• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu berjenis kelamin laki-laki dan perempuan."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dari makhluk hidup lainnya. Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Secara biologis laki-laki diberikan rasa ketertarikan kepada seorang perempuan, begitu juga sebaliknya dimana perempuan juga mempunyai rasa ketertarikannya pada laki-laki. Pada hakikatnya manusia memang diciptakan berpasang-pasangan yang bertujuan untuk mendapatkan kenyamanan, kedamaian dan mempunyai keturunan melalui prosesi pernikahan yang sah secara hukum negara dan agama.

Secara fisik-biologis laki-laki dan perempuan tidak saja dibedakan oleh identitas jenis kelamin, bentuk dan anatomi biologis lainnya, tapi juga komposisi kimia dalam tubuh. Perbedaan yang terakhir ini menimbulkan akibat-akibat fisikbiologis, seperti laki-laki mempunyai suara besar, berkumis, berjenggot, pinggul lebih ramping. Sementara perempuan mempunyai ciri suara yang lebih bening, pinggul umumnya lebih lebar, dan organ reproduksi yang berbeda. Secara biologis alat-alat biologis laki-laki dan perempuan akan melekat selamanya dan fungsinya tidak dapat dipertukarkan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologi atau ketentuan dari Tuhan (Trisakti & Sugiarti, 2002:5-7).

(2)

2

Kenyataan di lapangan menunjukkan banyak fenomena manusia yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan akan tetapi mereka tidak tertarik pada lawan jenisnya. Dalam hal ini sering disebut dengan tindak penyimpangan secara seksual, mereka umumnya disebut sebagai penyuka sesama jenis atau biasa disebut homoseksual. Dimana homoseksual didefinisikan sebagai seorang laki-laki dan perempuan yang tidak tertarik kepada lawan jenisnya dan lebih tetarik pada sesama jenis. Seorang perempuan yang menyukai sesama perempuan disebut lesbian, sedangkan untuk laki-laki disebut gay. lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan, sedangkan untuk seorang laki-laki yang memiliki ketertarikan sesama laki-laki disebut dengan gay.

Gay sendiri adalah sebuah istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk orang homoseksual atau sifat-sifat homoseksual. Untuk mengacu kepada orang yang mempunyai sifat homoseks umumnya dimanifestasikan dengan gaya hidup seperti ke diskotik, kumpul-kumpul di taman kota, alun-alun kota atau salon di kota dan tempat eksklusif lainnya (Oetomo, 2003:6-7). Dalam menjalin kisah cinta sesama jenis tentu seorang homoseksual juga mempunyai keinginan jalinan cintanya sampai di pelaminan. Tak jarang kasus-kasus pernikahan sesama jenis terjadi di jaman yang seperti sekarang ini seperti contoh kasus lesbian dan gay berikut ini:

Pernikahan Defrian Suryono atau Rio dan Reni Haryani di Riau, pernikahan tersebut membuat heboh karena ternyata Rio adalah seorang perempuan yang bernama Ema Abu Hasan dengan panggilan perempuan Desi. Pasangan lesbian ini menikah pada 7 April 2016 lalu, Namun Kedok mempelai pria palsu tersebut akhirnya terbongkar hari itu juga dan akhirnya pihak KUA langsung membatalkan pernikan keduanya pada bulan april lalu (Syukur, 2016, Heboh

(3)

3

http://regional.liputan6.com/read/2484584/begini-kronologi-heboh-pernikahan-sejenis-di-riau, diakses tanggal 15 Maret 2016).

Selain kasus tersebut, masyarakat juga pernah dihebohkan dengan berita: pernikahan pasangan sesama jenis Joe Tully (asal Amerika) dan Tiko Mulya (asal Indonesia) pada 26 Juni 2015 lalu, pasangan tersebut dikabarkan telah menikah di New York, Amerika Serikat. Meskipun mendapat banyak kecaman dari masyarakat tanah air akan tetapi pernikahan mereka dilangsungkan di negara Amerika Serikat, dimana pernikahan mereka telah memenuhi persyaratan karena Amerika memang telah resmi melegalkan pernikahan sesama jenis sejak bulan juni tahun 2015 lalu (Rappler, 2015, Cerita di balik pernikahan sesama jenis di Bali, http://www.rappler.com/indonesia/106150-pernikahan-pasangan-sesama-jenis-bali, diakses tanggal 22 Mei 2016).

Agama Islam sendiri menyatakan bahwa keabsahan suatu perkawinan merupakan suatu hal yang sangat prinsipil, karena berkaitan erat dengan akibat-akibat perkawinan, baik yang menyangkut dengan anak (keturunan) maupun yang berkaitan dengan harta. Sedangkan di indonesia sejak tahun 1974 telah dirumuskan suatu undang-undang tentang perkawinan yakni undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan dirumuskan kriteria keabsahan suatu perkawinan, yang diatur di dalam pasal 2, sebagai berikut:

1) Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.

2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku

Dari isi undang-undang tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perkawinan di Indonesia mempunyai kaitan erat dengan masing-masing agama yang dianut oleh calon mempelai. Dengan demikian, suatu perkawinan baru dapat dikatakan sebagai perkawinan yang sah apabila perkawinan tersebut dilakukan menurut agama orang yang melangsungkan perkawinan tersebut (Anshary,2010:12). Bisa disimpulkan bahwa perkawinan sesama jenis ini tidak

(4)

4

diperkenankan di Indonesia, karena bertentangan dengan semua agama yang diakui di Indonesia yang tidak menghalalkan perilaku homoseksual, sehingga sangat menutup kemungkinan bahwa akan ada pernikahan sesama jenis di Indonesia.

Permasalahan homoseksual tetaplah menjadi hal yang menimbulkan perdebatan, banyak pro dan kontra yang terjadi apabila kita mengulas fenomena ini. Masih banyak anggota masyarakat yang menganggap gay sebagai hal yang tidak wajar, penyimpangan, kelainan, penyakit, bahkan dosa, namun ada juga sebagian yang menerima keberadaan mereka. Oleh karenanya seorang gay yang hidup di masyarakat sebagian besar menyamarkan dirinya di tengah masyarakat agar tetap dipandang sebagai pria normal dan tidak dikucilkan di tengah masyarakat.

Dari kedua fenomena ini, Gay adalah kelompok yang lebih menonjol eksistensinya dibandingkan lesbian, jumlah gay diklaim lebih banyak dan lebih dikenal dibandingkan lesbian. Komunitas-komunitas gay juga lebih terdeteksi dan eksis terutama di kota-kota besar seperti komunitas gay di Bandung Jawa Barat yang dinamai Gay Pria-ngan dan di Surabaya yang diberi nama “Gaya Nusantara (GN)”. Oleh karenanya penulis cenderung memilih Gay sebagai obyek yang akan diteliti karena Fenomena gay lebih menjadi paparan nyata yang ada di tengah kehidupan bermasyarakat saat ini.

Tidak banyak orang yang mengetahui ciri-ciri seorang gay, apalagi seorang gay juga berusaha menutupi tentang identitasnya sebagai penyuka sesama jenis, dunia gay memang merupakan bentuk kehidupan yg cukup unik, secara fisik mereka adalah laki-laki normal, memiliki kelamin yang normal,

(5)

5

namun mereka tidak tertarik dengan lawan jenisnya dan malah menyukai sesama jenisnya.

Dorongan seksual yang dimiliki seorang gay dianggap menyimpang dari nilai dan tradisi, seperti halnya relasi seksual yang dilakukan oleh waria dan lesbian, gay juga menghadapi konflik yang sama, bahwa tradisi hubungan sesama jenis belum sepenuhnya dapat diterima oleh masyarakat. Namun sebagian kecil dari mereka juga sudah ada yang berani terbuka mengenai jati dirinya yang sebenarnya. Namun Mereka yang terbuka cenderung terbuka dalam kalangan-kalangan tertentu saja, misalnya sesama homoseks, kawan-kawan dekat dan keluarga saja (Oetomo,2003:44).

Selain masalah stigma buruk di tengah masyarakat, gay juga erat kaitannya dengan masalah kesehatan, Kaum homoseksual lebih rentan terkena virus HIV/AIDS karena Hubungan seksual lewat anal memungkinkan transmisi HIV dari orang yang terinfeksi sebanyak 18x lebih tinggi. Menurut Komisi Penanggulangan Aids Kota Malang jumlah Gay dan LSL (Laki-laki suka Laki-laki) yang terdeteksi positif terkena virus HIV di Kota Malang dalam kurun waktu 5 tahun terakhir berjumlah 296 orang dari 2558 kunjungan ke klinik kesehatan. Hal ini semakin membuat kaum gay seakan mendapat cap yang buruk di masyarakat karena selain relasi seksual mereka dianggap menyimpang, kaum gay juga dianggap membawa peranan besar dalam penularan virus HIV/AIDS, sehingga masyarakat seakan enggan untuk bisa berbaur bersama dengan mereka.

(6)

6

Di dalam komunitas gay tentu sudah ada ciri-ciri khusus seorang gay agar bisa dikenali oleh gay yang lain sehingga bisa saling mengenal dan bisa berinteraksi antara satu sama lain, ciri-ciri gay pada umumnya yang mudah untuk dikenali adalah seorang pria yang mempunyai sifat kemayu atau bersifat seperti halnya seorang perempuan. Perilaku gay masa kini juga semakin didukung oleh perkembangan kemajuan teknologi yang berdampak pada mudahnya kaum gay untuk bisa saling mengenal, terdapat beberapa aplikasi chatting Smartphone berbasis android yang dikhususkan untuk kalangan gay, jadi mereka bisa mengunduh beragam aplikasi chatting yang memungkinkan satu sama lain dari mereka bisa terhubung, membina pertemanan bahkan menjalin cinta.

Apabila Dilihat dari semua agama, memang hampir seluruhnya tidak sepakat dengan perilaku homoseksual, akan tetapi bila kita melihat dari sisi hak sebagai seorang manusia, gay tetaplah seorang manusia yang mempunyai hak kesamaamaan perlakuan dan mengakui keberadaan mereka. Jadi masalah homoseks pada umumnya memang menjadi hal yang dilematis di dalam kehidupan masyarakat kita.

Dalam perspektif kesejahteraan sosial kelompok minoritas adalah salah satu jenis penyandang masalah kesejahteraan sosial, Menurut Kementerian Sosial RI, saat ini tercatat ada 26 jenis PMKS dimana kelompok minoritas juga termasuk di dalamnya. Kelompok minoritas adalah individu atau kelompok yang tidak dominan dengan ciri khas bangsa, suku bangsa, agama atau bahasa tertentu yang berbeda dari mayoritas penduduk atau mempunyai perilaku menyimpang seperti waria ataupun gay, yang dimaksud dengan penyandang masalah

(7)

7

kesejahteraan sosial (PMKS) adalah seseorang atau keluarga yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan yang serasi dan kreatif dengan lingkungannya, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan, keterlantaran, kecatatan, ketunaan sosial maupun perubahan lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung atau menguntungkan (Dinas Sosial Yogyakarta, 2016, Jenis-jenis PMKS, http://dinsos.jogjaprov.go.id/jenis-jenis-pmks/, diakses tanggal 5 Oktober 2016).

Semakin berkembangnya wacana demokrasi di Indonesia mendorong keterbukaan masyarakat untuk menerima perbedaan dan menghargai keberagaman. Sebagaimana Isi Undang-Undang Dasar Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM yaitu :

“Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang maha esa dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia” (http://www.komnasham.go.id/instrumen-ham-nasional/uu-no-39-tahun-1999-tentang-ham).

Melihat isi dari Undang-Undang tersebut, paling tidak bisa mewakili suara dari kelompok minoritas ini, bahwa setiap warga negara juga berhak mendapat perlindungan hak asasi manusia, kesamaamaan perlakuan, dan pengakuan akan keberadaan mereka. meskipun pada realitanya seorang gay sebagian besar memang masih kurang diterima keberadaannya ditengah masyarakat.

Selain dengan komunikasi jejaring sosial yang dikhususkan untuk gay, Salah satu cara bagi pria gay untuk bisa bertemu dengan gay lain adalah melalui

(8)

8

perkumpulan para gay, terdapat bermacam-macam komunitas ataupun perkumpulan gay yang dibuat di beberapa kota di Indonesia agar bisa menyatukan mereka dalam satu wadah perkumpulan. Adanya perkumpulan ini selain bisa saling bertemu dan memilih pasangan, mereka juga bisa membagi perasaan karna ejekan maupun hinaan yang diterima di masyarakat. Dengan pertemuan ini, mereka bisa mengidentifikasikan diri dan juga memantapkan identitas mereka yang sebenarnya, tanpa perasaaan takut atau ditolak di tengah masyarakat.

Semakin eksisnya berbagai komunitas gay di berbagai kota-kota besar di Indonesia membuat jumlah gay kian lama disinyalir kian bertambah. Kota Malang sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah kota Surabaya juga tidak lepas dari dibentuknya sebuah perkumpulan untuk para gay. Kota Malang memiliki komunitas gay yang bernama Igama yang merupakan singkatan dari Ikatan Gay Malang, Igama sendiri adalah sebuah lembaga pengembangan swadaya masyarakat yang bersifat sosial, lembaga ini bertujuan untuk memberi wadah kepada individu atau sekelompok gay yang berada di Kota Malang, selain itu Igama lebih fokus terhadap pembinaan para gay, mereka seakan ingin merubah image mengenai status gay yang masih dianggap negatif oleh masyarakat pada umumnya dengan mengadakan berbagai kegiatan yang bersifat positif. Jumlah LSL (non anggota) wilayah Malang Raya tahun 2014 yang sudah terdata menurut data Igama sendiri berjumlah 5.022 orang (http://wartamalang.com/2014/11/igama-jumlah-gay-bisa-meningkat/).

Melihat jumlah gay yang tergolong tinggi di kota Malang, tidak akan lepas dari perkembangan pesat kota Malang sebagai kota Pendidikan dan Industri.

(9)

9

Kota Malang yang memiliki banyak Perguruan-perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta dan Perusahaan-perusahaan besar tentu mengundang para pendatang baik itu calon mahasiswa ataupun para pekerja yang terdiri dari berbagai latar belakang, sifat dan tingkah laku untuk tinggal di Kota Malang. Melihat fenomena gay di Malang tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana sebenarnya Penerimaan Sosial Masyarakat terhadap Keberadaan Ikatan Gay Malang yang berada di Kelurahan Polehan Kecamatan Blimbing Kota Malang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, penelitian ini merumuskan pada: 1. Bagaimana sikap masyarakat terhadap homoseks dan Ikatan Gay Malang? 2. Bagaimana kaum gay melakukan interaksi dengan lingkungan

masyarakatnya?

3. Bagaimanakah Penerimaan sosial masyarakat terhadap keberadaan Ikatan Gay Malang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap permasalahan homoseksual dan Ikatan Gay Malang di Kelurahan Polehan Kota Malang

2. Untuk mengetahui bagaimana kaum gay melakukan interaksinya dengan masyarakat disekitarnya

(10)

10

3. Untuk mengetahui bagaimana penerimaan sosial masyarakat terhadap keberadaan Igama.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari peneliti ini adalah sebagai berikut : 1. Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, khususnya progam Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial dalam mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan homoseksual

2. Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut: a) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk menjelaskan

secara umum mengenai bagaimana penerimaan sosial masyarakat terhadap keberadaan sebuah komunitas gay.

b) Menjadi alternatif penyelesaian masalah-masalah sosial yang diterapkan oleh masyarakat, khususnya permasalahan mengenai homoseksual.

c) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam kegiatan penelitian selanjutnya yang masih mempunyai ketertarikan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

(11)

11 E. Ruang Lingkup Penelitian

Fungsi ruang lingkup penelitian bermaksud agar penelitian tidak terlalu luas, juga tidak terlalu sempit sehingga proses penteorian yang akan mengikuti penelitian juga memenuhi ketepatan. Sebagaimana dimaksud dalam rumusan masalah terdapat beberapa ruang lingkup yang akan diteliti, yaitu sebagai berikut ini:

1. Sikap Masyarakat

a). Sikap masyarakat terhadap Homoseksual b). Sikap masyarakat terhadap Ikatan Gay Malang 2. Interaksi sosial kaun Gay

a). Bagaimana sosialisasi kaum gay dengan masyarakat?

b). Apakah kaum gay turut berpartisipasi dalam kegiatan warga? 3. Penerimaan sosial

a). Bagaimana penerimaan sosial masyarakat?

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji kontraktilitas pembuluh darah didapatkan bahwa ekstrak MFHK yang dimasukan dalam organ bath dapat menyebabkan penurunan persen tonus kontraktilitas

Oleh karena prevalensi stres atau kecenderungan neurosis lebih banyak dijumpai pada wilayah pedesaan, bukan daerah yang terkena dampak tsunami berat serta bukan merupakan daerah yang

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk membandingkan biaya dan efektifitas dari penggunaan antidiabetik pada pasien penderita DM tipe II di instalasi rawat jalan RSUD X

(2014) menyatakan bahwa senyawa bioaktif yang berperan sebagai antioksidan pada rumput laut merupakan senyawa dari golongan fenol dan flavonoid seperti yang banyak

mencegah terjadinya penurunan produksi apel kota Batu yaitu (Tim Sintesis Kebijakan BBSDLP, 2008; Ruminta dan Handoko, 2011; Mayasari dan Suroso, 2011) : (a) Merevitalisasi

Hasil penelitian mewujudkam bahwa kebijakan asimilasi dan hak integrasi bagi narapidana dalam hukum penetensier atau hukum pelaksanaan pemidanaan adalah merupakan bagian

Kondisi berbagai daerah tangkapan aliran (DTA) erat sekali hubungannya dengan besaran debit aliran yang dihasilkan, diantaranya pengaruh bentuk DTA, kemiringan

Menilai Kepuasan Pelanggan Terhadap CIMB Bagi mengkaji aspek tahap kepuasan pelanggan terhadap perkhidmatan yang disediakan oleh CIMB, pengkaji telah mengemukakan beberapa