• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tanahnya diatur oleh negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tanahnya diatur oleh negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan salah satu sumber kehidupan bagi manusia, baik untuk sarana mata pencaharian ataupun sebagai tempat tinggal. Hal ini menunjukkan bahwa tanah berhubungan erat dengan manusia. Tanah juga merupakan kekayaan nasional yang digunakan oleh orang dan/atau badan hukum yang penguasaan tanahnya diatur oleh negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat.

Penguasaan negara atas bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, terdapat pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (yang selanjutnya disebut dengan UUPA). Dalam UUPA ditentukan bahwa hak menguasai negara tersebut, memberi wewenang kepada negara, diantaranya untuk mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,

penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa.1

Berkaitan dengan kewenangan tersebut, negara menyelenggarakan penyediaan tanah bagi berbagai keperluan masyarakat dan negara. Masyarakat dapat melakukan pelepasan hak-hak atas tanah dengan mendapat ganti kerugian yang layak menurut cara yang diatur oleh undang-undang. Prosedur ganti kerugian ini harus tetap menggunakan asas yang berlaku dalam hukum pertanahan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 huruf b dan h Undang-Undang No 2 Tahun

1 Ririn Nisfuanna. 2017. Implementasi Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tol Di Wilayah Madyopuro Kedung Kandang Malang. Malang. Jurnal Ilmiah Hukum Legality. Vol 13 No. 2. Fakultas Hukum. UMM. Hal 4

(2)

2 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (yang selanjutnya disebut UU Pengadaan Tanah) yaitu asas keadilan dan kesejahteraan.

Maksud dari asas keadilan itu sendiri adalah memberikan penggantian yang layak kepada pihak yang berhak, kemudian asas kesejahteraan maksudnya adalah pengadaan tanah untuk pembangunan dapat memberikan dampak positif bagi kelangsungan kehidupan pihak yang berhak.

Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah perlu mengadakan pembangunan dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah pembangunan infrastruktur. Peran infrastruktur sangat penting dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, dan kesehatan. Selain itu, infrastruktur juga memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, yang selanjutnya

kesejahteraan masyarakat akan meningkat.2 Pada Perpres No 75 Tahun 2014,

pasal 6 disebutkan berbagai macam pembangunan insfrastruktur, yaitu: infrastruktur transportasi, jalan, pengairan, air minum, air limbah, sarana persampahan, telekomunikasi dan informatika, ketenagalistrikan, minyak dan gas bumi.

Dalam kurun waktu 2015-sekarang, pembangunan infrastruktur jalan menjadi pembangunan prioritas mengingat infrastruktur jalan memiliki peran yang sangat signifikan dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan daya saing

2 Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dalam www.pu.go.id, akses 29 Agustus 2019

(3)

3 perekonomian suatu negara, selanjutnya infrastruktur jalan juga berperan sangat penting sebagai tulang punggung (backbone) dalam pergerakan ekonomi dan daya saing nasional yang selanjutkan hal tersebut akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Infrastruktur jalan dapat membuka akses terhadap kesempatan kerja, pelayanan, investasi, serta dapat menjadi pendorong perputaran/siklus kegiatan

ekonomi, khususnya kegiatan ekonomi lokal.3

Salah satu pembangunan insfrastruktur jalan yang dilakukan adalah pembangunan jalan bebas hambatan. Total hasil pembangunan jalan bebas hambatan sampai akhir tahun 2014 mencapai 1.030,56 Km. Sebagai ilustrasi, capaian pembangunan jalan bebas hambatan periode tahun 2010-2014 diantaranya yaitu ruas Kanci-Pejagan, Semarang-Ungaran, Nusa Dua-Benoa, JORR W1 (Kebon Jeruk-Penjaringan), Cinere-Jagorawi, Surabaya-Mojokerto, dan Bogor

Ring Road.4 Sedangkan dalam masa pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla dalam 5

tahun, pemerintah menargetkan jalan tol di Indonesia bertambah setidaknya 1.000 km. Berdasarkan data Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, hingga 20 Oktober 2018, total panjang jalan tol yang sudah dioperasikan pada

periode Oktober 2014-Oktober 2018 mencapai 423,17 km.5

Salah satu pembangunan infrastruktur jalan yang dilakukan adalah pembangunan jalan tol Trans-Jawa. Jalan tol tersebut menghubungkan kota-kota di pulau Jawa. Salah satunya adalah Jalan Tol Malang-Pandaan yang panjangnya

3 Ibid 4 ibid

(4)

4 mencapai 38,48 kilometer yang menghubungkan antara Pandaan, Kabupaten Pasuruan dengan Kota Malang. Jalan tol ini melintasi Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, dan Kota Malang, serta merupakan bagian dari tol yang menghubungkan antara dua kota terbesar di Jawa Timur, yaitu Surabaya dan Malang.

Infrastruktur memiliki peran yang sangat penting dalam sistem perekonomian. Semakin baik keadaan infrastruktur, semakin baik pula pengaruhnya terhadap keadaan ekonomi. Di samping itu pembangunan jalan tol di daerah perkotaan besar dan sekitarnya memang berpengaruh terhadap industri yang banyak berada di sekitar daerah perkotaan.

Fungsi jalan tol adalah menghubungkan pusat produksi dengan pasar global, oleh karena itu untuk memudahkan aktifitas bisnis jalan tol menjadi alernatif untuk mempercepat arus keluar masuk barang. Tetapi dalam hal ini program pemerintah yang lebih fokus membangun jalan tol di daerah perkotaan perlu diluruskan, yakni seharusnya lebih memperhatikan kondisi jalan-jalan di pedesaan yang sebenarnya sangat membantu masyarakat yang rata-rata miskin dalam meningkatkan aktifitas ekonomi mereka, sehingga kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan dapat dihapuskan. Oleh karena itu pemerintah harus segera memperbaiki kondisi jalan antar desa di seluruh Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pro rakyat.

Dampak dari pembangunan jalan tol adalah semakin mudahnya akses transportasi antar daerah, sehingga aktifitas bisnis berjalan dengan lancar. Dampak keuntungan ikutannya adalah terbukanya lapangan kerja dan

(5)

5 meningkatkan aktivitas ekonomi rakyat. Yang berarti hal tersebut menandakan

bahwa kesejahteraan masyarakat juga meningkat.6

Arah kebijakan pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat tahun 2015-2019 secara umum adalah untuk mewujudkan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang handal dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan, ketahanan air, kedaulatan energi, konektivitas bagi penguatan daya saing, dan layanan infrastruktur dasar melalui keterpaduan dan keseimbangan pembangunan antardaerah, antar sektor dan antar tingkat pemerintahan yang didukung dengan industri konstruksi nasional yang berkualitas dan sumber daya organisasi yang kompeten dan akuntabel.

Dengan adanya arah kebijakan seperti diatas, maka pemerintah dalam melaksanakan targetnya untuk pembangunan infrastruktur yaitu pembangunan jalan tol menetapkan berbagai undang-undang yaitu Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan (yang selanjutnya disebut UU Jalan) yang pada pasal 43 mengatur tentang jalan tol. Sedangkan untuk menindaklanjuti pengaturan mengenai jalan tol pemerintah menetapkan UU Pengadaan Tanah.

UU Jalan menyebutkan pada pasal 7 bahwa Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol.

Pengadaan tanah adalah proses pelepasan hak atas tanah dengan memberikan ganti rugi untuk kepentingan umum. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum,

6 Sumaryoto. 2010. Dampak Keberadaan Jalan Tol Terhadap Kondisi Fisik, Sosial, Dan Ekonomi Lingkungannya. Journal of Rural and Development Volume I No. 2 Agustus 2010. Hal 2

(6)

6 merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah yang bertujuan

untuk menciptakan kesejahteraan umum.7

Di dalam Pasal 28 (H) UUD 1945 menyebutkan bahwa setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun. Hal ini menyebutkan bahwa setiap masyarakat boleh memiliki hak atas tanah dan pada pasal tersebut menyebutkan bahwa hak atas tanah tersebut tidak boleh diambil secara sewenang-wenang. Pembatasan ini terdapat pada Pasal 6 UUPA yang menyebutkan bahwa : “semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”. Yang menentukan bahwa: “Hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang, tidaklah dapat dibenarkan bahwa tanahnya itu akan dipergunakan (atau tidak dipergunakan) semata-mata untuk kepentingan pribadinya, apalagi kalau hal itu menimbulkan kerugian bagi masyarakat.

Penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat dari pada haknya, hingga bermanfaat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan yang mempunyainya maupun bermanfaat pula bagi masyarakat dan negara, tetapi dalam pada itu ketentuan tersebut tidak berarti bahwa kepentingan perseorangan akan terdesak sama sekali oleh kepentingan umum (masyarakat). Undang-Undang Pokok Agraria memperhatikan pula kepentingan-kepentingan perseorangan. Kepentingan masyarakat dan kepentingan perseorangan haruslah saling mengimbangi, hingga pada akhirnya akan tercapai tujuan pokok kemakmuran, keadilan dan kebahagiaan bagi rakyat seluruhnya. Berdasarkan

(7)

7 penjelasan Pasal 6 UUPA tersebut dapat disimpulkan bahwa didalam hak milik

seseorang itu terkandung hak dari masyarakat.8

Untuk menindak lanjuti ketentuan Pasal 28 (H) UUD 1945, UUPA juga telah membuat aturan yang tercantum pada pasal 18, sehingga terciptalah keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Sebagaimana telah disebutkan dalam Pasal 18 yaitu “untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan Bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberiganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan Undang-Undang”. Hal ini berarti pemerintah membatasi pemilik hak atas tanah dalam memiliki hak atas tanahnya yaitu, hak atas tanahnya bisa dicabut dengan mendapatkan ganti rugi dari pemerintah dan kepentingan pencabutan hak tersebut haruslah untuk kepentingan umum. Kepentingan Umum adalah kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Proses pengadaan tanah tidak akan lepas dengan adanya masalah ganti rugi, maka perlu diadakan penelitian terlebih dahulu terhadap segala keterangan dan data-data yang diajukan dalam mengadakan taksiran pemberian ganti rugi. Sehingga apabila telah tercapai suatu kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi, maka selanjutnya dilakukan pembayaran ganti rugi kemudian dilanjutkan dengan pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.

8 AP. Parlindungan, Bunga Rampai Hukum Agraria Serta Land Reform, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hlm.87

(8)

8 Berbeda dengan yang telah terjadi pada pembangunan Jalan Tol Malang-Pandaan. Ada beberapa masyarakat yang tidak mendapat kesepakatan mengenai besarnya nilai ganti rugi, yang akhirnya ganti rugi tersebut dititipkan di Pengadilan Negeri setempat. Hal tersebut berarti bahwa negara sudah berhak atas hak atas tanah. Tetapi negara tak kunjung mengeksekusi hak atas tanah tersebut akibat penolakan dari warga.

Prosedur ganti rugi pengadaan tanah terdapat pada UU Pengadaan Tanah, Tahap pertama adalah lembaga pertanahan menetapkan penilai ganti rugi untuk melaksanakan penilaian objek pengadaan tanah untuk mendapatkan nilai gannti rugi. Pemberian ganti kerugian saat diberikan dalam bentuk uang, tanah pengganti, permukiman kembali, kepemilikan saham, atau bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak. Tahap kedua adalah lembaga pertanahan melakukan musyawarah dengan pihak yang berhak yang selanjutnya dimuat dalam berita acara kesepakatan. Apabila tidak terjadi kesepakatan mengenai bentuk ganti rugi, pihak yang berhak dapat mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri setempat. Langkah selanjutnya apabila masih belum mencapai kesepakatan, pihak yang berhak bisa mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Apabila pihak yang berhak masih belum menyetujui bentuk dan/atau besarnya ganti rugi maka ganti kerugian dititipkan di pengadilan negeri setempat, hal ini menunjukkan bahwa hak atas tanah dari pihak yang berhak menjadi hapus dan alat bukti haknya dinyatakan tidak berlaku dan tanahnya menjadi tanah yang

dikuasai langsung oleh negara. 9

(9)

9 Berdasarkan pemaparan atas prosedur ganti rugi diatas, maka diketahui hak dan kewajiban para pihak yaitu pihak pemerintah dan pihak yang memiliki hak atas tanah. Kewajiban pihak pemerintah adalah sebagai berikut: memberikan ganti rugi kepada pihak yang berhak, sedangkan hak pemerintah adalah mendapatkan hak atas tanah setelah pemberian ganti rugi. Kewajiban pihak yang berhak adalah menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan hak atas tanah yang menjadi objek pengadaan tanah kepada pihak pemerintah dan bertanggung jawab atas bukti, sedangkan hak dari pihak yang berhak adalah mendapatkan ganti rugi yang sesuai dengan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

Berikut ini terdapat contoh kasus ganti rugi atas pengadaan tanah di Kota Manado tepatnya di Kelurahan Paal Dua:

Di daerah tersebut sedang dilakukan pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum berupa pelebaran Jalan Martadinata. Pembangunan tersebut di dasari oleh kebutuhan masyarakat akan transportasi yang mudah dan cepat antara Kota Manado dengan akses menuju bandara Internasional Sam Ratulangi, serta bertujuan untuk meningkatkan perekonomian bagi masyarakat yang berada di sekitar kelurahan Paal Dua. Adapun yang menjadi kendala dalam pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum antara lain yaitu: kurang adanya pendekatan yang baik dari pelaksana dengan masyarakat berakibat dukungan terhadap pengadaan tanah untuk kepentingan umum tidak optimal, pelaksanaan musyawarah dengan menggunakan dasar penilaian harga dari appraisal dimulai dengan harga yang rendah, berakibat berlarut-larutnya pelaksanaan pengadaan tanah, terhambatnya perolehan

(10)

10 tanah dan pembangunan fisik yang disebabkan ketidaksepakatan harga, terjadinya peralihan tanah yang terkena pembangunan untuk kepentingan umum kepada pihak lain, menyebabkan permintaan ganti rugi tanah meningkat, kurangnya pemahaman secara menyeluruh dan terperinci tentang proses pengadaan tanah serta koordinasi antara Panitia Pengadaan Tanah (P2T), Tim Pengadaan Tanah (Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah),

kurang tersedianya dana untuk pengadaan tanah yang memadai.10

Pembangunan infrastruktur merupakan bentuk pelayanan dari pemerintah kepada masyarakat demi terselenggaranya kehidupan yang modern. Salah satunya adalah pembangunan jalan tol yang dilakukan oleh pemerintah yang mana dalam pembangunan jalan tol ini membutuhkan prosedur pengadaan tanah untuk mendapatkan tanah milik masyarakat. Namun pembangungan-pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah tidak selamanya berjalan dengan lancar. Dalam kenyataan yang terjadi selama proses pengadaan tanah selama ini, kepentingan masyarakat pemilik tanah kurang mendapat perlindungan hukum.

Banyak kasus pengadaan tanah yang terjadi di Indonesia menimbulkan permasalahan hukum. Pada masa orde baru hingga tahun 2001 tercatat sebanyak 1.497 kasus sengketa, dengan luas lahan yang menjadi obyek sengketa mencapai 1.052.514,37 hektar, dan jumlah anggota masyarakat yang menjadi korban sebanyak 232.177 kepala keluarga. Data lain menyebutkan bahwa pada akhir tahun 2001 meningkat menjadi 2.810 kasus. Keadaan tersebut menimbulkan

10 Agus Yafli Tawas. 2013. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum (Studi Kasus Pelebaran Jalan Martadinata Paal Dua Di Kota Manado). Manado. Vol.I/No.6/Oktober-Desember /2013 Edisi Khusus. Fakultas Hukum. Hal 3

(11)

11 pertanyaan mengapa sistem hukum pengadaan tanah untuk kepentingan umum

menimbulkan banyak sengketa.11

Seperti yang terjadi di WilayahKelurahan Madyopuro, Pakis, Kota Malang. Pembangunan infrastruktur dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini adalah pembangunan jalan tol Malang-Pandaan. Masyarakat banyak yang merasa dirugikan karena proses pengadaan tanah tersebut. Terdapat sekitar 50 Kepala Keluarga yang merasa dirugikan dengan adanya pembangunan jalan tol Malang-Pandaan tersebut. Masyarakat merasa dirugikan karena tidak terjadi kesepakatan mengenai besarnya nilai ganti kerugian yang diberikan oleh pemerintah

“Per 28 Februari lalu, masih ada 141 bidang (3,27 persen) atau 253.276 (6,75 persen) lahan tol Mapan yang belum bebas. Termasuk 13 bidang di seksi 5 Pakis-Malang, tepatnya di kawasan exit change Madyopuro yang uang ganti ruginya dibiarkan ngendon di PN Malang.

Pengacara warga terdampak tol Mapan Sumardhan menyatakan, sebagian warga terdampak tetap menolak harga murah ganti rugi dari pemerintah.

Penolakan tersebut ditunjukkan dengan upaya banding dalam gugatannya terhadap Kementerian PUPR. ”Tidak ada perubahan nilai pembayaran dari pemerintah. Masih seperti dulu,” terangnya.

Menurut dia, kecilnya nilai ganti rugi lahan tol Mapan membuat sebagian warga khawatir tak bisa membeli lahan lagi karena harganya sudah meroket.

”Jadi, kalau ganti ruginya Rp 1 juta - Rp 2 juta juta per meter, bukan kesejahteraan namanya, tapi bikin sengsara,” kata pengacara Edan Law itu.

11 Yanto Sufriadi, 2011, Penyebab Sengketa Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum

(Studi Kasus Sengketa Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum di Bengkulu), jurnal Hukum

(12)

12 Menurut dia, sejak adanya informasi pembangunan tol di Kedungkandang, harga tanah memang mulai melonjak. Karena itu, sambung Sumardhan, jika akhirnya menerima ganti rugi sesuai dengan harga normal, warga terdampak tidak akan lagi bisa membeli rumah baru.

Sumardhan menyebut, awalnya ada sekitar 50 KK yang bertahan menolak ganti rugi lahan. Namun, karena terus mendapat desakan dari internal keluarga ataupun eksternal, akhirnya di antara mereka bersedia menerima ganti rugi dari pemerintah.

”Sekarang kan tinggal tiga puluhan. Tapi, yang sudah menyetujui ganti rugi kabarnya juga belum terima duit juga,” imbuhnya.

Saat ini, sekitar 30 kepala keluarga warga terdampak, kata Sumardhan, tetap mengharap ganti rugi yang layak. Dia menyebut, warga meminta pembayaran Rp 25 juta per meter.

Dikalikan luas lahan 2.353 meter, berarti total Rp 58,8 miliar untuk

mengganti rugi konsinyasi warga terdampak di Madyopuro.12

Sebagaimana kasus diatas, penulis tertarik untuk meneliti permasalahan hukum yang timbul akibat proses pengadaan tanah di Wilayah Kelurahan Madyopuro. Hal ini dikarenakan dalam kasus tersebut menurut pihak panitia Pengadaan tanah dalam prosesnya sudah sesuai dengan apa yang diatur dalam undang-undang namun masih saja menimbulkan gugatan dari masyarakat karena tidak puas dengan prosedur dan nilai ganti rugi. Sehingga menurut penulis hal ini

12 https://www.jpnn.com/, Jaringan Berita Terluas Indonesia, Ganti Rugi Lahan Tol Malang –

(13)

13 menjadi latar belakang penulis untuk mengkaji permasalahan hukum terhadap kasus di Kelurahan Madyopuro terkait dengan pengadaan tanah dengan judul "ANALISIS YURIDIS PELAKSANAAN GANTI RUGI PEMBANGUNAN JALAN TOL MALANG-PANDAAN DALAM PERSFEKTIF ASAS KEADILAN DAN KESEJAHTERAAN DI KELURAHAN MADYOPURO, KOTA MALANG”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang datas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan pemberian ganti kerugian atas pengadaan tanah di Kelurahan Madyopuro, Kota Malang yang digunakan untuk jalan tol? 2. Bagaimana permasalahan dalam pelaksaan pemberian ganti rugi atas

pengadaan tanah di Kelurahan Madyopuro, Kota Malang yang digunakan untuk jalan tol?

3. Apa solusi dari permasalahan yang terjadi dalam pelaksaan pemberian ganti rugi atas pengadaan tanah di Kelurahan Madyopuro, Kota Malang yang digunakan untuk jalan tol?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pelaksanaan pemberian ganti kerugian atas pengadaan tanah di Kelurahan Madyopuro, Kota Malang yang digunakan untuk pembangunan jalan tol

(14)

14 2. Mengetahui permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan pemberian ganti rugi atas pengadaan tanah di Kelurahan Madyopuro, Kota Malang yang digunakan untuk pembangunan jalan tol

3. Mengetahui solusi atas permasalahan yang terjadi dalam pemberian ganti rugi atas pengadaan tanah di Kelurahan Madyopuro, Kota Malang yang digunakan untuk pembangunan jalan tol.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat guna memberikan penambahan pengetahuan, informasi, dan sumbangan pemikiran ilmu pengetahuan terutama dibidang ilmu hukum mengenai prosedur ganti rugi atas pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Penulis

Dengan penelitian ini diharapkan nantinya akan menjadi pengetahuan baru guna menambah wawasan terhadap permasalahan yang diangkat dan juga sebagai prasyarat akademis untuk mendapatkan gelar Strata Satu (S1) dalam bidang ilmu hukum.

b. Manfaat bagi Pemerintah

Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga hukum dalam hal ini lembaga hukum yang berperan adalah Badan Pertanahan Nasional.

(15)

15 c. Manfaat bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan kesadaran bagi masyarakat terhadap hukum, yaitu mengenai pelaksanaan pemberian ganti rugi pengadaan tanah yang sesuai dengan UU No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaran Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

E. Kegunaan Penelitian

Dari penelitian ini dapat memberikan gagasan kepada pihak pemerintah yaitu Badan SPertanahan Nasional dalam melaksanakan proses ganti rugi atas pengadaan tanah. Serta diharapkan dapat lebih memantapkan penguasaan fungsi keilmuan yang dipelajari selama mengikuti program perkuliahan Ilmu Hukum di Universitas Muhammadiyah Malang.

F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaikan masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian atau penulisan. Metode pendekatan penelitian ini adalah bersifat Yuridis Sosiologis, yakni melihat hukum sebagai perilaku manusia dalam masyarakat. Dikarenakan dalam penelitian ini meneliti

(16)

16 mengenai pelaksanaan pemberian ganti rugi atas pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol, maka metode penelitian yuridis sosiologis dapat dikatakan sebagai pendekatan yang tepat. Yaitu dimana penelitian ini melihat keadaan yang terjadi pada masyarakat dan dihubungkan dengan peraturan yang sudah ada serta literature-literature hukum yang berhubungan dengan keadaan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada pejabat-pejabat yang berwenang di lembaga pemerintahan Badan Pertanahan Nasional serta masyarakat pemilik hak atas tanah.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat atau daerah yang dipilih sebagai rempat pengumpulan data di lapangan untuk menemukan jawaban terhadap kasus yang diteliti. Lokasi yang dipilih untuk dilakukan penelitian adalah di Kelurahan Madyopuro, Kota Malang. Alasan penulis melakukan penelitian di Kelurahan Madyopuro, Kota Malang karena dalam hal ini objek dari pengadaan tanah adalah tanah milik masyarakat di daerah Kelurahan Madyopuro, Kedungkandang, Kota Malang.

3. Jenis Data

Data yang dikumpulkan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini dilakuan melalui 3 bagian yaitu :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber utama yang didapatkan melalui wawancara kepada pihak-pihak

(17)

17 terkait yaitu Badan Pertanahan Nasional dan masyarakat pemilik hak atas tanah.

b. Data Sekunder 1. Dokumentasi

2. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer dapat berupa peraturan perundang-undangan. Dalam penelitian ini, peraturan perundang-undangan yang terkait ialah:

1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan dasar Pokok Pokok Agraria

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

3. Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaran Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

3. Bahan hukum sekunder a) Buku

(18)

18

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Yaitu penulis memperoleh dan mengumpulkan data melalui proses tanya jawab dengan pihak terkait yang dianggap mengetahui banyak permasalahan mengenai pelaksanaan pemberian ganti kerugian atas pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol. Teknik wawancara ini akan dilakukan dengan Badan Pertanahan Nasional serta pemilik tanah (responden).

5. Teknik Analisis Data

Seluruh data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisa Deskriptif Kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyaraat, pertentangan 2 keadaan / lebih, hubungan antar variabel, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan lain-lain. Teknik analisa deskriptif kualitatif yaitu suatu analisis data secara jelas serta diuraikan dalam bentuk kalimat sehingga diperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh yang diangkat dari fenomena di masyarakat melalui penggalian

fakta-fakta yang ada di masyarakat.13 Dalam penelitian ini berupa penjabaran

13 Sukmadinata, Nana Dinata, Metode Penelitian Pendidikan, 2007, Jakarta. Universitas Terbuka, Hal.60-61

(19)

19 mengenai keadaan dan fakta yang terjadi di Kelurahan Madyopuro, Kota Malang.

G. Sistematika Laporan Penelitian

Sistematika penulisan adalah sistematika penulisan hukum yang bentuknya dalam penulisan ini terdiri dari 4 (empat) Bab yang masing-masing menjelaskan mengenai permasalahan yang diuraikan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan Terdiri dari Latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Kegunaan penelitian, Metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka Berisi tentang teori-teori hukum tentang pengertian pengadaan tanah, Asas-asas hukum pengadaan tanah, ganti kerugian untuk kepentingan umum, pelepasan serta pencabutan hak atas tanah, dan tinjauan umum tentang konsinyasi.

Bab III : Hasil Penelitian dan Pembahasan Berisi tentang hasil dari penelitian yang telah dilakukan di lapangan setelah itu dikaji dan dianalisa secara sistematis dengan menggunakan teori-teori hukum yang digunakan dalam Bab Tinjauan Pustaka dengan mengaitkannya pada data atau dokumen yang telah diperoleh pada saat penelitian.

Bab IV : Penutup Pada bab ini merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dan saran terkait dengan permasalahan yang telah diteliti oleh penulis serta penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam proses pembelajaran.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan utama dari jaringan ini sangat fungsional yang berarti membutuhkan ikatan yang dibentuk dari bounding sosial yang didukung dengan bridging sosial (Warren, 1999

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan nasabah yang terdiri dari dimensi tangible, reliability,

melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan dan Kedaruratan sesuai dengan bidang tugasnyak.

Penelitian ini adalah kajian pustaka atas pemahaman hadis-hadis tawassul menurut NU dan wahabi yang dikaji dengan metode kualitatif, dan dianalisa dengan menggunakan

Penelitian dengan teknik observasi atau pengamatan dilakukan secara langsung di lapangan tepatnya di lokasi habitat bertelur burung Mamoa (Eulipoa wallecei) yang berada

Akan tetapi abu sekam padi pada peratusan kandungannya sebanyak 7% didapati mempunyai potensi yang baik untuk menyaingi simen (1.5%) sebagai bahan penstabil dalam

Kajian ini bertujuan mengkaji masalah yang dihadapi pelajar dalam pembelajaran mereka dari aspek penggunaan ABBM bagi mata pelajaran Sains Bahan lalu menghasilkan suatu

Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas, pertanyaan utama yang akan GLDQJNDW EHUGDVDU ODWDU EHODNDQJ PDVDODK DGDODK ³%DJDLPDQD HILNDVL GLUL SDGD PDQWDQ