• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EFEK NEUROMUSCULAR ELECTRICAL STIMULATION DAN EXERCISE TERHADAP KEKUATAN OTOT QUADRICEPS PENDERITA OSTEOARTHRITIS NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH EFEK NEUROMUSCULAR ELECTRICAL STIMULATION DAN EXERCISE TERHADAP KEKUATAN OTOT QUADRICEPS PENDERITA OSTEOARTHRITIS NASKAH PUBLIKASI ILMIAH"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH EFEK NEUROMUSCULAR ELECTRICAL STIMULATION DAN EXERCISE TERHADAP KEKUATAN OTOT QUADRICEPS

PENDERITA OSTEOARTHRITIS

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI

Disusun Oleh : SUSI DWI RAHMAWATI

NIM. J110070029

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

(2)

ii PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

SKRIPSI Abstrak

Susi Dwi Rahmawati J 110 070 029

BEDA PENGARUH EFEK NEUROMUSCULAR ELECTRICAL STIMULATION DAN LATIHAN PENGUATAN TERHADAP KEKUATAN OTOT QUADRICEPS PENDERITA OSTEOARTHRITIS

Osteoarthritis pada sendi lutut merupakan penyakit rematik yang bisa mengenai sendi lutut dan sering menimbulkan rasa sakit serta ketidakmampuan untuk mencapai fungsinya sebagai penumpu berat badan serta aktifitas lain seperti jongkok, berdiri, dan berjalan. Rasa sakit dan ketidakmampuan akan bertambah dengan munculnya kelemahan otot quadriceps dan atropi otot. Salah satu upaya terapi penyembuhan adalah dengan latihan penguatan ataupun dengan neuromuscular electrical stimulation (NMES).

Tujuan penelitian adalah mengetahui beda pengaruh neuromuscular electrical stimulation dan latihan penguatan terhadap kekuatan otot quadriceps penderita osteoarthritis

Penelitian dilakukan di Panti Wreda Surakarta. Desain penelitian pre test – post test design . Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi eksperiment. Sample adalah 10 orang lanjut usia yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 5 lansia dengan intervensi electrical stimulation dan 5 lansia dengan intervensi exercise. Analisis data menggunakan paired sampel t-test, pada data uji kelompok exercise, uji Wilcoxon Rank Test pada data uji kelompok NMES, dan uji beda 2 perlakuan dengan uji independent t-test.

Hasil penelitian pada kelompok NMES pada uji paired sample t tes diperoleh p = 0,025, sehingga ada perbedaan kekuatan otot quadriceps antara sebelum dan sesudah pemberian NMES, hasil uji exercise diperoleh p = 0,178 sehingga tidak ada perbedaan kekuatan otot quadriceps antara sebelum dan sesudah pemberian exercise. Hasil uji beda post test kekuatan otot quadriceps antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol dengan nilai p> 0,439 sehingga tidak terdapat perbedaan antara pemberian NMES maupun exercise.

(3)
(4)
(5)

1

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi. Penyakit ini merupakan kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan orang usia lanjut (Mansjoer, dkk, 2001). Pada tahun 2000 World Health Organisation (WHO) menafsirkan data bahwa 40% penduduk dunia yang berusia diatas 70 tahun akan menderita osteoartritis sendi lutut, di tahun 2000 sampai 2010 telah ditafsirkan sebagai dekade sendi dan tulang di Indonesia, pada tahun 2010 diperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah penderita gangguan sendi. Dampak dari hal tersebut memicu munculnya penyakit-penyakit degeneratif, yang salah satunya adalah osteoartritis (OA) sendi lutut (Herlambang, 2000).

persentase osteoartritis sendi lutut lebih banyak dialami wanita dari pada pria. Hal ini dikarenakan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis. Pada masing-masing sendi mempunyai biomekanik, cedera dan gangguan yang berbeda, sehingga faktor resiko untuk masing-masing osteoartritis tentu berbeda (Soeroso, dkk, 2006).

Pada penderita Osteoarthritis mengalami rasa sakit serta ketidakmampuan untuk mencapai fungsinya sebagai penumpu berat badan serta aktifitas lain seperti jongkok, berdiri, dan berjalan. Rasa sakit dan ketidakmampuan akan bertambah dengan munculnya kelemahan otot quadriceps dan atropi otot. Otot merupakan kemampuan yang penting dalam

(6)

2

membantu menstabilkan persendian, sedangkan kelemahan otot quadriceps dapat mengakibatkan semakin parahnya osteoarthritis tersebut (Yudi. S, 2000).

Kelemahan otot quadriceps umumnya berhubungan dengan tibiofemoral OA, terkait dengan kecacatan fisik, dan dapat berperan dalam pathogenesis penyakit. Kekuatan otot quadriceps (kapasitas untuk menghasilkan kekuatan) tampaknya sangat berkaitan dengan kinerja fungsional, dan meminimalkan kelemahan telah diperlihatkan menghasilkan perbaikan klinis atau mekanis dalam berbagai macam populasi. Oleh karena itu, meningkatkan kekuatan otot qudriceps dianggap bermanfaat, karena dapat memperbaiki kualitas kehidupan.

Neuromuscular Electrical Stimulation (NMES) yang merupakan satu dari sekian banyak modalitas yang biasannya digunakan oleh fisioterapis sebagai bentuk rehabilitasi otot atau kejadian yang mengakibatkan hilangnya fungsi otot (Wisegeek, 2010). NMES dapat digunakan untuk memperkuat otot yang sehat atau normal unuk mempertahankan massa otot (Baley, 2006). Dalam fisioterapi peningkatan kekuatan otot cenderung lebih optimal pada situasi non pathologi, dari pada dengan adannya sebuah patologi (Adel dan Luykx, 1990). NMES menggunakan arus listrik yang menyebabkan satu atau dua kelompok otot tertentu berkontraksi. Dengan meletakan elektroda pada beberapa daerah dikulit tertentu fisioterapi dapat mempengaruhi serabut otot untuk berkontraksi. Kontraksi otot dengan menggunakan neuromuscular electrical stimulation ini dapat meningkatkan kekuatan otot (Laura, 2008).

(7)

3

Penelitian Romero et all (1982), stimulasi kelompok otot quadriceps femuris bilateral pada 18 wanita remaja (9 orang sebagai kelompok eksperimental dan 9 orang lain sebagai kelompok kontro). Bergelombang faradik pada 2000 pps dengan 4 detik istirahat, durasi 15 menit dari ranggsangan listrik yang diberikan selama jangka waktu 5 minggu didapatkan hasil kekuatan isometrik naik31 % di kaki non-dominan dan 21% dikaki dominan (p < 0,05). Pada kelompok kontrol tidak ditemukan signifikan berbeda antara pre-post test. Dari latar belakang ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini. Beda pengaruh neuromuscular electrical stimulation dan exercise terhadap kekuatan otot quadriceps penderita osteoarthritis.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh neuromuscular electrical stimulation terhadap kekuatan otot quadriceps penderita osteoarthritis

2. Untuk mengetahui pengaruh exercise terhadap kekuatan otot quadriceps penderita osteoarthritis

3. Untuk mengetahui beda pengaruh neuromuscular electrical stimulation dan exercise terhadap kekuatan otot quadriceps penderita osteoarthritis

Landasan Teori

Osteoarthritis atau penyakit sendi degeneratif non inflamasi yang ditandai dengan degenerasi tulang rawan sendi, hipertropi tulang pada tepiannya, dan perubahan pada membran synovial, disertai dengan nyeri dan kekakuan (Kumala, 1998).

(8)

4

Osteoarthritis secara patologi dicirikan dengan penurunan secara progresif dan akhirnya hilangnya kartilago sendi dengan perubahan reaktif pada batas-batas sendi dan paha tulang subkhondral (Garrison, 1996).

Osteoarthritis merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai pada sendi orang tua. Pada usia kurang dari 45 tahun, 2% populasi menderita osteoarthritis. Usia 45-46 tahun, 30% populasi menderita osteoarthritis, dan diatas usia 65 tahun, 68% populasi menderita osteoarthritis (Brandi, 1997). Pada usia 55-64 tahun, dijumpai penyakit osteoarthritis lutut pada wanita dan pada laki-laki, tetapi pada usia 65-74 tahun penyakit osteoarthritis lutut lebih banyak terserang pada wanita. Pada laki-laki kebanyakan pada umur 59 tahun terkena OA lutut dengan puncaknya 64 tahun, sedangkan wanita pada usia 65 tahun. Puncaknya pada usia 65-74 tahun (Isbagio, 1995).

Setiap manusia akan mengalami proses dimana menjadi tua dengan cara yang berbeda beda, dan penyebabnya belum diketahui. Pada tubuh manusia akan mengalami penuaan dalam waktu yang berbeda (Pujiastuti, 2003). Proses penuaan merupakan proses fisiologis yang wajar terjadi pada seluruh organ dan sel di dalam tubuh (Hidayat, 2005).

Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau group otot menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun statis (Kisner, 1996:14)

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa latihan penguatan otot dengan tahanan (resistance training), dapat memperbaiki perubahan fisiologik yang berkaitan dengan umur dan meningkatkan fungsi (Melianita, 2010).

(9)

5

Istilah isometrik berasal dari kata iso yang berarti sama atau konstan dan metric yang berarti panjang. Dengan demikian, kontraksi isometrik berarti kontraksi otot tanpa disertai perubahan panjang otot atau gerakan sendi tidak tampak suatu gerakan yang nyata tetapi di dalam otot ada tegangan dan semua tenaga yang dikeluarkan di dalam otot akan diubah menjadi panas (Navarro et al,. 2000).

NMES merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit ( Parjoto, 2006).

Jenis arus TENS untuk menghasilkan kontraksi otot dibutuhkan fase durasi dan frekuensi yang tepat. Durasi tahap ini biasa dipergunakan 100-150 µs. frekuensi dapat disesuaikan menurut jenis jaringan otot (phasic atau tonik). Sebuah frekuensi 50 Hz dapat dipertahankan untuk menghasilkan kontraksi tetanik yang nyaman (Adel dan Luykx, 1990). TENS pola Burst mengaktifkan serabut GIII, A delta ergoseptor yang dapat menimbulkan kontraksi otototot fasik yang berakhir pada aktifasi saraf berdiameter kecil non noksius. Aktifasi motorik menimbulkan kontraksi otot-otot fasik diperlukan frekuensi rendah sampai dengan 100 pps, intensita/amplitude tinggi, fase durasi yang dipergunakan 100-200 ms. Dengan ini didapatkan kontraksi otot phasic yang kuat tetapi nyaman (Pardjoto, 2006).

Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau group otot untuk menghasilkan tegangan dan tenaga usaha maksimal baik secara dinamis maupun statis ( kisner at all, 1996:14) cara pengukuran jarum leg dynamometer berada pada angka 0 ( nol). Subjek penelitian berdiri pada landasan leg

(10)

6

dynamometer dengan kaki sejajar, badan tegak dan pandangan ke depan. Dengan merendahkan badan, tekuk lutut sudut 120 derajat, sesuaikan panjang rantai dynamometer dan kuatkan tali pengikat atau sabuk di pinggang. Dengan mengandalkan kekuatan otot tungkai, subyek melakukan tarikan dengan meluruskan tungkai. Skor kekuatan otot tungkai adalah angka yang tertera pada alat leg dynamometer. Skor kekuatan otot tungkai yang dipakai hasil terbaik dari pengukuran (Heri, 2010).

Exercise yang di berikan adalah latihan penguatan dan peregangan otot quadricep. Latihan penguatan di lakukan dengan kontraksi isometrik yang di pertahankan selama 6 detik. Pasien duduk, knee di fleksikan 90° dan difiksasi pada ankle dan quadricep lalu kontraksi dipertahankan tidak lebih dari 6 detik dan diulangi 8-10 kali sesuai toleransi pasien (Kisner, 2010)

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi eksperiment atau eksperimen semu. Pelaksanaan dilakukan pada pasien diagnosa osteoartritis lutut yang mengalami kelemahan otot quadriceps dengan jumlah sample 10 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu dengan intervensi electrical stimulation dan intervensi exercise. Peneliti melakukan pretest pengukuran kekuatan otot dengan melakukan tes leg dinamometer. Sempel intervensi NMES 3 kali dalam seminggu. Keadaan pasien dalam posisi yang senyaman mungkin (tidur atau duduk) elektroda positif diletakan pada sisi proksimal quadrisep dan elektroda negatif pada sisi distal quadrisep ( petterson, 2006). Dengan durasi fase 100-150 us, frekuensi pulsa 50 Hz, dan lama terapi 10

(11)

7

menit setiap sesi selama 4 minggu sedangkan intervensi exercise diberikan latihan isometric 3 kali dalam seminggu. Pasien duduk senyaman mungkin, knee di fleksikan 90° dan difiksasi pada ankle dan quadriceps kemudian kontraksi dipertahankan kurang dari 6 detik dan diulangi 8-10 kali sesuai dengan toleransi pasien

Hasil akhir akan dilakukan post test dengan leg dinamometer pada minggu ke empat.Jarum leg dynamometer di arahkan ke angka 0 (nol). Subjek berdiri pada landasan leg dynamometer dengan kaki sejajar, badan tegak dan pandangan ke depan. Dengan merendahkan badan, tekuk lutut dan membuat sudut 120 derajat, selanjutnya sesuaikan panjang rantai leg dynamometer. Dengan mengandalkan kekuatan otot tungkai, subyek melakukan tarikan dengan meluruskan tungkai. Data atau nilai kekuatan otot tungkai adalah angka yang tertera pada alat leg dynamometer. Data kekuatan otot tungkai yang dipakai adalah hasil terbaik dari 2 kali pengukuran..

Hasil Penelitian

hasil uji hipotesis uji beda post test kekuatan otot quadriceps antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol dengan nilai p< 0,05, sehingga keputusan yang diambil adalah ada beda pengaruh antara pemberian NMES dan exercise dalam meningkatkan kekuatan otot pada penderita Osteoarthritis.

(12)

8

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

1. Ada pengaruh pemberian NMES dalam meningktkan kekuatan otot quadriceps pada penderita Osteoarthritis di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

2. Tidak ada pengaruh pemberian exercise, dalam meningktkan kekuatan otot quadriceps pada penderita Osteoarthritis di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

3. Ada beda pengaruh pemberian NMES dan exercise pada post test dalam meningkatkan kekuatan otot quadriceps pada penderita Osteoarthritis, di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

Saran

1. Keilmuan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai manfaat terapi NMES sehingga diharapkan pada mahasiswa dapat melakukan praktik dengan model pemberian terapi tersebut.

2. Bagi tenaga kesehatan fisioterapi

Diharapkan dengan hasil penelitian ini, tenaga kesehatan fisioterapi dapat memberikan pelatihan terapi NMES secara baik dan benar kepada penderita Osteoarthritis terhadap peningkatan kekuatan otot sehingga dapat mengembalikan kapasitas fungsional dengan baik. 3. Peneliti lain

(13)

9

Hasil penelitian ini dapat menjadi acauan bagi peneliti berikutnya. Diharapkan peneliti lain dapat melakukan menambah jumlah responden, jenis penelitian, dan menambah variabel penelitian sehingga diharapkan diperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam dan variatif

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer A., Triyanti K., Wardani W.I., dan Setiowulan W. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid Edisi ketiga. Jakarta: Media Aesculapius.

Harul, Booby., Helambang M., 2008. Osteoartritis, online (http: // sibermedik. wordpress.com/referat-osteoartritis.html diakses 6 Desember 2011.

Soeroso J., Isbagio H., Kalim H., Broto R.,Pramudiyo R., 2007. Osteoartritis, Dalam A.W.Sudoyo, B. Setiyohadi, I.Alwi, M. Simadibrata, S. Setiati, editor

Yudhi Suyono. 2000; Terapi Latihan Pada Osteoarthritis Sendi Lutut. Malang: TITAFI XIII

Baley, Dennis A. 2006. Neuromuscular Electrical Stimulation. Diakses tanggal 5 September 2011

Laura, 2008. Peralatan dan Pelayanan Fisioterapi. Artikel Fisioterapi

Kumala P, KomalaS, Alexander, Santoso, Sulaiman J.R, Rienata. Y. (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC

Isbagio H. dan Setiyohadi B. 1995. Masalah dan Penanganan Osteoartritis Sendi Lutut http://www.kalbe.o.id. Diakses 10 januari 2012

Pudjiastuti S, dan Utomo B, 2003. Fisioterapi pada Lansia ; Cetakan Pertama, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Hal . 2 – 16.

Kisner, Carolyn & Colby, L.A. (2007). Therapeutic Exercise Foundation and Techique, F.A. Davis: Philadelpia.

Melianita Rika, Sari Hati Euis. 2010: Perbedaan Pengaruh Pemberian Intervensi Ultrasound Dengan Mobilisasi Roll Slide Fleksi-Ekstensi Dan Ultrasound Dengan Mobilisasi Traksi Osilasi Akhir Range Of Motion

(14)

10

Terhadap Peningkatan Range Of Motion Pada Osteoarthrosis Lutut, Universitas Esa Unggul, Jakarta (Diakses 5 April 2011).

Navarro et al. 2000. Effect of muscle mass and intensity of isometric contraction on heart rate. J. Appl. Physiol. 88: 487–492, 2000. Downloaded from jap.physiology.org on February 12, 2009.

Parjoto S, 2006. Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri. Semarang. Ikatan Fisioterapi Indonesia Cabang Semarang.

Heri Priatna. 2010. Fisioterapi Hiperbarik Sebagai Kajian Pengembangan Pelayanan Fisioterapi Futuristik. Bekasi: IFI. Vol. 2, 12

Referensi

Dokumen terkait

Jeruk nipis ( Citrus aurantifolia ) merupakan salah satu tanaman yang telah digunakan secara empirik sebagai antibakteri, antivirus, antifungi, larvasida dan

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Studi Infestasi dan Resistensi Kutu Busuk, Cimex hemipterus (Hemiptera: Cimicidae) Terhadap Tiga Golongan Insektisida di

Hasil penelitian ini adalah: (1) kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) lebih baik daripada siswa yang

Hal ini membuktikan bahwa koro pedang bisa dikonsumsi oleh ternak terutama ternak pedaging sebagai ransum sumber protein untuk meningkatkan produksi daging dengan kualitas

Suwolo A54B090037 Penerapan metode Problem solving untuk meningkatkan prestasi belajar anak di SDN.2 Kayumas, Jatinom, Klaten Tahun Ajaran 2012/2013. Program studi

Hasil validasi model menunjukkan bahwa model yang dibangun berdasarkan Analisis Regresi Logistik Biner menghasilkan 3 (tiga) kelas kesesuaian habitat kirinyuh yaitu pada

Penelitian ini bertujuan : (1) Untuk menilai bagaimana pengawasan preventif yang dilakukan oleh Inspektorat kota Surakarta terhadap penerimaan pajak daerah kota

pengawasan keuangan daerah yang berasal dari pajak. b) Bagi Pemerintah dalam hal ini Inspektorat Kota Surakarta. Sebagai salah satu pertimbangan dalam pelaksanaan