• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI ENGINEERING PT XYZ. Oleh DYMAS PRADANA KUNCORO ADI H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI ENGINEERING PT XYZ. Oleh DYMAS PRADANA KUNCORO ADI H"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

(K3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI

ENGINEERING

PT XYZ

Oleh

DYMAS PRADANA KUNCORO ADI H24080078

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

(2)

PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI ENGINEERING PT XYZ

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

DYMAS PRADANA KUNCORO ADI (H24080078)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

(3)

Dymas Pradana K.A. H24080078. Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan Divisi Engineering PT XYZ. Di bawah bimbingan Dra. Siti Rahmawati, M.Pd. dan Lindawati Kartika, SE, M.Si.

PT XYZ merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang property perkantoran dan penyewaan ruangan kerja, baik untuk perusahaan luar negeri maupun dalam negeri. Perusahaan berlokasi dikawasan A, di kota B. Perusahaan ini memiliki sistem kerja yang disiplin terhadap karyawan, mulai dari hal terkecil sampai pada hal yang terbesar supaya saat melakukan pekerjaan tidak salah melangkah dan sesuai aturan, serta mempunyai pedoman untuk melaksanakannya. Kesehatan dan keselamatan kerja karyawan perlu diperhatikan lebih optimal karena dapat mempengaruhi kinerja karyawan untuk bekerja lebih maksimal, dan pada akhirnya akan berdampak kepada kinerja perusahaan yang semakin baik. Dengan program K3 yang meliputi; pelatihan keselamatan, kontrol lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin, publikasi keselamatan kerja, dan peningkatan kesadaran K3 diharapkan mampu meningktakan kinerja yang ditunjang dengan inisiatif, tanggung jawab, kerja sama, dan ketelitian, serta kedisiplinan yang terdapat pada setiap individu karyawan.

Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) bagaimana penerapan program kesehatan dan keselamatan (K3) kerja divisi Engineering PT XYZ, (2) bagaimana kinerja karyawan divisi Engineering PT XYZ, (3) bagaimana pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan divisi Engineering PT XYZ, (4) program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) manakah yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Tujuan penelitian ini yaitu (1) mengidentifikasi penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja divisi Engineering PT XYZ, (2) mengidentifikasi kinerja karyawan divisi Engineering PT XYZ, (3) menganalisis pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan divisi

Engineering PT XYZ. (4) menganalisis indikator program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan yang memiliki pengaruh paling besar dan implikasi manajerial.

(4)

penelitian ini adalah sensus yaitu dengan 40 responden. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan dengan uji Product Moment Pearson dan teknik

Cronbach’s Alpha. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif cross tab dan analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan metode Latent Variable Score (LVS) dengan bantuan software Lisrel 8.30.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil identifikasi yang didasarkan pada persepsi karyawan menunjukkan bahwa program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang diterapkan PT XYZ, sudah berjalan baik. Secara berturut-turut yang mempunyai hasil terbesar yaitu pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, pengawasan, peningkatan kesadaran kesehatan dan keselamatan kerja (K3), kontrol lingkungan kerja. Hasil identifikasi yang didasarkan pada persepsi karyawan yang bekerja pada divisi engineering PT XYZ secara umum menunjukkan kinerja sudah memenuhi standar perusahaan. Secara berturut-turut adalah tanggung jawab, kedisiplinan, kerjasama, ketelitian, dan inisiatif.. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang diterapkan pada divisi engineering PT XYZ berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan, khususnya divisi engineering. Program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap kinerja karyawan divisi engineering PT XYZ secara berturut-turut adalah indikator peningkatan kesadaran kesehatan dan keselamatan kerja (K3), pelatihan keselamatan, dan kontrol lingkungan kerja.

(5)

i

Dymas Pradana Kuncoro Adi dilahirkan di Sragen, Jawa Tengah pada tanggal 18 April 1990. Merupakan anak pertama dari Bapak Joko Tuwahono dan Ibu Any Susilawati.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 16 Grogol Utara Jakarta tahun 2002. Melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Tarakanita 3 Jakarta lulus tahun 2005. Melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 32 Jakarta lulus tahun 2008, pada tahun yang sama penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih mayor Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti masa perkuliahan, penulis pernah mengikuti kegiatan kampus diantaranya SES-C tahun 2009 dan Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Manajemen ( DPM FEM 2011). Aktif di kepanitiaan Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) tahun 2009, Masa Perkenalan Fakultas (MPF) 2010, dan Bina Desa BEM KM 2010

(6)

ii

Penulis panjatkan segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang tanpa henti memberikan nikmat dan hidayah-Nya kepada penulis , sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Divisi Engineering PT XYZ sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Siti Rahmawati, M.Pd. dan Ibu Lindawati Kartika, SE, M.Si. yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan pengarahan, dan meluangkan waktu bagi penulis.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Karena itu penulis sangat mengharapkan masukan, saran dan kritik dari berbagai pihak demi perbaikan skripsi ini kedepannya. Penulis memohon maaf jika banyak kekurangan dalam skripsi ini, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan kekurangan hanya milik pribadi penulis. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi banyak orang.

Bogor, Juli 2012 Penulis

(7)

iii

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya yang senantiasa memberikan kesehatan dan kekuatan terutama dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dra. Siti Rahmawati, M.Pd. dan Lindawati Kartika, SE, M.Si sebagai

pembimbing skripsi yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan dengan penuh kesabaran kepada penulis.

2. Prof. Dr. Ir. WH. Limbong, MS. Sebagai dosen penguji sidang yang telah meluangkan waktunya menjadi penguji siding serta memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen, FEM IPB.

4. Kedua orang tua tercinta, Bapak Joko Tuwahono dan Ibu Any Susilawati yang selalu memberikan dukungan, mendidik, memberikan saran, motivasi, dan mendampingi, serta memberikan kasih sayang tiada henti kepada penulis selama ini.

5. Chief Engineering PT XYZ yang meluangkan waktunya kepada penulis memberikan pengetahuan dan wawasan untuk penyusunan skripsi ini.

6. Om Hari Nugroho yang telah memberiakn pengalaman dan ilmu statistik kepada penulis.

7. Seseorang yang istimewa Eva Farichatul Aeni makasih telah menjadi tempat berbagi suka dan duka, memberikan support, memotivasi, serta mendoakan kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat kontrakkan Agus Setyabudi, Agus Cahyadi, Aldi Rahman Hakim, dan Bayu Adi Sasmita yang membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman sebimbingan yang juga seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi penulis Ismi Fatmawati, Lely Lutfiyanti, Meylisa, Dwi Antin, dan Vivin Lian Hutajulu.

(8)

iv

11. Teman-teman Manajemen 45 yang senantiasa membantu, memberi semangat, dan berbagi pengetahuan serta pengalaman hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

12. Mas Hadi, Ibu Yeyet, dan Mas Entis yang sudah sangat membantu proses sidang penulis.

13. Seluruh staf pendidik dan staf kependidikan Departemen Manajemen FEM IPB yang sangat membantu terlaksananya perolehan ilmu dan penelitian penulis.

14. Seluruh pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Demikianlah ucapan terima kasih penulis sampaikan. Tidak banyak yang bisa penulis berikan sebagai tanda terima kasih atas bantuan selama ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan.

(9)

v

Halaman

RIWAYAT HIDUP ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix I. Pendahuluan 1.1.Latar Belakang ... 1 1.2.Perumusan Masalah ... 3 1.3.Tujuan Penelitian ... 4 1.4.Manfaat Penelitian ... 4

1.5.Ruang Lingkup Penelitian... 5

II. Tinjauan Pustaka 2.1.Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 6

2.1.1 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 6

2.1.2 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ... 7

2.1.3 Sistem Manajemen K3 ... 9 2.1.4 Manfaat K3 ... 10 2.1.5 Perlindungan Pengendalian K3 ... 11 2.1.6 Landasan Hukum K3 ... 13 2.2.Kecelakaan ... 14 2.2.1 Faktor-faktor Kecelakaan ... 14 2.2.2 Pencegahan Kecelakaan ... 15 2.3.Kinerja ... 16 2.3.1 Faktor-faktor Kinerja ... 17 2.3.2 Penilaian Kinerja ... 19

2.3.3 Jenis-jenis Penilaian Kinerja ... 21

2.4.Teori Pengaruh K3 Terhadap Kinerja Karyawan ... 22

2.5.Hasil Penelitian Terdahulu ... 22

III. Metodologi Penelitian 3.1.Kerangka Pemikiran Penelitian... 24

3.2.Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian... 25

3.3.Jenis dan Sumber Data ... 26

3.4.Metode Pengumpulan Data…… ... 27

3.5.Teknik Sampel ... 30

3.6.Hipotesis ... 30

3.7.Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... 30

3.7.1 Analisis Deskriptif ... 30

(10)

vi

4.1.Profil Perusahaan ... 35

4.2.Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 37

4.3.Evaluasi Kinerja ... 38

4.4.Analisis Deskriptif Karakteristik Responden Menggunakan Tabulasi Silang... 41

4.4.1 Karakteristik Masa Kerja Terhadap Jenis Kelamin ... 41

4.4.2 Karakteristik Masa Kerja Terhadap Usia ... 42

4.4.3 Karakteristik Masa Kerja Terhadap Pendidikan Terakhir ... 43

4.5.Persepsi Karyawan Terhadap Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ... 44

4.5.1 Pelatihan Keselamatan ... 45

4.5.2 Kontrol Lingkungan Kerja ... 47

4.5.3 Pengawasan dan Disiplin ... 48

4.5.4 Publikasi Keselamatan Kerja ... 49

4.5.5 Peningkatan Kesadaran K3 ... 50

4.6.Persepsi Karyawan Terhadap Kinerja ... 51

4.6.1 Inisiatif ... 52

4.6.2 Tanggung Jawab ... 53

4.6.3 Kerjasama ... 54

4.6.4 Ketelitian ... 55

4.6.5 Kedisiplinan ... 56

4.7.Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan ... 58

4.7.1 Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan ... 62

4.7.2 Kinerja Karyawan Divisi Engineering PT XYZ ... 64

4.8.Implikasi Manajerial ... 65

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan ... 68

Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(11)

vii

Nomor Halaman

1. Rentang Skala Intrepretasi Hasil Jawaban Kuesioner ... 27

2. Klasifikasi Chronbach Alpha ... 29

3. Penilaian Evaluasi Kinerja ... 41

4. Hasil Tabulasi Silang Karakteristik Masa Kerja Terhadap Jenis Kelamin ... 42

5. Hasil Tabulasi Silang Karakteristik Masa Kerja Terhadap Usia ... 43

6. Hasil Tabulasi Silang Karakteristik Masa Kerja Terhadap Pendidikan Terakhir ... 44

7. Analisis Deskriptif Persepsi Karyawan Terhadap K3 ... 45

8. Persepsi Karyawan Terkait Pelatihan Keselamatan ... 46

9. Persepsi Karyawan Terkait Kontrol Lingkungan Kerja ... 48

10.Persepsi Karyawan Terkait Pengawasan dan Disiplin ... 49

11.Persepsi Karyawan Terkait Publikasi Keselamatan Kerja ... 50

12.Persepsi Karyawan Terkait Peningkatan Kesadarn K3 ... 51

13.Rataan Skor Kuesioner Kinerja Karyawan ... 52

14.Persepsi Karyawan Terkait Inisiatif ... 53

15.Persepsi Karyawan Terkait Tanggung Jawab ... 54

16.Persepsi Karyawan Terkait Kerjasama ... 55

17.Persepsi Karyawan Terkait Ketelitian ... 56

18.Persepsi Karyawan Terkait Kedisiplinan ... 57

19.Good Of Fit (GOF) Model 1... 60

20.Nilai Loading Factor dan t-value untuk Semua Variabel ... 61

21.Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan ... 62

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kasus Kecelakaan Kerja Karyawan di Seluruh Indonesia ... 2

2. Tingkat Kecelakaan Karyawan Divisi Engineering PT XYZ dari Tahun 2007-2011 ... 3

3. Sistem Model Manajemen K3 LK ... 10

4. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 25

5. Model SEM K3 Terhadap Kinerja Karyawan ... 34

6. Koefisien Lintas Model 1 Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan ... 59

7. Nilai Signifikan Test (Uji-t) Model 1 Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan ... 59

(13)

ix

Nomor Halaman

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 73

2. Kuesioner Penelitian ... 75

3. Struktur Organisasi PT XYZ ... 79

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Karyawan sebagai sumberdaya yang paling berharga dan dominan disetiap perusahaan, merupakan salah satu faktor internal perusahaan yang berperan penting menghasilkan suatu kinerja yang berkualitas. Kinerja karyawan yang baik dapat memberikan dampak yang positif untuk perusahaan secara keseluruhan. Salah satunya adalah peningkatan penyelesaian tanggung jawab yang diberikan perusahaan kepeda pekerja. Apabila dikerjakan dengan sungguh-sungguh oleh karyawan maka output

yang dihasilkan akan memuaskan, namun sebaliknya jika dikerjakan dengan suasana yang tidak kondusif akan menghasilkan output yang jauh dari memuaskan. Mencapai kinerja perusahaan yang unggul dan kompeten dalam segala bidang, perusahaan harus terlebih dahulu mengetahui secara lebih spesifik dan mendalam terutama pada keinginan serta kebutuhan karyawan yang menjadi dasar tercapainya kinerja organisasi yang baik.

Kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki oleh perusahaan, merupakan salah satu faktor penentu yang memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan organisasi perusahaan. Suasana lingkungan dan budaya kerja perusahaan yang mendukung secara keseluruhan baik dalam tata kelola manajemen yang sistematis maupun hal-hal non-teknis seperti solidaritas sesama karyawan, menjadi alasan tersendiri bagi peneliti untuk melakukan penelitian di perusahaan tersebut supaya dapat mengetahui dan mendapatkan hasil dari objek yang diteliti.

Pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja dengan kinerja karyawan sangat menentukan kemajuan perusahaan, karena kondisi pekerja yang maksimal akan mempengaruhi hasil kinerjanya, terlebih perusahaan memberikan kenyamanan, jaminan keselamatan, dan fasilitas yang memadai dapat membuat pekerja dengan tenang mengerjakan tanggung jawabnya. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menekan sekecil mungkin kecelakaan kerja yang dialami karyawan ditempat kerja.

(15)

PT XYZ merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang properti perkantoran dan penyewaan ruangan kerja, baik untuk perusahaan luar negeri maupun dalam negeri. Perusahaan ini berlokasi dikawasan A, kota B. Perusahaan memiliki sistem kerja yang disiplin kepada karyawan mulai dari hal terkecil sampai pada hal yang terbesar supaya saat melakukan kerja tidak salah melangkah dan mempunyai pedoman untuk melaksanakannya. Kinerja karyawan dalam perusahaan secara berkala lebih ditingkatkan dan mendapat dorongan yang positif oleh lingkungan kerja yang kondusif, maka PT XYZ dapat meningkatkan kinerja perusahaan khususnya pada bagian

engineering yang menjadi salah satu bagian terpenting dalam perusahaan. Divisi engineering merupakan salah satu divisi yang mengatur jalannya operasional perusahaan, mulai dari pengaturan dan pengontrolan tata lampu ruangan, mesin genset, dan kerusakan-kerusakan peralatan secara teknis. Apabila terjadi gangguan divisi engineering bertugas untuk memperbaiki secara cepat, supaya tidak mengganggu jalannya operasional kerja.

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) menjadi salah satu prioritas yang utama bagi perusahaan untuk melindungi pekerja dari bahaya yang menimpa. Tingkat kecelakaan yang menimpa pekerja yang dihimpun oleh PT Jamsostek dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kasus Kecelakaan Kerja Karyawan di Seluruh Indonesia ( http://www.jamsostek.co.id, 2012)

Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa tingkat kecelakaan kerja masih relatif tinggi, dan tingkat kesadaran pekerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja masih rendah. Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dinyatakan bahwa kecelakaan kerja tidak hanya terjadi di tempat kerja, tetapi juga saat pekerja tersebut berangkat atau pulang kerja.

83714 94736 96314 98711 99491 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 2007 2008 2009 2010 2011 Ju m la h K e jad ian ke ce lakaan Tahun Kasus Kecelakaan

(16)

13 9 7 4 2 0 2 4 6 8 10 12 14 2007 2008 2009 2010 2011 Ju m lah Kejad ian K e ce lakaan Tahun Kasus Kecelakaan PT XYZ mempunyai jumlah kejadian kecelakaan kerja yang relatif menurun setiap tahunnya, khususnya untuk divisi engineering. Dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Tingkat Kecelakaan Karyawan Divisi Engineering PT XYZ dari Tahun 2007-2011

Berdasarkan data Gambar 2, menunjukkan bahwa program kesehatan dan keselamatan kerja yang ada di PT XYZ sudah berjalan baik, terlihat adanya penurunan angka kecelakaan kerja dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Dapat disimpulkan penurunan jumlah kejadian kecelakaan pada divisi

engineering PT XYZ, berdampak pada meningkatnya kinerja individu divisi

engineering maupun perusahaan PT XYZ.

1.2. Perumusan Masalah

Sumberdaya manusia sangat berperan penting dan memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kelangsungan kinerja perusahaan seperti pemikiran dan kreativitas pekerja yang dapat menunjang output yang dihasilkan. Apabila karyawan tidak memiliki kenyamanan dalam bekerja, maka kinerja karyawan tersebut tidak akan maksimal berdampak pada mobilitas kerja. Sedangkan jika kenyamanan yang pegawai dapatkan selama melaksanakan tanggung jawabnya diperusahaan kinerja karyawan akan maksimal. Pimpinan dalam perusahaan harus menciptakan suasana yang kondusif dan memberikan rasa kekeluargaan.

Peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja diharapkan berdampak pada penurunan angka kecelakaan kerja yang mampu mengendalikan masalah diperusahaan. Sehingga karyawan saat kembali bekerja, dapat lebih optimal

(17)

untuk menghasilkan output yang maksimal khususnya meningkatkan kinerja karyawan. Program kesehatan dan keselamatan kerja PT XYZ telah dijalankan pada tahun 2000, dari tahun ke tahun diharapkan angka kecelakaan semakin menurun. Penelitian ini dilakukan untuk membantu divisi

Engineering PT XYZ mencapai kinerja yang bersaing dan unggul dengan memperhatikan faktor kesehatan dan keselamatan kerja.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik suatu permasalahan yang akan diteliti, yaitu:

1. Bagaimana penerapan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) divisi Engineering PT XYZ?

2. Bagaimana kinerja karyawan divisi Engineering PT XYZ?

3. Bagaimana pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan divisi Engineering PT XYZ?

4. Program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) manakah yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi penerapan program kesehatan dan keselamatan kerja divisi Engineering PT XYZ.

2. Mengidentifikasi kinerja karyawan divisi Engineering PT XYZ.

3. Menganalisis pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan divisi Engineering PT XYZ.

4. Menentukan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada pihak-pihak terkait, yaitu:

1. Perusahaan divisi Engineering PT XYZ sebagai masukan untuk langkah terbaik pengambilan keputusan, dan penetapan kebijakan perusahaan yang

(18)

berkaitan dengan upaya menekan kecelakaan kerja karyawan serta meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

2. Karyawan dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja untuk peningkatan kinerja dari hasil penelitian ini.

1.5.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari permasalahan dalam penelitian ini dibatasi, supaya lebih memudahkan dan dipahami. Penelitian ini dilakukan di PT XYZ difokuskan pada penerapan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dengan menganalisis indikator publikasi keselamatan kerja, kontrol lingkungan kerja, pelatihan keselamatan, pengawasan, peningkatan kesadaran kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan di divisi Engineering. Kinerja karyawan yang dianalisis meliputi indikator yang mempengaruhi kinerja karyawan, yaitu: inisiatif, tanggung jawab, kerjasama, ketelitian, dan kedisiplinan.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kesehatan Kerja dan Keselamatan Kerja

Menurut Mangkunegara (2005), keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran. Semua itu dihubungkan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik, dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan serta pelatihan. Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.

Menurut Rivai (2004) keselamatan dan kesehatan kerja menunjuk kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Jika sebuah perusahaan melaksanakan tindakan-tindakan kesehatan dan keselamatan kerja yang efektif, maka lebih sedikit pekerja yang menderita cedera atau penyakit jangka pendek maupun panjang sebagai akibat dari pekerjaan mereka di perusahaan tersebut.

Kondisi fisiologis-fisikal meliputi penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja seperti kehilangan nyawa atau anggota badan, cedera yang diakibatkan gerakan berulang-ulang, sakit punggung, sindrom carpal tunnel, penyakit-penyakit kardiovaskular, berbagai jenis kanker seperti kanker paru-paru dan leukimia.

2.1.1 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Menurut Mangkunegara (2001), tujuan kesehatan dan keselamatan kerja diantaranya sebagai berikut:

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

(20)

3. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

4. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan seefektif mungkin.

5. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.

6. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian, dan partisipasi kerja. 7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Menurut Rivai (2004), tujuan keselamatan kerja meliputi:

1. Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.

2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen.

3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim.

5. Fleksibilitas dan adaptibilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan.

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan.

2.1.2 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Menurut J.B Miner, mengatasi masalah K3 dapat dilakukan dengan cara Safety Psychology dan Industrial Clinical Psychology. Safety Psychology lebih menitikberatkan usaha mencegah kecelakaan itu terjadi, dengan meneliti kenapa dan bagaimana kecelakaan bisa terjadi. Industrial Clinical Psychology menitiberatkan pada kinerja karyawan yang menurun, sebab-sebab penurunan dan bagaimana mengatasinya.

Faktor-faktor dari dua cara tersebut adalah sebagai berikut: 1. Safety Psychology terdiri dari enam faktor, yaitu:

(21)

Laporan dan statistik kecelakaan sangat penting dalam program kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Dengan adanya laporan dan statistic kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, perusahaan akan memiliki gambaran mengenai potensi terjadinya kecelakaan dan cara mengantisipasinya.

b. Pelatihan Keselamatan

Merupakan salah satu program K3 yang diperlukan karyawan sebagai pengetahuan tentang keselamatan kerja. Pelatihan keselamatan yang dilakukan perusahaan kepada karyawannya diharapkan dapat mengurangi atau mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

c. Publikasi Keselamatan Kerja

Publikasi keselamatan kerja adalah hal-hal yang berhubungan dengan pemberian informasi dan pesan-pesan terkait keselamatan kerja karyawan, melalui berbagai macam cara diantaranya lewat spanduk, pamflet, gambar, poster, dan selebaran yang berguna untuk mengurangi tindakan-tindakan yang membahayakan saat bekerja. Publikasi keselamatan kerja juga dapat memberikan pemahaman kepada karyawan mengenai pentingnya K3.

d. Kontrol Lingkungan Kerja

Kontrol lingkungan kerja adalah pemeriksaan/pengendalian yang berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja yang bertujuan untuk melindungi karyawan dari bahaya kecelakaan kerja yang mungkin terjadi dan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan aman. Perusahaan harus dapat melindungi karyawannya dari kemungkinan kecelakaan kerja. Oleh karena itu, perusahaan harus menyediakan peralatan pengaman dan peralatan pelindung diri untuk karyawannya.

e. Pengawasan dan Disiplin

Pengawasan dan disiplin adalah melakukan kontrol terhadap lingkungan kerja dan perilaku kerja karyawan. Pengawasan

(22)

dilakukan dengan maksud untuk menjaga setiap mesin dan peralatan selalu dalam kondisi stabil dan siap untuk digunakan. f. Peningkatan Kesadaran K3

Peningkatan kesadaran K3 merupakan usaha perusahaan dalam mensukseskan program K3. Adanya komitmen yang kuat dan perhatian yang besar dari manajemen perusahaan membuat karyawan sadar terhadap pentingnya kesehatan dan keselamatan saat bekerja.

2. Industrial Clinical Psychology terdiri dari dua faktor, yaitu: a. Konseling

Konseling atau pemimbingan dilakukan untuk meningkatkan kembali semangat kerja dari karyawan. Disebabkan penurunan kinerja karyawan dari suatu permasalahan yang dihadapi.

b. Employee Assistance Program

Karyawan yang memiliki masalah akan dibimbing secara intensif oleh supervisor yang ditunjuk. Hal ini digunakan untuk menangani bermacam-macam masalah karyawan terutama yang berhubungan dengan kinerja karyawan.

2.1.3 Sistem Manajemen K3

Sistem manajemen K3 secara keseluruhan mencakup struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan dan pencapaian pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Berguna untuk tercapainya lingkungan tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Dapat dilihat pada Gambar 3 Bagan sistem model manajemen K3 LK (Santoso, 2004).

(23)

Gambar 3. Sistem Model Manajemen K3 LK (Santoso,2004) 2.1.4 Manfaat K3

Menurut Arep dan Tanjung (2004), mengungkapkan manfaat K3 adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Ekonomis

a. Berkurangnya kecelakaan dan sakit karena kerja.

b. Mencegah hilangnya investasi fisik dan investasi sumber daya manusia.

c. Meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja yang nyaman dan aman, serta motivasi kerja yang meningkat.

2. Manfaat Psikologis

a. Meningkatkan kepuasan kerja.

b. Kepuasan kerja tersebut akan meningkatkan motivasi kerja dan selanjutnya akan meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja. c. Perusahaan akan merasa bangga bahwa telah ikut serta dalam

melaksanakan program pemerintah dan ikut serta dalam pembangunan nasional dan citra baik perusahaan akan meningkat. Peningkatan berkelanjutan Pengukuran Komitmen dan kebijaksanaan Peningkatan ulang dan peningkatan manajemen Perencanaan Pelaksanaan

(24)

2.1.5 Perlindungan Pengendalian K3

Menurut Rivai (2004) perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Perlindungan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Berhubungan dengan Masalah Keuangan

Perlindungan yang berhubungan dengan masalah keuangan dilakukan melalui pemberian berbagai santunan dalam bentuk santunan jaminan sosial (social security), kompensasi ketiadaan pekerjaan (unemployment compensation), biaya medis (medical coverage), dan kompensasi pekerja (worker’s compensation) 2. Perlindungan yang berhubungan dengan Keamanan Fisik

Karyawan

Memberikan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja, pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang mengharuskan perusahaan untuk memberikan fasilitas yang memadai demi menjamin keamanan kerja serta memberikan jaminan finansial apabila karyawan mengalami kecelakaan kerja. Karyawan memiliki hak untuk menuntut perusahaan agar menyediakan fasilitas kerja yang memadai agar keselamatan fisik dan mental karyawan terlindungi dari jenis kecelakaan yang dilakukan pekerja.

Menurut Santoso (2004), pengendalian kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:

1. Upaya-upaya pengendalian a. Proses isolasi

b. Pemasangan lokal exhauster

c. Ventilasi umum

d. Pemakaian alat pelindung diri e. Penggadaan fasilitas saniter

f. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan secara berkala dilakukan.

(25)

g. Penyelenggaraan latihan/penyuluhan kepada semua karyawan dan pengusaha. h. Kontrol administrasi 2. Hirarki pengendalian a. Eliminasi b. Substitusi c. Pengendalian rekayasa d. Pengendalian administratif e. Alat pelindung diri

3. Masalah umum alat pelindung diri (APD)

a. Tidak semua alat pelindung diri melalui pengujian laboratoris, sehingga tidak diketahui derajat perlindungannya.

b. Tidak nyaman dan kadang-kadang membuat pemakai sulit bekerja.

c. Alat pelindung diri (APD) dapat menciptakan masalah baru. d. Perlindungan yang diberikan alat pelindung diri (APD) sulit

untuk dimonitor.

e. Kewajiban pemeliharaan alat pelindung diri (APD) dialihkan dari pihak manajemn ke pekerja.

f. Efektivitas alat pelindung diri (APD) sering tergantung “GOOD FIT” pada pekerja.

g. Kepercayaan pada alat pelindung diri (APD) akan menghambat pengembangan kontrol teknologi yang baru.

4. Masalah pemakaian alat pelindung diri (APD) a. Pekerja tidak mau memakai dengan alasan

1) Tidak sadar/tidak mengerti 2) Panas

3) Sesak

4) Tidak enak dipakai 5) Tidak enak dipandang 6) Berat

(26)

8) Tidak sesuai dengan bahaya yang ada 9) Tidak ada sangsi

10) Atasan juga tidak memakai b. Tidak disediakan oleh perusahaan

1) Ketidakmengertian 2) Pura-pura tidak mengerti 3) Alasan bahaya

4) Dianggap sia-sia (karena pekerja tidak mau memakai) c. Pengadaan oleh perusahaan

1) Tidak sesuai dengan bahaya yang ada 2) Asal beli (terutama memilih yang murah)

2.1.6 Landasan Hukum K3

Menurut Sugeng (2005). Hukum kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di Indonesia telah banyak diterbitkan baik dalam bentuk Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, dan Surat Edaran, antara lain:

1. Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13/2003 2. Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1/1997

3. Undang-undang tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja No. 3/1992 4. UUD 1945 pasal 27 ayat 1 dan 2.

5. Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja No. 14/1993.

6. Keputusan Presiden, Penyakit yang timbul Karena Hubungsn Kerja No.22/1993.

7. Peraturan Menteri Perburuhan tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan dalam Tempat Kerja No. 7/1964. 8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Pemeriksaan Kesehatan

Tenaga Kerja dalam penyelenggaraan Keselamatan Kerja No. 2/1980.

9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Pelayanan Kesehatan Kerja No. 3/1982.

(27)

2.2. Kecelakaan

2.2.1 Faktor-faktor kecelakaan

Menurut Mangkuprawira dan Vitayala (2007). Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat dilihat dari berbagai sudut. Bisa dari sudut kebijakan pemerintah, kondisi pekerjaan, kondisi fisik, dan mental karyawan, serta kondisi fasilitas yang disediakan.

1. Kebijakan Pemerintah

a. Undang-undang Ketenagakerjaan, khususnya yang menyangkut tentang keselamatan dan kesehatan kerja karyawan belum ada. b. Peraturan pemerintah tentang pelaksanaan keselamatan dan

kesehatan kerja karyawan belum ada.

c. Pengendalian dan tindakan hukum bagi perusahaan yang mengabaikan undang-undang dan peraturan yang berlaku keselamatan dan kesehatan kerja belum ada kalaupun sudah ada, tetapi tidak diterapkan secara tegas.

2. Kondisi Pekerjaan

a. Standar kerja yang kurang tepat dan pelaksanaannya juga tidak tepat.

b. Jenis pekerjaan fisik yang sangat berbahaya. Namun, di sisi lain, fasilitas keselamatan kerja sangat kurang.

c. Kenyamanan kerja yang sangat kurang karena kurang tersedianya unsur pendukung keselamatan dan kenyamanan kerja.

d. Tidak tersedianya prosedur manual petunjuk kerja.

e. Kurangnya kontrol, evaluasi, dan pemeliharaan tentang alat-alat kerja secara rutin.

3. Kondisi Karyawan

a. Keterampilan karyawan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang rendah.

b. Kondisi kesehatan fisik karyawan yang tidak prima.

c. Kondisi kesehatan mental, seperti rendahnya motivasi tentang K3 serta tingginya derajat stres dan depresi.

(28)

4. Kondisi Fasilitas Perusahaan

a. Ketersediaan fasilitas yang kurang cukup (jumlah dan mutu) b. Kondisi ruangan kerja yang kurang nyaman.

c. Tidak tersediannya fasilitas kesehatan dan klinik perusahaan d. Tidak tersediannya fasilitas asuransi kecelakaan.

e. Kurangnya pelatihan dan sosialisasi tentang pentingnya keselamatan kerja dikalangan karyawan..

2.2.2 Pencegahan Kecelakaan

Menurut Bennett NBS (1995) dalam Santoso (2004), mengungkapkan bahwa teknik pencegahan kecelakaan harus didekati dengan dua aspek, yaitu: aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, dan letak) dan aspek perangkat lunak ( manusia dan segala unsur yang berkaitan).

Menurut Olishifski dalam Santoso (2004), bahwa aktivitas pencegahan kecelakaan dalam keselamatan kerja profesional dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut:

1. Memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari mesin, cara kerja, material, dan struktur perencanaan.

2. Memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang ada dalam perusahaan tersebut.

3. Memberikan pendidikan (training) kepada tenaga kerja atau karyawan tentang kecelakaan dan keselamatan kerja.

4. Memberikan alat pelindung diri tetentu terhadap tenaga kerja yang berada pada area yang membahayakan.

Menurut Suma’mur dalam Santoso (2004), kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan 12 hal berikut ini:

1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan, dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian,dan cara kerja peralatan industri, serta P3K dan pemeriksaan kesehatan.

(29)

2. Standardisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi, dan tidak resmi mengenai misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri dan alat pelindung diri (APD).

3. Pengawasan, agar ketentuan Undang-Undang wajib dipatuhi. 4. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang

berbahaya, pagar pengamanan, pengujian alat pelindung diri (APD), pencegahan ledakan dan peralatan lainnya.

5. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan psikologis, faktor lingkungan, dan teknologi, serta keadaan yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola kewajiban yang mengakibatkan kecelakaan.

7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi.

8. Pendidikan 9. Latihan-latihan

10. Asuransi, yaitu insetif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan.

11. Penggairahan, pendekatan lain supaya bersikap selamat. 12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan.

2.3. Kinerja

Menurut Rivai (2004), kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan peranannya dalam perusahaan. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai indikator dalam kemajuan perusahaan dan upaya perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Kinerja adalah implementasi dari rencana yang telah disusun dari awal sebelum melakukan kegiatan. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan. Melihat sebuah organisasi menghargai dan memperlakukan sumberdaya manusianya akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam

(30)

menjalankan tugas dan tanggung jawabnya pada suatu organisasi. (Wibowo,2008)

2.3.1 Faktor-faktor Kinerja

Menurut Mangkuprawira (2009) faktor-faktor kinerja dapat dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu unsur internal dan unsur eksternal. 1. Unsur Internal meliputi:

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan seseorang yang dimiliki sangat mempengaruhi kinerja seseorang dalam menyelesaikan suatu tanggung jawab dan tugas yang diberikan. Tingkat pendidikan dapat dilihat dari penguasaan sikap, ilmu pengetahuan, dan keterampilan pada tingkat tertentu. Semakin tinggi kecerdasan intelektualnya dapat mempengaruhi dalam mencari alternatif penyelesaian masalah dan keterampilan menganalisis.

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dikuasai oleh pekerja sangat mendukung dalam menunjang pekerjaannya. Pengetahuan yang ada meliputi komunikasi, inisiatif, kreativitas, dan konflik. Semakin tinggi tingkat pemahaman sesorang dapat mempengaruhi daya inovasinya.

c. Tingkat Keterampilan

Keterampilan pekerja dapat terlihat dengan penguasaan penerapan ilmu dan pengetahuan, serta teknologi yang dipraktikkan dalam pekerjaannya.

d. Sikap Motivasi terhadap Kinerja

Sikap motivasi pekerja terhadap pekerjaannya, mempengaruhi kinerja yang ingin dicapai. Apabila terdapat penghargaan yang tinggi dapat mendorong seseorang untuk lebih giat melakukan tugas dan meningkatkan kinerja di dalam perusahaan.

e. Tingkat Pengalaman Kerja

Pengalaman seseorang dapat memberikan pengaruh yang berdampak positif, karena seseorang akan belajar dari

(31)

pengalaman yang pernah dialami untuk melakukan sesuatu kearah yang lebih baik dalam kinerjanya.

2. Unsur Eksternal meliputi: a. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga yang kondusif dan memberikan hal yang positif terhadap pekerjaan sangat mempengaruhi dan mendorong kinerja karyawan untuk bekerja sebaik mungkin supaya menghasilkan output yang memuaskan.

b. Lingkungan Sosial Budaya

Aspek kedisiplinan sosial yang tinggi, tanggung jawab sosial, dan sistem nilai tentang pekerjaannya mendorong karyawan untuk berperan aktif untuk meningkatkan kinerjanya.

c. Lingkungan Ekonomi

Lingkungan ekonomi dapat terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi, pengangguran, derajat kemiskinan, penguasaan aset produksi, dan pendapatan perkapita.

d. Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar dapat terlihat dalam perilaku masyarakat yang menghargai pentingnya pendidikan dan pelatihan. Lingkungan belajar dapat terlihat dari ketersediaan infrastruktur penunjang proses belajar, mutu belajar, dan metode pembelajaran.

e. Lingkungan Kerja Termasuk Budaya Kerja

Lingkungan kerja tempat dimana seorang bekerja. Suasana kerja dicirikan oleh aspek-aspek budaya produktif, kepemimpinan, hubungan karyawan dengan sesama rekan dan atasan yang seimbang, manajemen kinerja, manajemen pendidikan dan pelatihan, manajemen karier, dan manajemen kompensasi.

f. Teknologi

Teknologi dibedakan menjadi dua, yaitu teknologi lunak dan teknologi keras. Teknologi lunak meliputi metode, teknik, dan

(32)

prosedur kerja. Sedangkan teknologi keras meliputi mesin-mesin atau alat-alat produksi.

2.3.2 Penilaian Kinerja

Menurut Rivai (2004), penilaian kinerja adalah suatu sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran. Pada saat bersamaan karyawan memerlukan umpan balik atas hasil kerja mereka sebagai panduan bagi perilaku mereka di masa yang akan datang. Pekerja juga ingin mendapatkan hal positif atas berbagai hal yang telah mereka lakukan dengan baik selama melakukan pekerjaan.

Menurut Hasibuan (2008), kriteria atau unsur-unsur yang dinilai dalam penilaian kinerja karyawan meliputi beberapa hal, yaitu:

1. Kesetiaan: penyelia mengukur kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya, jabatan dan organisasinya. Dapat terlihat dari seorang pekerja yang dihadapkan pada kondisi dan situasi yang sulit yang berhubungan dengan masa depannya.

2. Kejujuran: penyelia menilai kejujuran karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sejalan atau tidak dengan kenyataan.

3. Prestasi kerja: penyelia melihat hasil kerja karyawan dari kualitas dan kuantitasnya dalam uraian pekerjaannya.

4. Kedisiplinan: penyelia melihat kedisiplinan karyawan dalam mematuhi paratuaran yang telah dibuat oleh perusahaan dan melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi dan standar prosedur yang menjadi tanggung jawab pekerja.

5. Kreativitas: penyelia melihat kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya dalam penyelesaian pekerjaannya. 6. Kerjasama: penyelia menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan

bekerjasama dengan karyawan lainnya secara vertikal dan horizontal baik diluar maupun didalam pekerjaan sehingga pekerjaan akan semakin baik.

(33)

7. Kepimpinan: penyelia melihat bahwa pekerja mampu untuk memimpin, mempunyai kewibawaan yang kuat, dan dapat mempengaruhi pekerja lainnya.

8. Tanggung jawab: penyelia melihat dan mampu menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya, sarana dan prasarana yang digunakan, serta perilaku pekerjaannya. 9. Ketelitian: penyelia melihat kemampuan karyawan dapat menilai

karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, kehati-hatian dalam bekerja, dan langkah-langkah dalam bekerja.

Menurut Siagian (2008), berpendapat sistem penilaian prestasi kerja adalah suatu pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi kerja para pekerja dimana terdapat berbagai faktor,yaitu:

1. Kriteria penilaian adalah manusia yang disamping memiliki kemampuan tertentu juga tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan.

2. Penilaian yang dilakuakn pada serangkaian tolok ukur tertentu yang realistik, berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta kriteria yang ditetapkan dan diterapkan secara obyektif.

3. Hasil penilaian yang dilakukan secara berkala itu terdokumentasikan dengan rapi dan arsip kepegawaian setiap orang sehingga tidak ada informasi yang hilang, baik yang sifatnya menguntungkan maupun merugikan pekerja.

4. Hasil penilaian prestasi kerja setiap orang menjadi bahan yang selalu dipertimbangkan dalam setiap keputusan yang diambil mengenai mutasi pegawai, baik dalam arti promosi, pengambilalihan tugas, alih wilayah, maupun pemberhentian tidak atas permintaan sendiri.

Selain itu masih menurut Siagian (2008), pentingnya penilaian prestasi kerja yang baik sangat bermanfaat untuk berbagai kepentingan, seperti:

1. Mendorong peningkatan prestasi kerja. Dengan mengetahui hasil prestasi kerja, ketiga pihak yang terlibat dapat mengambil berbagai

(34)

langkah yang diperlukan agar prestasi kerja pegawai lebih meningkat.

2. Bahan pengambilan keputusan dalam pemberian imbalan. 3. Kepentingan mutasi pegawai.

4. Berguna untuk menyusun program pendidikan dan pelatihan, baik yang dimasksudkan untuk mengatasi berbagai kekurangan dan kelemahan maupun untuk mengembangkan potensi karyawan yang ternyata belum sepenuhnya digali dan terungkap melalui penilaian prestasi kerja.

5. Membantu para pegawai menentukan rancana kariernya dan dengan bantuan bagian kepegawaian menyusun program pengembangan karier yang paling tepat, dalam arti sesuai dengan kebutuhan para pegawai dan kepentingan organisasi

2.3.3 Jenis-jenis penilaian kinerja

Menurut Rivai (2004), jenis-jenis penilaian kinerja dikelompokkan menjadi 6 kategori yaitu:

1. Penilaian hanya oleh atasan

2. Penilaian oleh kelompok lini: atasan dan atasannya lagi bersama-sama membahas kinerja dari bawahannya yang dinilai.

3. Penilaian oleh kelompok staf: atasan meminta satu atau lebih individu untuk bermusyawarah dengannya, dan atasan langsung yang membuat keputusan akhir.

4. Penilaian melalui keputusan komite, sama seperti pada pola sebelumnya kecuali bahwa manajer yang bertanggung jawab tidak lagi mengambil keputusan akhir, dan hasilnya didasarkan pada pilihan mayoritas.

5. Penilaian berdasarkan peninjauan lapangan: sama seperti pada kelompok staf, namun melibatkan wakil dari pimpinan pengembangan atau departemen SDM yang bertindak sebagai peninjau yang independen.

(35)

2.4. Teori Pengaruh K3 Terhadap Kinerja Karyawan

Menurut Mangkuprawira dan Vitayala (2007), kesehatan dan keselamatan kerja karyawan sangat berperan dalam mempengaruhi kinerja di perusahaan. Apabila kesehatan kerja terganggu dapat mengganggu mutu dan produktivitas kerja.

Menurut Rivai (2004), karyawan memiliki hak untuk menuntut perusahaan agar menyediakan fasilitas kerja yang memadai agar keselamatan fisik dan mental mereka terlindungi dan dapat meningkatkan kinerja dari pekerjaan yang dilakukan. Selain itu juga jika perusahaan dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan kerja, penyakit, dan hal-hal yang berkaitan dengan stress mampu meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerjanya, maka perusahaan akan semakin efektif dan berdampak pada kinerja baik untuk perusahaan dan karyawan.

2.5. Hasil Penelitian Terdahulu

Mahardika (2005) melakukan penelitian tentang Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan di PT PLN (persero) Unit Bisnis Strategis Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (UBS P3B) Region Jawa Timur dan Bali. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa program K3 mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja karyawan, sehingga penerapan program K3 yang baik akan meningkatkan kinerja karyawan.

Riestiany (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Efektivitas Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada Plant 11 PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi berganda. PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Telah menerapkan SMK3 berdasarkan standar OHSAS 18001 dan Permeneker No. 05/MEN/1996. Penerapan SMK3 tersebut, telah terorganisir dengan baik sehingga telah mendapat penghargaan Golden Flag dari PT Sucifindo (auditor eksternal) selama tiga kali pada tahun 2000,2003, dan 2006. Tingkat keseringan kecelakaan (Injured Frequency Rate-IFR) dan Tingkat keparahan

(36)

kecelakaan (Injured Saverity Rate-ISR) dari P-11 cenderung menurun hingga tahun 2007 sejak pertama kali beroperasi tahun 2000 dan telah mencapai zero accident pada tahun 2006 dan 2007. Berdasarkan persepsi karyawan, pelaksanaan SMK3 di P-11 telah berjalan dengan baik dan efektif mengurangi angka kecelakaan kerja terutama dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Selain itu, karyawan P-11 sangat merasakan manfaat yang besar dari pemeriksaan kesehatan rutin yang diadakan oleh PT ITP, Tbk. Tingkat keseringan kecelakaan (Injured Frequency Rate-IFR) dan Tingkat keparahan kecelakaan (Injured Saverity Rate-ISR) mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, namun IFR lebih signifikan mempengaruhi tingkat produktivitas kerja karyawan dibandingkan ISR. Semakin kecil IFR dan ISR maka semakin tinggi tingkat produktivitas kerja karyawan PT ITP.

Noegroho (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus PT XYZ Bagian Pressing). Analisis data yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Hubungan antara keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan kinerja karyawan adalah positif, sangat nyata dan berkorelasi substansial (agak kuat). Faktor K3 memiliki hubungan yang positif, sangat nyata, dan berkorelasi substansial (agak kuat) dengan kinerja karyawan kecuali kontrol lingkungan kerja yang memiliki hubungan yang rendah terhadap kinerja karyawan.

Ropiah (2010) dengan judul penelitian Persepsi Karyawan Tentang Hubungan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Motivasi Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Kasus PT Korma Jaya Utama, Jakarta Selatan).Penelitian ini menggunakan analisis korelasi Rank Spearman.Pelaksanaan program K3 di Divisi Produksi PT KJU sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan kualitas pelaksanaan pelatihan keselamatan yang sudah efektif, tingginya kontrol lingkungan kerja yaitu dengan adanya laporan sanitasi yang digunakan sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan program K3 di perusahaan, serta inspeksi dan disiplin yang dilaksanakan secara rutin dan adanya peningkatan kesadaran K3 oleh karyawan.

(37)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Kerangka Pemikiran Penelitian

Perusahaan PT XYZ mempunyai visi dan misi yang digunakan untuk pedoman dalam menjalankan mekanisme kerja. Perusahaan PT XYZ mempunyai bagian yang menjadi struktur penting perusahaan yaitu divisi

Engineering yang mempunyai fungsi mengatur segala kebutuhan perusahaan yang bersifat teknis. Divisi engineering biasa mengatur bagian permesinan dan ruang kontrol seluruh bagian gedung. Apabila gedung mengalami kendala teknis karena kurangnya pasokan aliran maka divisi ini yang bertanggung jawab untuk segera menyelesaikan masalah supaya tidak mengganggu kelancaran kerja perusahaan.

Program kesehatan dan keselamatan kerja yang peneliti lakukan di perusahaan PT XYZ meliputi: pelatihan keselamatan terhadap karyawan dalam melakukan pekerjaan di perusahaan, adanya kontrol lingkungan kerja yang dilakukan oleh atasan, pengawasan dan disiplin, publikasi keselamatan kerja yang disebar kepada suluruh pekerja, dan meningkatkan kesadaran akan kesehatan dan keselamatan kerja saat menjalankan tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan untuk kinerja karyawan peneliti melihat dari inisiatif dan kreativitas, tanggung jawab, kerjasama, ketelitian, dan kedisiplinan. Dalam pengolahan data menggunakan analisis Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan metode Latent Variable Score (LVS) dengan bantuan software LISREL 8.30. Mendapatkan rasa aman dalam meningkatkan pekerjaannya, aspek kesehatan dan keselamatan kerja merupakan faktor penting dalam menunjang kinerja karyawan supaya lebih baik. Hal ini akan berdampak positif terhadap karyawan khususnya divisi engineering. Apabila terpelihara dengan baik dapat menekan faktor kecelakaan dalam bekerja dan kesehatan karyawan lebih terjamin. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

(38)

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian 3.2.Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor PT XYZ yang berada di Jalan A, Kota B. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa perusahaan PT XYZ telah menerapkan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) sebagai bukti perhatian dan kepedulian terhadap tenaga kerjanya sendiri. Penelitian ini dilaksanakan peda bulan Mei 2012-Juni 2012.

Divisi Engineering

Kinerja karyawan: (Hasibuan, 2008) 1. Inisiatif 2. Tanggung jawab 3. Kerjasama 4. Ketelitian 5. Kedisiplinan Program K3: (Miner, J.B. 1992) 1. Pelatihan Keselamatan 2. Kontrol Lingkungan Kerja 3. Pengawasan dan Disiplin 4. Publikasi Keselamatan Kerja

5. Peningkatan Kesadaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) terhadap

Kinerja Karyawan divisi Engineering PT XYZ

Rekomendasi

PT XYZ Visi dan Misi

(39)

3.3.Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu, data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Sumber data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan yang menjadi objek penelitian dengan mewancarai secara langsung kepada chief Engineering, karyawan bagian engineering terkait kesehatan dan keselamatan kerja (K3) serta kinerja karyawan yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder di peroleh dari studi literatur, baik dari tulisan, data perusahaan, referensi yang relevan maupun sumber lain yang menunjang penelitian.

Penelitian ini membahas dua variabel yaitu, kesehatan dan keselamatan kerja (K3) sebagai variabel bebas (independent) dan kinerja karyawan sebagai variabel terikat (dependent). Indikator penelitian kesehatan dan keselamatan kerja meliputi: pelatihan keselamatan, kontrol lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin, publikasi keselamatan kerja, serta peningkatan kesadaran kesehatan dan keselamatan kerja. Sedangkan indikator penelitian kinerja meliputi: inisiatif, tanggung jawab, kerjasama, ketelitian, dan kedisiplinan. Setiap poin jawaban ditentukan skornya menggunakan skala Likert. Kuesioner penelitian ini menggunakan skala ordinal sebagai acuan, yaitu:

1. Sangat Tidak Setuju (STS) 2. Tidak Setuju (TS)

3. Setuju (S)

4. Sangat Setuju (SS)

Hasil intrepretasi dari setiap item pernyataan yang digunakan dalam kuesioner ditentukan berdasarkan rentang skala dengan rumus yaitu:

Rentang Skala

(40)

Penelitian ini menggunakan skala likert 1 sampai 4, sehingga berdasarkan rumus didapatkan nilai skor rata-rata yang diperoleh sebesar 0,75. Rentang skala yang diperoleh untuk intrepretasi hasil jawaban kuesioner dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rentang Skala Intrepretasi Hasil Jawaban Kuesioner

3.4.Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya dengan narasumber menggunakan alat yang umum disebut panduan wawancara. Alat yang umum digunakan untuk mengumpulkan data primer disebut kuesioner, kuesioner berisi sekumpulan pertanyaan yang diajukan pada responden untuk diisi dan dijawab. Alat kuesioner yang akan diisi tersebut bersifat tertutup. Pengisian kuesioner ini dilaksanakan untuk memperoleh tanggapan terkait dengan penelitian yang berhubungan pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan. Kuesioner sebelum digunakan untuk penelitian dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu.

a. Uji Validitas

Validitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur. Artinya, setiap butir instrumen telah benar-benar menggambarkan keseluruhan isi atau sifat konsep yang menjadi dasar penyusunan instrumen. Langkah-langkah untuk mengukur validitas kuesioner menurut Umar (2003):

Rataan Skor

Pernyataan Jawaban

Intrepretasi Hasil

1.00 – 1.75 Sangat Tidak Setuju Sangat Tidak Baik

1.76 – 2.50 Tidak Setuju Tidak Baik

2.51 – 3.25 Setuju Baik

(41)

1)Mendefenisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur. 2)Melakukan uji coba pengukur tersebut kepada sejumlah responden. 3)Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

4)Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pertanyaan atau pernyataan dengan skor total. Nilai korelasi dapat diketahui dengan menggunakan korelasi product moment. Rumus dari korelasi product moment yang digunakan yaitu:

r(Xi,Y) = ∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑ ...

Keterangan:

r = Angka korelasi

Xi = Skor masing-masing pernyataan ke-I r (Xi,Y) Y = Skor total

n = Jumlah responden

5)Hasil perhitungan dari Product Moment temyata r hitung > r tabel yaitu lebih besar 0,361. Maka butir instrument tersebut dianggap valid dan signifikan, sebaliknya jika r hitung < r tabel maka dianggap tidak valid, sehingga instrumen tidak dapat digunakan dalam penelitian.

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan bantuan software SPSS 20.0 for windows, diperoleh pengolahan sebanyak 50 butir pernyataan yang terbukti valid, karena nilai r hitung lebih besar dari 0.361 (Lampiran 1).

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama. uji reliabilitas untuk mengetahui sejauh mana suatu instrumen dapat dipercaya. Suatu instrumen akan reliabel apabila instrumen tersebut dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten. Pada uji reliabilitas ini digunakan teknik

Chronbach Alpha yang skornya rentang antara beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 0-100, bila dalam bentuk skala 1-3, 1-5, 1-7, dan

(42)

seterusnya (Umar,2003). Uji reliabilitas menggunakan software

Microsoft Excell 2010 dan software SPSS 20 for windows, penilaian koefisien mengacu pada Chronbach Alpha yang memiliki aturan, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi Chronbach Alpha

R Alpha Klasifikasi >0.9 Sempurna >0.8 Baik >0.7 Dapat Diterima >0.6 Dipertanyakan >0.5 Buruk

<0.5 Tidak Dapat Diterima

Uji reliabilitas menggunakan rumus Chronbach Alpha sebagai berikut:

2.

Dimana:

= Reliabilitas isntrumen = Banyak butir pernyataan ∑ = Jumlah Varian total = Jumlah varian pernyataan

= Jumlah responden

X = Nilai skor yang dipilih

Kesimpulan diperoleh dengan cara membandingkan nilai hitung alpha dan nilai r tabel dari hasil perhitungan. Hasil uji reliabilitas untuk Program K3 adalah 0.932 dan hasil uji reliabilitas kinerja karyawan adalah 0.939 dengan menggunakan alat bantu software SPSS 20.0 for windows, ini berarti instrument dinyatakan reliabel karena nilai hitung

Cronbach Alpha lebih dari 0.6 (nilai hitung Cronbach Alpha > nilai r tabel).

Hasil perhitungan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan alat bantu software SPSS 20.0 for windows dapat dilihat pada Lampiran 1. Kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

(43)

3.5. Teknik Sampel

Menurut Sugiyono (2005) probability sampling adalah teknik sampling (teknik pengambilan sampel) memberikan peluang yang sama kepada setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jumlah karyawan divisi engineering adalah 40 orang, maka dijadikan sebagai objek dalam penelitian.

3.6. Hipotesis

Penelitian ini nantinya berguna untuk menegaskan suatu teori dan dapat diterapkan dalam keadaan nyata. Maka diterapkan suatu hipotesis, yaitu: Program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Kinerja Karyawan Divisi Engineering PT XYZ.

3.7.Metode Pengolahan Data 3.7.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan dengan cara mencari nilai rata-rata yang diperoleh. Nilai rata-rata digunakan untuk memperoleh kesimpulan yang didapat dengan menggunakan rentang skala yang sudah ditentukan sebelumnya berdasarkan masing-masing kriteria. Analisis ini untuk mengetahui karakteristik responden pada penelitian melalui perhitungan persentase jawaban yang telah ditabulasi. Anaisis deskriptif menggunakan tabulasi silang. Analisis ini juga mengidentifikasi karakteristik responden yang berpengaruh terhadap variabel penelitian, yaitu kesehatan dan keselamatan kerja (K3) serta kinerja karyawan.

3.7.2 Analisis Structural Equation Modeling (SEM)

Menurut Wijayanto (2008) model persamaan structural (Structural Equation Modeling) yaitu teknik analisis multivariate yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks, baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh terkait keseluruhan model. Komponen-komponen model SEM yang terdiri dari:

(44)

1. Dua Jenis Variabel, yaitu: variabel laten (Latent Variable) dan variabel teramati (Observed atau Manifest Variable atau Measured). 2. Dua Jenis Model yaitu model struktural (Structural Model) dan

model pengukuran (Measurement Model).

3. Dua jenis kesalahan yaitu kesalahan structural (Structural Error) dan kesalahan pengukuran (Measurement Error).

Aplikasi dari model SEM ini menggunakan metode Latent Variable Score (LVS) dengan bantuan software LISREL 8.30.

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) serta Kinerja Karyawan dalam penelitian ini dianggap sebagai indikator yang tidak bisa diukur secara langsung yang disebut variabel laten.

Bollen dan Long dalam Wijayanto (2008), mengungkapkan prosedur SEM secara umum akan mengandung tahap-tahap sebagai berikut:

1. Spesifikasi model

Tahap ini berkaitan dengan pembentukan model awal persamaan structural, sebelum dilakukan estimasi. Model awal ini diformulasikan berdasarkan suatu teori atau penelitian sebelumnya. 2. Identifikasi

Tahap ini berkaitan dengan pengkajian tentang kemungkinan diperolehnya nilai yang unik untuk setiap parameter yang ada di dalam model dan kemungkinan persamaan simultan tidak ada solusinya.

3. Estimasi

Tahap ini berkaitan dengan estimasi terhadap model untuk menghasilkan nilai-nilai parameter dengan menggunakan salah satu metode estimasi yang digunakan seringkali ditentukan berdasarkan kerakteristik dari variabel-variabel yang dianalisis.

4. Uji kecocokan

Tahap ini berkaitan dengan pengujian kecocokan antara model dengan data. Beberapa kriteria ukuran kecocokan atau Goodness Of Fit (GOF) dapat digunakan untuk melaksanakan langkah ini.

(45)

5. Respesifikasi

Tahap ini berkaitan dengan respesifikasi model berdasarkan atas hasil uji kecocokan tahap sebelumnya.

Penelitian ini menggunakan langkah-langkah Structural Equation Modeling (SEM) adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan model berbasis konsep dan teori

Melakukan pemahaman teori tentang pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan. Kemudian menentukan variabel laten dan variabel indikator berdasarkan teori. 2. Mengkonstruksi diagram path

Variabel laten dan variabel indikator dibentuk dalam diagram path

agar lebih mudah memahami bentuk hubungan antar variabel. 3. Konversi diagram path ke model struktural.

Tahap selanjutnya model struktural dan model pengukuran digambarkan lebih jelas.

4. Memilih matriks input.

Matriks input dipilih dan dimasukkan ke dalam perhitungan 5. Solusi standard model dan evaluasi Goodness Of Fit (GOF)

Matriks input diolah dan melihat nilai Goodness Of Fit (GOF) dari model solusi standard. Nilai koefisen konstruk kesehatan dan keselamatan kerja apabila bernilai negatif tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan.

6. Intrepretasi model

Tahap akhir adalah mengintrepretasikan model solusi standard, yaitu melihat besarnya pengaruh atau kontribusi variabel indikator terhadap variabel laten dan besarnya pengaruh antar variabel laten. Penyusunan hubungan jalur tiap atribut dalam model dapat dilihat pada Gambar 5. Indikator pelatihan keselamatan yaitu X1, indikator kontrol lingkungan kerja yaitu X2, indiaktor pengawasan dan disiplin yaitu X3, indikator publikasi keselamatan kerja yaitu X4, dan peningkatan kesadaran kesehatan dan keselamatan kerja yaitu X5, dimana lima indikator X tersebut akan menerangkan

(46)

variabel leten eksogen program kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Sedangkan indikator inisiatif yaitu Y1, indikator tanggung jawab sebagai Y2, indikator kerjasama yaitu Y3, indikator ketelitian yaitu Y4, dan indikator kedisiplinan yaitu Y5, variabel Y yang berjumlah lima indikator menerangkan variabel laten endogen kinerja karyawan.

Adapun hipotesis yang dilakukan sebelum penelitian, adalah sebagai berikut:

Hipotesis 1 = Indikator pelatihan keselamatan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) divisi

Engineering PT XYZ.

Hipotesis 2 = Indikator kontrol lingkungan kerja terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) divisi

Engineering PT XYZ.

Hipotesis 3 = Indikator pengawasan dan disiplin terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) divisi

Engineering PT XYZ.

Hipotesis 4 = Indikator publikasi keselamatan kerja terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) divisi

Engineering PT XYZ.

Hipotesis 5 = Indikator peningkatan kesadaran kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) divisi Engineering PT XYZ. Hipotesis 6 = Indikator inisiatif terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan divisi

Gambar

Gambar 2. Tingkat Kecelakaan Karyawan Divisi Engineering PT XYZ dari  Tahun 2007-2011
Gambar 3. Sistem Model Manajemen K3 LK (Santoso,2004)  2.1.4   Manfaat K3
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian  3.2. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Gambar 5. Model SEM K3 terhadap Kinerja Karyawan  Keterangan :
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dalam rangka melaksanakan fungsi verifikasi sebagaimana dimaksud pada pasal 35, Komda Masyarakat Adat berwenang menerima pendaftaran, melakukan verifikasi

SUB DINAS PENYULUHAN SUB DINAS KONSERVASI TANAH DAN USAHA KEHUTANAN SUB DINAS PRODUKSI DAN USAHA PERKEBUNAN SEKSI PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT SEKSI PERLINDUNGAN

Berdasarkan penjelasan tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas audit adalah proses dari awal hingga hasil terbitnya sebuah laporan audit yang dilakukan oleh seseorang

Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri 1 Pringsewu tahun pelajaran 2018/2019, dapat disimpulkan bahwa guru telah melaksanakan tiga tahap kegiatan pembelajaran yaitu tahap

Tujuan penulisan ini adalah membantu dalam meningkatkan kinerja marketing dalam mengolah data dan informasi dengan cepat, tepat dan lengkap, dan informasi yang berguna bagi

[r]

bahwa Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 2004 tentang Pembatalan Peraturan Daerah Kabupaten Murung Raya Nomor 22 Tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan

Hal ini disebabkan oleh banyaknya pelanggan yang bermohon secara online pada bulan Juni dan calon pelanggan banyak yang membayar sebelum libur lebaran sehingga