• Tidak ada hasil yang ditemukan

Farida Marjani 1) Happy Indri Hapsari 2), Anissa Cindy Nurul Afni, 2) ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Farida Marjani 1) Happy Indri Hapsari 2), Anissa Cindy Nurul Afni, 2) ABSTRAK"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DOKUMENTASI TIMBANG TERIMA PASIEN DENGAN

METODE SITUATION, BACKGROUND, ASSESSMENT, RECOMENDATION

(SBAR) TERHADAP INSIDEN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG

MEDIKAL BEDAH RS. PANTI WALUYO SURAKARTA

Farida Marjani

1)

Happy Indri Hapsari

2)

, Anissa Cindy Nurul Afni,

2)

ABSTRAK

Timbang terima pasien dengan metode SBAR adalah cara yang efektif dalam sasaran

keselamatan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh timbang terima

pasien dengan metode SBAR terhadap Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Medikal Bedah

RS. Panti Waluyo Surakarta.

Desain penelitian ini menggunakan quasy exsperimental dengan Pre dan Post without

control. Tehnik sampling menggunakan Total Sampling dengan jumlah responden sebanyak

60 orang.

Hasil analisa menggunakan Mc Nemar p = 0,016 (p value <0,05 ), menunjukkan adanya

pengaruh antara pemakaian dokumentasi timbang terima pasien dengan metode SBAR

terhadap Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Medikal Bedah RS. Panti Waluyo Surakarta.

Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada dampak positif terhadap penggunaan

Dokumentasi SBAR dalam timbang terima pasien, dan ini membuktikan bahwa Dokumentasi

SBAR dalam timbang terima pasien adalah metode yang efektif untuk menurunkan Insiden

Keselamatan Pasien. Penulis berharap Metode Dokumentasi SBAR ini dapat menjadi

prosedur tetap dalam proses timbang terima pasien selanjutnya, sehingga dapat mencegah

terjadinya IKP dan secara langsung meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.

(2)

PENDAHULUAN

Keselamatan pasien merupakan isu

global yang paling penting saat ini dimana

sekarang banyak dilaporkan tuntutan

pasien atas medical error yang terjadi pada

pasien.

Perawat merupakan petugas kesehatan yang

mempunyai peranan sangat penting dalam

proses pengobatan pasien. Rumah sakit

perlu meningkatkan mutu pelayanan untuk

mengembalikan kepercayaan masyarakat

diantaranya melalui Program Keselamatan

Pasien dimana World Health Organization

(WHO) telah memulainya pada tahun 2004.

Di Indonesia Gerakan Keselamatan Pasien

Rumah

Sakit

(GKPRS)

dicanangkan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia

pada 21 Agustus 2005. Setiap rumah sakit

membentuk tim keselamatan pasien rumah

sakit. Gerakan Keselamatan Pasien Rumah

Sakit

adalah

suatu sistem

yang

mencegah terjadinya cidera yang

disebabkan

kesalahan

akibat

melaksanakan

suatu

tindakan

(commission) atau tidak mengambil

tindakan yang seharusnya diambil

(omission).(

Kemenkes, 2011 )

Komunikasi

terhadap

berbagai

informasi mengenai perkembangan pasien

antar profesi kesehatan di rumah sakit

merupakan komponen yang fundamental

dalam

perawatan

pasien

(Riesenberg,2010). Alvarado, et al. (2006)

mengungkapkan bahwa ketidakakuratan

informasi dapat menimbulkan dampak

yang serius pada pasien, hampir 70%

kejadian sentinel yaitu kejadian yang

mengakibatkan kematian

atau

cedera

yang serius di rumah sakit disebabkan

karena buruknya komunikasi. Pernyataan

peneliti di atas sejalan dengan pernyataan

Angood (2007)

yang mengungkapkan

bahwa

berdasarkan

hasil

kajian

data

terhadap

adanya

Kejadian

Tidak

Diharapkan

(KTD),

Kejadian

Tidak

Cedera (KTC), Kejadian Nyaris Cedera

(KNC), Kejadian Potensial Cedera (KPC),

dan Kejadian Sentinel

di rumah sakit,

masalah yang menjadi penyebab utama

adalah komunikasi.

Timbang terima pasien adalah salah

satu bentuk komunikasi perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada

pasien. Timbang terima pasien dirancang

sebagai

salah

satu

metode

untuk

memberikan informasi yang relevan pada

tim perawat

setiap

pergantian

shift,

sebagai petunjuk praktik

memberikan

informasi mengenai

kondisi terkini

pasien,

tujuan

pengobatan,

rencana

(3)

perawatan

serta

menentukan prioritas

pelayanan (Rushton, 2010).

Alvarado,

et

al

(2006)

menginformasikan bahwa

komunikasi

berbagai

informasi yang diberikan oleh

perawat dalam pertukaran shift, atau

proses menyerahkan pasien dari rawat

jalan ke rawat inap yang lebih dikenal

dengan

timbang

terima

(handover)

sangat membantu dalam perawatan

pasien. Timbang terima

yang

dilaksanakan

dengan

baik

dapat

membantu mengidentifikasi kesalahan

serta

memfasilitasi

kesinambungan

perawatan pasien. Smith, et al. (2008)

mengungkapkan

bahwa

rumah

sakit

merupakan

organisasi

padat

profesi

dengan

berbagai

karakteristik,

komunikasi pada timbang terima (hand/

over) memiliki hubungan yang sangat

penting dalam menjamin kesinambungan,

kualitas

dan

keselamatan

dalam

pelayanan kesehatan pada pasien.

Pada saat komunikasi dalam timbang

terima pasien tidak dilakukan dengan

benar maka, dapat menimbulkan beberapa

masalah, diantaranya keterlambatan dalam

diagnosis

medis

dan

peningkatan

kemungkinan

efek

samping,

juga

konsekuensi lain termasuk biaya yang

lebih

tinggi

perawatan

kesehatan,

penyedia yang lebih besar dan ketidak

puasan pasien. (Kemenkes, 2011)

Salah satu metode komunikasi yang

saat ini dipakai adalah komonikasi dengan

metode SBAR (Situation, Bayground,

Assessmen, Recommendation), dimana

didalam

metode

SBAR

tersebut

menyediakan cara yang efektif, efisien dan

sederhana

untuk

menyampaikan

komunikasi.

Beberapa

penelitian

terkait

dokumentasi timbang terima dengan

metode Situation, Background, Assessmen

dan Recomendation (SBAR) telah banyak

dilakukan oleh Karima Velji, (2010).

Karima melakukan penelitian mengenai

efektifitas dokumentasi SBAR dalam

pengaturan rehabilitasi yang hasilnya

didapat adalah penggunaan dokumentasi

SBAR

memiliki

potensi

untuk

meningkatkan

komunikasi

tim

interproffesional

dalam

konteks

rehabilitasi dan merupakan kontribusi

berharga dalam praktek keselamatan.

Di RS. Panti Waluyo didapatkan

beberapa

temuan

angka

insiden

keselamatan pasien dalam bulan Juli s/d

Desember 2014, yang disebabkan oleh

karena proses timbang terima pasien yang

tidak sesuai prosedur, diantaranya jadwal

operasi yang mundur (KTD) 5 kejadian,

(4)

pemberian obat yang tidak sesuai intruksi

dokter (KNC) 2 kejadian, pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan radiologi

yang

tertunda

(KPC)

1

kejadian.

Meskipun

angka

kejadian

Insiden

keselamatan Pasien kecil, namun dampak

yang diakibatkan di Rumah Sakit Panti

Waluyo Surakarta oleh sangat besar,

misalkan jadwal operasi yang mundur bisa

mengakibatkan kematian apabila pasien

dengan apendik perforasi, atau misal

pasien dengan salah minum obat yang

kontra indikasi dengan penyakitnya.

METODOLOGI

Rancangan

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini

adalah

quashi

experimental.

Quasy

Experimental

adalah metode penelitian eksperimen

dengan menggunakan kelompok kontrol

namun

tidak

sepenuhnya

untuk

mengontrol

variabel

luar

yang

mempengaruhi

penelitian

(Sugiyono,2008). Pada penelitian ini,

pendekatan

yang

digunakan

dalam

quashi

eksperimental

dengan

menggunakan Pre dan post test without

control dimana pada desain ini peneliti

hanya

melakukan

intervensi

pada

kelompok

pembanding.

Efektifitas

perlakuan

dinilai

dengan

membandingkan nilai post test dengan

pre test. (Dharma, 2013).

Berdasarkan

telaah

pustaka

dan

penyusunan hipotesis, maka

variabel-variabel penelitian ini adalah :

a.

Variabel

Terikat

(Dependent

Variable)

Variabel

terikat

merupakan

variabel

yang

menjadi

perhatian

utama peneliti atau variabel utama

yang menjadi faktor yang berlaku

dalam investigasi“ (Sekaran, 2011).

Dalam

penelitian

ini

yang

merupakan varibel terikat adalah

Insiden Keselamatan Pasien.

b.

Variabel (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi variabel terikat, entah

secara

positif

atau negatif“

(Sekaran, 2011). Dalam penelitian

ini yang menjadi variabel bebas adalah

Dokumentasi Timbang Terima Pasien

secara SBAR.

Cara

pengambilan

data

peneliti

mencari data temuan terkait dengan

insiden keselamatan pasien pada pasien

dirawat dengan menggunakan checklist

monitor pelaksanaan timbang terima

dengan metode SBAR, pada pasien

yang dirawat minimal selama 3 hari,

(5)

dan dipantau untuk setiap pasien yang

masuk rawat inap dalam beberapa

bulan yang sudah ditentukan.

HASIL PENELITIAN

Data meliputi Insiden Keselamatan Pasien sebelum Intervensi dan sesudah Intervensi.

Tabel 1. Gambaran Insiden Keselamatan Pasien sebelum dilakukan intervensi.

f

%

Terjadi IKP

8

26,7

Tidak terjadi IKP

22

73,3

Sample ( n )

30

100

Pada tabel 4.1.1 didapatkan dari 30 pasien yang dilakukan timbang terima pasien secara

konvensional, angka temuan terjadi IKP sebanyak 8 pasien (26,7 %) .

Tabel 2. Gambaran Insiden Keselamatan Pasien sesudah dilakukan intervensi.

f

%

Terjadi IKP

1

3,3

(6)

Hasil penelitian pada tabel 4.1.2 yang berikutnya juga didapatkan pada jumlah pasien yang

sama, 30 orang dengan proses

timbang terima pasien menggunakan metode SBAR

ditemukan terjadi IKP 1 pasien (3,3 %).

Tabel 3. Beda Gambaran Insiden Keselamatan Pasien sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi.

Terjadi IKP

Tidak terjadi IKP

Nilai P

Sebelum

Intervensi

8

22

0,016

Sesudah

Intervensi

1

29

Pada tabel 4.2.1 tersebut didapatkan data dari 30 pasien sebelum dilakukan intervensi

ditemukan angka kejadian IKP 8 pasien dan yang tidak terjadi IKP 22 pasien, sedangkan

setelah dilakukan intervensi ditemukan angka kejadian IKP 1 pasien dan yang tidak terjadi

IKP 29 pasien. Hasil uji Mc Nemar didapatkan nilai .probalitas 0,016 (p value < 0,05 ),

artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara dokumentasi timbang terima pasien dengan

metode SBAR dengan Insiden Keselamatan Pasien.

PEMBAHASAN

1.1

Insiden

Keselamatan

Pasien

sebelum

pemakaian

Dokumentasi Timbang Terima

Pasien dengan Metode SBAR

Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa temuan IKP

sebanyak 8 kejadian (26,7 %)

sebelum dilakukan timbang terima

pasien dengan metode SBAR .

Meskipun angka kejadian IKP

kecil,

namun

dampak

yang

diakibatkan oleh hal itu sangat

besar.

Dampak yang dapat terjadi

pada pasien menyebabkan rasa

sakit dan bahaya jika ada,

misalnya

infeksi

berhubungan

dengan perawatan rumah sakit

(Renkola & Hietala, 2014). Selain

(7)

itu

kemungkinan

dapat

menyebabkan pasien menderita

cacat seumur hidupnya, bahkan

insiden keselamatan pasien juga

dapat mengakibatkan kematian

pasien.

Menurut WHO (2009) yang

merangkum

dampak

dari

terjadinya insiden keselamatan

pasien terhadap institusi rumah

sakit, sebagai berikut: kerusakan

properti,

peningkatan

alokasi

sumber daya yang diperlukan

untuk pasien, perhatian media,

keluhan resmi, reputasi rusak, dan

konsekuensi

hukum.

Meningkatkan sumber daya yang

diperlukan untuk merawat pasien

yang

meningkat

lama

perawatannya akibat terjadinya

insiden, masuk ke perawatan

khusus, perawatan tambahan dan

tes, terganggu alur kerja dan

penundaan untuk pasien lain, staf

tambahan, dan peralatan tambahan

yang

dibutuhkan

untuk

pengobatan.

1.2

Insiden

Keselamatan

Pasien

setelah pemakaian Dokumentasi

Timbang Terima Pasien dengan

metode SBAR

Pada hasil penelitian setelah

pemakaian dokumentasi timbang

terima

pasien

secara

SBAR

didapatkan data IKP sebanyak 1

kejadian (3,3 %)

Keselamatan pasien (patient

safety) rumah sakit adalah suatu

sistem

dimana

rumah

sakit

membuat

asuhan

pasien

lebih

aman.

Sementara,

insiden

keselamatan

pasien

yang

selanjutnya

disebut

insiden

adalah

setiap

kejadian yang

tidak disengaja dan kondisi yang

mengakibatkan

atau

berpotensi

mengakibatkan cedera yang dapat

dicegah pada pasien.

Menurut WHO (2009) faktor

yang

dapat

meningkatkan

keselamatan

pasien

adalah

berkaitan

dengan

proses

pengawasan

yang

baik

atau

kepemimpinan, kerja sama tim

yang

baik,

tenaga

yang

berpendidikan

dan

kompeten,

serta komunikasi yang efektif.

(WHO 2009.)

Komunikasi

jika

tidak

dilakukan dengan baik akan

(8)

menjadi akar penyebab insiden

keselamatan pasien, (Dunsford

2009). Misalnya mengakibatkan

memburuknya

kondisi

klinis

pasien atau bahkan kematian.

Namun, selain menjadi ancaman

bagi

keselamatan

pasien,

komunikasi yang efektif juga

merupakan alat untuk mengurangi

insiden

keselamatan

pasien

(Sandars & Cook, 2009).

Komonikasi efektif dengan

menggunakan checklist/dokumen

telah dibuktikan oleh Dufour,

(2012)

dalam

penelitiannya

tentang keselamatan pasien pada

saat proses pengiriman pasien

dalam angkatan udara, pada

penelitian tersebut menggunakan

daftar periksa tertulis (dokumen)

SBAR,

meningkatkan

komunikasi, dan pada akhirnya,

meningkatkan

keselamatan

pasien.

Komunikasi

dan

membagikan

informasi adalah bagian penting

dari praktik keperawatan. Salah

satu komunikasi efektif dapat

dibuktikan

pada

pemakaian

dokumentasi SBAR ( Renkola &

Hietala, 2014 ).

1.3

Beda IKP sebelum dan sesudah

pemakaian

Dokumentasi

Timbang Terima Pasien dengan

metode SBAR

Hasil penelitian didapatkan

nilai probalitas 0,016 (p value <

0,05 ) hal tersebut menunjukkan

ada hubungan yang signifikan

antara

pengaruh

dokumentasi

timbang terima pasien dengan

metode SBAR terhadap insiden

keselamatan pasien di ruang

medikal Bedah RS Panti Waluyo

Surakarta.

Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan

oleh Raymond & Harrison (2014)

yang meneliti tentang pemakaian

dokumentasi

SBAR,

menyimpulkan adanya perbaikan

dalam

pelaporan

insiden

keselamatan

pasien

yang

signifikan

setelah

pemakain

komunikasi

dengan

metode

SBAR.

Penelitian

dalam

menganalisa dokumentasi SBAR

sebagai alat pelaporan petugas

(9)

perawat

dalam

rangka

meningkatkan

keselamatan

pasien, didapatkan hasil bahwa

dokumentasi SBAR merupakan

metode

pelaporan

yang

meningkatkan efektivitas transfer

informasi terutama dalam situasi

akut,

sehingga

meningkatkan

keselamatan

pasien

(Kaisa

Renkola & Hietala, 2014)

Penelitian yang dilakukan

oleh Andreoli, Fancott et al (2010)

terkait

pemakaian

komunikasi

SBAR dalam mencegah resiko

jatuh pada pasien, menunjukkan

hasil bahwa alat SBAR yang

diadaptasi

terbukti

efektif

digunakan dalam mencegah resiko

jatuh pada pasien dalam usaha

peningkatan keselamatan pasien.

Penelitian

lain

tentang

komunikasi

SBAR

yang

berpengaruh

terhadap

biaya

perawatan

dirumah

sakit

dilakukan oleh Narayan (2015)

menyimpulkan

bahwa

metode

komunikasi

SBAR

merupakan

strategi

berbasis

bukti

untuk

meningkatkan

komunikasi

interprofessional

dan

efektif.

Komunikasi

SBAR

adalah

kerangka komunikasi yang dapat

mempromosikan

keselamatan

pasien selain itu dapat membantu

mengendalikan biaya kesehatan

dan rawat inap.

KESIMPULAN

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui pengaruh timbang terima

pasien dengan menggunakan metode

SBAR terhadap insiden keselamatan

pasien.

Dan hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa :

1

Insiden Keselamatan Pasien

sebelum dilakukan timbang

terima

dengan

metode

dokumentasi SBAR ditemukan

sebanyak 8 kejadian dari 30

pasien atau 26,7 %

2

Insiden Keselamatan Pasien

setelah

dilakukan

timbang

terima pasien dengan metode

dokumentasi SBAR menurun

menjadi 1 kejadian atau 3,3 %,

3

Terdapat

pengaruh

yang

signifikan

mengenai

(10)

pasien dengan metode SBAR

terhadap Insiden Keselamatan

Pasien

di

ruang

Medikal

BedahbRS.

Panti

Waluyo

dengan nilai probalitas 0,016 (p

value < 0,05 )

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan maka dapat disimpulkan

bebrapa saran :

1

Bagi Tenaga Kesehatan

Penggunaan

dokumentasi

SBAR

bertujuan

sebagai

komunikasi

antar

perawat

dalam

berbagai

situasi

pelayanan kesehatan dalam

pengelolaan pasien. Perluasan

penggunaan alat SBAR diluar

pelayanan keperawatan akan

memiliki

potensi

untuk

meningkatkan komunikasi tim

interprofessional

dalam

pelayanan

pasien

secara

holistik

dan

memberikan

kontribusi yang berharga untuk

penelitian

dan

praktek

keselamatan pasien.

2

Bagi Rumah Sakit

Di

masa

depan,

mempelajari pengalaman para

petugas

kesehatan

dalam

keperawatan

menggunakan

SBAR sebagai metode timbang

terima pasien dengan checklist

akan memberikan informasi

yang

berharga,

khususnya

dalam

upaya

Mutu

Keselamatan Pasien Rumah

Sakit, sehingga harapannya

metode timbang terima pasien

dengan SBAR dapat dijadikan

menjadi prosedur tetap dalam

proses timbang terima pasien,

karena komunikasi merupakan

faktor

utama

yang

mempengaruhi

keselamatan

pasien, dan berbagai jenis

kegagalan dalam komunikasi

berkontribusi di sebagian besar

insiden keselamatan pasien.

Metode timbang terima pasien

secara SBAR meningkatkan

efektivitas transfer informasi

terutama dalam timbang terima

pasien.

(11)

3

Bagi Peneliti berikutnya

Bagi peneliti lain diharapkan

meneliti variabel lain yang

belum

diteliti,

misalnya

pengaruh

dari

segi

SDM

pelaksana

timbang

terima

misalnya, umur, pendidikan,

lama kerja, lingkungan dengan

sampel yang lebih banyak atau

metode

penelitian

yang

berbeda, sehingga penelitian

lain dapat menjelaskan hasil

penelitian yang lebih luas dan

dapat

melengkapi

hasil

penelitian saat ini.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Adreoli, A., Fancott, C., Velji, K et al . (2010). Using SBAR to Communicate Falls risk and

manajement in Inter-profesional Rehabilitation Teams. Journal Healthcare

Quarterly. Diunduh dari

www.longwoods.com

Ballard, K.A. (2003). Patient Safety: A Share Responsibility. Online Journal of Issues in

Nursing. Volume 8 – 2003 No.3

Cook. R., Woods. D. Operating at the sharp end: the complexity of human error. In: Bogner

M, ed. Human error in medicine. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates,

Inc.; 1994. p. 255-31

Cahyono, J.B. (2008). Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktik Kedokteran.

Yokyakarta: Penerbit Kanisius.

Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media

Dufour, K.M. (2012). Implementations of the SBAR Checklist to Improve Patient Safety in

the United States Air Force Aeromedical Evacuation. Nursing and Health Master

pubications. Di unduh dari:

http://corescholar.libraries.wright.edu/nursingmaster

Departemen Kesehatan R.I. (2006). PANDUAN NASIONAL KESELAMATAN PASIEN

RUMAH SAKIT (Patient Safety).

Dewi, M. (2012). Pengaruh pelatihan Timbang terima Pasien terhadap Penerapan

Keselamatan pasien oleh perawat Pelaksana Di RSUD Raden Mattaher jambi. Jurnal

Health & sport.Vol 5(3): 646-655

Narayan, M.C. (2013). Using SBAR Communication in Efforts to Prevent Patient

Rehospitalizations. Diunduh dari

www.nursingcenter.com

Guise, J.M., & Lowe, N.K. (2006). Do You speak SBAR ?. Journal of gynecological and

neonatal nurses,35,3,313-314

(13)

Joint

Commission

International. (2011). Standar

Akreditasi

Rumah

Sakit,

Enam

Sasaran Keselamatan Pasien. edisi 4.

Raymond, M., & Harrison, M.C. (2014). The structured communication tool SBAR improves

communication in neonatology. South African Medical Journal.vol 104;1-5 diunduh

dari:

http://dx.doi.org/10.7196/SAMJ.8684

Renkola, H.K., & Hietala, S. (2014).Bachelor’s thesis: Tool for Quality Reporting for

Nursing Students. Tidak di publikasikan.Tampere University of Applied Sciences

Gambar

Tabel 2. Gambaran Insiden Keselamatan Pasien sesudah dilakukan intervensi.
Tabel  3.  Beda  Gambaran  Insiden  Keselamatan  Pasien  sebelum  dan  sesudah  dilakukan intervensi.

Referensi

Dokumen terkait