• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. pemberian dan penggunaan air untuk pertanian dengan menggunakan satu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. pemberian dan penggunaan air untuk pertanian dengan menggunakan satu"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Irigasi

Irigasi merupakan bentuk kegiatan penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaan air untuk pertanian dengan menggunakan satu kesatuan saluran dan bangunan berupa jaringan irigasi. Dalam cakupan pengertian pengembangan irigasi berkelanjutan (sustainable irrigation development), pengertian pertanian harus diartikan bukan hanya pertanian tumbuhan dan tanaman pangan, tetapi mencakup pertanian ternak dan ikan (perikanan). Selanjutnya dalam kebutuhan irigasi berkelanjutan yang menempatkan institusi, lingkungan, social dan ekonomi masyarakat, tampak bahwa kebijakan sebagai elemen-elemen utama berkelanjutan belum tercakup dalam pengertian baku irigasi (Pusposutardjo, 2001).

Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian dan pengunaannya. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air satu jaringan irigasi. Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi (Pusposutardjo, 2001).

Air irigasi diberikan ke areal pertanaman dengan beberapa cara : 1. Permukaan tanah, dengan penggenangan (flooding) atau alur (furrows)

Pemberian air dengan cara ini memiliki efisiensi yang rendah karena air pada zona perakaran semakin ke ujung maka air akan semakin sedikit mengalir.

(2)

2. Bawah tanah, dalam hal ini permukaan tanah dibasahi sedikit apabila ada atau dengan pemasangan pipa di bawah tanah. Pemberian air dengan cara ini memiliki efisiensi yang rendah karena mengakibatkan kondisi penggaraman dan alkali yang kurang produktif yang ditimbulkan oleh kapilerasi ke atas aliran air dari permukaan air tanah yang dangkal.

3. Irigasi curah

Pemberian air dengan cara seperti ini memilki efisiensi yang cukup tinggi karena air masuk ke zona perakaran secara serentak (bersamaan).

4. Irigasi tetes

Pemberian air dengan cara seperti ini memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan irigasi curah. Karena pada irigasi tetes air langsung masuk ke daerah perakaran.

(Hansen, dkk, 1992). Efisiensi penyaluran air

Efisensi penyaluran air merupakan konsep awal untuk mengevaluasi kehilangan air, karena saluran sebagai penyalur air dari sumber utama ke areal pertanian dan kehilangan air bermula dari penyaluran tersebut.

Dumairy (1992) menyatakan efisiensi penyaluran air (Ec) dipengaruhi oleh faktor-faktor :

(1) Kondisi jaringan irigasi, bangunan dan salurannya ; kehilangan air banyak terjadi pada waktu pengaliran, baik karena penguapan maupun peresapan/ rembesan.

(2) Adanya penyadapan air secara liar oleh petani pada saluran sekunder dan primer guna dialirkan secara langsung ke petak persawahan.

(3)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Penyaluran Air

Evaporasi

Evoporasi ialah penguapan air atau peristiwa berubahnya air menjadi uap air dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara. Berlangsungnya evaporasi sangat dipengaruhi oleh suhu air, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan angin, sinar matahari, lebar permukaan dan panjang saluran. Dalam hal ini, makin lebar dan makin panjang saluran pengairan, kehilangan air pengairan karena evaporasi akan berlangsung besar (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1994 dalam Saragih, 2009).

Panci evaporasi di pergunakan untuk mengukur pengaruh integrasi antara radiasi, angin, temperatur dan kadar lengas terhadap evaporasi dari suatu permukaan air yang spesifik. Panas yang tersimpan pada panci bisa cukup besar dan mungkin mengakibatkan besarnya pada waktu siang dan malam hari hampir sama. Dudukan daripada panci dan lingkungan disekelilingnya akan mempengaruhi hasil daripada pengukuran, terutama apabila panci diletakkan lebih rendah daripada tanaman yang ada disekitarnya. Selanjutnya besarnya evaporasi menurut metode panci ini adalah

E = Kp Ep ... (1) dimana :

E = evaporasi dari badan air (mm/hari) Kp = koefisien panci (0,7)

EP = evaporasi dari panci (mm/hari) (Ginting, 2014)

(4)

Permeabilitas

Salah satu sifat tanah yang penting adalah kemampuan untuk mengangkut air yang mengalir melalui ruang pori yang disebabkan oleh kekuatan tertentu. Permeabilitas tanah didefinisikan sebagai kecepatan aliran yang disebabkan oleh suatu satuan gradient. Permeabilitas tidak dipengaruhi oleh gradient, dan ini adalah titik pandang yang penting dari perbedaan antara permeabilitas dengan infiltrasi. Istilah permeabilitas juga dipakai untuk menunjukkan aliran melalui tanah pada setiap arah. Permeabilitas sangat sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik tanah. Perubahan pada suhu air sedikit mempengaruhi permeabilitas. Dalam tanah yang jenuh air, permeabilitas bervariasi diantara limit yang luas, mulai kurang dari 25cm tiap tahun pada tanah liat yang padat sampai dengan beberapa ribu meter kubik per tahun dalam formasi kerikil. Untuk tanah yang tak jenuh air kadar kelembaban (moisture contents) adalah salah satu faktor dominant yang mempengaruhi permeabilitas. Permeabilitas adalah suatu kecepatan yang mempunyai dimensi fisik panjang dibagi waktu (Susanto, 2006).

Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin kecil koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir kasar yang mengandung butiran-butiran halus memiliki harga k yang lebih rendah dari pada tanah ini, koefisien permeabilitas merupakan fungsi dari angka pori. Kalau tanahnya berlapis-lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lapisan lebih besar daripada permeabilitas untuk aliran tegak lurus lapisan.

(5)

Permeabilitas lempung yang bercelah (fissured) lebih besar daripada lempung yang tidak bercelah (unfissured) (Craig, 1987).

Perkolasi

Menurut Sumarto (1995) perkolasi adalah gerakan air kebawah zona tidak jenuh, yang terletak diantara permukaan tanah sampai ke permukaan air tanah (Zona Jenuh). Daya perkolasi adalah laju perkolasi maksimum yang dimungkinkan yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam zona tidak jenuh yang terletak diantara permukaan tanah dengan permukaan air tanah.

Kapasitas perkolasi adalah kapasitas perkolasi maksimum, karena pergerakan air yang memasuki lapisan permukaan ini mengarah ke bawah, maka kapasitas perkolasi ditentukan oleh kondisi tanah dibawah permukaan pada Aeration Zone atau Unsaturated Zone (diantara permukaan tanah dan muka air tanah). Perkolasi tidak akan terjadi lagi, apabila Unsaturated Zone mencapai kapasitas lapang (field capacity) (Martha dan Adidarma, 1983).

Laju perkolasi dapat diklasifikasikan oleh U.S. Soil Conseravation Service seperti dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Laju Perkolasi pada berbagai jenis aliran

Jenis Laju perkolasi

In./hr mm/hr

>6,3 >160

Aliran Sedang 2,0 – 6,3 50 – 160 Aliran Lunak 0,63 – 2,0 16 – 50 Aliran Cukup lambat 0,20 – 0,63 5,0 – 16 Aliran Lambat 0,05 – 0,20 1,25 – 5,0 Aliran Sangat lambat < 0,05 < 1,25 (Kohnke, 1968).

(6)

Rembesan

Menurut Hansen, dkk (1992). Rembesan air saluran irigasi merupakan persoalan yang serius. Bukan haya kehilangan air, melainkan juga persoalan drainase adalah kerap kali membebani daerah sekitarnya atau daerah yang lebih rendah. Kadang-kadang air merembes keluar dari saluran masuk kembali ke sungai yang di lembah, dimana air ini dapat diarahkan kembali, atau masuk ke suatu aquifer yang dipakai lagi. Metode yang sangat umum yang digunakan dalam mengukur rembesan adalah metode inflow-outflow yang terdiri dari pengukuran aliran yang masuk dan aliran yang keluar dari suatu penampang saluran yang dipilihnya. Ketelitian cara ini meningkat denganperbedaan antara hasil banyaknya aliran masuk dan aliran keluar.

Rembesan terjadi akibat dari perbedaan potensial energi. Konsep ini sama dengan konsep aliran air di dalam pipa pada mekanika fluida. Hukum Darcy menyatakan bahwa kecepatan rembesan dalam tanah sebanding dengan gradien hidrolik. Adapun sketsa penampang melintang saluran irigasi bendungan dapat di lihat dari Gambar 1.

Gambar 1. Sketsa penampang melintang saluran irigasi bendungan k = q1d

(7)

dimana :

q1 = debit aliran pada dasar saluran (m3/hari) A = luas penampang melintang dasar saluran (m2) k = koefisien rembesan dasar saluran (m/hari) d = tebal dasar saluran (m)

H = tinggi hidrolik (m) (Wesley, 2012)

Gambar 2. Penentuan garis rembesan pada bendungan

Jika air mengalir melalui sebuah dam atau tanggul yang dibuat dari tanah yang homogen, di daerah dekat ujung kaki tanggul (~ℎ/3) partikel-partikel tanah dapat tarik menjauh dari gaya rembesan dan akan didapatkan erosi. Berdasarkan asumsi bahwa kemiringan bendung untuk aliran dalam perbandingan 1:1

(Canonica, 1991)

Hukum Darcy menyatakan jarak dari bendung yang diasumsikan bahwa debit aliran pada saluran menjadi (h +e)/2, Sehingga nilai e dengan q maksimum dapat dihitung berdasarkan perkiraan h/3 dari kemiringan 1:1, maka dapat disubsitusiksan h/3 dari rumus e yang ditulis :

(8)

K =

9𝑞𝑞2𝐿𝐿

4 ℎ2 ... (3)

untuk mengitung panjang aliran (L) dapat ditulis : L = (2 Z + h –e/2) cot 𝛼𝛼 + W + 0.3 M dimana :

q2 = debit aliran per unit panjang (m3/hari) K = koefisien rembesan dari bendung (m/hari) L = panjang aliran (m)`

W = lebar atas bendungan (m)

M = lebar alas segitiga dari tepi hilir bendung dan hulu bendungan (m) Z = tinggi jagaan bendung (m)

𝛼𝛼 = Sudut kemiringan bendung ( 0

) (Schwab, dkk., 1955).

Beberapa nilai koefisien rembesan pada beberapa jenis tanah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Koefisien rembesan untuk beberapa jenis tanah

Bahan Koefisien Rembesan

(m/detik) Uraian

Kerikil ≥ 0,01 Dapat dikeringkan

dengan pemompaan, yaitu, air akan keluar dari rongga karena gravitasi.

Pasir kasar 10-2 sampai 10-3 Pasir sedang 10-3 sampai 10-4 Pasir halus 10-5 sampai 10-6

Lanau 10-6 sampai 10-7 Air tidak dapat

mengalir keluar dari rongga karena gravitasi Lempung kelanauan 10-7 sampai 10-9

Lempung 10-8 sampai 10-11 Hampir tidak dapat

dirembes air (Wesley, 2012).

(9)

Faktor-faktor yang mempengaruhi rembesan

Menurut Hirijanto dkk (2013) kehilangan air pada petak sawah yang terbesar terjadinya adalah melalui rembesan yang dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain :

1. Tinggi air tergenang, semakin tinggi air tergenang semakin tinggi pula rembesannya.

2. Keadaan pematang sawah yang meliputi pori-pori dan lubang pada galengan serta padat atau gemburnya tanahyang membentuk galengan tersebut.

3. Tebal tipisnya galengan, semakin tebal galengan maka rembesan yang terjadi semakin kecil

Tekstur tanah

Menurut Islami dan Utomo (1995) Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Tekstur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan air, menyimpan dan menyediakan hara tanaman. Tekstur tanah meliputi:

1. Tanah berpasir, yaitu tanah dengan kandungan pasir >70% porositasnya rendah (<40%), sebagian besar ruang pori berukuran besar sehingga aerasinya baik, daya hantar air cepat, tetapi kemampuan menyimpan air dan zat hara rendah. Tanah pasir mudah diolah, sehingga disebut juga tanah ringan.

2. Tanah bertekstur “berliat” jika kandungan liatnya >35%. Porositas relatif lebih tinggi (60%), tetapi sebagian besar merupakan pori berukuran kecil.

(10)

Akibatnya, daya hantar air sangat lambat, dan sirkulasi udara kurang lancer. Kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi. Air yang ada diserap dengan energy yang tinggi, sehingga sulit dilepaskan terutama bila kering, sehingga juga kurang tersedia untuk tanaman. Tanah liat disebut juga tanah berat karena sulit diolah.

3. Tanah berlempung, merupakan dengan proporsi pasir, debu dan liat sedemikian rupa sehingga sifatnya berbeda-beda diantara tanah berpasir dan berliat. Jadi aerasi dan tata udara serta air cukup baik, kemampuan menyimpan dan menyediakan air untuk tanaman tinggi.

Tekstur tanah adalah kehalusan atau kekasaran bahan tanah pada perabaan pertanahan dengan perbandingan berat antarfraksi tanah. Dalam hal fraksi lempung lebih dominan dibandingkan dengan fraksi debu dan pasir, tanah dikatakan bertekstur halus atau lempungan. Oleh karena tanah bertekstur halus sering bersifat berat diolah kerna sangat liat dan lekat sewaktu basah dan keras sewaktu kering, tanah yang lebih dominan lempung juga disebut bertekstur berat. Sebaliknya, tanah yang dirajai fraksi pasir disebut kasar, pasiran, atau ringan (mudah diolah, karenalonggar dan gembur) (Notohadiprawiro, 1998).

(11)

Gambar 3. Diagram segitiga tekstur tanah menurut USDA Kerapatan massa tanah

Kerapatan massa merupakan berat persatuan volume tanah, biasanya ditetapkan sebagai gr/cm3. Menurut Islami dan Utomo (1995), bobot volume tanah “bulk density” yaitu nisbah antara massa padatan tanah dalam keadaan kering dengan volume total tanah.

B

d

=

MVtp ...(4) dimana :

B𝑑𝑑 = kerapatan massa (bulk density) (g/cm3) Mp = Massa padatan tanah (g)

Vt = Volume total tanah (cm3) (Hakim dkk, 1986)

Tanah-tanah yang tersusun dari partikel yang halus dan tersusun secara tidak teratur, mempunyai struktur yang baik, ruang porinya tinggi sehingga bobot volumenya rendah (sekitar 1,2 g/cm3). Tanah yang baru berkembang mengandung

(12)

bahan organik tinggi karena kepadatan jenis bahan organik rendah, maka bobot volume tanah atau kerapatan massa tanah rendah, mempunyai bobot volume kurang dari 1,0 g/cm3 (Islami dan Utomo, 1995).

Kerapatan massa lapisan olah berstruktur halus biasanya berkisar antara 1,0 g/cm3-1,3 g/cm3. Sedangkan jika tekstur tanah itu kasar, maka kisaran itu selalu diantara 1,3 g/cm3-1,8 g/cm3. Semakin berkembang struktur tanah lapisan olah yang bertekstur biasanya memiliki nilai kerapatan massa yang rendah dibandingkan pada tanah-tanah berpasir (Hakim, dkk., 1986).

Kerapatan partikel tanah

Kerapatan partikel merupakan perbandingan antara massa tanah kering (padatan) dengan volumenya (volume padatan).

𝑃𝑃

𝑑𝑑

=

𝑀𝑀𝑉𝑉𝑝𝑝𝑝𝑝 ...(5) dimana:

P𝑑𝑑 = Kerapatan partikel tanah (g/cm3) Mp = Massa padatan tanah (g)

Vp = Volume padatan tanah (cm3)

Kerapatan partikel merupakan fungsi perbandingan antara komponen bahan mineral dan bahan organik. Kerapatan partikel untuk tanah-tanah mineral berkisar antara 2,6 g/cm3 sampai 2,7 g/cm3, dengan nilai rata-rata 2,65 g/cm3,

sedang kerapatan partikel tanah organik berkisar 1,30 g/cm3 sampai 1,50 g/cm3 (Pandutama, dkk., 2003).

(13)

Porositas

Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk-keluar tanah secara leluasa, sebaliknya jika tanah tidak poreus. Porositas dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu:

1. Selisih bobot tanah jenuh dengan bobot tanah kering oven, misalnya bobt tanah jenuh = 100 gram/ 𝑐𝑐𝑐𝑐3dan bobot tanah kering oven= 50 gram/ 𝑐𝑐𝑐𝑐3, maka berarti runag pori total tanah = 100% x (100-50) = 50 %, atau

2. Nisbah BI : BP adalah ukuran volume tanah yang ditempati bahan padat, misalnya tanah mempunyai BI = 1,3 gram/ 𝑐𝑐𝑐𝑐3dan BP = 2,6 gram/ 𝑐𝑐𝑐𝑐3, maka proporsi bahan padat tanah = (1,3 : 2,6) x 100% = 50% dan ruang pori total = 100%-50% = 50%.

(Hanafiah, 2005).

Untuk menghitung persentase ruang pori (θ) yaitu dengan membandingkan nilai kerapatan massa dan kerapatan partikel dengan persamaan:

θ = �1-

Bd

Pd

� ×100%

...(6)

dimana: θ = porositas (%)

Bd = Kerapatan massa (g/cm3)

(14)

Kandungan Bahan Organik Tanah

Menurut Yulipriyanto (2010) Bahan organik adalah cadangan nitrogen yang penting, dapat memperbaiki persediaan fospor dan sulfur tanah, melindungi tanah dari erosi, menyediakan subtansi semacam semen untuk pembentukan agregat tanah yang diinginkan, dan memperbaiki aerasi dan pergerakan air. Agar fungsi bahan organik menjadi maksimal, maka bahan organik harus siap didekomposisi dan secara terus menerus dicampur dengan residu-residu organik yang masih segar. Bahan organik tanah terdiri dari fraksi-fraksi yang berbeda. Pertama, sisa-sisa tanaman yang melapuk sebagian umumnya dalam bentuk partikel tidak dapat dikenali sebagai bahan tanaman. Kedua, mikroorganisme dan mikroflora yang terlibat dalam dekomposisi. Ketiga produk pertumbuhan dan dekomposisi mikrooganisme. Keempat adalah humus. Kelima adalah bagian atas tanah.

Keuntungan dari adanya bahan organik pada tanah adalah mengurangi kerapatan massa pada tanah sehinnga melarutkan mineral tanah. Kerapatan massa yang rendah biasanya berhubungan dengan naiknya porositas dikarenakan oleh adanya fraksi-fraksi organik dan anorganik pada tanah. Bahan organik dapat menahan air lebih besar dibandingkan beratnya sendiri. Bahan organik merupakan penyumbang nitrogen dan fosfat apabila tanah tidak diberikan pupuk (Yulipriyanto, 2010).

Penetapan bahan organik di laboratorium dapat dilakukan dengan metode Pembakaran, metode Walkley & Black, dan metode Colorimetri (Walkley &Black Modifikasi). Prinsip Metode Walkley & Black adalah C-organik dihancurkan oleh oksidasi Kalium bikromat yang berlebih akibat penambahan asam sulfat.

(15)

Kelebihan kromat yang tidak direduksi oleh C-organik tanah kemudian ditetapkan dengan jalan titrasi dengan larutan ferro. Dan untuk menghitung kandungan bahan organik tanah dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Bahan organik = % C Organik x 1,724 (Mukhlis, 2007).

Geometri Saluran

Unsur-unsur geometrik adalah sifat-sifat suatu penampang saluran yang dapat diuraikan seluruhnya berdasarkan geometri penampang dan kedalaman aliran. Penampang saluran buatan biasanya dirancang berdasarkan bentuk geometris yang umum. Bentuk yang paling umum dipakai untuk saluran berdinding tanah yang tidak dilapisi adalah bentuk trapesium. Berikut ini unsur geometris saluran penampang trapesium yaitu :

Gamabar 4. Unsur geometris penampang saluran berbentuk trapesium A = (b + zy ) y T = b + 2zy Z = A 1,5 √T = [(b+zy)y]1,5 �b+2zy ... (7) Dimana :

(16)

T = lebar puncak (m) Z = faktor penampang b = lebar dasar (m)

y = tinggi air/tinggi saluran (m) z = kemiringan talut

w = tinggi jagaan (m) (Chow dalam Wulandari, 2015) Tanah Ultisol

Tanah ultisol merupakan tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (< 35%) yang menurun sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut di bentangan lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah laterik coklat-kemerahan dan tanah podsolik merah-kuning (Hanafiah, 2005).

Tanah ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala (constrain) yang ada pada ultisol ternyata dapat merupakan lahan potensial apabila iklimnya nendukung. Tanah ultisol memiliki tingkat kemasaman sekitar 5,5 (Foth, 1984).

Tanah Ultisol masih sedikit yang disawahkan, karena berada di daerah yang kekurangan air. Podsolik terutama tersebar di Banten, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Timur, Sumatera Utara, Aceh dan Sulawesi Selatan, bahan tanah berasal dari tufa masam atau endapan tersier dan luasnya sekitar ± 300 ha. Pada tanah ini profil tanah sawah tidak menunjukkan karatan Mn yang jelas dan tidak terbentuk lapisan tapak bajak, terutama pada podsolik yang

(17)

bertekstur berpasir, pada podsolik yang bertekstur lebih halus akan terbentuk bercak-bercak karatan besi dan mangan serta gejala glei. Produksi padi yang dihasilkan rata-rata ± 3,5 Ton/ha (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).

Sifat kimia dan fisika tanah Ultisol secara spesifik lebih ditentukan oleh bahan induk pembentuknya. Diantara grup tanah Ultisol, hapludults memiliki sebaran terluas di Indonesia. Hapludults yang terbentuk dari batuan induk sedimen memiliki kandungan hara yang rendah. Rendahnya kandungan hara tersebut dikarenakan batuan induk sedimen telah mengalami pelapukan dan pencucian berulang, yaitu pada saat pembentukan batuan sedimen dan saat pembentukan tanah. Ketersediaan unsur hara P bagi tanaman menjadi unsur pembatas

pertumbuhan tanaman pada hapludults dari batuan induk sedimen

(Wahyuningsih, 2012).

Karakteristik tanah ultisol (USDA) adalah tanah jenis tropis dan subtropis yang memiliki iklim monsoon dan sangat lapuk. Tanah ini memiliki warna merah, coklat, dan kuning kecoklatan (Horizon B) dengan kejenuhan kurang dari 50%. Biasaya tanah ini memiliki ocrhid/umbric horizon A dan satu atau lebih dari kadar bahan organik di horizon B, ada kandungan besi dan kandungan air. Pada umumnya tanah ini memiliki kesuburan yang rendah karena dua unsur hara makro dan mikro sering ditambahi dengan aluminium. Penambahan unsur hara sangat berguna tetapi membutuhkan biaya yang mahal. Tanah ini sulit tererosi jika digunakan untuk budidaya penggaruan. Maka dari itu cocok untuk hutan dan tanah berumput (Fitzpatrick, 1986).

Penelitian tentang kajian koefisien rembesan saluran irigasi penampang trapesium dalam skala laboratorium telah dilakukan oleh Wulandari (2015)

(18)

dengan menggunakan metode percobaan permeabilitas dengan tinggi/teganggan tetap (Constant head permeability test). Menurut Soedarmo dan Purnomo (1993) yang menyatakan bahwa untuk menentukan nilai koefisien permeabilitas dalam skala laboratorium dapat ditentukan dengan metode sebagai berikut : a. Percobaan permeabilitas dengan tinggi/tegangan tetap (Constant head permeability test) b. Percobaan permeabilitas dengan tinggi/tegangan tidak tetap/ menurun (Falling head permeability test).

Gambar

Gambar 1.  Sketsa penampang melintang saluran irigasi bendungan  k =  q 1 d
Gambar 2. Penentuan garis rembesan pada bendungan
Gambar 3. Diagram segitiga tekstur tanah menurut USDA  Kerapatan massa tanah

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari hasil kajian data sekunder, penelitian lapangan dan analisis laboratorium dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara batuan volkanik dengan

Kegiatan validasi dilakukan melalui dua tahap yakni (1) tahap review oleh ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desain dan ahli media pembelajaran, (2) uji

dari studi literatur yang dilakukan pada beberapa peneliti tersebut dapat disimpulkan bahwa individu melakukan prokrastinasi pada tugas akademik berkorelasi dengan kecemasan

Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada kasus Ir Jakub Budiman yang digugat oleh Bank Permata karena tidak mampu dalam pembayaran hutangnya, dimana Bank

Kombinasi pra-perlakuan jamur dan gelombang mikro menyebabkan terjadinya kehilangan berat pada sampel (Gambar 4.1), dengan kehilangan berat pada inokulum 10% lebih

Untuk penjualan smartphone Xiaomi di jaringan took ritelnya, perusahaan telah melakukan pembahasan intensif, sebab pihak Xiaomi juga belum memiliki kan- tor perwakilan

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Pengembangan

Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori yang terkait dengan pengetahuan ibu post partum tentang ASI eksklusif,