• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bicara Tanpa Pahala. Khutbah Pertama:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bicara Tanpa Pahala. Khutbah Pertama:"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Bicara Tanpa Pahala

Khutbah Pertama: ????? ????????? ??????? ?????????? ???????????????? ???????????????? ?????????? ????????? ?????????? ??????? ???? ???????? ??????????? ???????????? ????????????? ???? ???????? ????? ????? ??????? ???? ?????? ???????? ????? ??????? ????? ?????????? ???? ??? ?????? ?????? ????? ???????? ??? ???????? ????? ?????????? ????? ?????????? ???????? ???????????? ?????????? ???????????? ???????????? ????? ???????? ??????? ??????????? ???????? ??????????? ???????? ?????????? ????????? ??? ????? ????? ????????? ?????? ??????? ??????????? ????? ?????? ??????? ?????? ????? ????????? ???????? ????? ?????? ?????? ?????? ??????? ?????????? ??????? ??????????? ????? ??????????? ???????? ??????? ????? ?????????? ???????????? . ?????? ??????: ????????? ?????????????? ??????? ?????: ?????????? ????? ???????? ????????????? ??????????? ???? ???????? ????? ??????? ?????????? ?????????. ????????? ????? ????? ???????: ?????? ????????? ????? ????? ?????? ???? ????? ??????? ??????? ?????? ???????? ???????????? ????? ????? ?????? ???? ????? ???????? ??????? ?????. Ibadallah,

Waktu adalah modal untuk melakukan amal shalih. Orang yang mengerti hakikat ini, maka dia tidak akan menggunakannya kecuali untuk perkara yang bermanfaat. Dia akan berusaha

memanfaatkan segala potensi diri untuk mendapatkan pahala sebanyak mungkin. Diantara yang bisa mudah dimanfaatkan untuk menabung bekal disisi Allah ‘Azza wa Jalla adalah lidah. Dengan lidah, seseorang bisa berdzikir dan saling nasehat-menasehati sehingga meraih banyak pahala. Namun sebaliknya, lidah juga bisa mengakibatkan dosa dan menyeret seseorang ke neraka, jika tidak dimanfaatkan untuk kebaikan. Kesadaran seseorang terhadap fungsi dan bahaya lisan ini akan mendorong dirinya untuk menjaga lidah, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat.

Berikut khotib nukilkan beberapa bencana yang dapat ditimbulkan oleh lidah. Dengan harapan agar kita menjauhinya setelah kita memahaminya. Karena kita tidak akan bisa menghindarinya kalau kita belum mengetahui berbagai bencana ini. Di antara bencana-bencana itu adalah : Pertama: Membicarakan Sesuatu Yang Tidak Bermanfaat.

Nabi Muhammad ? bersabda,

(2)

“Sesungguhnya di antara kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi).

Ibadallah,

Sesuatu yang tidak bermanfaat itu, bisa berupa perkataan atau perbuatan; perkara yang haram, atau makruh, atau perkara mubah yang tidak bermanfaat. Oleh karena itu, supaya terhindar dari bahaya lisan yang pertama ini, hendaklah seseorang selalu sesuatu yang mengandung kebaikan. Jika tidak bisa, hendaknya diam. Nabi Muhammad ? bersabda,

???? ????? ???????? ????????? ??????????? ???????? ?????????? ??????? ???? ?????????? “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia mengucapkan sesuatu yang

baik atau diam. (HR. Bukhari dan Muslim).

Walaupun ini berat, namun seyogyanya seorang hamba yang ingin selamat di akhirat agar selalu berusaha untuk melakukannya. Diriwayatkan bahwa Muwarriq al-‘Ijli rahimahullah berkata, “Ada satu perkara yang aku sudah mencarinya semenjak duapuluh tahun lalu. Aku belum berhasil meraihnya. Namun aku tidak akan berhenti mencarinya”. Orang-orang bertanya, “Apa itu wahai Abu Mu’tamir?” Dia menjawab, “Diam (tidak membicarakan-red) dari sesuatu yang tidak

bermanfaat bagiku”.

Kedua: Berdebat Dengan Cara Batil Atau Tanpa Ilmu. Nabi ? bersabda,

????? ???????? ?????????? ????? ??????? ?????????? ?????????

“Sesungguhnya orang yang paling dimurkai oleh Allah adalah orang yang selalu mendebat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Mendebat dalam hadits ini maksudnya adalah mendebat dengan cara batil atau tanpa ilmu. Sedangkan orang yang berada di pihak yang benar, sebaiknya dia juga menghindari perdebatan. Karena debat itu akan membangkitkan emosi, mengobarkan kemurkaan, menyebabkan dendam, dan mencela orang lain. Nabi ? bersabda,

????? ??????? ???????? ??? ?????? ?????????? ?????? ?????? ?????????? ?????? ????? ???????? ?????????? ??? ?????? ?????????? ?????? ?????? ????????? ?????? ????? ???????? ?????????? ??? ??????? ?????????? ?????? ??????? ????????

“Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meningalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang

(3)

yang meningalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya. (HR. Abu Dawud).

Mengingkari kemungkaran dan menjelaskan kebenaran merupakan kewajiban seorang Muslim. Jika penjelasan itu diterima, itulah yang dikehendaki. Namun jika ditolak, maka hendaklah dia meninggalkan perdebatan. Ini dalam masalah agama, apalagi dalam urusan dunia, maka tidak ada alasan untuk berdebat.

Ketiga: Banyak Berbicara, Suka Mengganggu Dan Sombong Masalah-masalah ini dijelaskan oleh Nabi ?dengan sabda beliau ? :

????? ???? ??????????? ??????? ?????????????? ?????? ????????? ?????? ???????????? ????????????? ?????????? ??????? ???????????? ??????? ?????????????? ?????? ????????? ?????? ???????????? ??????????????? ??????????????????? ???????????????????? ??????? ??? ??????? ??????? ???? ????????? ??????????????? ??????????????????? ?????

?????????????????? ????? ?????????????????

“Sesungguhnya termasuk orang yang paling kucintai di antara kamu dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah orang-orang yang paling baik akhlaqnya di antara kamu. Dan sesungguhnya orang yang paling kubenci di antara kamu dan paling jauh tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah ats-tsartsarun, mutasyaddiqun, dan

mutafaihiqun. Para sahabat berkata: “Wahai Rsulullah, kami telah mengetahui tsartsarun dan al-mutasyaddiqun, tetapi apakah al-mutafaihiqun? Beliau menjawab: “Orang-orang yang sombong”. (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Setelah meriwayatkan hadits ini, imam Tirmidzi rahimahullah mengatakan, ”ats-Tsartsar adalah orang yang banyak bicara, sedangkan al-mutasyaddiq adalah orang yang biasa mengganggu orang lain dengan perkataan dan berbicara jorok kepada mereka”.

Imam Ibnul Atsir rahimahullah menjelaskan: “ats-Tsartsarun adalah orang-orang yang banyak bicara dengan memaksakan diri dan keluar dari kebenaran. al-Mutasyaddiqun adalah orang-orang yang berbicara panjang lebar tanpa hati-hati. Ada juga yang mengatakan, al-mutasyaddiq adalah orang yang mengolok-olok orang lain dengan mencibirkan bibir kearah mereka”.

Imam al-Mundziri rahimahullah mengatakan: “ats-Tsartsar adalah orang yang banyak bicara dengan memaksakan diri. al-Mutasyaddiq adalah orang yang berbicara dengan seluruh bibirnya untuk menunjukkan kefasihan dan keagungan perkataannya. al-Mutafaihiq hampir semakna dengan al-mutasyaddiq. karena maknanya adalah orang yang memenuhi mulutnya dengan perkataan dan berbicara panjang lebar untuk menunjukkan kefasihannya, keutamaannya, dan merasa lebih tinggi dari orang lain. Oleh karena inilah, Nabi ? menafsirkan al-mutafaihiq dengan orang yang sombong.

(4)

Tetapi tidak termasuk sajak yang dibenci, lafazh-lafazh yang disampaikan khatib, kalimat indah untuk memberi peringatan, asal tidak berlebihan dan aneh. Karena tujuannya adalah untuk membangkitkan hati dan menggerakkannya menuju kebaikan, kalimat yang indah, dan semacamnya.

Ibadallah,

Keempat: Mengucapkan Perkataan Keji, Jorok, Celaan, Dan Semacamnya. Semua hal ini tercela dan terlarang. Nabi ? bersabda,

?????? ??????????? ????????????? ????? ??????????? ????? ?????????? ????? ?????????? “Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat,

bukan orang yang keji (buruk akhlaqnya), dan bukan orang yang jorok omongannya.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan lain-lain).

Keji dan jorok adalah mengungkapkan perkara-perkara yang dianggap tabu dengan kata-kata gamblang. Biasanya tentang lafazh-lafazh jima’ dan yang berkaitan dengannya. Orang-orang yang sopan akan menjauhi ungkapan-ungkapan itu dan mengunakan kata-kata sindiran, sebagaimana dicontohkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya ?.

Betapa banyak perkataan keji dan jorok tersebar di zaman ini, di koran-koran, majalah-majalah, buku-buku, novel-novel, radio, HP, atau lainnya. Bahkan ada perkara yang lebih buruk dan lebih keji dari sekedar ucapan !! Namun yang bisa merasakan keburukannya adalah orang-orang yang hatinya masih hidup. Sedangkan orang yang hatinya sakit atau mati, maka dia tidak akan

merasakan keburukannya, bahkan mungkin sebaliknya, dia akan merasa nikmat. Sebagaimana luka yang hanya dirasakan oleh orang yang masih hidup, sedangkan orang yang mati, dia tidak akan merasakan sakit akibat luka. Wallahul Musta’an.

Kelima: Keterlaluan Dalam Bercanda.

Yaitu semua waktunya digunakan untuk bercanda dan membuat orang tertawa. Sesungguhnya banyak canda akan menjatuhkan wibawa, menyebabkan dendam dan permusuhan, serta mematikan hati. Nabi ? bersabda,

??? ?????????? ????????? ??????? ???????? ????????? ??????? ?????????

“Janganlah kamu memperbanyak tawa, karena sesungguhnya banyak tertawa itu akan mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah).

(5)

memperingatkan dengan sabda beliau ?,

?????? ???????? ????????? ???????????? ?????????? ???? ????????? ?????????? ?????? ???? ?????? ????

“Kecelakaan bagi orang yang menceritakan suatu, lalu dia berdusta untuk membuat orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya ! Kecelakaan baginya !.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud).

Ibadallah,

Di zaman dahulu, bercanda dan membuat tertawa itu hanyalah dilakukan oleh pribadi-pribadi tertentu. Namun sekarang, grup lawak bermunculan seperti jamur di musim hujan, diperlombakan, dan dipertontonkan serta dibayar dengan honor tinggi. Setan telah menjerat banyak orang dalam kesesatan dan memanfaatkan mereka sebagai perangkap. Semoga Allah ‘Azza wa Jalla menjaga kita dari segala jebakan setan.

Namun jika canda itu dilakukan kadang-kadang dan dengan perkataan yang benar serta dilakukan kepada orang-orang yang membutuhkannya, seperti anak-anak, wanita, sebagian orang laki-laki, sebagaimana canda Nabi ?, maka hal itu tidak mengapa. Karena canda akan menyenangkan hati dan menyegarkan suasana. Sebagian ulama menyatakan bahwa canda dalam perkataan itu seperti garam dalam makanan.

?????? ????? ???? ???????? ??? ????????? ??????????? ??????????? ???????????? ????? ?????? ???? ???????? ??????????? ??????????? ??????????? ???????? ??????? ?????????????? ?????????? ??????????. ???????? ??????? ????? ?????????????? ????? ??? ???????? ??????????????????? ????????????????? ??????? ???? ?????????? ??????????. Khutbah Kedua: ?????????? ??????? ????? ???????? ???????????????? ???? ????????? ?????? ????????????? ???????????????? ??????? ???? ????????? ????????????? ?????????????? ????????????????? ???????? ?????? ????? ???????? ???????????? ?????????????? ??????? ??????????? ????????? ??????? ?????????????? ?????????? ???? ??? ?????? ?????? ????? ???????? ??? ???????? ???? ?????? ????????????? ????????????? ??? ??????? ???????? ?????? ???? ??????????? ????????????? ?????????????? ?????????? ????? ?????????? ???????????? ?????????? ???????? ???????????? ?????? ????? ???????????????? ??????????? ????? ????????? ????????? ????? ???????? ???????????? ?????????? ??????? ????? ?????????? ?????????????? ????? ???????????. ?????? ??????: ??????????? ????? –????????????- ??????????????? ??????????? ???????? ????? ??????

(6)

???????? ???? ??????????? ??????? ?????? ????? ????????. Ibadallah,

Keenam: Membicarakan Suatu Yang Bathil.

Maksudnya adalah menceritakan perbuatan-perbuatan maksiatnya, seperti berbangga dengan perbuatan bermabuk-mabukan atau kemungkaran yang lain. Nabi ? bersabda:

????? ???????? ???????? ?????? ??????????????? ??????? ???? ?????????????? ???? ???????? ????????? ??????????? ??????? ????? ???????? ?????? ???????? ??????? ???????? ????????? ??? ??????? ???????? ???????????? ????? ??????? ?????? ????? ?????????? ??????? ?????????? ???????? ?????? ??????? ??????

“Semua umatku mu’afan (akan diampuni dosanya; atau tidak boleh dighibah) kecuali orang-orang yang melakukan dosa dengan terangan. Dan termasuk melakukan dosa dengan terang-terangan adalah seseorang melakukan suatu perbuatan buruk pada malam hari, kemudian di waktu pagi dia mengatakan, ”Hai Fulan, tadi malam aku melakukan ini dan ini”. Padahal di waktu malam Allah ‘Azza wa Jalla telah menutupi perbuatan buruknya, namun di waktu pagi dia

membongkar tutupan Allah. (HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itulah, barangsiapa yang telah bertaubat dari perbuatan dosa, hendaklah dia menutupi aib dirinya, tidak perlu bercerita kepada orang lain.

Ketujuh: Perkataan Yang Salah Berkaitan Dengan Masalah Agama, Apalagi Jika Berkaitan Dengan Sifat-Sifat Allah ‘Azza wa Jalla.

Kesalahan lisan yang satu ini, tentu susah diatasi kecuali oleh para ahli ilmu dan ahli bahasa. Orang yang malas atau tidak bersungguh-sungguh menuntut ilmu dan bahasa, maka perkataannya tidak lepas dari ketergelinciran. Semoga Allah ‘Azza wa Jalla mema’afkan kesalahan akibat

ketidaktahuan. Diantara contoh perkataan yang salah berkaitan dengan masalah agama yaitu perkataan ‘Apa yang Allah dan engkau kehendaki’. Dalam hadits dijelaskan :

???? ????? ???????? ????? ?????? ??????? ??????? ?????? ??????? ???????? ????????? ??????? ??????? ??? ????? ??????? ???????? ??????? ???? ??? ????? ??????? ????????

Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Rasulullah ? mendengar seorang laki-laki berkata: "Ma sya’allah wa syi'ta" (apa yang Allah dan engkau kehendaki), maka beliau bersabda : "Bukan begitu, tetapi (katakanlah) : "Ma sya-Allah wahdah" (apa yang dikehendaki oleh Allah semata)”. (HR. Ahmad). Hikmah larangan ucapan "Ma sya-Allah wa syi'ta" (apa yang Allah dan engkau kehendaki), dan semacamnya adalah karena ucapan itu merupakan bentuk menyekutukan kehendak Allah. Karena

(7)

kata sambung "dan" bermakna mengumpulkan, menyamakan dan menyekutukan. Yang benar, dalam menggabungkan kehendak hamba dengan kehendak Allah ialah dengan menggunakan kata "kemudian". Karena kata “kemudian” mengandung makna urutan (berikutnya) dan ada selang waktu. Hal ini karena kehendak Allah ‘Azza wa Jalla mendahului kehendak hamba. Maka tidak ada satu pun peristiwa yang terjadi kecuali yang dikehendaki oleh Allah ‘Azza wa Jalla . Semua yang Allah ‘Azza wa Jalla kehendaki maka pasti terjadi, dan yang tidak Dia kehendaki tidak akan pernah terjadi.

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani menjelaskan: "Dalam hadits-hadits ini terdapat dalil bahwa ucapan seseorang kepada yang lain "ma sya-Allah wa syi'ta" (apa yang Allah dan engkau kehendaki) dinilai syirik dalam syariat. Dan ini termasuk syirik dalam kata-kata. Karena

memberikan kesan bahwa kehendak hamba sederajat dengan kehendak Allah Subhanahu wa

Ta’ala . Sebabnya adalah karena menggabungkan dua kehendak tersebut. Contoh yang lain

adalah perkataan sebagian orang-orang awam dan orang-orang seperti mereka yang mengaku berilmu : "Tidak ada bagiku selain Allah dan anda", "Kami bertawakkal kepada Allah dan kepada anda". Dan seperti perkataan sebagian para penceramah: "Dengan nama Allah dan dengan nama tanah air", atau "Dengan nama Allah dan dengan nama bangsa", dan kata-kata syirik yang

sejenisnya wajib ditinggalkan dan bertaubat, dalam rangka beradab kepada Allah Tabaraka wa

Ta'ala".

Selain yang telah disebutkan diatas, sesungguhnya bencana-bencana lidah masih banyak, seperti ghibah, namimah, dusta, dan lain sebagainya. Namun sedikit yang kami sampaikan ini mudah-mudahan sebagai pemacu bagi kita semua untuk selalu menjaga lidah kita dari keburukan dan selalu menghiasinya dengan kebaikan. Al-hamdulillahi Rabbil 'Alamiin.

?????????? ???????????? – ????????? ????? – ????? ????????? ????? ?????? ????? ????? ?????????? ????? ???????? ???????: ? ????? ??????? ??????????????? ?????????? ????? ?????????? ??? ???????? ????????? ??????? ??????? ???????? ??????????? ?????????? ? [???????:??] ? ???? ??? ???? ???? ???? : ((???? ?????? ??????? ????????? ?????? ??????? ???????? ???????)) . ??????????? ????? ????? ????????? ??????? ??? ????????? ????? ???????? ????? ????????????? ??????? ??? ????????????? ??????? ???????? ????????? ????????? ????? ????????? ??????? ??? ????????? ????? ????????? ????? ????????????? ??????? ??? ????????????? ??????? ???????? ????????. ??????? ?????????? ???? ??????????? ?????????????? ????????????? ?????????????? ????? ?????? ???????? ??????????? ?????????? ??????? ?????????? ???? ???????????? ????????????? ?????? ?????????????? ?????? ?????????? ??????????? ????? ?????? ?????????? ???????? ???????? ????????? ?????????? ????????????? ??? ???????? ??????????????. ??????????? ??????? ??????????? ???????????????? ????????? ???????? ????????????????? ??????????? ????????? ??? ???????????? ?????????? ???????????? ????????? ????????????

(8)

??????????? ??????? ?????? ????????? ????????? ????????? ???????? ??? ???????. ??????????? ??? ??????????? ??????????? ???????? ?????? ?????? ???? ????????? ?????? ?????????? ????????????? ??????????? ??????? ????? ???????????????? ?????????????????? ??????????????? ???????????????? ??????????????? ????????????? ???????? ??????????????. ???????? ?????? ??? ?????????? ???????? ?????? ????????? ???????? ??????? ??????? ????????. ??????? ?????: ??????????? ????? ????????????? ????????????? ????? ???????? ??????????? ? ?????????? ??????? ???????? ????????? ???????? ??? ??????????? ? .

Diadaptasi dari tulisan Ustadz Abu Ismail Muslim al-Atsari di majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XII/Shafar 1430/2009M

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang dipakai dalam skripsi ini adalah dengan melakukan studi untuk mengumpulkan bahan – bahan yang sesuai dengan topik penelitian, serta dilanjutkan

No Puskesmas Nama Kecamatan Lokasi Pelayanan Sifat Kendaraan Jumlah Operasional

Dengan demikian, apabila temuan tersebut dihubungkan dengan teori yang dikemukakan oleh Pasuraman terkait dengan empathy , maka sesuai dengan apa yang di temukan

Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Bupati melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan

Praktikan melakukan bimbingan kelompok 2 yang diikuti oleh 8 siswa. Ketujuh siswa ini merupakan siswa yang berasal dari kelas XI TP 1, bimbingan kelompok 2 diikuti

Dari Tabel 3 diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah data pengujian untuk pasien yang diduga menderita diabetes 217 dimana 128 pasien ( true-positive /TP) terdeteksi dengan benar

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan proposal PKM –K dengan judul “ Pemanfaatan RUKI

Di sisi lain, dalam tahun ini terjadi rugi operasi karena produk baru (BjLAS) masih belum sempurna sehingga mengakibatkan harga pokok meningkat. Untuk tahun yang