• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pusat Film Animasi di Yogyakarta Citra Visual Ruang Sebagai Acuan Desain BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pusat Film Animasi di Yogyakarta Citra Visual Ruang Sebagai Acuan Desain BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

A.Animasi Sebagai Media Komunikasi dan Pendidikan.

Animasi awalnya adalah kartun yang berupa komik, Komik strip pada masa itu muncul di majalah atau surat kabar dengan tema-tema yang dipilih antara lain, lelucon kehidupan sehari-hari, cerita rakyat-legenda, petualangan dan menjelang kemerdekaan. Banyak tema perjuangan nasionalisme yang muncul. Pada tahun 1931, surat kabar Sin Po memuat cerita seri tokoh Put On karya Kho Wang Gie.Abdul Salam membuat kisah-kisah perlawanan seperti Kisah Pendudukan Yogya dan Pemberontakan Pangeran Diponegoro di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta. Mingguan Ratoe Timoer menampilkan cerita Mentjari Poetri Hidjaoe karya Nasroen AS sejak 1 Februari 1939.

Karya animasi Indonesia sebenarnya telah ada sejak tahun 1950-an. Namun, bentuknya masih sangat sederhana. Tahun 1998, ketika film animasi Barat maupun Jepang semakin populer di Indonesia lewat layar kaca, ada VCD animasi produk lokal yang muncul. Film animasi ini mengambil cerita-cerita rakyat, seperti Bawang Merah & Bawang Putih, Timun Mas, serta Petualangan si Kancil.Setelah film animasi dalam kemasan VCD, tahun 2000 Indosiar menayangkan film seri animasi produksi Red Rocket yang berpusat di Bandung. Awalnya, Red Rocket membuat animasi untuk iklan dan bumper stasiun televisi. Tantangan muncul ketika sebuah perusahaan susu mensponsori pembuatan film seri animasi untuk acara Dongeng untuk Aku dan Kau.Setahun kemudian, 2001, Bening Studio yang berdomisili di Yogyakarta menghasilkan 16 episode film animasi yang juga ditayangkan stasiun televisi. Kisah-kisahnya juga mengambil cerita rakyat, seperti Si Kancil, Pangeran Katak, Hang Tuah, Cindelaras, dan Lutung Kasarung1. Menurut Gotot Prakoso

1

(2)

Ketua panitia Festival animasi Yogyakarta 2005 dan staf pengajar animasi di IKJ Jakarta ,Yogyakarta merupakan salah satu basis pembuat film animasi terbesar di Indonesia, bahkan film animasi panjang yang pertama ada di Indonesia diproduksi oleh Studio Kasatmata dari Yogyakarta, dan studio inilah merupakan salah satu pelopor pembuat film animasi berbentuk VCD di Indonesia.Dalam perkembangannya, film animasi sudah mencoba masuk dalam dunia layar lebar, tetapi mungkin belum berhasil. Dari kegagalan ini setidaknya akan makin memacu kreativitas para seniman dalam menghasilkan karyanya2

Jenis Film Asal Negara

Keterangan

Indonesia Hongkong India USA &

Inggris

Eropa

Kartun/Animasi 1 412 1

Tabel 1.1 :Jumlah film animasi yang diputar diyogyakarta berdasarkan asal negara Sumber : BPS Yogyakarta dalam tahun 1999

Jenis Film Asal

Negara

Keterangan

Indonesia Hongkong India USA &

Inggris

Eropa

Kartun/Animasi 0.01 2.88 0.01

Tabel 1.2:Prosentase jumlah film animasi yang diputar diyogyakarta berdasarkan asal negara

Sumber : BPS Yogyakarta dalam tahun 1999

Menurut Survey penonton film Indonesia,menunjukan bahwa penonton film Indonesia berusia 15-35 tahun ( 90 % ) dengan tekanan usia 20- 25 tahun ( 40 % ) ,laki-laki ( 57% ),perempuan ( 43 % ) ,yang berpendidikan SMU dan Perguruan tinggi ( 42 % ), Bila data tersebut dikaitkan dengan kondisi sosial masyarakat

2

(3)

Yogyakarta yang didominasi kelompok pelajar dan mahasiswa maka Yogyakarta mempunyai potensi besar dalam pertunjukan film.

Tahun Jumlah Bioskop Jumlah Tempat Duduk Jumlah Penonton.

2002 3 1.430 469.523

2001 4 2.292 462.747

2000 6 3.840 664.330

1999 8 3.963 781.270

1998 24 5.745 1.643.628

Tabel 1.3 : Jumlah penonton film di Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Stastistik D.I .Yogyakarta

Pada awal milineum , industri komik dan animasi Indonesia mulai bangkit kembali ditandai dengan penerbitan komik klasik Indonesia dan sering pameran event atau festival komik dan animasi nasional yang diadakan dibeberapa kota di indonesia.Misalnya Pekan Komik Animasi Nasional ( PKAN ) yang pertama kali dilaksanakan pada tahun 1998 oleh Depdikbud dan Festival Film Animasi Indonesia ( FFAI ) mulai tahun 2002 di Jakarta.Pertumbuhan Animasi mulai Meningkat sejalan dengan perkembangan dan Kemajuan Media Komunikasi.

Gambar 1.1 : Homelad Pemenang FFAN th 2005 Sumber : Studio kasat mata

(4)

Gambar1. 2 : gundala salah satu Komik Indonesia. Sumber : Komik Indonesia.com

Animasi di TV lewat Commercial Spot ( Iklan ) , film animasi hingga pendukung acara informasi,secara tidak disadari telah mendapat tempat dihati masyarakat .Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia ( YLKI ), bulan April 2002,memberikan hasil penelitian tentang proposal waktu yang disediakan oleh Stasiun TV kepadAcara anak-anak yang didominasi oleh film animasi.

Stasiun TV Th.1999 Th.2002 Perkembangannya

TVRI 4,9% 9,1% 4,2%

SCTV 7,7% 14,6% 6,9%

RCTI 5,9% 7,1% 1,2%

Indosiar 8,5% 11,8% 3,3%

Tabel 1.4 : Proporsi waktu stasiun TV untuk anak-anak

Sumber : “ Dari komik ,animasi,sampai telenovela”,kompas.com,11 agustus 2002

Hal ini membuktikan bahwa perkembangan film animasi sangat diminati oleh masyarakat dan potensi pasarnya sangat cukup menjanjikan sehingga perkembangan animasi di Indonesia semakin meningkat.

B.Upaya Peningkatan ApresiasiTerhadap Film Animasi Indonesia

Salah satu upaya untuk meningkatkan kembali apresiasi animasi oleh masyarakat adalah dengan mengadakan ajang pameran, workshop,karya-karya lokal

(5)

Indonesia melalui program pameran nasional yang diselenggarakan secara bergilir dibeberapa kota besar di Indonesia.Misalnya Pameran Komik dan animasi Nasional ( PKAN ) yang dilakukan sejak tahun 1998 yang lalu.Tujuan dari PKAN adalah untuk membangkitkan kesadaran masyarakat tentang komik dan animasi Indonesia yang pernah berjaya dan membangkitkan komik dan animasi nasional.

Optimisme bangkitnya film animasi dan komik Indonesia ini hendaknya disikapi dengan baik oleh semua pihak sehingga suatu saat animasi Indonesia dapat diperhitungkan sebagai produk yang bermutu sekaligus mempunyai para ahli,sejarawan dan kritikus seperti halnya sastra,dan seni rupa.

Pusat film animasi di Yogyakarta ,dimana merupakan sentral kegiatan yang berkaitan dengan perfilman khususnya animasi,kegiatan di sini adalah : Tempat produksi film animasi ( Studio Film animasi ), pelatihan film,dan kursus animasi ( Workshop ), produksi film animasi ( Studio Film animasi ), Tempat rekreasi ,menonton animasi ( Bioskop atau tempat pertunjukan film animasi ), Tempat pameran atau festival film animasi. Tempat pusat informasi film animasi. ,Tempat book shop komik dan animasi.,Tempat toko accesoris animasi,Tempat galeri film animasi dan kartun,Kantor pengelola.,Didukung kegiatan pendukung lainnya.,Tempat kegiatan study tour .

Permasalahan yang kemudian muncul adalah belum tersedianya sarana wadah untuk komunitas dan kegiatan apresiasi ini.Diperlukan adanya suatu wadah yang sifatnya tetap untuk menampung kegiatan-kegiatan apresiasi animasi ini agar event atau festival dapat berlangsung secara tetap dan teratur.

1.2.Rumusan Masalah.

Bagaimana merancang pusat film animasi di Yogyakarta yang dapat mewadahi para animator dan pencinta animasi sebagai tempat rekreasi dengan penekanan pada Studi citra visual ruang sebagai sarana edukatif dan apresiatif ?

(6)

1.3.Tujuan.

Merancang pusat film animasi di Yogyakarta yang dapat mewadahi para animator dan pencinta animasi sebagai tempat rekreasi dengan penekanan pada Studi citra visual ruang sebagai sarana edukatif dan apresiatif.

1.4.Sasaran

a) Melakukan Studi tentang Pusat Perfilman khususnya animasi.

b) Melakukan Studi tentang tempat –tempat pertunjukan film di yogyakarta. c) Melakukan studi tentang Animasi.

d) Melakukan Studi Tentang Studio Animasi, desney Studio.

e) Melakukan Studi Tentang Ruang pertunjukan film animasi dengan mengacu pada bagunan bioskop.

f) Melakukan studi tentang citra visual.

g) Melakukan studi tempat-tempat rekreasi dengan mengacu pada bangunan bioskop.

1.5.Lingkup Masalah.

1) Pusat Pertunjukan film animasi dibatasi pada kebutuhan bangunan film animasi

2) Animasi yang dibahas hanya animasi 2D dan 3D.

3) Studio Animasi dibatasi pada ruang-ruang yang diperlukan dan proses kegiatannya.

4) Kenyamanan citra visual pada karakter bangunan

1.6.Metode

Untuk mencari data yang dikehendaki dan menganalisa Pusat Film Animasi Maka diperlukan beberapa metode yang harus dilakukan :

A. Metode Pengumpulan Data.

Beberapa tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Observasi.

(7)

b.Studi Pustaka .

Studi pustaka dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan film dan animasi serta kartun,serta pusat film beserta standar-standar yang harus ada dalam sebuah pusat film.

c.Studi Banding.

Studi banding dilakukan kepada bioskop-bioskop, studio animasi Kasat mata dan bening Studio Yogyakarta,Puskat, serta melihat bangunan animasi Desney.

B.Metode Menganalisis Data.

a. Menganalisis Data secara Kuantitatif.

Pengolahan data yang diperoleh dari kuesioner data sekunder serta data lain di olah dengan diubah menjadi data tabulasi ,meliputi :

1) Data Animo masyarakat terhadap Film Animasi. 2) Jumlah Studio animasi yang ada di Yogyakarta. b. Menganalisis data Secara Kualitatif.

Menganalisis data secara deskriptif untuk penulisan Proyek Pusat Film Animasi,Meliputi :

1) Sejarah Film animasi. 2) Jenis-jenis animasi.

3) Kebutuhan dasar Film Animasi. 4) Pengertian-pengertian animasi. 5) Faktor-faktor citra visual C.Metode Perancangan.

Mentransformasikan unsur-unsur Citra visual ruang kedalam Desain arsitektural bangunan.

1.7.Sistematika Penulisan.

Bab 1.PENDAHULUAN.

(8)

up,Metode dan Sistematika Penulisan Tentang Proyek Pusat Film Animasi Di Yogyakarta dengan Penekanan Desain Pada Studi Kenyamanan citra visual ruang sebagai sarana edukatif dan apresiatif.

Bab 2.TINJAUAN PUSAT FILM ANIMASI DI YOGYASKARTA

Mengungkapkan potensi perkembangan animasi,pusat film animasi,studio animasi dan proses pembuatan film dan pertunjukan film animasi di yogyakarta beserta fasilitas yang ada,contonya: studio-studio animasi di yogyakarta, dan pusat Pertunjukan film di yogyakarta.

Bab 3. TINJAUAN TEORITIS PUSAT FILM ANIMASI DAN Citra Visual ruang sebagai sarana edukatif dan rekreatif.

Mengungkapkan Design Requirement Pusat Animasi Dan Fasilitas Pendukungnya yang ada,Contohnya: Studio animasi, bioskop, area workshop,galeri animasi dan kantor pengelola.

Bab 4.ANALISA MENUJU KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT FILM ANIMASI DI YOGYAKARTA

Mengungkapkan Proses untuk menemukan ide-ide konsep perencanaan dan perancangan melalui metode-metode tertentu yang diaplikasikan pada daerah Yogyakarta.

Bab 5. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT FILM ANIMASI DI YOGYAKARTA

Mengungkapkan Konsep-konsep yang akan di transformasikan kedalam rancangan fisik arsitektural .

Gambar

Tabel 1.1 :Jumlah film animasi yang diputar diyogyakarta berdasarkan asal negara  Sumber : BPS Yogyakarta dalam tahun 1999
Tabel 1.3 : Jumlah penonton film di Yogyakarta  Sumber: Badan Pusat Stastistik D.I .Yogyakarta
Tabel 1.4 : Proporsi waktu stasiun TV untuk anak-anak

Referensi

Dokumen terkait

berpengaruh terhadap terjadinya perilaku kekerasan pada Pasien Resiko. Perilaku Kekerasan di ruang Bima dan Sadewa RSUD

Perubahan kadar pH pada hari ke-0 sampai hari ke-20 tidak mengalami perubahan secara signifikan namun setiap perlakuan P0, P1, P2, dam P3 mengalami penurunan pada hari

(Quality Evaluation of Cucumber (Cucumis sativus L.) Based on Its Shape Using Perceptron) Suroso, Fadlilah

mengkaji perubahan pola penyebaran Benih kangkung darat kadar air media tanam arang sekam kemudian di tanam pada setiap polybag dan pertumbuhan tanaman kangkung dan

Intervensi untuk diagnosa keperawatan diare berhubungan faktor fisiologis (proses infeksi) , setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah diare dapat

• Contoh : pasien dengan infark jantung, Contoh : pasien dengan infark jantung, dengan angina pektoris yang harus dikelola dengan angina pektoris yang harus dikelola dengan

Yang menyatakan luas prisma persegi yang tingginya sama dengan panjang rusuk alasnya