas penyusunan laporan keuangan maka baik buruknya implementasi sistem pengendalian internal dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan pemerintah daerah yang akan dihasilkan.

(4)

2.1.1.2 Tujuan Pengendalian Internal

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Sistem Pengendalian Internal Pemerintah memiliki tujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintah.

2.1.1.3 Unsur-unsur Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Sistem Pengendalian Internal terdiri dari beberapa unsur yaitu:

1. Lingkungan Pengendalian

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Internal dalam lingkungan kerjanya. Hal tersebut dapat dilaksanakan melalui:

a. penegakan integritas dan nilai etika; b. komitmen terhadap kompetensi; c. kepemimpinan yang kondusif;

d. pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan; e. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;

(5)

f. penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia;

g. perwujudan peran aparat pengawasan internal pemerintah yang efektif; dan

h. hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait. 2. Penilaian Risiko

Komponen kedua dari Sistem Pengendalian Internal Pemerintah adalah penilaian risiko. Dalam rangka penilaian risiko, pimpinan Instansi Pemerintah dapat menetapkan tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan, dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Penilaian risiko terdiri atas:

a. Penetapan tujuan instansi secara keseluruhan b. Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan c. Identifikasi risiko

d. Analisis risiko

e. Mengelola risiko selama perubahan 3. Kegiatan Pengendalian

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan. Penyelenggaran kegiatan pengendalian dapat dilakukan dengan:

a. reviu atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan; b. pembinaan sumber daya manusia;

(6)

c. pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; d. pengendalian fisik atas aset;

e. penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja; f. pemisahan fungsi;

g. otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;

h. pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; i. pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;

j. akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan

k. dokumentasi yang baik dan transaksi kejadian penting atas Sistem Pengendalian Internal

4. Informasi dan Komunikasi

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Komunikasi atas informasi sebagaimana dimaksud wajib diselenggarakan secara efektif. Hal tersebut dapat diselenggarakan, sekurang-kurangnya dengan:

a. menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi; dan

b. mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus-menerus.

5. Pemantauan Pengendalian Internal

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem Pengendalian Internal melalui:

(7)

a. Pemantauan berkelanjutan b. Evaluasi terpisah

c. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan temuan lainnya

Untuk menunjang dan memperkuat Sistem Pengendalian Internal dapat dilakukan dengan:

a. Pengawasan internal atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara;

b. Pembinaan penyelenggaran Aparat Pengawasan Internal Pemerintah Pengawasan internal dilakukan oleh aparat pengawasan internal pemerintah. Aparat pengawasan internal pemerintah yang selajutnya disingkat APIP melakukan pengawasan melalui:

a. Audit b. Reviu c. Evaluasi

d. Pemantauan; dan

e. Kegiatan pengawasan lainnya.

2.1.1.4 Pihak-Pihak Yang Bertanggung Jawab Atas Pengendalian Internal Menurut Mulyadi (2010) terdapat pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pengendalian internal, yaitu:

1. Manajemen

Manajemen bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menyelenggarakan secara efektif pengendalian internal organisasinya. Pada perusahaan, direktur utama bertanggung jawab untuk

(8)

menciptakan atmosfer pengendalian di tingkat puncak, agar kesadaran terhadap pentingnya pengendalian menjadi tumbuh di seluruh bagian di organisasi.

2. Dewan Komisaris dan Komite Audit

Dewan komisaris bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen bertanggung jawab dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian internal.

3. Auditor Internal

Auditor internal bertanggung jawab untuk memeriksa dan mengevaluasi berjalannya pengendalian internal entitas dan membuat rekomendasi peningkatannya.

4. Personel Lain Entitas

Semua personel lain yang berperan menyediakan informasi atau yang menggunakan informasi yang dihasilkan oleh pengendalian internal harus ditetapkan dan dikomunikasikan dengan baik.

5. Auditor Independen

Sebagai bagian dari prosedur audit terhadap laporan keuangan, auditor dapat menemukan kelemahan pengendalian internal kliennya, sehingga auditor independen dapat mengkomunikasikan temuan auditnya tersebut kepada manajemen, komite audit, atau dewan komisaris. Berdasarkan temuan auditor independen tersebut, manajemen dapat meningkatkan pengendalian internal entitas.

(9)

2.1.2 Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah 2.1.2.1. Pengertian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Laporan Keuangan Daerah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh pemerintah daerah selama satu periode pelaporan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut:

“Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan”

Dalam Abdul (2012: 10), entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari:

a. Pemerintah Pusat; b. Pemerintah Daerah;

c. Masing-masing kementrian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat;

d. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

(10)

2.1.2.2.Tujuan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Secara umum, tujuan laporan keuangan sektor publik menurut Mardiasmo (2009) yaitu:

1. Kepatuhan dan Pengelolaan (Compliance and stewardship)

Laporan keuangan pemerintah dimaksudkan untuk dapat memberikan jaminan kepada pemakai informasi dan otoritas lainnya bahwa pemerintah telah melakukan pengelolaan sumber daya sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan lain yang ditetapkan.

2. Akuntabilitas dan Pelaporan Retrospektif (Accountability and retrospective reporting)

Laporan keuangan pemerintah hendaknya dapat digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik. Dengan laporan keuangan tersebut DPR/DPRD dan masyarakat dapat memonitor dan mengevaluasi kinerja pemerintah, memberi dasar untuk mengamati perkembangannya dari waktu ke waktu atas pencapaian target dan membandingkannya dengan kinerja pemerintah lain.

3. Perencanaan dan Informasi Otorisasi (Planning and authorization information)

Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan kebijakan dan aktivitas di masa yang akan datang. Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan informasi pendukung mengenai otorisasi penggunaan dana.

(11)

4. Kelangsungan Organisasi (Viability)

Laporan keuangan berfungsi untuk membantu pembaca dalam menentukan apakah suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan menyediakan barang dan jasa (pelayanan) di masa yang akan datang. 5. Hubungan Masyarakat (Public relation)

Laporan keuangan berfungsi sebagai alat komunikasi dengan publik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada organisasi untuk mengemukakan pernyataan atas prestasi yang telah dicapai kepada pemakai yang dipengaruhi, karyawan dan masyarakat.

6. Sumber fakta dan gambaran (Source of facts anf figures)

Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada berbagai kelompok kepentingan yang ingin mengetahui organisasi secara lebih dalam.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) mengatakan bahwa:

“Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.”

(12)

2.1.2.3.Komponen Laporan Keuangan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) mengatakan bahwa laporan keuangan terdiri dari:

a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.

b. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.

c. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas opersional, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan transaksi non anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu.

d. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk

(13)

diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

e. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

Laporan perubahan saldo anggaran lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

f. Laporan Operasional

Laporan operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.

g. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

2.1.2.4.Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, yaitu:

a. masyarakat

b. para wakil rakyat, lembaga pengawas dan lembaga pemeriksa

c. pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman

(14)

d. pemerintah

Selain itu, pengguna laporan keuangan pemerintah menurut International Federation of Accountants – Public Sector Committee (IFAC – IPSC) dalam Adrianus Fajar (2010: 26) dikelompokkan sebagai berikut:

1. Badan legislatif dan badan-badan lain yang mempunyai kekuasaan mengatur dan mengawasi

Badan legislatif merupakan pengguna utama dari laporan keuangan pemerintah. Laporan keuangan tersebut akan memberikan informasi yang dapat membantu untuk mengetahui bagaimana pemerintah mengurus sumber-sumber, ketaatan terhadap ketentuan-ketentuan perundang-undangan, dan kondisi keuangan maupun kinerja.

2. Rakyat

Rakyat merupakan kelompok terbesar dari pengguna laporan keuangan, yang terdiri dari pembayar pajak, pemilih serta sekelompok-sekelompok yang mempunyai ketertarikan khusus dan memperoleh pelayanan dan manfaat dari pemerintah.

3. Investor dan Kreditur

Pemerintah harus memberikan informasi-informasi yang berguna kepada investor dan kreditur pemerintah yang pada akhirnya akan berguna untuk penilaian kemampuan pemerintah dalam membiayai kegiatan-kegiatan serta memenuhi kewajiban dan komitmennya.

(15)

4. Pemerintah lain, Badan Internasional dan Penyedia Sumber Lain Seperti para investor dan kreditur bahwa pemerintah lain, badan internasional dan penyedia sumber lain menaruh ketertarikan terhadap kondisi keuangan pemerintah. Selain itu, mereka juga menaruh perhatian terhadap rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan.

5. Analisis Ekonomi dan Keuangan

Para analisis ekonomi dan keuangan termasuk media-media keuangan menelaah, menganalisis dan menyebarkan hasil-hasilnya kepada para pemakai laporan yang lain. Mereka melakukan evaluasi masalah-masalah ekonomi dan keuangan.

2.1.2.5.Kualitas Laporan Keuangan

Karakteristik kualitas laporan keuangan menurut Undang-Undang No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Keuangan, antara lain sebagai berikut:

a. Relevan

Laporan keuangan dapat dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi yang relevan memiliki karakteristik: memberikan manfaat umpan balik (feedback value), memberikan manfaat prediktif (predictive value), disajikan tepat waktu (timeliness) dan lengkap. Informasi disajikan tepat waktu agar dapat berguna dalam pengambilan keputusan. Informasi akuntansi keuangan

(16)

pemerintah disajikan selengkap mungkin yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi dalam laporan keuangan harus diungkapkan dengan jelas kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

b. Andal (Reliability)

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik: penyajian jujur (faithfulness of presentation), dapat diverifikasi (verifiability) dan netralitas.

c. Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.

(17)

d. Dapat dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

2.1.3. Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan dalam Pengelolaan Keuangan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah mengatakan bahwa:

“Sistem Pengendalian Internal adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.”

Dengan masih ditemukannya penyimpangan dan kebocoran di dalam laporan keuangan oleh BPK, menunjukkan bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah belum memenuhi karakteristik nilai informasi yang disyaratkan. BPK memberikan opini selain Wajar Tanpa Pengecualian diantaranya disebabkan oleh kelemahan sistem pengendalian internal yang dimiliki oleh pemerintah daerah terkait .

(18)

Dalam penyusunan laporan keuangan daerah yang baik, selain SKPD harus memiliki sumber daya manusia yang kompeten, SKPD harus memiliki sistem pengendalian internal yang baik pula. Lemahnya pengendalian internal dapat mempengaruhi kualitas laporan keuanan daerah yang dihasilkan.

2.1.4. Penelitian Sebelumnya

Berikut beberapa penelitian yang terkait dengan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah Daerah yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya.

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

No. Judul Penelitian Nama Peneliti Hasil Penelitian Perbedaan dengan penelitian ini 1. Pengaruh Sistem

Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Survei Pada Organisasi Perangkat Daerah Pemda Cianjur)

Tuti Herawati (2014) Pengaruh Sistem Pengendalian Internal yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan secara simultan. Secara parsial terdapat pengaruh signifikan antara lingkungan pengendalian, penilaian risiko, Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada waktu dan lokasi penelitian

(19)

dan informasi dan komunikasi terhadap kualitas laporan keuangan. Secara parsial terdapat pengaruh tidak signifikan antara kegiatan pengendalian dan pemantauan terhadap kualitas laporan keuangan. 2. Sistem Pengendalian

Internal dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia Neco Fransisca, Aris Eddy Sarwono, Dewi Saptantinah Puji Astuti Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan serta kelemahan struktur pengendalian internal pada temuan kasus yang dilakukan oleh BPK mengalamu penurunan atau temuan kelemahan berkurang maka akan mempengaruhi tingkat kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan pendapatan anggaran dan belanja yang ditemukan oleh BPK bertambah maka kualitas Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jumlah variabel independen, waktu dan lokasi penelitian

(20)

laporan keuangan pemerintah daerah juga akan mengalami peningkatan kualitas. 3. Standar Akuntansi

Pemerintahan dan Sistem Pengendalian Internal sebagai Anteseden Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Susilawati, Dwi Seftihani Riana (2014) Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Sistem pengendalian internal berpengaruh posiftif signifikan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yaitu keandalan pelaporan. Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem Pengendalian Internal berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan secara simultan. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jumlah variabel independen, waktu dan lokasi penelitian

4. The Impact of Internal Audit Function

Effectiveness on Quality of Financial Reporting and its Implications on Good Government Governance Dien Novianty Rahmatika (2014) Internal audit function has positive effect on the quality of financial reporting. Also on Good Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jumlah variabel, waktu dan lokasi penelitian

(21)

Research on Local Government Indonesia Government Governance. And Quality Financial reporting has a positive effect on Good Government Governance. 2.2. Kerangka Pemikiran

Kualitas laporan keuangan pemerintah dipengaruhi oleh berjalan secara baik atau tidaknya sistem pengendalian internal di pemerintahan. Dalam penelitiannya Francisca, menyatakan bahwa, kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan serta kelemahan stuktur pengendalian internal pada temuan kasus yang dilakukan oleh BPK mengalami penurunan atau temuan kelemahan berkurang maka akan mempengaruhi tingkat kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia. Berbeda dengan kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan pendapatan anggaran dan belanja yang ditemukan oleh BPK bertambah maka kualitas laporan keuangan pemerintah daerah juga akan mengalami peningkatan kualitas laporan keuangan (Francisca, 2016).

Laporan keuangan yang dihasilkan pemerintah haruslah berkualitas karena setelah laporan kuangan yang dihasilkan pemerintah berkualitas maka secara otomatis akan mendapatkan opini yang baik dari BPK. Karena menurut Ningtyas, ketika BPK memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada laporan keuangan pemerintah daerah ini menunjukkan laporan keuangan yang dilaporkan oleh pihak daerah sudah memenuhi syarat atau dapat dikatakan laporan keuangan

(22)

yang disajikan sudah memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan yang terdapat pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 (Ningtyas, 2015).

Agar dapat dikatakan berkualitas maka laporan keuangan pemerintah daerah harus mengikuti karakteristik kualitatif yang ditetapkan oleh Standar Akutansi Pemerintahan. Karakteristik kualitas laporan keuangan menurut Undang-Undang No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Keuangan, antara lain sebagai berikut; (a) Relevan. Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila memiliki karakteristik; memberikan manfaat umpan balik (feedback value), memberikan manfaat prediktif (predictive value), disajikan tepat waktu (timeliness). (b) Andal. Informasi yang andal memenuhi karakteristik; penyajian jujur (faithfulness of presentation), dapat diverifikasi (verifiability) dan netralitas. (c) Dapat dibandingkan. Informasi yang termuat dalam laporan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain umumnya. (d) Dapat dipahami. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

Sistem pengendalian internal dikatakan dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan karena dengan diterapkannya sistem pengendalian internal maka pemerintah daerah akan memiliki otorisasi pemisahan tugas yang jelas. Tidak ada pegawai pemerintahan yang merangkap fungsi dalam penyusunan laporan keuangan. Karena hal itulah yang menjadi faktor terbesar adanya tindakan-tindakan kurang etis dari pegawai pemerintahan yang dapat

(23)

mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Jika sudah ada otorisasi pemisahan tugas yang jelas maka setiap fungsi-fungsi dapat dijalankan dengan baik. Informasi-informasi yang dilaporkan akan lebih akurat sehingga dapat meminimalisir adanya tindakan-tindakan tidak etis yang dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan pemerintah daerah (Nyoman, 2014).

Menurut Mahmudi (2007:27) dalam Muliani (2011) menyatakan terdapat hubungan terkait antara Sistem Pengendalian Internal dan Kualitas Laporan Keuangan adalah

“untuk menghasilkan laporan keuangan pemerintah daerah diperlukan proses dan tahap-tahap yang harus dilalui yang diatur dalam sistem akuntansi pemerintah daerah. Sistem akuntansi di dalamnya mengatur tentang sistem pengendalian internal (SPI), kualitas laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh bagus tidaknya sistem pengendalian internal yang dimiliki pemerintah daerah”.

Dari beberapa teori yang dipaparkan diatas, dapat dikatakan bahwa untuk memenuhi tanggung jawab pemerintah dalam menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas dan tuntutan kepada pemerintah untuk menghasilkan opini WTP dari BPK. Salah satu yang mempengaruhi untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas adalah Sistem Pengendalian Internal Pemerintah.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, berikut ini merupakan model penelitian.

Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH (PP No. 60 Tahun 2008) KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH (PP No. 71 Tahun 2010)

(24)

2.3. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara sebelum dilakukan pengujian yang selanjutnya akan dibuktikan hipotesis yang ditentukan di awal benar atau salah melalui penelitian. Adapun hipotesis dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

Ho: Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kota Pematangsiantar. Ha: Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah berpengaruh terhadap

Gambar

Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Standar Akademik yang diturunkan dari Kebijakan Akademik Fakultas Teknik USU, disusun untuk dijadikan pedoman dan arah bagi pelaksanaan, pengembangan serta evaluasi kegiatan

$alam model pembelajaran keterhubungan guru perlu memiliki keterampilan untuk memilih topik materi yang "enderung sama atau o"er laping    dalam satu mata%

Akan tetapi, Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa pengetahuan osteoporosis yang dimiliki oleh pegawai administrasi perempuan Universitas Indonesia masih rendah meskipun

Lembar data keselamatan bahan untuk produk-produk di dalam katalog, juga tersedia di www.merck-. chemicals.com Halaman 7

“Enggak lagian saya juga nggak anu ya biasa pokoknya nanti kalo ada misalkan kita ada kepentingan apa gitu nanti anu minta tetangga” (S140614. Akhir-akhir ini subyek

Program kesehatan dan keselamatan kerja yang peneliti lakukan di perusahaan PT XYZ meliputi: pelatihan keselamatan terhadap karyawan dalam melakukan pekerjaan di

Oleh karenanya dibutuhkan perencanaan yang kolaboratif dari seluruh unsure rumah sakit untuk menyusun kebutuhan ketenagaan secara makro agar rumah sakit dapat memberikan

Ciri-ciri masyarakat majemuk menurut van Den Berghe adalah: (1) mengalami segmentasi ke dalam kelompok-kelompok dengan subkultur saling berbeda, (2) memiliki struktur yang terbagi