• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Kandungan Betakaroten Pada Buah Naga Merah Dan Buah Naga Putih Dengan Metode Spektrofotometri Visibel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemeriksaan Kandungan Betakaroten Pada Buah Naga Merah Dan Buah Naga Putih Dengan Metode Spektrofotometri Visibel"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

144

Pemeriksaan Kandungan Betakaroten Pada Buah Naga Merah

Dan Buah Naga Putih Dengan Metode Spektrofotometri Visibel

(

Examination of Contents Beta Carotene from Red Dragon Fruit and White Dragon

Fruit With Spectrophotometry Visible Method

)

Dwi Dinni Aulia B.*, Zulharmita, Wulan

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang

Corresponding email: dinni.nini@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian telah dilakukan tentang pemeriksaan kandungan betakaroten pada buah naga merah dan buah naga putih dengan metode spektrofotometri visibel. Pemeriksaan kualitatif ditentukan dengan metoda kromatografi lapis tipis, fase diam silika gel 60 F254 dan fase gerak petroleum eter : benzen (9:1). Pemeriksaan kuantitatif dilakukan dengan spektrofotometri visibel pada panjang gelombang serapan maksimum 451 nm. Hasil uji kualitatif dengan kromatografi lapis tipis diperoleh nilai Rf betakaroten pembanding 0,29, nilai Rf ekstrak buah naga merah 0,29 dan buah naga putih 0,28. Hasil uji kuantitatif diperoleh kadar betakaroten untuk buah naga merah 0,9995 mg/100 g dan untuk buah naga putih adalah 0,3628 mg/100 g. Hasil dihitung secara statistik dengan analisis uji t yang menunjukkan bahwa sig. 0,000 (P < 0,05), dan ini menunjukkan adanya perbedaan kandungan betakaroten pada buah naga merah dan buah naga putih.

Kata Kunci: buah naga, betakaroten, spektrofotometri

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat terbebas dari senyawa radikal bebas. Ada beberapa sumber pembentuk senyawa radikal bebas seperti asap rokok, makanan yang digoreng, paparan sinar matahari yang berlebih, asap kendaraan bermotor, beberapa jenis obat-obatan, racun dan polusi udara. Radikal bebas merupakan molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan (Winarsi,

2007). Elektron-elektron yang tidak

berpasangan ini menyebabkan radikal bebas menjadi senyawa yang sangat reaktif terhadap sel-sel tubuh dengan cara mengikat elektron molekul sel (Farikha, et al., 2013). Manusia telah

memiliki sistem pertahanan terhadap oksidan yang berasal dari dalam tubuh ataupun dari luar, tetapi seringkali masih kurang akibat pengaruh lingkungan. Pada kondisi ini manusia membutuhkan senyawa antioksidan yang diperoleh dari makanan (Winarsi, 2007). Buah naga merah bewarna menarik, semakin merah warnanya, maka semakin banyak unsur betakarotennya (Farikha, et al., 2013). Kandungan betakaroten pada buah naga merah adalah 0,005-0,012 mg/100 g (Peter, 2008). Buah naga putih juga mengandung senyawa antioksidan, yaitu senyawa betakaroten dalam jumlah tertentu (Choo & Yong, 2011; Halimoon & Hasan, 2010; Jamilah, et al., 2011; Jayasinghe,

(2)

145

et al., 2015; Umayah & Amrun, 2007; Zainoldin & Baba, 2009). Dengan kandungan betakaroten yang dimilikinya yang bersifat sebagai antioksidan, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian untuk memeriksa kandungan

betakaroten pada buah naga merah dan buah naga putih dengan metode spektrofotometri visibel.

Metode spektrofotometri dipilih karena caranya mudah dan kinerjanya cepat dengan instrument modern. Penggunaannya luas, dapat digunakan untuk senyawa organik dan anorganik. Memiliki ketelitian yang baik dan dapat menganalisa larutan dengan konsentrasi yang kecil (Dachriyanus, 2004). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah buah naga merah dan buah naga putih mengandung

betakaroten dan membandingkan kadar

betakaroten yang terdapat di dalam buah naga merah dan buah naga putih.

METODE PENELITIAN

Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi Spektrofotometer UV-Visibel (mini-1240 Shimadzu), plat kromatografi lapis tipis Silika gel 60 F254 (E.Merck), corong pisah (Pyrex), neraca analitik (Ohaus), vortex mixer (Gammy Industrial Corp VM-300), beaker glass (Pyrex), labu ukur (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), pipet gondok (Pyrex), pipet volume (Pyrex), pipet tetes, kertas saring, corong (Pyrex), spatel, batang pengaduk, kaca arloji.

Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah naga merah (Hylocereus polyrhizus (F.A.C Weber) Britton & Rose) dan buah naga putih (Hylocereus undatus (Haw) Britton & Rose). Bahan yang digunakan untuk pengujian yaitu padatan Betakaroten

(E.Merck), Aquadestilata, Aseton (PT.

Novalindo), Benzen (E.Merck), Petroleum Eter (PT. Brataco), Butil Hidroksi Toluen (PT. Brataco), Natrium Klorida (E.Merck), Natrium Sulfat Anhidrat (PT. Brataco).

Prosedur Penelitian

Pengambilan sampel

Sampel buah naga merah yang diperoleh dari kebun di daerah Ujung Gading, Kecamatan Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat dan buah naga putih yang diperoleh dari toko buah di kota Padang.

Determinasi Tumbuhan

Tumbuhan dideterminasi di Herbarium Andalas Padang (ANDA) Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Padang.

Ekstraksi Sampel

Buah naga merah dan buah naga putih dikupas, dicuci, dipotong dan dihaluskan kemudian diambil yang mewakili keseluruhan

sampel dan ditimbang sebanyak 50g.

Sebelumnya larutkan BHT 0,01% lebih dahulu ke dalam aseton. Larutkan sampel ke dalam petroleum eter : aseton yang berisi BHT 0,01 % sebanyak 100 mL dengan perbandingan 1:4, saring. Cuci ampas dengan pelarut yang sama dan perbandingan yang sama pula sebanyak 50 ml, saring. Yang terakhir cuci ampas lagi dengan perbandingan yang sama sebanyak 50 mL, campurkan semua filtrat yang tersaring dan cukupkan volumenya dengan aseton hingga 250 mL.

Filtrat tersebut kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah, tambahkan aquadest sebanyak 250 mL secara perlahan melalui dinding corong pisah dan 2 mL NaCl, dikocok selama ± 30 menit lalu didiamkan hingga terbentuk dua fase, yaitu fase petroleum eter dan fase air. Keluarkan fase air dari corong pisah secara perlahan. Tambahkan aquadest 200 mL

(3)

146

untuk menghilangkan sisa aseton, lakukan sebanyak 3x pengulangan. Keluarkan fase petroleum eter dari dalam corong pisah ke dalam labu ukur 25 mL dengan cara disaring yang di atas kertas saring diletakkan natrium sulfat anhidrat 15 g. Cuci corong pisah dengan

palarut petroleum eter, dan saring

menggunakan natrium sulfat anhidrat.

Cukupkan volume ekstrak sebanyak 25 mL.

Analisis Kualitatif Beta Karoten

Terlebih dahulu chamber dijenuhkan dengan larutan pengelusi dengan cara masukkan kertas saring dengan tinggi dan

lebarnya yang sama dengan bejana

kromatografi. Tutup kedap dan biarkan hingga kertas saring basah seluruhnya. Larutan pengelusi yang digunakan adalah Petroleum eter : benzen (9:1). Plat KLT yang digunakan plat KLT Silika gel 60 F254 (Parwata, et al., 2010).

Larutan betakaroten murni sebagai

pembanding dan larutan sampel ditotolkan bersama-sama pada lempeng KLT dengan jarak 1 cm dari tepi bawah lempeng KLT dan jarak rambat, beri tanda pada jarak rambat. Setelah kering lempeng KLT dimasukkan ke dalam chamber yang berisi cairan pengelusi petroleum eter : benzen (9:1) (Naid, et al., 2012). Larutan fase gerak dalam bejana harus mencapai tepi bawah lapisan penyerap, totolan jangan sampai terendam. Tutup bejana diletakkan pada tempatnya dan biarkan sistem hingga fase gerak merambat sampai batas jarak rambat. Lempeng dikeluarkan dan dikeringkan di udara, dan bercak diamati dengan lampu UV 254 nm. Diukur dan dicatat tiap-tiap bercak dari titik penotolan. Tentukan harga Retension factor (Rf) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

Analisa Kuantitatif Beta Karoten

Pembuatan Larutan Induk BetaKaroten

1. Pembuatan Larutan Induk BetaKaroten 1000 ppm

Sebanyak 50 mg betakaroten murni yang ditimbang dilarutkan dalam 30 ml petroleum eter di dalam labu ukur 50 ml lalu dicukupkan volumenya hingga 50 ml, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 ppm.

2. Pembuatan Larutan Induk BetaKaroten 500 ppm

Pipet 25 mL larutan induk betakaroten 1000 ppm, masukkan ke dalam labu ukur 50 mL.

Kemudian cukupkan volumnya dengan

petroleum eter hingga 50 mL, kocok hingga homogen.

3. Pembuatan Larutan Induk 100 ppm

Pipet 5 mL larutan induk 500 ppm ke dalam labu ukur 25 mL lalu tambahkan petroleum eter hingga tanda batas lalu dihomogenkan.

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum BetaKaroten

Pembuatan larutan untuk penentuan panjang gelombang maksimum betakaroten dilakukan pada konsentrasi 5 ppm dengan cara pipet 0,5 mL larutan induk beta karoten 100 ppm, masukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Tambahkan petroleum eter hingga tanda batas, homogenkan. Setelah itu diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Visibel pada panjang gelombang maksimumnya.

Penentuan Kurva Kalibrasi

Penentuan kurva kalibrasi diawali dengan pembuatan larutan seri standar betakaroten dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm yang dilakukan dengan cara sebagai berikut: Dari larutan induk beta karoten 100 ppm sebanyak 0,5 mL; 1 mL; 1,5 mL; 2 mL dan 2,5 mL dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, lalu dicukupkan volumenya

(4)

147

dengan menggunakan petroleum eter hingga 10 mL. Setelah itu diukur absorbansinya dengan

Spektrofotometer Visibel pada panjang

gelombang maksimumnya.

Penetapan Kadar Betakaroten

Untuk penetapan kadar betakaroten, ekstrak yang diperoleh dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL, lalu dilarutkan dengan

petroleum eter hingga homogen dan encerkan hingga tanda batas. Untuk blanko digunakan petroleum eter, kemudian diukur absorbannya dengan Spektrofotometer Visibel pada panjang gelombang maksimumnya. Kadar betakaroten pada sampel kemudian ditentukan berdasarkan persamaan regresi linear y = bx + a, dengan rumus (Jones, 2002):

r

Evaluasi Data Hasil Penelitian

Data yang diperoleh diolah secara statistik. Analisis yang dilakukan yaitu uji deskriptif berupa nilai rata-rata, simpangan baku, batas deteksi, batas kuantitasi, dan uji t.

HASIL DAN DISKUSI

1. Uji determinasi sampel buah naga merah dan buah naga putih yang telah dilakukan di Herbarium Fakultas Biologi Universitas Andalas.

2. Uji organoleptis buah naga merah dan buah naga putih.

3. Uji kualitatif dengan KLT, menggunakan pelarut petroleum eter : benzen (9:1), plat KLT Silika Gel 60 F254, diperoleh Rf 0,285 untuk pembanding, 0,285 untuk sampel buah naga merah dan nilai Rf 0,275 untuk sampel buah naga putih.

Tabel V. Hasil analisis kualitatif KLT betakaroten pada buah naga merah dan buah naga putih

No Sampel Plat Nilai R

f Sampel (cm) Nilai Rf Pembanding (cm)

1 Buah Naga Merah 1 0,285 0,285

2 0,285 0,285

3 0,285 0,285

∑ 0,855 0,855

Rata-rata 0,285 0,285

2 Buah Naga Putih 1 0,285 0,285

2 0,271 0,285

3 0,271 0,285

∑ 0,287 0,855

(5)

148

1. Pengukuran seri larutan standar betakaroten 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, di peroleh nilai regresi 0,997 dengan persamaan regresinya y = 0,029 + 0,0308x.

2. Uji kuantitatif sampel dengan spektrofotometri diperoleh kadar betakaroten pada buah naga merah adalah 0,995 mg/100 g dan buah naga putih adalah 0,3628 mg/100 g.

Tabel VII. Kadar Betakaroten Pada Buah Naga Merah dan Buah Naga Putih No

Kadar BetaKaroten

Buah Naga Merah Buah Naga Putih

Abs (ppm) Kadar Abs Kadar (ppm)

1 0,581 8,9562 0,244 3,4902 2 0,686 10,6605 0,279 4,0503 3 0,668 10,3732 0,235 3,3440 ∑ 29,9899 ∑ 10,8845 9,9959 3,628 SD 0,9124 SD 0,3728

Untuk melakukan pemeriksaan kandungan betakaroten pada buah naga merah dan buah naga putih. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling, buah naga merah diperoleh dari kebun di daerah Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat dengan cara mengambil buah naga dari 3 batang yang berbeda yang mewakili dari keseluruhan batang tersebut. Sedangkan buah naga putih diperoleh dari toko buah di Kota Padang dengan cara mengambil 3 buah naga putih yang mewakili semua buah naga putih pada tempat yang disediakan.

Tahap awal yang dilakukan adalah melakukan ekstraksi sampel buah naga merah dan buah naga putih dengan pelarut petroleum eter : aseton. Tujuan dilakukannya ekstraksi

adalah untuk memindahkan senyawa

betakaroten yang terkandung di dalam buah naga ke dalam larutan petroleum eter. Pada proses pengekstrakkan ditambahkan BHT 0,01%, tujuannya adalah sebagai antioksidan

karena betakaroten mudah teroksidasi

(Andarwulan & Koswara, 1992; Amaya et al., 2004).

Betakaroten adalah pigmen bewarna kuning yang larut dalam lipid, lipid bersifat mudah teroksidasi. Teroksidasinya lipid tersebut ditandai dengan bau tengik yang dihasilkannya (Ketaren, 2008). Setelah penambahan butil BHT 0,01%, dilakukan pengadukan selama ± 10 menit, pengadukan ini dilakukan untuk menurunkan lapisan diam (stagnant layer) yang membuat lapisan diam menjadi tipis, semakin cepat pengadukan maka semakin tipis lapisan diam (stagnant layer) semakin tinggi tingkat kelarutan zat dengan pelarut (Shargel & Andrew, 2005). Pelarut yang digunakan pada pengekstrakkan ini aseton dan petroleum eter, aseton digunakan untuk menarik seluruh senyawa organik yang terkandung dalam buah naga, sedangkan petroleum eter digunakan untuk menarik senyawa karotenoidnya. Aseton bersifat hidrofilik (suka air) sedangkan petroleum eter bersifat hidrofobik (tidak suka air/ larut lemak). Dengan perbedaan sifat tersebut dapat meningkatkan pemisahan antar

(6)

149

fase minyak dan fase air seingga mudah dipisahkan.

Pada proses pengekstrakan, filtrat yang telah dimasukkan ke dalam corong pisah, ditambahkan 2 mL NaCl jenuh untuk menghindari terjadinya emulsi. Emulsi dapat dipecahkan dengan adanya elektrolit. Tujuan lain dari penambahan larutan NaCl jenuh adalah untuk menambah tingkat ionisasi dari air menjadi lebih polar sehingga kemampuan pemisahan air dengan petroleum eter akan bertambah dan bermanfaat dalam pemisahan fase (Sumarauw, et al., 2013). Dilakukan penggojokan selama ± 30 menit yaitu untuk memaksimalkan penarikan betakaroten yang ada pada filtrat buah naga tersebut, lalu didiamkan hingga terbentuk dua fase, yaitu fase petroleum eter dan fase air. Setelah dipisahkan, fase petroleum eter dari campuran aseton dan aquadestilata, dilakukan penyaringan fase petroleum eter dengan kertas saring yang dilapisi dengan natrium sulfat anhidrat untuk menghilangkan sisa air yang ada pada ekstrak tersebut (Amaya, et al., 2004). Volume ekstrak yang diperoleh dimasukkan ke dalam labu 25 mL. Hasil ekstrak untuk buah naga putih 20 mL, 19 mL, 19 mL dan buah naga merah 20 mL, 21mL, 20 mL, cukupkan volume ekstrak petroleum eter hingga 25 mL.

Uji kualitatif ekstrak betakaroten dengan metoda kromatografi lapis tipis. Pada kromatografi lapis tipis fase gerak yang digunakan adalah petroleum eter dan benzen (9:1). Plat kromatografi lapis tipis yang digunakan adalah plat silika gel 60 F254, dari hasil kromatografi lapis tipis yang dilakukan diperoleh bercak bewarna kuning, dan diperoleh nilai Rf rata-rata untuk pembanding 0,285 cm. Untuk sampel buah naga merah 0,285 cm dan untuk buah naga putih 0,275 cm. Harga

Rf adalah perbandingan jarak yang ditempuh solut dengan jarak yang ditempuh dengan fase gerak. Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa sampel buah naga merah dan buah naga putih mempunyai nilai Rf yang sama dengan senyawa pembandingnya.

Pengukuran panjang gelombang serapan maksimum betakaroten murni pada konsentrasi 5 ppm, dari hasil pengukuran didapatkan adanya tiga puncak yang dihasilkan, tetapi dipilih absorban yang paling maksimum yaitu 0,205 dengan panjang gelombangnya 451 nm. Sementara itu menurut literatur panjang gelombang maksimum betakaroten adalah 450 nm (Amaya, et al., 2004). Panjang gelombang maksimum adalah panjang gelombang yang memberikan serapan yang maksimum.

Pengukuran seri larutan standar

betakaroten pada panjang gelombang

maksimum 451 nm, dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, diperoleh

nilai regresi 0,997 dengan persamaan

regresinya y = 0,029 + 0,0308x. Setelah mencari nilai regresi, maka dilakukan uji analisa validasi yang meliputi batas deteksi dan batas kuantitasi. Hal ini bertujuan untuk melihat rentang kadar betakaroten minimum yang terdapat dalam sampel buah naga.

Ekstrak sampel yang diperoleh dari buah naga merah dan buah naga putih diukur

absorbannya dengan menggunakan

spektrofotometri visibel, pada panjang

gelombang maksimum 451 nm dan diperoleh absorban sampel 0,581; 0,686; 0,668 untuk sampel buah naga merah dan 0,244; 0,279; 0,235 untuk sampel buah naga putih.

Kadar betakaroten yang diperoleh dari ekstrak buah naga merah adalah 0,9995 mg/100 g dan ekstrak buah naga putih adalah 0,3628 mg/100 g. Kadar betakaroten pada

(7)

150

sampel buah naga merah diperoleh 0,9995 mg/100 g sedangkan menurut literatur kadar betakaroten pada buah naga merah 0,005-0,012 mg/100 g (Peter, 2008). Adanya perbedaan kadar disebabkan karena berbagai faktor, faktor yang pertama adalah pada tahap prosedur kerja, pada tahap ini dilakukan sesuai dengan literatur (Amaya, et al., 2004). Sebelum melakukan pengekstrakkan alat-alat yang digunakan terlebih dahulu dibilas dengan pelarut petroleum eter untuk menghilangkan pengotor lain yang dapat mempengaruhi

senyawa betakaroten. Selama proses

pengekstrakkan digunakan aluminium foil dengan tujuan menghindari terjadinya oksidasi dari senyawa betakaroten. Karena apabila terdapat oksigen dan cahaya dapat terjadi kerusakan senyawa betakaroten (Andarwulan & Koswara, 1992). Faktor yang kedua yaitu adanya perbedaan sifat tanaman diberbagai geografis daerah, selain itu faktor lain yang mempengaruhi seperti cuaca, iklim, lahan pertanian, ketersediaan air, dan penyimpanan tanaman dapat mempengaruhi senyawa bioaktif (Nurul & Asmah, 2014). Beberapa literatur (Halimoon & Hasan, 2010; Jamilah, et al., 2011; Jayasinghe, et al., 2015; Umayah & Amrun, 2007; Zainoldin & Baba, 2009) menyatakan bahwa pada buah naga putih mengandung betakaroten dalam jumlah tertentu. Dari hasil penelitian

yang telah dilakukan diperoleh kadar

betakaroten pada buah naga putih 0,3628 mg/100 g. Kadar betakaroten pada buah naga merah lebih tinggi dari buah naga putih, karena senyawa betakaroten merupakan pigmen yang bewarna kuning, orange, dan merah. Semakin merah warnanya, maka semakin banyak unsur betakarotennya (Farikha, et al., 2013). Dari data analisa statistik pada Tabel XII terlihat kadar rata-rata betakaroten pada buah naga merah lebih tinggi dari buah naga putih. Penetapan kadar betakaroten dengan nilai sig. 0,120 > (0,05) yang berarti bahwa H0 diterima atau variansi dari kandungan betakaroten adalah sama. Berdasarkan kolom sig.(2-tailed) pada uji t dengan nilai sig. 0,000< (0,05) yang berarti bahwa H0 ditolak atau perbedaan varietas mempengaruhi kadar rata-rata betakaroten dalam sampel buah naga.

KESIMPULAN

1. Buah naga merah dan buah naga putih mengandung betakaroten. Dilihat dari uji kualitatif yang dilakukan, yakni uji KLT dengan nilai Rf pembanding 0,29 dan untuk sampel buah naga merah 0,29, buah naga putih 0,28.

2. Kadar betakaroten yang diperoleh dari buah naga merah adalah 0,995 mg/100 g dan buah naga putih adalah 0,3628 mg/100 g. Kadar betakaroten buah naga merah lebih tinggi dari pada buah naga putih.

DAFTAR PUSTAKA

Amaya, D., Rodriguez, B., & Kimura, M. (2004).

Harvestplus Handbook for Carotenoid

Analysis. Washington, DC: Harvest Plus. Andarwulan, N., & Koswara, S. (1992). Kimia Vitamin.

Jakarta: Rajawali Pers.

Barcelon, E., Carreon, L., Guilerno, J., Jacob, E., Jocson, S., Panopio, J., & Rosalinensis, S.

(2015). Consumer Acceptability and

Physicochemical Content of Red Flesh Dragon

Fruit Spread. International Journal of Advanced Research. 3(1): 363-383.

Choo, W.S., & Yong, W.K. (2011). Antioxidant Properties of Two Spesies of Hylocereus Fruits. Journal Pelagia Research Library. 2(3): 418-425. Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik

Secara Spektroskopi. Padang: Andalas University Press.

(8)

151

Farikha, I. N., Choirul, A., & Esti, W. (2013). Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Bahan Penstabil Alami Terhadap Karakteristik Fisikokimia Sari Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Selama Penyimpanan. Jurnal Teknosains Pangan. 2 : 0733-2302.

Halimoon, N., & Hasan, M. H. A. (2010). Determination and Evaluation of Antioxidative Activity In Red Dragon Fruit (Hylocereus undatus) and Green Kiwi Friut (Actinidia deliciosa). Journal of Aplied Sciences. 7(11): 1432-1438.

Jayasinghe, O., Fernando, S., Jayamanne, V., & Hettiarachchi, D.(2015). Production of a Novel Fruit-Yoghurt using Dragon Fruit (Hylocereus undatus). European Scientific Journal. 11(3): 208-215.

Nurul, S. R., & Asmah. R. (2014). Variability in Nutritional Composition and Phytochemical Properties of Red Pitaya (Hylocereus polyrizus) from Malaysia and Australia. International Food Research Journal. 21(4): 1689-1679.

Peter, K.V. (2008). Underutilized & Underexploited Horticultural Crop. (Vol. 4). India: New India Publishing Agency.

Sumarauw, W., Fatimawali., & Yudistira, A. (2013). Identifikasi dan Penetapan Kadar Asam Benzoat pada Kecap Asin yang Beredar di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi. 2 (01): 12-17.

Umayah, U. E., & Amrun, H. M. (2007). Uji Aktifitas Antioksidan Ekstrak Buah Naga putih (Hylocerreus undatus (Haw.) Britt. & Rose). Jurnal Ilmu Dasar. 8(1):83-90.

Winarsi, H. (2007). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.

Zainoldin, K.H., & Baba, A.S. (2009). The Effect of Hylocereus Polyrhizus and Hylocereus Undatus on Physicochemical, Proteolysis and Antioxidant Activity in Yogurt. Journal World Academy of Science Engineering and Technology. 3(12): 884-889.

Gambar

Tabel V. Hasil analisis kualitatif KLT betakaroten pada buah naga merah dan buah naga putih No  Sampel  Plat  Nilai R f
Tabel VII. Kadar Betakaroten Pada Buah Naga Merah dan Buah Naga Putih  No

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menjaga keberlanjutan ikatan dan jaringan, setelah selesainya program ini, para peserta tetap didorong untuk menulis di media massa atau jurnal dengan

Adapun Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media untuk dijadikan campuran adalah kualitas dari bahan tersebut, sifat kimia atau fisiknya, tersedia di pasaran,

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM untuk menguji pengaruh kepercayaan pada merk dan kepuasan terhadap loyalitas merek, maka dapat diambil kesimpulan

Survey pada suatu Rumah Sakit Umum Daerah di Jawa Tengah oleh mahasiswa residensi dari Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) UI tahun 2009 menjalaskan bahwa 58,33%

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya pengaruh pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan, pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan, sistem pengendalian

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh akupresur pada titik pericardium 6 terhadap penurunan mual dan muntah pada pasien dyspepsia di Ruang Rawat

Hasil dari tugas akhir ini adalah suatu algoritma yang memungkinkan untuk menentukan lokasi gangguan yang terjadi pada jaringan sistem distribusi aktif tidak

Provinsi   Kalimatan Selatan Kabupaten Barito Kuala.