• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

0

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP

KUALITAS AGROWISATA DI BALI

Prof. Dr. Ir. Nyoman Sutjipta, MS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(2)

1

Puji syukur kami ucapkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan yang Maha Kuasa atas berkahnya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan susah payah dan dengan biaya sendiri. Sejak bertahun-tahun penulis selalu berusaha mengikuti perkembangan pariwisata di Bali. Kekawatiran terhadap pengaruh negatif kemajuan pariwisata selalu mengusik hati penulis. Dibalik kemajuan pariwisata sebenarnya ada bom waktu yang sangat dahsyat yang membuat kehidupan sosial budaya di Bali porak porandan. Sepuluh tahun yang lalu penulis berusaha menuangkan berbagai kekawatiran ini melalui sebuah buku yang berjudul Pariwisata Revolusi di Pulau Dewata. Buku itu mengupas habis berbagai dampak negatif pariwisata yang mungkin muncul dikemudian hari.

Itulah yang mendorong penulis secara terus menerus setiap tahun menyebarkan kuesioner untuk menilai keadaan pariwisata di Bali.Syukurlah selama ini penilaian keadaan pariwisata di Bali masih dalam kondisi baik. Namun sudah banyak parameter yang menunjukkan bahwa kondisi pariwisata Bali cukup menghawatirkan. Strategi pelaksanaan pariwisata Bali memang perlu di evaluasi terus menerus dan selalu dibendung dampak negatifyang mungkin muncul.

Mudah-mudahan penelitian yang sederhana ini ada manfaatnya untuk memajukan Pariwisata di Bali. Penelitian ini masih sangat kurang oleh karena itu kritik dan saran sangat diperlukan.

Denpasar, 10 Mei 2016

RINGKASAN

Bali merupakan potensi bagi pengembangan objek wisata yang memiliki keindahan dan daya tarik tersendiri. Selain menyajikan keindahan alam dengan keanekaragaman hayati

(3)

2

di dalamnya, objek wisata di bali juga dilengkapi dengan berbagai macam kawasan pura sebagai tempat suci untuk pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Budaya unik nan indah yang dimiliki masarakat Bali inilah yang menambah ketertarikan wisatawan untuk sering mengunjungi objek wisata di Bali.

Penelitian ini berjudul Persepsi Masyarakat terhadap kualitas agrowisata di Bali. Begitu terkenalnya Bali sebagai daerah tujuan wisata, maka perlu sekali-sekali ditanyakan kepada masyarakat bagaimana persepsi mereka tentang keadaan pariwisata Bali.

Dari keseluruhan data berdasarkan hasil tabulasi kuisioner Pariwisata di Bali dari 30 responden, maka dapat disimpulkan hasil sebagai berikut:

a. Keamanan memperoleh nilai 2.094 dengan kriteria nilai baik. b. Kesejukan memperoleh nilai 2.060 dengan kriteria nilai baik. c. Ketertiban memperoleh nilai 1.881 dengan kriteria nilai sedang.

d. Pelayanan dan Keramahan memperoleh nilai 1.893 dengan kriteria nilai sedang. e. Keunikan, Keindahan, Menarik memperoleh nilai 2.766 dengan kriteria nilai sangat

baik.

f. Pengalaman memperoleh nilai 2.451 dengan kriteria nilai baik

g. Nilai tertinggi terdapat pada variabel Keunikan, Keindahan, Menarik. Ini berarti bahwa, pariwisata di Bali memang memiliki suatu keunikan, keindahan, dan menarik bagi wisatawan dengan berkunjung ke Bali.

h. Nilai paling rendah terdapat pada variabel Ketertiban. Ini berarti bahwa, pada Objek Wisata Pariwisata di Bali variabel ketertiban sangat perlu diperbaiki agar para wisatawan tetap merasa nyaman berada objek wisata ini. Dengan rasa nyaman akan kualitas pariwisata yang ditawarkan maka akan mendatangkan kunjungan yang lebih baik lagi.

i. Berdasarkan nilai keseluruhan variabel, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa potensi obyek wisata Pariwisata di Bali dapat dikatakan baik dengan total nilai 13.145. Melihat angka dan kualifikasi tersebut berarti kawasan wisata TWA ini sudah dikategorikan mampu bersaing dalam industri pariwisata. Hanya saja ada beberapa titik fokus yang harus diperbaiki dan diberdayakan lagi menuju kualitas pariwisata yang lebih baik.

Saran yang daoat diberikan dari hasil penelitian ini adalah: Kepada semua pihak pengelola Pariwisata di Bali, diharapkan untuk mengembangkan obyek wisata ini lebih baik lagi dan dapat melakukan upaya perbaikan terhadap beberapa kelemahan-kelemahan, seperti dari segi ketertibannya, keamanan, maupun pelayanan yang diberikan terhadap wisatawan. Selain itu masyarakat setempat juga harus ikut berpartisipasi dalam mengelola kawasan ini. Kerjasama pihak pengelola dan masyarakat akan mewujudkan kawasan wisata yang lebih baik lagi.

DAFTAR ISI

BAB ISI HALAMAN BAB I PENDAHULUAN ……… 1

(4)

3

1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Rumusan Masalah ……… 2

1.3 Tujuan ………. 2

1.4 Manfaat ……….. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 3

2.1. Perkembangan Pariwisata ………. 3

2.2. Kenapa Wisatawan Dunia Semakin Banyak ……….. 5

2.2.1 Wisatawan Pensiunan dan Lanjut Usia ………. 6

2.2.2 Pengaruh Baby Boomer dan Generasi DINK ………… 7

2.2.3 Perjalanan Wisatawan Semakin Panjang dan Semakin Jauh ………. 8

2.3.4 Potensi Wisatawan Bisnis ………. 9

2.2.5 Perubahan Tatanan Dunia Meningkatkan Jumlah Wisatawan ………. 11

2.2.6 Kiat Memperoleh Sukses Industri Kepariwisataan …. 12

2.3 Variabel Penilai Potensi dan Perkembangan Obyek Wisata .. 14

2.3.1 Variabel Keamanan ……….. 16

2.3.2 Variabel Kesejukan ………. 16

2.3.3 Variabel Ketertiban ………. 17

2.3.4 Variabel Pelayanan dan Keramahan ……… 17

2.3.5 Variabel Keunikan, Keindahan, dan Menarik ……. 18

2.3.6 Variabel Pengalaman ……….. 18

2.3.7 Kuesioner Penelitian ……… 18

BAB III METODE PENELITIAN ……… 23

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. 23

3.2. Jenis dan Sumber Data ………. 23

3.3. Metode Pengumpulan Data ………. 23

3.4 Teknik Analisa Data ………. 23

3.4.1 Cara Penilaian per Parameter Penelitian ………… 24

3.4.2. Klasifikasi Penilaian per Variable dari Enam Variable ……….. 24

3.4.3 Klasifikasi Penelitian Total variable ……… 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 27

4.1 Penilaian Pariwisata di Bali Ditinjau Dari Setiap Variabel …… 27

4.1.1 Variabel Keamanan ………. 27

4.1.2 Variabel Kesejukan ……… 28

(5)

4

4.1.4 Variabel Pelayanan dan Keramahan ……… 32

4.1.5 Variabel Keunikan, Keindahan, Daya tarik ……….... 33

4.1 6 Variabel Pengalaman ……… 35

4.2 Penilaian Terhadap Seluruh Variabel ……… 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 40

5.1 Kesimpulan ……….. 40 5.2 Saran ……… 41 DAFTAR PUSTAKA ……….. 42 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bali merupakan potensi bagi pengembangan objek wisata yang memiliki keindahan dan daya tarik tersendiri. Selain menyajikan keindahan alam dengan keanekaragaman hayati

(6)

5

di dalamnya, objek wisata di bali juga dilengkapi dengan berbagai macam kawasan pura sebagai tempat suci untuk pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Budaya unik nan indah yang dimiliki masarakat Bali inilah yang menambah ketertarikan wisatawan untuk sering mengunjungi objek wisata di Bali.

Walaupun Agribisnis sudah menjadi konsensus nasional untuk meningkatkan produktivitas petani dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani, namun dalam kenyataannya masih banyak kendala yang harus dihadapi dalam pelaksanaannya. Khusus untuk Bali, karena memiliki dua unggulan geografis yaitu Sistem Subak dan daerah pariwisata yang sangat terkenal maka Agribisnis yang dikembangkan ditekankan pada pemenuhan kebutuhan pariwisata yang disebut Agrowisata. Pelaksanaan Agribisnis dan Agrowisata memerlukan koordinasi berbagai pihak baik secara individual maupun secara institusi. Untuk bisa melakukan koordinasi yang baik maka persepsi perlu disamakan terlebih dahulu. Untuk menyamakan persepsi maka komunikasi antar berbagai pihak, baik para birokrat, pelaksana, maupun ilmuwan perlu dilakukan secara intensif. Fakultas Pertanian Unud perlu dikembangkan untuk melahirkan sarjana yang memahami konsep-konsep mendasar tentang agribisnis agrowisata.

Strategi prioritas pembangunan di Bali adalah Pertanian, Industri kecil dan pariwisata. Namun dalam kenyataannya pelaksanaan pembangunan di Bali mengutamakan pariwisata, kemudian industry kecil dan terakhir pertanian. Pariwisata berkembang sangat maju, tetapi pertanian kedodoran tidak berkembang malahan mengalami pelemahan. Ini terbukti dari keadaan petani yang tetap miskin yang sangat bertolak belakang dengan kemakmuran yang dialami oleh pelaku pariwisata. Dipihak lain pariwisata juga menimbulkan banyak sekali masalah. Banyak sekali muncul dampak negative dari pariwisata.

Seiring dengan berkembangnya pariwisata di Bali yang dapat dilihat dari tingginya minat wisatawan untuk berkunjung dengan berbagai tujuan, sesuai dengan selera segmen

(7)

6

pasar pariwisata yang berkunjung. Segmen pasar pariwisata semakin bervariasi mulai dari pariwisata conference, eco wisata, spiritual tourism, education tourism, tracking, adventure tourism, agro tourism, pariwisata fotografi dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi, baik teknologi komunikasi, teknologi perbankan, teknologi transportasi maka keinginan orang untuk berwisata semakin meningkat karena kemudahan akibat kemajuan teknologi membuat masyarakat sangat mudah untuk melakukan kegiatan mobilitas berwisata.

Pariwisata tidak hanya berbuah manis saja, namun banyak timbul masalah-masalah yang bersifat negative terjadi disamping tentu saja aspek positifnya. Aspek positif jelas menimbulkan perkembangan perekonomian masyarakat, lapangan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun dampak negatif muncul tidak kalah dahsyatnya yang tidak dibayangkan sebelumnya. Dampak negative yang jelas muncul adalah, penyebaran narkoba, moralitas kehidupan yang semakin buruk, fedofilia, kriminalitas, degradasi budaya lokal, masalah demografi (mass urbanisasi).

Dengan menimbang-nimbang perkembangan dampak positif dengan dampak negative pariwisata maka ada keinginan untuk menilai apakah manfaat pariwisat masih seimbang dengan dampak negatif yang muncul. Untuk itulah perlu dilakukan penilaian secara simultan perkembangan pariwisata sekaligus dengan perkembangan sosial budaya agraris dari kehidupan masyarakat di Bali. Untuk itu penulis berusaha mengembangkan instrumen penelitian atau kuesioner yang mengawinkan pariwisata dengan keadaan sosial budaya di Bali. Khususnya memasukkan unsur ekologi, pertanian, dan kehidupan budaya keamanan di Bali.

Instrumen penelitian memasukkan unsur-unsur penilaian yang berkaitan dengan (1) keamanan di Bali khususnya keamanan fisik dan keamanan jiwa yang dihadapi oleh wisatawan, (2) pengaturan ketertiban dan kehidupan tertib yang dihadapi oleh wisatawan, (3)

(8)

7

kesejukan alam Bali yang mendukung perkembangan pariwisata, (4) sistem pelayanan yang dirasakan oleh para wisatawan, (5) Keunikan, Keindahan, dan daya tarik obyek wisata di Bali (6) pengalaman yang diperoleh wisatawan selama menjadi wisatawan di Bali.

Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penilaian terhadap pariwisata di Bali untuk mencari indikator-indikator yang masih kurang baik yang perlu diperbaiki untuk mewujudkan kawasan wisata ini menjadi lebih baik lagi.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana penilaian masyarakat di Bali terhadap keadaan pariwisata di Bali? 1.2.2 Apa saja kelebihan dan kekurangan pariwisata di Bali?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui penilaian masyarakat di Bali terhadap keadaan pariwisata di Bali. 1.3.2 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pariwisata di Bali.

1.4. Manfaat

1.4.1. penelitian ini bermanfaat untuk melakukan koreksi terhadap perkembangan operasional pariwisata di Bali.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Pariwisata

Betapa besarnya gelombang pariwisata yang akan melanda dunia pada umumnya dan Bali pada khususnya. Jumlah wisatawan dunia akan bertambah terus dari

(9)

8

tahun ketahun. Tahun 2020 diduga akan ada 1,5 milyar wisatawan dunia, dengan total pengeluaran 2 triliun US dolar. Kedatangan wisatawan diduga akan menigkat 4,3 % setahun selama dua dekade mendatang dan penerimaan dari pariwisata internasional akan meningkat 6,7% setiap tahun. Wisatawan domestik dunia jumlahnya akan 10 kali lipat dibandingkan wisatawan internasional yaitu 16 milyar orang, dengan pengeluaran empat kali lipat yaitu mencapai 8 triliun US dolar. Jika Bali mampu meraih 1% saja dari prosfek angka-angka tersebut, maka pada tahun 2020 jumlah wisatawan yang datang ke Bali adalah 15 juta orang. Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi jika tidak ada antisipasi terhadap pengaruh negatifnya. Dua decade terakhir terjadi perubahan social dan budaya yang sangat cepat di Bali sejak dibukanya mass tourism ke Bali. Pilihan sudah jatuh pada “mass tourism”, bukan “quality tourism”. Akhirnya Bali mengalami demam pariwisata. Demam pariwisata menyebabkan orang hanya berpikir bisnis dan uang, meninggalkan nilai-nilai harmoni social budaya. Demam pariwisata menyebabkan orang berpikir tidak seimbang, hanya melihat aspek positif saja tanpa mempedulikan aspek negatifnya, padahal manusia Bali sangat sadar akan adanya filosofi Rhua Bhineda, bahwa positif-negatif atau baik-buruk atau untung-rugi selalu bergandengan tanpa bisa dipisahkan dalam setiap aspek kehidupan.

Pariwisata dunia saat ini menjadi industri terbesar di dunia dengan begitu banyak aspek dinamik yang terlibat didalamnya seperti ekonomi, sosial budaya, agama, politik, iptek, transportasi, komunikasi, lingkungan dan bahkan kriminalitas. Bagi banyak negara dan bagi sebagian besar orang pariwisata merupakan penghasil uang terbesar dan sektor terkuat dalam pembiayaan ekonomi secara global. Pariwisata menjanjikan kemajuan ekonomi kepada banyak orang dan banyak negara di dunia ini. Orang yang bepergian keluar negaranya akan terus bertambah dari tahun ketahun seiring dengan kemudahan dan kenyamanan yang diberikan oleh kemajuan teknologi, khususnya teknologi komunikasi dan transportasi. Jumlahnya akan dua kali lipat 20 tahun mendatang.

(10)

9

Menurut John Naisbitt (dalam Global Paradox, 1994) pariwisata mempekerjakan 204 juta orang di seluruh dunia, atau satu dari sembilan pekerja yang ada, 10,6 persen dari angkatan kerja global. Pariwisata adalah penyumbang ekonomi terkemuka di dunia menghasilkan 10,2 persen produk nasional bruto dunia. Pariwisata adalah produsen terkemuka untuk pendapatan pajak sebesar US$655 miliar. Pariwisata merupakan industri terbesar dunia dalam hal pengeluaran bruto, yaitu mendekati US$3,4 triliun. Pariwisata merupakan 10,9% dari semua belanja konsumen, 10,7 persen dari semua investasi modal, dan 6,9% dari semua belanja pemerintah. Pariwisata akan menghasilkan 144 juta pekerjaan di seluruh dunia sampai tahun 2005 dimana diantaranya 112 juta pekerja berkembang pesat di Asia Pasifik. Dalam abad 21 ini akan terjadi gelombang wisatawan Asia di pasar-pasar seluruh dunia, negara-negara asia akan menjadi tujuan wisata yang utama.

Menurut Dieter Brauer (dalam Development and Cooperation No. 5/2000 September-October) “tourism has become the biggest industry in the world. It offers jobs for 200

million people and contributes 11,7 per cent to global Gross National Product. Almost 700 million tourist arrivals are expected for this year, and this number is estimated to grow to 1,5 billion by the year 2020”.

Studi WTO menunjukkan bahwa pada 2020 akan ada 1,5 milyar wisatawan yang akan bepergian keluar negaranya dengan pengeluaran 2 triliun US dolar, atau 5 milyar US dolar setiap hari. Ini berarti mendekati tiga kali lipat dibandingkan wisatawan pada tahun 1999 yang tercatat sejumlah 663 juta orang, atau lebih dari lima kali pengeluaran wisatawan yang tercatat US$453 milyard pada akhir tahun 1999. Kedatangan wisatawan diduga akan tumbuh 4,3 % setahun selama dua dekade mendatang dan penerimaan dari pariwisata internasional akan meningkat 6,7% setiap tahun. Wisatawan domestik jumlahnya akan 10 kali lipat dibandingkan wisatawan internasional yaitu 16 milyar orang, dengan pengeluaran empat kali lipat yaitu mencapai 8 triliun US dolar. Jika Indonesia mampu meraih 1% saja dari prosfek

(11)

10

angka-angka tersebut, maka dapat dibayangkan berapa besar pemasukan dari sektor pariwisata. Namun banyak orang tidak memikirkan bahwa semakin besar jumlah wisatawan yang datang maka peluang daya rusaknya juga akan semakin besar bagi daerah kunjungan wisata.

Muncul pertanyaan, apa yang diharapkan dari kebesaran prosfek pariwisata bagi kehidupan rakyat kecil dan bagi kehidupan petani?. Apakah dibiarkan yang miskin akan tetap miskin sedangkan yang memiliki akses yang kuat secara langsung memperoleh keuntungan dari perkembangan pariwisata akan semakin kaya?. Padahal salah satu tujuan ideal dari pariwisata adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya secara keseluruhan, bukan kesejahteraan hanya segelintir orang.

2.2. Kenapa Wisatawan Dunia Semakin Banyak?

Jumlah wisatawan akan terus bertambah dari tahun ketahun. Dari segi bisnis hal ini tentu akan sangat menggembirakan sehingga menambah semangat para investor untuk ikut bersaing meraih bagian keuntungan dari pariwisata. Namun dari segi social, budaya dan lingkungan tentunya prosfek ini merupakan ancaman yang dapat merusak segalanya. Jika mampu menyeimbangkan dua kekuatan Rhua Bhineda yaitu positif dan negatif pembangunan pariwisata, maka kemanfaatannya akan sangat besar untuk membuat kelestarian dan harmonisasi sosial di Bali yang dalam istilah saat ini sedang berkembang istilah Ajeg Bali yang padanan dalam istilah universalnya adalah pembanguan yang sustainable atau berkelanjutan

2.2.1 Wisatawan Pensiunan dan Lanjut Usia

Salah satu penyebab semakin membludaknya jumlah wisatawan dunia adalah karena berubahnya struktur demografi dunia. Teknologi kesehatan yang semakin maju menyebabkan

(12)

11

orang dalam usia 60 keatas memiliki tingkat kesehatan yang prima. Dengan kesehatan yang baik, ditambah dengan rancangan pensiun yang baik, dan sistem demokratisasi yang baru menyebabkan populasi usia senja ini lebih banyak melakukan perjalanan baik lewat jalan raya, lewat udara, maupun lewat laut.

Populasi ageing atau senior citizen atau manusia lanjut usia ini jumlahnya cukup besar. Populasi orang di atas 55 tahun ini di Amerika Serikat akan bertambah dari 21% saat ini menjadi 27% pada tahun 2010. Pada umur ini orang mulai mengelilingi dunia setelah selama ini umurnya dihabiskan untuk bekerja. Umur harapan hidup yang makin panjang menyebabkan orang lanjut usia (lansia) juga semakin banyak. Bentuk piramida kependudukan negara-negara maju berubah dengan struktur balita yang sangat sedikit karena angka kelahiran yang kecil dan jumlah lansia yang banyak karena umur harapan hidup yang semakin panjang. Para lanjut usia ini ada dalam kondisi pensiun artinya banyak waktu luang dan juga dalam kondisi memiliki tabungan yang cukup besar karena Income atau GDP yang sangat tinggi dengan system penggajian yang sangat baik dan social insurance (jaminan pensiun) yang sangat melindungi para lanjut usia. Manusia jenis ini memiliki kecendrungan ingin bepergian kemana saja untuk melihat dan memperoleh pengalaman yang sebanyak-banyaknya menjelajahi dunia ini. Banyak negara telah memiliki umur kependudukan yang tua yaitu persentase jumlah lansianya lebih dari 20%. Dengan tingkat kesejahteraan yang memadai maka manusia jenis ini kerjanya hanya ingin mencari kenikmatan, kenyamanan, ketenangan dengan bepergian keliling dunia sebagai wisatawan.

Apa yang terjadi dengan lansia di Indonesia?. Lansia di Indonesia tidak banyak pengaruhnya bagi keinginan untuk bepergian kemana-mana, karena semakin panjang umurnya berarti semakin panjang penderitaannya karena ketidak mampuan mereka dalam segala aspek kehidupan. Lansia di Indonesai dan khususnya di Bali justru semakin tidak berdaya dengan semakin bertambahnya umur. Keinginan untuk bersenang-senang sebagai

(13)

12

wisatawan harus dikubur dalam-dalam. Sitem perlindungan social (social security or social

insurance) bagi kaum lansia di Indonesia sungguh sangat berbeda dibandingkan dengan social security di negara-negara maju. Di Indonesia lansia adalah laskar tak berguna dan

cendrung dianggap sebagai beban pembangunan atau beban masyarakat. Di negara-negara maju lansia memiliki posisi tawar yang tinggi yang ikut menentukan kebijakan bangsa, negara, pemerintahan dan segala aspek kehidupan bangsanya.

2.2.2 Pengaruh Baby Boomer dan Generasi DINK

Pengaruh generasi Baby Boomer di seluruh dunia, khususnya di Amerika Serikat dan beberapa negara industri maju lainnya yaitu generasi yang lahir antara 1946 sampai 1954, saat ini telah mencapai usia dewasa atau usia matang dan mencapai tingkat penghasilan puncaknya. Pada saat itu kesejahteraan dunia karena pengaruh revolusi industri mulai bangkit. Ketika kesejahteraan mulai bangkit, keluarga mulai memperoleh rasa aman dalam kesejahteraannya sehingga merasa pantas dan mampu memiliki anak banyak sehingga angka kelahiran juga semakin besar. Tingkat fertilitas melonjak sehingga melahirkan masa Baby

Boom, dan saat ini telah meledak menjadi generasi dewasa. Mereka pada umumnya

berpendidikan tinggi dan terus menerus memiliki naluri atau keinginan untuk bepergian yang cendrung semakin jauh dan mencari pengalaman yang lebih besar. Kemajuan teknologi kemunikasi dan transportasi tidak saja menyebabkan abad 21 ini menjadikan pariwisata sebagai "the worlds biggest industry" tetapi juga mencatat prestasi "the largest by far that the

world has ever seen".

Negara-negara maju mengalami perubahan struktur kependudukan yang juga mendorong pergerakan manusia menjadi wisatawan, yaitu munculnya generasi DINK (Dual Income No Kid). Pasangan suami istri saat ini merupakan pasangan yang keduanya sebagai pencari nafkah. Karena sibuk dengan pekerjaannya maka pasangan ini cendrung tidak berkeinginan

(14)

13

untuk punya anak. Anak dianggap sebagai penghalang untuk melaksanakan tugas pekerjaannya. Karena tidak punya anak maka mereka cendrung memiliki income yang tinggi dengan tingkat pengeluaran yang rendah karena tidak harus membayar rumah, makan dan pendidikan untuk anak-anaknya. Generasi pasangan seperti ini merupakan mode di negara-negara maju sehingga mereka memiliki kecendrung bebas bepergian kemana saja dan malahan berusaha mengunjungi tempat-tempat yang semakain jauh dan semakin panjang. Melakukan perjalanan sejauh mungkin menjadi obsesi mereka.

2.2.3 Perjalanan Wisatawan Semakin Panjang dan Semakin Jauh

Visi pariwisata 2020 menunjukkan bahwa wisatawan abad 21 akan tercatat sebagai wisatawan dengan menghabiskan waktu terlama selama liburannya, dengan bepergian ke China dan bahkan ke luar angkasa. Persentase wisatawan dengan bepergian lama atau waktu panjang) ini diduga akan terus meningkat dari 18 % tahun 1995 menjadi 24% tahun 2020. Pengusaha pariwisata yang melihat kesempatan memperoleh untung dari booming wisatawan ini merekomendasikan kepada wisatawan untuk berkunjung ke Asia. China akan menjadi destinasi utama pada tahun 2020 dan akan menjadi empat besar daerah yang paling mendatangkan untung. Destinasi lainnya yang diduga akan membuat langkah besar dalam industri pariwisata adalah Rusia, Hong Kong, Thailand, Singapore, Indonesia dan Afrika Selatan. Perjalanan wisata keluar angkasa akan terrealisir pada 2004 atau 2005.

Namun demikian, walaupun dunia pariwisata mencatat prestasi spektakuler, mayoritas penduduk dunia tidak akan pernah menginjakkan kakinya keluar dari negaranya, bahkan keluar dari desanya sampai tahun 2020. Studi menunjukkan bahwa hanya 7 % dari populasi dunia akan bepergian secara internasional sampai 2020, yang pada tahun 1996 hanya 3,5%. (Focus on Tourism, D&C No.5/2000 September/October).

(15)

14

Sangat kontradiktif kehidupan wisatawan dunia yang berkeliling semakin jauh dan semakin panjang dibandingkan dengan kehidupan lokalit manusia yang ada dinegara-negara berkembang yang miskin yang tidak pernah beranjak keluar desanya, boro-boro berkeliling dunia. Adilkah dunia ini dan siapa yang dapat disalahkan dengan ketidak adilan kehidupan manusia di sunia ini? Adilkah jika Asia menjadi obyek tontonan yang dengan istilah sopannya dijadikan daerah tujuan wisata, padahal system pariwisata dunia saat ini berlangsung system eksploitasi sumber daya alam negara berkembang oleh negara-negara maju dengan tingkat ekonomi yang jauh meninggalkan kemiskinan manusia di negara-negara berkembang. Siapa yang bisa disalahkan?. Salahkah negara-negara maju menjadi kaya raya dan penduduknya sejahtera, sebaliknya sebagian besar manusia di negara-negara miskin berjuang untuk memenuhi kebutuhan makan dengan mutu gizi yang paling sederhana. Siapa yang disalahkan jika mutu sumber daya manusia di negara-negara berkembang sangat jauh ketinggalan dibandingkan negara-negara maju.

2.3.4 Potensi Wisatawan Bisnis

Mengglobalnya perusahaan kelas dunia dan terjadinya aliansi perusahaan-perusahaan besar dan kecil antar negara akan mempengaruhi semakin tingginya frekuensi orang-orang perusahaan melakukan pertemuan. Pertemuan yang terjadi merupakan penggabungan antara bisnis dan bersenang-senang sehingga lahir pula wisatawan bisnis. Wisatawan bisnis ini sangat menguntungkan perusahaan penerbangan karena dengan 20 persen kapasitas ruangan yang disediakan untuk kelas bisnis ini, mampu menyumbangkan 50 persen laba perusahaan penerbangan. Oleh karena itu perusahaan penerbangan sangat memanjakan wisatawan bisnis ini dengan melakukan survai kebutuhannya. Hasilnya adalah pelayanan yang istimewa untuk mereka misalnya tempat duduk yang lebih leluasa, makanan yang lebih baik, kelonggaran yang lebih besar untuk bagasi, telepon, internet dan fax di

(16)

15

udara, pengaturan perjalanan dan transportasi lokal sehingga bisnis tetap dapat dilakukan dengan baik dan cepat selama perjalanan mereka.

Wisatawan bisnis merupakan pangsa besar dari pariwisata, dan mereka akan memilih pertemuan pada tempat-tempat yang indah, nyaman, aman dan murah. Pilihan akan jatuh kepada distinasi yang bertebaran di Asia Pasific yang diramalkan merupakan distinasi yang paling memiliki prosfek baik di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan karena distinasi ini dianggap murah disamping memiliki kelebihan budaya yang menarik dan daerahnya masih memiliki lingkungan yang alamiah.

Pertemuan antar ilmuwan untuk membicarakan berbagai masalah keilmuan dan teknologi tidak bisa dihindari lagi harus merupakan peertemuan global antar negara dan akan berlangsung semakin tinggi persentasenya setiap tahun. Pertemuan ilmuwan ini melahirkan

"Tourist Convention" yang merupakan kelompok-kelompok wisatawan dalam rombongan

besar. Tourist convention ini juga terjadi antar para birokrat pemerintahan didunia. Tourist

conventian ini akan memiliki kecendrungan terus meningkat seiring dengan pengaruh

globalisasi dan pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Apalagi kecendrungan perusahaan saat ini berkembang memiliki jaringan yang mendunia atau mengglobal, memanfaatkan teknologi komunikasi dan transportasi yang semakin maju. Jenis Tourist

Convention ini membuka lapangan kerja khusus sehingga dibutuhkan ahli-ahli Convention Tourism yang jarang dibuka oleh sekolah-sekolah pariwisata. Sekolah-sekolah pariwisata

hanya mencetak robot-robot hotel atau pelayan-pelayan hotel.

2.2.5 Perubahan Tatanan Dunia Meningkatkan Jumlah Wisatawan

Pertumbuhan pariwisata juga didorong oleh perubahan global politik dunia yang mengarah pada proses demokratisasi. Perubahan perang dingin antara dua kekuatan dunia yaitu Amerika dan Uni Soviet dan penggabungan Jerman Timur dengan Jerman Barat

(17)

16

menyebabkan 430 juta penduduk negara-negara Eropah Timur dan bekas Uni Soviet ini bebas mengadakan perjalanan setelah selama 50 tahun dikurung oleh tirani negaranya. Ini adalah populasi yang lebih besar dari seluruh populasi Eropah Barat. Berhentinya perang dingin ini juga menyebabkan dunia tidak lagi mencurahkan begitu banyak sumber dayanya untuk perlombaan senjata sehingga masyarakat dunia memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengadakan perjalanan, melakukan perdagangan internasional dan lebih banyak melakukan investasi melintasi perbatasan internasional.

Peristiwa global lainnya yang juga memiliki dampak yang sangat besar terhadap perkembangan dunia pariwisata adalah perubahan perekonomian Negara Cina dan India dari sistem perkonomian tertutup menjadi perekonomian bebas sehingga sangat memungkinkan 38% populasi dunia di dua negara ini bebas melakukan perjalanan wisata dan sebaliknya bebas dikunjungi oleh wisatawan dunia. Dua negara ini memiliki daya tarik yang cukup besar untuk dikunjungi oleh wisatawan. Pengaruh lainnya adalah dibukanya hubungan diplomatik beberapa negara dengan Cina seperti Korea Selatan dan juga Indonesia. Amerika Serikat memperoleh ijin perjalanan ke Vietnam. Apalagi sudah ada tanda-tanda awal akan terjadi penggabungan Korea Utara dengan Korea Selatan, akan semakin memperbesar munculnya arus lintas wisatawan antar satu negara dengan negara lainnya.

Oleh karena itu tidak ada rumus yang membuat kecendrungan jumlah wisatawan pada satu destinasi seperti Bali akan menurun. Penurunan hanya akan terjadi secara insidental sewaktu-waktu jika terjadi isu-isu negatif seperti berjangkitnya penyakit, isu politik, perang, keamanan dan terorisme yang biasanya hanya berpengaruh sesaat. Itulah sebabnya ketika Bom Bali meledak pada Oktober 2002, saya meramalkan pemulihan situasi normal di Bali akan terjadi paling lama enam bulan. Jika tidak terjadi kejadian beruntun yaitu Perang Irak dan Penyakit SARS pemulihan situasi enam bulan optimis dapat dicapai oleh Bali. Isu negatif lain yang juga akan berpengaruh negatif terhadap pariwisata di Bali adalah isu banyaknya

(18)

17

orang Indonesia yang terlibat dalam gerakan terorisme, bahkan terorisme internasional, isu kekerasan politik. Isu HAM dan negara yang sakit dengann tingkat korupsi yang paling tinggi di dunia akan menjadi isu negatif juga dalam mempengaruhi perkembangan pariwisata di Indonesia.

2.2.6 Kiat Memperoleh Sukses Industri Kepariwisataan

Persaingan antar destinasi untuk merebut kunjungan wisatawan akan semakin tajam, yang harus direbut dengan usaha keras. Upaya pemeliharaan dan perbaikan lingkungan merupakan isu penting. Suatu daerah dekat Kutub Utara yang penduduknya terbiasa membantai anjing laut untuk diambil bulunya kemudian dijual, merupakan contoh pengrusakan lingkungan yang justru tidak menarik bagi wisatawan. Namun begitu masyarakatnya memperoleh manfaat dari banyaknya wisatawan yang ingin melihat anjing laut, maka pembantaian itu terhenti, justru terbalik menyayangi anjing laut tersebut. Di Desa Petulu Kabupaten Gianyar, burung Cangak (Gagak Putih) dikeramatkan sehingga tidak ada penduduk yang berani mengusiknya, justru menjadi tontonan yang sangat menarik bagi wisatawan dan menjadi aset daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Monyet yang pernah dibantai dan diburu untuk dikonsumsi oleh orang Bali khususnya monyet hitam (Irengan) di hutan Bali Barat, saat ini menyisakan sesal, karena tidak lagi dijumpai Irengan di hutan Bali Barat. Namun monyet lain masih tersisa dan dijadikan berkah sebagai daya tarik wisatawan. Populasi monyet juga tetap lestari pada beberapa konsentrasi monyet di Bali seperti di Sangeh, Alas Kedaton Tabanan, Pulaki, Tamblingan dan beberapa tempat lainnya. Legenda Jayaprana-Layonsari hanya menyisakan kenangan bahwa di Bali Barat pernah hidup harimau, yang saat ini tidak mungkin lagi ditemukan, bahkan hutannya sudah menjadi tanah lapang.

Faktor-faktor negatif yang muncul dari proses pembangunan harus dieleminir. Pada kurun waktu 1998 sampai tahun 2003 secara beruntun banyak muncul peristiwa yang berakibat buruk bagi kunjungan wisatawan ke Bali. Peristiwa tersebut antara lain gangguan

(19)

18

keamanan, kriminalitas, demonstrasi, keberingasan masa, pembakaran rumah, perampokan, pemerkosaan, pembunuhan dan juga meluasnya penggunaan narkotika. Penjarahan hutan oleh penduduk juga merupakan isu penting yang menyebabkan wisatawan tidak mau datang. Pembakaran hutan tropis secara besar-besaran di daerah Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi merupakan isu yang sangat efektif digunakan oleh negara-negara maju untuk melakukan boikot kunjungan wisata. Negara-negara maju sering menggunakan isu lingkungan untuk menghambat kedatangan wisatawan ke suatu daerah. Saat ini bahkan negara-negara maju mengganjal import furniture dari Indonesia dengan alasan penyertaan legalitas asal kayu. Meubel yang tidak jelas asal kayunya dilarang diperdagangkan di pasar internasional.

Kiat untuk mengembangkan pariwisata modern kedepan adalah pemanfaatan teknologi tinggi seperti teknologi elektronik, teknologi komunikasi dan juga disertai dengan sumber daya manusia profesional. Kemudahan pengelolaan pariwisata dengan segala aspeknya semakin dimungkinkan menjadi sangat efisien, efektif, murah dan cepat dengan menggunakan elektronik teknologi. Oleh karena itu jika ingin bersaing, maka penguasaan elektronik-mail akan sangat menentukan dalam memenangkan persaingan. Padahal keahlian ini masih sangat langka dan banyak sekolah pariwisata tidak menggarap tenaga ahli bidang ini. Tenaga-tenaga lokal banyak yang belajar secara otodidak sehingga kemampuannya sangat terbatas, sehingga banyak tenaga ahli datang dari luar. Akibatnya terjadi kecemburuan antara ahli lokal dengan ahli luar dalam hal upah. Kependidikan pariwisata hanya memfokuskan diri pada tenaga-tenaga professional hotel, bahkan tidak layak disebut tenaga professional karena system pendidikannya menghasilkan pekerja-pekerja robot yang melihat pariwisata seperti kaca mata kuda. Kedepan, Bali tidak bisa bersaing dengan hanya mengandalkan budaya dan nilai-nilai ketradisionalannya. Harus didukung oleh manajemen global dan pemanfaatan teknologi elektronik. Pariwisata budaya tidak akan dilemahkan oleh

(20)

19

manajemen industri pariwisata modern dengan penggunaan elektronik teknologi dan teknologi komunikasi.

2.3 Variabel Penilai Potensi dan Perkembangan Obyek Wisata

Pengukuran memang sangat penting dalam menentukan sesuatu baik itu berupa barang yang dapat dilihat secara nyata maupun sesuatu yang hanya bisa kita rasakan. Misalnya pengukuran secara nyata yaitu mengukur banyak barang. Pengukuran banyak barang dapat kita lakukan dengan cara menghitungnya. Sedangkan pengukuran sesuatu dengan menggunakan perasaan yaitu seperti keindahan suatu objek pariwisata, kenyamanan yang diberikan. Hal tersebut hanya bisa kita rasakan sendiri karena menyangkut perasaan yang timbul dari dalam diri kita sendiri. Sehingga, penilaian antar orang berbeda-beda antara satu hal dengan yang lainnya.

Berbagai varibael yang dikembangkan untuk mengetahui dan mengukur potensi atau keadaan pariwisata di suatu daerah adalahsebagai berikut:

1. KEAMANAN: keamanan dan ketertiban suatu daerah, sosial secutity atau keamanan sosial misalnya akses rumah sakit, pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit, rasa aman lahir bathin ada di Bali, kebersihan sehingga menjamin kesehatan para wisatawan, jaminan keselamatan jiwa dan harta pada waktu beradadi daerah pariwisata, bebas dari gangguan kriminalitas, kemudahan memperoleh makanan yang sehat

2. KESEJUKAN: penataan lingkungan di daerah pariwisata, adanya pertamanan untuk wisatawan dapat berekreasi, system penghijauan penghijauan sehingga menyejukkan, keindahan kota untuk wisatawan, pengelolaaan sampah dan limbah sehingga menyejukkan perasaan wisatawan, adanya pencemaran lingkungan, bebas dari bau busuk dari lingkungan kota, jaminan memperoleh produk pertanian organik

(21)

20

3. TERTIB yaitu kepastian hukum (law inforcement) didaerah wisata sehingga wisatawan mudah berurusan dengan hukum, kepastian waktu, aparat yang jujur dan melindungi, budaya antre dan kedisiplinan,

4. PELAYANAN DAN KERAMAHAN: keramahan masy di daerah pariwisata, rasa bersahabat, kesadaran masyarakat terhadap pariwisata, mutu pelayanan yang ditunjukkan kepada wisatawan, kemudahan memperoleh informasi yang akurat.

5. UNIK, INDAH, MENARIK: pemandangan alam yang indah dan menarik, obyek wisata yang cukup bervariasi, kebersihan pada obyek-obyek pariwisata, kebudayaan yang menarik, pantai yang bersih dan menarik, lingkungan yang indah dan bersih, wajah kota yang unik dan tradisional, pertamanan yang indah bersih dan menarik di lingkungan hotel, jalur wisata yang menarik, bengunan-bangunan yang unik dan bersejarah, atraksi yang unik dan menyenangkan wisatawan

6. PENGALAMAN : potensi manusiawi yang ada di daerah pariwisata (misalnya keramahan, sadar wisata, berbudaya, siap melayani), potensi alam (keindahan, kebersihan, cenderamata yang mudah diperoleh)

Dalam menentukan kelayakan suatu tempat atau objek pariwisata kita juga harus mengukurnya supaya objek pariwisata yang dibuka tersebut dapat dikembangkan dan semua orang dapat menikmatinya. Adapun pengukurannya tersebut dapat dibagi menjadi enam variabel, yaitu seperti Variabel Keamanan, Variabel Kesejukan, Variabel Ketertiban, Variabel Pelayanan dan Keramahan, Variabel Keunikan Keindahan dan Menarik, dan Variabel Pengalaman. Berikut merupakan pengukuran yang dilakukan berdasarkan variabel – variabel yang ada yaitu :

Secara lebih rinci masing-masing variable itu dapat diuraikan sebagai berikut:

(22)

21

Pada variabel keamanan ini diukur bagaimana keamanan yang terdapat pada suatu objek pariwisata apakah dapat mendukung dengan baik atau buruk. Subsistem variabel keamanan ini meliputi bagaimana hubungan antara masyarakat dengan pengadaan objek pariwisata yang ada disana apakah mereka mendukung atau tidak. Sehingga dengan adanya dukungan dari masyarakat setempat akan menyebabkan objek pariwisata tersebut dapat dikembangkan lagi. Yang paling penting lagi yaitu bagaimana pengadaan rumah sakit atau penyelamatan yang terdapat pada objek pariwisata tersebut. Apabila pada objek pariwisata terdapat yang terpadu antara keamanan fisik dengan keselamatan kesehatan jiwa pengunjung akan memberikan nilai lebih pada objek pariwisata tersebut. Sehingga, wisatawan akan tertarik untuk berkunjung kesana karena keselamatan mereka terjamin dan jika terjadi apa – apa mereka akan mampu untuk pergi ke rumah sakit dengan cepat karena terdapat fasilitas kesehatan yang mendukung. Selain fasilitas tersebut yang tak kalah pentingnya yaitu fasilitas telekomunikasi yang tersedia. Dengan fasilitas ini akan menambah rasa keyakinan akan keamanan yang diberikan oleh pengelola objek pariwisata tersebut.

2.3.2 Variabel Kesejukan

Variabel ini memberikan kesan refresh pada otak. Dimana setelah melakukan banyak kegiatan dan otak menjadi stress dengan berwisata pada tempat yang sejuk ini akan dapat mengheningkan pikiran dan otak tidak stress lagi. Dari kesan tersebut akan membangkitakan minat dari pada wisatawan untuk berkunjung dan mengajak orang lain atau teman dekatnya untuk berkunjung kesana. Sehingga, dari satu atau dua orang tersebut akan mampu untuk mempromosikan tempat tesebut menjadi tempat pariwisata yang ramai pengunjung. Hal – hal yang perlu dilakukan pada variabel kesejukan ini yaitu adanya penataan lingkungan yang nyaman dan rapi seperti taman yang hijau dengan bunga yang berwarna – warni. Dengan adanya hal – hal tersebut akan menjadikan nilai tambah pada suatu objek wisata.

(23)

22

2.3.3 Variabel Ketertiban

Ketertiban pada objek pariwisata untuk dapat masuk dan menikmati keindahannya akan dapat menunjang dari pada pengembangan objek pariwisata tersebut. wisatawan mengidam – idamkan suatu objek pariwisata yang terstruktur dimana untuk mengunjunginya ada budaya antre sehingga, mengurangi dari pada ketidak nyamanan untuk berkunjung kesana. Seperti jika tidak ada peraturan yang tegas dalam berkunjung ke tempat wisata tersebut maka pengunjung akan berebut untuk saling mendahulukan masuk ketempat pariwisata tersebut dan hal ini akan terlihat jelas ketika terjadi liburan sekolah. Banyak orang ingin berlibur ketempat yang didambakan tersebut, jika tempat tersebut tidak diatur ketertibannya maka kenyamanan pengunjung akan terganggu. Kejadian ini akan menjadi mengurangi kesan nyaman dalam berkunjung. Selain itu juga adanya aparat yang jujur untuk melindungi kenyamanan pengunjung dari pada berwisata.

2.3.4 Variabel Pelayanan dan Keramahan

Pelayanan dan keramahan sangat penting dalam menentukan kelayakan suatu objek pariwisata. Karena dari pelayanan yang ramah tersebut dapat kita nilai apakah objek pariwisata tersebut layak untuk dikembangkan atau tidak. Pelayanan yang ramah akan membuat wisatawan akan tertarik lagi untuk kembali datang ketempat tersebut dari keramahan pengelola, wisatawan akan mendapat kesan yang menarik dari tempat wisata tesebut. Kesan nyaman akan dirasakan oleh wisatwan saat berkunjung ke objek tersebut. sehingga semakin baik pelayanan dan ramahnya pelayanan yang diberikan maka, semakin banyak pula wisatawan yang berkunjung kesana.

(24)

23

Semakin unik, indah dan menarik tempat wisata maka, akan semakin banyak pula pengunjung yang datang kesana. Seperti di Monkey Forest, Ubud banyak wisatawan datang kesana untuk menikmati keunikan dari pada monyet – monyet yang ada disana. Keunikan monyet tersebut yaitu mempunyai wilayah – wilayah tertentu untuk di kuasainya dan tingkah laku mereka yang jinak kepada para wisatawan yang berkunjung kesana. Hal seperti inilah yang diminati oleh wisatawan untuk berkunjung kesuatu tempat wisata. Jika tempat tersebut tidak memiliki nilai keunikan, keindahan, dan menarik, akan jarang ada wisatawan untuk datang berkunjung kesana.

2.3.6 Variabel Pengalaman

Kesana yang menarik akan menimbulkan pengalaman yang tak terlupakan. Dengan adanya pengalaman yang menarik tersebut membuat wisatawan untuk datang lagi ketempat tersebut. Dari hal itu akan menyebabkan objek wisata tersebut patut untuk dikembangkan.

Variabel – variabel itulah yang menjadi tolak ukur dalam usaha untuk mengembangkan objek wisata. Jika semua variabel tersebut menunjukkan nilai rata – rata baik maka tempat tersebut patut untuk dilakukan usaha lebih lanjut dalam usaha pengembangannya.

Dari penjelasan rinci dari 6 variable tersebut maka dapat disusun alat instrument berupa kuesioneer untuk melakukan penelitian sebagai berikut:

2.3.7 Kuesioner Penelitian

Kuesioner penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kuesioner Penelitian Untuk Mengukur Potensi Pengembangan Pariwisata

No INDIKATOR/PARAMETER SKOR

I KEAMANAN

1 Rasa aman dari pencurian 1 2 3 4 5 2 Pelayanan rumah sakit jika jatuh sakit 1 2 3 4 5 3 Keselamatan jiwa 1 2 3 4 5 4 Rasa aman dari gangguan kriminalitas 1 2 3 4 5

(25)

24

3 Rasa aman dari terorisme 1 2 3 4 5 6 Rasa aman dari penipuan 1 2 3 4 5 7 Rasa aman dari kecelakaan lalu lintas dlm perjalanan 1 2 3 4 5 6 Rasa aman dari gangguan masyarakat lokal 1 2 3 4 5 8 Rasa aman dari makanan sehat yang dijual lokal 1 2 3 4 5 9 Rasa aman dari gangguan/penyakit krn binatang 1 2 3 4 5 10 Rasa aman dari penyakit menular 1 2 3 4 5 11 Jaminan keamanan dan kesehatan makanan 1 2 3 4 5 12 Keamanan konsumsi hasil pertanian dari pestisida 1 2 3 4 5 13 Keamanan makanan berbahan pengawet/ kimia 1 2 3 4 5 14 Rasa aman dari pelecehan seksual 1 2 3 4 5 15 Rasa aman dari pungutan liar 1 2 3 4 5 16 Rasa aman dari gangguan binatang liar 1 2 3 4 5 17 Rasa aman dari pelayanan money changer 1 2 3 4 5 18 Rasa aman dari bencana alam 1 2 3 4 5 Rasa aman dalam perjalanan malam hari 1 2 3 4 5 20 Rasa aman dari pelayanan polisi 1 2 3 4 5

TOTAL SKOR

II KESEJUKAN

1 Kualitas penataan lingkungan 1 2 3 4 5 2 Penataan pertamanan 1 2 3 4 5 3 Kualitas reboisasi/penghijauan 1 2 3 4 5 4 Keindahan flora/fauna 1 2 3 4 5 5 Pengelolaan sampah 1 2 3 4 5 6 Pengelolaan limbah 1 2 3 4 5 7 Pencemaran lahan dan danau 1 2 3 4 5 8 Penilaian tentang pengelolaan sampah 1 2 3 4 5 9 Pertanian organik/bebas pestisida 1 2 3 4 5 10 Fasilitas yang disediakan untuk pengunjung 1 2 3 4 5 11 Penilaian anda tentang ecotourism 1 2 3 4 5 12 Suasana dan pemandangan obyek wisata 1 2 3 4 5 13 Kesejukan tempat-tempat wisata 1 2 3 4 5 14 Kesejukan tempat menginap/hotel 1 2 3 4 5 15 Tersedianya taman-taman yang nyaman 1 2 3 4 5 16 Kesejukan tanaman perindang jalan 1 2 3 4 5 17 Kebersihan aliran sungai di kota 1 2 3 4 5

18 Polusi udara 1 2 3 4 5

19 Pengaturan lalu lintas 1 2 3 4 5 20 Kualitas lingkungan 1 2 3 4 5

TOTAL SKOR

III KETERTIBAN

1 Pengaturan ketertiban pengunjung 1 2 3 4 5 2 Tanggung jawab pengunjung mentaati aturan

(responsible tourism)

(26)

25

3 Penjelasan aturan oleh petugas 1 2 3 4 5 4 Kecukupan aturan/larangan untuk pengunjung 1 2 3 4 5 5 Petunjuk/aturan/larangan selama didalam hutan 1 2 3 4 5 6 Rambu-rambu ditengah hutan 1 2 3 4 5 7 Penjelasan sangsi jika buang sampah di hutan 1 2 3 4 5 8 Sangsi jika memetik bunga/pohon 1 2 3 4 5 9 Petunjuk larangan membuang puntung rokok 1 2 3 4 5 10 Petunjuk larangan membuang sampah plastik 1 2 3 4 5 11 Ketertiban penggunaan pestisida/bahan pengawet 1 2 3 4 5 12 Ketertiban budaya antre 1 2 3 4 5 13 Gangguan pengemis di jalan-jalan 1 2 3 4 5 14 Gangguan pengamen 1 2 3 4 5 15 Sangsi penebangan pohon 1 2 3 4 5 16 Ketertiban bangunan yang khas Bali 1 2 3 4 5 17 Ketertiban pedagang kaki lima 1 2 3 4 5 18 Ketertiban tempat2 boleh merokok 1 2 3 4 5 19 Ketertiban di tempat2 lokasi wisata 1 2 3 4 5 20 Ketertiban prostitusi di hotel2 1 2 3 4 5

TOTAL SKOR

IV PELAYANAN DAN KERAMAHAN

1 Keramahan petugas melayani wisatawan 1 2 3 4 5 2 Keramahan masyarakat setempat di desa wisata 1 2 3 4 5 3 Keramahan pelayanan hotel 1 2 3 4 5 4 Ketersediaan fasilitas hotel yang aman & nyaman 1 2 3 4 5 5 Ketersediaan makanan dan minuman dimana-mana 1 2 3 4 5 6 Kesan sadar wisata oleh masyarakat 1 2 3 4 5 7 Pelayanan telepon/alat komunikasi 1 2 3 4 5 8 Kemudahan perolehan informasi tentang pariwisata 1 2 3 4 5 9 Kemudahan informasi tentang flora dan fauna 1 2 3 4 5 10 Kemudahan informasi tentang tampat-tempat suci 1 2 3 4 5 11 Kesan anda tentang fasilitas spiritual torism 1 2 3 4 5 12 Pelayanan money changer 1 2 3 4 5 13 Keramahan masyarakat terhadap wisatawan 1 2 3 4 5 14 Pelayanan guide terhadap wisatawan 1 2 3 4 5 15 Pelayanan para pedagang kepada wisatawan 1 2 3 4 5 16 Pelayanan dan keramahan pertunjukan kesenian 1 2 3 4 5 17 Pelayanan dan keramahan polisi 1 2 3 4 5 18 Ketersediaan toilet nyaman untuk wisatawan 1 2 3 4 5 19 Pelayanan untuk orang tua/cacad/ibu hamil 1 2 3 4 5 20 Pelayanan transportasi umum 1 2 3 4 5

TOTAL SKOR

V KEUNIKAN, KEINDAHAN, MENARIK

1 Kesan keindahan keunikan alam Bali 1 2 3 4 5 2 Kesan keunikan obyek wisata di Bali 1 2 3 4 5

(27)

26

3 Kesan keterpeliharaan lingkungan 1 2 3 4 5 4 Kesan keutuhan hutan di Bali 1 2 3 4 5 5 Kesan adat dan budaya masyarakat Bali 1 2 3 4 5 6 Keunikan tari Kecak 1 2 3 4 5

7 Keunikan tari Barong 1 2 3 4 5 8 Keunikan upacara agama di pura2 di Bali 1 2 3 4 5 9 Pelayanan untuk obyek wisata memancing 1 2 3 4 5 10 Daya tarik untuk wisata tracking 1 2 3 4 5 11 Daya tarik wisata air 1 2 3 4 5 12 Keindahan keunikan oleh2 khas Bali 1 2 3 4 5 13 Keunikan alam flora dan fauna di Bali 1 2 3 4 5 14 Daya tarik menyelam 1 2 3 4 5 15 Daya tarik terumbu karang 1 2 3 4 5 16 Daya tarik pantai 1 2 3 4 5 17 Keunikan terasering sawah2 di Bali 1 2 3 4 5 18 Daya tarik kehidupan malam di Bali 1 2 3 4 5 19 Daya tarik dan keunikan makanan jajanan di Bali 1 2 3 4 5 20 Daya tarik dan keunikan pasar tradisional di Bali 1 2 3 4 5

TOTAL SKOR

VI PENGALAMAN

1 Kesan pengalaman unik yang diperoleh 1 2 3 4 5 2 Kesan keunikan dari obyek wisata di Bali 1 2 3 4 5 3 Kesan keunikan bahasa masyarakat setempat 1 2 3 4 5 4 Kesan kenyamanan obyek wisata 1 2 3 4 5 5 Kesan kenyamanan cuaca, udara/kesejukan 1 2 3 4 5 6 Kesan kehidupan malam 1 2 3 4 5 7 Kesan spiritual/relijius yang diperoleh 1 2 3 4 5 8 Kesan cenderamata yang tersedia 1 2 3 4 5 9 Kesan untuk adventure tourism 1 2 3 4 5 10 Kesan kuliner khas Bali 1 2 3 4 5 11 Kesan menonton kesenian di Bali 1 2 3 4 5 12 Pengalaman tentang kehidupan budaya di Bali 1 2 3 4 5 13 Pengalaman melihat budaya/tradisi di Bali 1 2 3 4 5 14 Pengalaman hari raya di Bali 1 2 3 4 5 15 Pengalaman berbelanja di pasar tradisional 1 2 3 4 5 16 Pengalaman mengambil foto-foto di Bali 1 2 3 4 5 17 Pengalaman mencari barang antik di Bali 1 2 3 4 5 18 Pengalaman bangunan hotel di Bali 1 2 3 4 5 19 Pengalaman menikmati pantai dan sunset di Bali 1 2 3 4 5 20 Pengalaman keramahan dan keakraban penduduk 1 2 3 4 5

TOTAL SKOR

TOTAL SKOR KESELURUHAN PENCAPAIAN PERSENTASE SKOR

(28)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

(29)

28

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keadaan pariwisata di Bali. Oleh karena itu lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2015.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan sebagai sumber data dan informasi adalah data primer. Data primer adalah data yang didapat dari pengamatan langsung ke lapangan, yaitu hasil angket (kuisioner).

3.3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden. Jawaban responden atas semua pertanyaan dalam kuesioner kemudian dicatat/direkam. Kuisioner ini menggunakan penilaian system skor.

3.4 Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data. Perhitungan dilakukan dengan dua tahapan. Yang pertama dilakukan perhitungan untuk setiap variabel dan yang kedua adalah perhitungan secara keseluruhan terhadap semua variabel penilaian yang ada. Setiap indikator/parameter penilaian memiliki rentang nilai dari 1 hingga 5. Dengan demikian dinyatakan bahwa nilai terendah dinyatakan dengan angka 1 dan nilai tertinggi dinyatakan dengan angka 5.

3.4.1 Cara Penilaian per Parameter Penelitian

(30)

29

Skor minimal yang mungkin dicapai jika semua 30 responden memberi nilai 1 adalah 30 Skor maksimum yang mungkin dicapai jika semua 30 responden member nilai 5 adalah 150 Range skor 30 sampai 150 adalah 120. Jika diklasifikasikan menjadi 5 klasifikasi maka range per klasifikasi adalah 120 dibagi 3 adalah 24

Dengan demikian klasifikasi penilaian per parameter adalah seperti dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi Penilaian per Parameter Penelitian No Pencapaian skor Klasifikasi Penilaian

1 30 -54 Sangat buruk

2 55 – 78 Buruk

3 79 – 102 Sedang

4 102 – 126 Baik

5 127 – 150 Sangat Baik

3.4.2. Klasifikasi Penilaian per Variable dari Enam Variable

Skor minimum adalah 600 untuk 30 responden 20 parameter dengan skor minimum 1 mak skor minimum yang mungkin dicapai adalah 600. Skor maksimum adalah 3000

Range 3000 - 600 = 2400 dibagi 5 = 480

Range skor menggunakan perhitungan sebagai berikut:

Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan teknik sebagai berikut:

sangat buruk buruk sedang baik sangat baik 600 1.080 1.560 2.040 2.520 3.000

(31)

30

Dengan demikian klasifikasi penilaian per variable adalah seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Klasifikasi Penilaian per Variabel Penelitian No Pencapaian skor Klasifikasi Penilaian

1 600 – 1080 Sangat buruk

2 1081 – 1560 Buruk

3 1560 – 2040 Sedang

4 2041 – 2520 Baik

5 2521 – 3000 Sangat Baik

3.4.3 Klasifikasi Penelitian Total variabel

Tabel 4. Klasifikasi Penilaian per Variabel Penelitian

Skor minimum yang mungkin dicapai oleh enam variable penelitian adalah 3.600. Sedangkan skor maksimum yang mungkin dicapai adalah 18.000. Dengan membuat 5 klasifikasi maka range per klasifikasi adalah 2.880. Range :

Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan gambaran sebagai berikut:

sangat buruk buruk sedang baik sangat baik 3.600 6.480 9.360 12.240 15.120 18.000

2.880 2.880 2.880 2.880 2.880

Klasifikasi untuk menentukan kualitas penilaian Pariwisata di Bali dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi Penilaian Total Variabel Penelitian No Pencapaian skor Klasifikasi Penilaian

1 3600 – 6480 Sangat buruk

(32)

31 3 9360 – 12240 Sedang 4 12241 – 15120 Baik 5 15121 - 18000 Sangat Baik BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(33)

32

4.1.1 Variabel Keamanan

Ditinjau dari variabel keamanan, hasil penilaian 30 responden menunjukkan bahwa keamanan Pariwisata di Bali tergolong baik yaitu dengan skor 2.094. Penilaian responden mengacu pada 20 indikator keamanan yang diberikan nilai antara skor 1 (terendah) hingga skor 5 (tertinggi). Apabila ditunjukkan dengan garis bilangan, maka kondisi keamanan Pariwisata di Bali adalah sebagai berikut:

sangat buruk buruk sedang baik sangat baik 600 1.080 1.560 2.040 2.520 3.000

2.094

Selain penilaian masing-masing indikator, dari data tabulasi juga ditentukan tiga indikator tertinggi dan terendah nilainya. Untuk indikator dengan skor tertinggi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Indikator pertama adalah indikator rasa aman dari pungutan liar dengan skor 118 termasuk katagori baik, belum mencapai skor maksimal yaitu sangat baik. Ini berarti daerah Bali relative aman dari pungutan liar walaupun belum maksimal.

2. Indikator rasa aman terbaik kedua adalah rasa aman dari gangguan masyarakat lokal dengan skor 115 dengan katagori baik. Ini berarti masyarakat lokal di Bali dinilai tidak banyak mengganggu wisatawan. Ini sesuai dengan ciri budaya keramahan dan keramahan masyarakat Bali terhadap warga “tamyu” ataui pendatang/wisatawan yang datang ke Bali.

3. Indikator rasa aman tertinggi ketiga adalah keamanan konsumsi hasil pertanian dari pestisida dengan skor 114 termasuk katagori baik. Ini berarti masyarakat menilai bahwa hasil pertanian yang dikonsumsi oleh masyarakat Bali dan wisatawan sudah cukup terlindungi dari kandungan pestisida yang berbahaya.

(34)

33

1. Skor indicator terendah adalah rasa aman dari binatang liar dengan skor 88 termasuk katagori sedang. Ini berarti dari 20 indikator keamanan di Bali yang paling menghawatirkan adalah gangguan binatang liar. Ini mungkin berkaitan dengan merebaknya kasus rabies pada anjing liar yang ada di Bali.

2. Indikator kedua terburuk adalah rasa aman dari terorisme dengan skor 90 termasuk katagori sedang. Ini sesuai dengan kasus-kasus terorisme baik yang pernah terjadi di Bali, juga di Jakarta bahkan terorisme internasional. Ledakan bom yang sangat terkenal di Bali dan memakan korban banyak terjadi dua kali di Bali khususnya di Kuta. Terorisme masih menjadi kekhawatiran pariwisata di Bali bahkan diseluruh dunia.

3. Indikator yang dinilai terendah ketiga adalah rasa aman dari kecelakaan lalu lintas dalam perjalanan dengan skor 95 termasuk katagori sedang. Ini menunjukkan bahwa kerawanan kecelakaan yang mungkin menimpa para wisatawan di Bali cukup menghawatirkan. Ini diakibatkan karena disiplin pengaturan lalu lintas dan disiplin masyarakat di Bali berkendaraan di jalan raya sangat buruk.

Dilihat dari indikator-indikator yang terendah pada variabel keamanan tersebut, maka diperlukan perbaikan terhadap indikator keamanan rasa aman dari gangguan binatang liar, rasa aman dari terorisme, rasa aman dari kecelakaan lalu lintas dalam perjalanan. Upaya perbaikan terhadap indikator terendah tersebut akan meningkatkan jumlah wisatawan yang akan datang ke Bali.

4.1.2 Variabel Kesejukan

Berdasarkan hasil penilaian 30 responden terhadap kesejukan Pariwisata di Bali menunjukkan bahwa tingkat kesejukan kawasan objek Pariwisata di Bali tergolong sedang yaitu dengan skor 2.060 termasuk katagori baik. Penilaian responden mengacu pada 20 indikator-indikator kesejukan yang diberikan nilai antara skor 1 terendah, hingga skor 5

(35)

34

tertingg. Apabila ditunjukkan dengan garis bilangan, maka kondisi kesejukan Pariwisata di Bali sbb:

sangat buruk buruk sedang baik sangat baik 600 1.080 1.560 2.040 2.520 3.000

2.060

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesejukan yang ditampilkan Bali kepada wisatawan termasuk katagori baik dengan skor total 2060. Penilaian terhadap variable kesejukan yang terdiri dari 20 indikator maka ada tiga indikator yang dinilai memiliki penilian tertinggi. Indikator tersebut adalah:

1. Indikator tertinggi pertama adalah kualitas lingkungan dengan skor 118 termasuk katagori baik. Ini berarti kualitas lingkungan memberi kesejukan yang paling penting bagi wisatawan yang berkunjung ka Bali.

2. Indikator tertinggi kedua adalah dua indikator yaitu penataan pertamanan dan kesejukan tempat-tempat wisata dengan skor sama yaitu 115 termasuk katagori baik. Ini berarti kesejukan yang penting memberi kepuasan wisatawan untuk berwisata ke Bali adalah penataan pertamanan khususnya pertamanan di jalan-jalan dan kesejukan tempat-tempat wisata.

3. Indikator tertinggi ketiga adalah kebersihan aliran sungai di kota dengan skor 114 termasuk katagori baik. Sungai-sungai di Kota Denpasar danjuga di Bali sudah memberi kesejukan kepada wisatawan yang berkunjung ke Bali

Disamping indikator tertinggi dari variable kesejukan maka juga ada tiga indikator yang dinilai memiliki kualitas terendah. Indikator tersebut adalah:

1. Indikator pengelolaan sampah dengan skor 82 termasuk katagori sedang. Dapat dimengerti bahwa pengelolaan sampah di kota dan didesa-desa obyek wisata memang sangat

(36)

35

memprihatinkan. Banyak sampah yang tidak terurus atau tidak dikelola dengan baik. Sampah berceceran di tempat-tempat sampah dan kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan.

2. Indikator pengelolaan kedua yang dinilai rendah adalah pengelolaan limbah dengan skor 83 termasuk katagori sedang. Limbah juga sangat mudah dilihat pencemarannya pada sungai-sungai kecil yang airnya berbuih dan berwarna warni. Ini juga dikarenakan masyarakatnya tidak disiplinj dalam membuang limbah.

3. Indikator terendah ketiga dengan skor 90 adalah pencemaran lahan dan danau serta suasana dan pemandangan objek wisata. Termasuk katagori sedang.

Dilihat dari indikator-indikator yang terendah pada variabel kesejukan tersebut, maka diperlukannya perbaikan terhadap pengelolaan sampah, pengelolaan limbah dan pencemaran lahan dan danau serta suasana pemandangan objek wisata. Sehingga dengan upaya perbaikan terhadap indikator-indikator tersebut, akan terwujud kesejukan objek wisata di Bali yang lebih baik.

4.1.3 Variabel Ketertiban

Dilihat dari variabel ketertiban, hasil penilaian 30 responden menunjukkan bahwa tingkat ketertiban Pariwisata di Bali tergolong dalam kategori sedang yaitu dengan skor 1.881 termasuk katagori sedang. Penilaian responden mengacu pada 20 indikator ketertiban yang diberikan nilai antara skor 1 terendah hingga skor 5 tertinggi. Apabila ditunjukkan dengan garis bilangan, maka kondisi ketertiban kawasan Pariwisata di Bali sbb:

sangat buruk buruk sedang baik sangat baik 600 1.080 1.560 2.040 2.520 3.000

(37)

36

1.881

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketertiban yang ditampilkan Bali kepada wisatawan termasuk katagori sedang dengan skor total 1881. Ini merupakan penilaian yang paling buruk dari enam variable. Penilaian terhadap variable ketertiban ini yang terdiri dari 20 indikator maka ada tiga indikator yang dinilai memiliki penilian tertinggi. Indikator tersebut adalah:

1. Parameter tertinggi pertama adalah adanya rambu-rambu di jalan dengan nilai skor perolehan sebesar 113 termasuk katagori baik.

2. Disusul tertinggi kedua yaitu parameter ketertiban di tempat-tempat lokasi wisata dengan skor 109 termasuk katagori baik.

3. Parameter tertinggi ketiga ada tiga indikator dengan skor yang sama yaitu

pengaturan ketertiban pengunjung (wisatawan), bebas kecukupan aturan/larangan untuk pengunjung, dan adanya sangsi penebangan pohon dengan skor sebesar 107termasuk

katagori baik.

Sedangkan untuk parameter tiga terendah masing-masing adalah:

1. Petunjuk larangan membuang puntung rokok dengan skor buruk. Memang belum intensif digarap tentang larangan merokok bagi masyarakat. Sehingga masyarakat sangat tidak dsiplin merokok di tempat-tempat umum dan membuang punting rokok secara sembarangan.

2. Parameter terburuk kedua dari variable ketertiban ini adalah ketertiban bangunan yang mencirikan khas Bali dengan besar skor 74 termasuk katagori buruk. Pemerintah memang tidak ketat memberi persyaratan ijin bangunan yang berciri Bali.

3. Parameter terendah ketiga adealah peringatan dan sangsi jika buang sampah sembarangan dengan skor capaian 75 termasuk katagori buruk.

(38)

37

Dilihat dari indikator-indikator yang terendah pada variabel ketertiban tersebut, maka diperlukannya solusi terhadap perbaikan ketertiban kawasan Pariwisata di Bali khususnya indikator petunjuk larangan membuang punting rokok, ketertiban bangunan yang khas Bali, dan penjelasan sangsi jika buang sampah di hutan.

Ketegasan sanksi terhadap pelaku yang membuang sampah sembarangan, kecukupan petugas pengawasan pelanggaran dan kebebasan dari berbagai gangguan pedagang kali lima (PKL). Sehingga dengan upaya perbaikan terhadap indikator-indikator tersebut, akan terwujud ketertiban pariwisata Bali yang lebih baik.

4.1.4 Variabel Pelayanan dan Keramahan

Berdasarkan hasil penilaian 30 responden terhadap variabel pelayanan dan keramahan Pariwisata di Bali menunjukkan bahwa pelayanan dan keramahan yang diberikan oleh objek wisata di Bali tergolong dalam kategori sedang yaitu dengan skor 1.893. Penilaian responden mengacu pada 20 indikator-indikator pelayanan dan keramahan yang diberikan nilai antara 1 terendah hingga 5 tertinggi. Apabila ditunjukkan dengan garis bilangan, maka penilaian pelayanan dan keramahan yang diberikan oleh Pariwisata di Bali sbb:

sangat buruk buruk sedang baik sangat baik 600 1.080 1.560 2.040 2.520 3.000

1.893

Dari hasil tabulasi data juga diperoleh tiga parameter tertinggi dan terendah berdasarkan skor. Variabel dengan skor tertinggi adalah:

(39)

38

1. Untuk indikator tertinggi pertama yaitu kesan sadar wisata oleh masyarakat dengan skor sebesar 113 termasuk katagori baik. Masyarakat memang sudah menyadari tentang pentingnya pariwisata untuk masyarakat Bali walaupun kesadaran itu belum maksimal atau belum mencapai tingkat sangat baik.

2. Disusul skor tertinggi kedua ada dua indikator yaitu pelayanan guide terhadap wisatawan dan pelayanan untuk orang tua/cacat/ibu hamil dengan skor 109 termasuk katagori baik. Skor ini walaupun termasuk katagori baik namun belum maksimal, belum mencapai tingkat sangat baik, bahkan mendekati sedang. Masih banyak guide liar yang melayani wisatawan. Pelayanan untuk orang-orang tua , orang cacat dan ibu hamil memang langka terjadi di Bali dan Indonesia. Sangat berbeda dinegara-negara maju yang sangat memperhatikan pelayanan untuk orang tua, orang cacat, anak-anak, dan ibu hamil.

3. Parameter tertinggi ketiga adalah keramahan petugas melayani wisatawan dan ketersediaan fasilitas hotel yang aman dan nyaman dengan skor sebesar 107 termasuk katagori baik namun hamper mendekati katagori sedang.

Sedangkan untuk parameter tiga terendah masing-masing antara lain:

1. Parameter kemudahan memperoleh informasi tentang flora dan fauna dengan skor sebesar 71 termasuk katagori buruk. Masyarakat dan pemerintah masih sangat kurang memberi pelayanan tentang berbagai jenis informasi termasuk informasi tentang flora dan fauna. Memang sangat sulit wisatawan untuk memperoleh informasi tentang flora dan fauna di Bali.

2. Parameter terendah kedua adalah kesan tentang fasilitas spiritual tourism dan pelayanan dan keramahan pertunjukan kesenian dengan skor 74 termasuk katagori buruk.

3. Parameter dengan katagori terendah ketiga adalah pelayanan telepon/alat komunikasi dengan besar skor 75 termasuk katagori buruk.

Gambar

Tabel 1. Kuesioner Penelitian Untuk Mengukur Potensi Pengembangan Pariwisata
Tabel 2. Klasifikasi Penilaian per Parameter Penelitian  No  Pencapaian skor  Klasifikasi Penilaian
Tabel 3. Klasifikasi Penilaian per Variabel  Penelitian  No  Pencapaian skor  Klasifikasi Penilaian
Tabel 5 Hasil Penilaian Seluruh Variabel

Referensi

Dokumen terkait

a) Fungsi kedua dari pada ventaliasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran

Arnestein terdapat 8 (delapan) tingkat partisipasi masyarakat. Tingkatan terbawah disebut dengan Manipulation. Pada tingkat ini masih dianggap tidak ada partisipasi

yangTelah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah yangTelah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah yangTelah menciptakan kamu dari seorang

Dengan menggunakan metode regresi linier, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh volume perdagangan yang terjadi pada saham LQ-45 terhadap return saham

Klien yang memiliki kadar trigliserida normal memiliki unsur pembentuk jaringan adipose yang stabil sehingga akan memiliki status gizi atau indeks massa tubuh

Sebagian besar para nasabah memilih produk Term Life-PLAN 99 Syari'ah (Perlindungan Jiwa). 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi minat nasabah untuk memilih asuransi

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR KOMIT UNTUK MEMPERTAHANKAN KEBERADAAN TANAMAN KELAPA SEBAGAI JATI DIRI DAN PEMANGKIN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DENGAN MENINGKATKAN PRODUKSI

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjaring data primer adalah Kuesioner atau daftar pertanyaan dan dibantu dengan pedoman wawancara (intervew