• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh makhluk hidup yang ada di dunia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh makhluk hidup yang ada di dunia."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Lingkungan hidup merupakan karunia dan rahmat yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh makhluk hidup yang ada di dunia. Lingkungan Hidup yang ada Indonesia wajib dijaga, dilestarikan dan dikembangkan fungsi dan kemampuannya agar dapat menjadi sumber dan penunjang bagi kelangsungan serta peningkaatan kualitas hidup Bangsa Indonesia.

Pada umumnya, istilah lingkungan dengan lingkungan hidup secara harfiah memang beda, namun kedua istilah ini memilki makna yang sama. Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang mempengaruhi suatu organisme, faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotic factor) atau variabel-variabel yang tidak hidup (abiotic factor)1.Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya2.

Masalah lingkungan dapat ditinjau dari aspek medik, planologis, teknologis, teknik lingkungan, ekonomi dan hukum. Segi-segi hukum pengelolaan hidup dan konservasi sumber daya alam di Indonesia perlu dikaji secara intensif, karena pengelolaan lingkungan tidak mungkin tanpa

1

Agoes Soegianto. Ilmu Lingkungan, Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan, Edisi Kesatu, Airlangga University Press, Surabaya, 2010, hlm. 1

2Ashabul Kahfi, „Kejahatan Lingkungan Hidup‟ (2014), Jurnal

(2)

pengaturan hukum 3. Masalah lingkungan hidup akhir-akhir ini diakibatkan kecerobohan yang dilakukan oleh manusia yang mengakibatkan pencemaran sehingga dapat mengancam kehidupan manusia. Salah satu pencemaran yang sering terjadi adalah pencemaran air. Payung hukum mengenai Perlindungan dan penegakan terhadap pencemaran lingkungan di Indonesia terdapat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pencemaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses, cara, perbuatan mencemari atau mencemarkan. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukannya mahkluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya, definisi tersebut tersirat bahwa pencemaran air dapat terjadi secara sengaja maupun tidak sengaja dari kegiatan manusia pada suatu perairan yang peruntukannya sudah jelas4.

Air adalah unsur kimia yang berbentuk cairan, yang dibutuhkan bagi seluruh makhluk hidup. Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan kondisi lingkungan hidup menjadi buruk sehingga akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan keselamatan manusia serta kehidupan makhluk hidup lainnya. Penurunan

3

Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijakan Lingkungan Nasional, Edisi Keempat, Airlangga University Press, Surabaya, 2015, hlm. 1.

4Arie Herlambang, „Pencemaran Air dan Strategi Penanggulangganya‟, Jurnal

(3)

kualitas air akan menurunkan dayaguna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumber daya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumber daya alam(natural resources depletion)5.

Perkembangan industri merupakan suatu kegiatan yang tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat disegala bidang yang menyangkut kehidupan manusia yaitu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik terutama meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitarnya. Kawasan Industri yang tersebar di Indonesia, 40 diantaranya berlokasi di wilayah Jawa Barat. Terdapat 31.000 Hektar luas Industri yang tersebar di Indonesia, 23.000 Hektar diantaranya berada di wilayah Jawa Barat 6. Banyaknya perusahaan industri termasuk industri tekstil akan berdampak terhadap kerusakan lingkungan khususnya air. Kekhawatiran ini sangat mudah dirasakan karena kenyataan menunjukan bahwa lingkungan hidup di Indonesia terutama di wilayah Jawa Barat, belum terhindar dari ancaman pencemaran akibat buangan limbah yang berasal dari perusahaan industri. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan industri, terutama dalam hal membuang limbah industri harus memilki izin Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL). IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) merupakan sebutan bagi fasilitas pengolahan limbah cair atau air limbah yang dibuang masyarakat ataupun industri.

Perusahaan industri khsusunya perusahaan yang bergerak dalam bidang tekstil yang ada di jawa barat, masih banyak yang belum

5

Masrudi Muchtar dan Abdul Khair dan Noradi, Hukum Kesehatan Lingkungan, Cetak Pertama, Pustaka Baru Press, Yogyakarta, 2016, hlm.126.

6

Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, Jabar Jantung Perindustrian Nasional, http://www.kemenperin.go.id/artikel/9664/Jabar-Jantung-Industri-Nasional.html, Diakses Pada Hari Senin, Tanggal 15 Maret 2019, Pukul 22.15 WIB.

(4)

menerapkan sistemInstalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) dengan baik dan benar, kebanyakan perusahaan industri membuang begitu saja limbahnya ke mata air, yang digunakan oleh masyarakat. Tentu ini sangat merugikan banyak pihak khususnya masyarakat yang ada di sekitar perusahaan tekstil. Kebanyakan limbah yang dibuang oleh perusahaan tekstil berbentuk cair, sehingga dapat dengan mudah mencemari sungai atau mata air lainnya di sekitar masyarakat.

Terdapat beberapa kasus pencemaran air yang dilakukan oleh perusahaan tekstil yang terjadi di wilayah Jawa Barat dan hampir mempunyai kesamaan dalam kasusnya yaitu dalam pembuangan air limbah. Seperti halnya kasus pencemaran yangdilakukan oleh PT.A dan PT. Gmerupakan perusahaan tekstil yang terletak di Kota Bandung.

PT.A dan PT.Gsebenarnya sudah memiliki Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL), namun kemampuannya tidak sebanding dengan limbah yang dihasilkan(Overload). Data dari hasil laboratorium Dinas lingkungan Hidup,kandungan dalam sempel air limbah PT.A dan PT.G telah melanggar Baku Mutu Air Limbah. PT.A telah melanggar baku mutu air limbah dengan lima parameter tidak memenuhi atau melebihi baku mutu seperti Chemical Oxsygen Demand (COD), Biological Oxsigen Demand (BOD5), Padatan Tersupensi Total (Tss), Sulfida (Sebagai S), Potensial Hidrogen (PH), sedangkan PT.G telah melanggar baku mutu air limbah dengan empat parameter baku mutu yang melebihi ambang batas baku mutu perusahaan tekstil seperti Biological Oxigen Demand (BOD5), Chemical Oxygen Demand (COD), Padatan Tersupensi Total (Tss) serta Minyak dan lemak.

(5)

Perusahaan tekstil seharusnya bertanggung jawab atas pencemaran air yang dilakukannya termasuk PT.A dan PT.G, namun kebanyakan pelaku pencemaran air tidak melaksanakan tanggungjawab sebagaimana mestinya atas pencemaran yang dilakukannya. Penegakan hukum pencemaran air terhadap perusahaan tekstil yang kurang memberikan efek jera, memperkuat kesan bahwa „mencemari itu murah‟ menjadi salah satu faktor penyebab pencemaran air yang dilakukan oleh perusahaan tekstil masih terjadi sampai saat ini.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengakaji permasalahan tersebut untuk memenuhi tugas akhir penulisan hukum dengan mengambil judul : “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENCEMARAN AIR YANG DILAKUKAN OLEH PERUSAHAAN TEKSTIL DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP ”.

B. Identifikasi Masalah.

1. Bagaimana tanggung jawab yang dilakukan oleh Perusahaan Tekstilterhadap pencemaran air?

2. Bagaimana penerapan sanksi bagi perusahaan tekstil terhadap pencemaran lingkungan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup?

C. Tujuan Penelitian.

1. Untuk mengetahui sertamemahami tanggung jawab penecemaran air yang dilakukan oleh perusahaan tekstil.

(6)

2. Untuk mengetahui dan memahami penerapan sanksi bagi perusahaan tekstil terhadap pencemaran lingkungan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

D. Kegunaan Penelitian.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis yang diuraikan sebagai berikut :

1. Kegunaan Secara Teoritis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam proses pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan khususnya mengenai Hukum Lingkungan.

2. Kegunaan Secara Praktis.

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup yang dimulai dari kesadaran diri sendiri, masyarakat dan perusahaan tekstil serta pemerintah. agar lebih peduli terhadap lingkungan dan meningkatkan kesadaran dalam mengelola lingkungan hidup.

E. Kerangka Pemikiran.

Pancasila merupakan dasar falsafah Bangsa Indonesia, yang pada hakekatnya mempunyai nilai yang fundamental. Rumusan Pancasila secara imperatif harus dilaksanakan oleh rakyat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap sila merupakan satu kesatuan yang integral dan saling mengunci. Ketuhanan ditunjung tinggi dalam kehidupan bernegara, tetapi diletakan dalam konteks negara kekeluargaan yang egaliter, yang mengatasi paham perseorangan dan golongan, selaras

(7)

dengan visi kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan kebangsaan, demokrasi permusyawaratan yang menekankan konsensus, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia7.

Pancasila secara yuridis ketatanegaraan adalah dasar negara Republik Indonesia sebagaimana terdapat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang-Undang-Undang Dasar 1945 sebagai payung hukum, Pancasila perlu diaktualisasikan agar dalam praktek berdemokrasinya tidak kehilangan arah dan dapat meredam konflik yang tidak produktif8.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia ke empat merupakan pokok-pokok dasar negara yang fundamental :

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri-keadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

7

Pemimpin MPR dan Badan Sosialisasi MPR RI Periode 2014-2019, Empat Pilar MPR RI, Cetakan Ketujuh, Sekretariat Jendral MPR RI, Jakarta, 2017, hlm.88.

8

(8)

Konstitusi menegaskan bahwa negara Indonesia adalah Negara Hukum (Rechtsstaat)9. Sebagaimana terdapat dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 Ayat (3) Amanademen Keempat menyebutkan bahwa :

“Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.

Paham Negara Hukum tersebut, hukumlah yang sesungguhnya memimpin dalam penyelenggaraan negara adalah hukum itu sendiri sesuai dengan prinsip „the Rule of Law, and not a man’, yang sejalan dengan pengertian Nomocratie, yaitu kekuasaan yang dijalankan oleh hukum, nomos10.

Penegertian hukum menurut Mochtar Kusumaatmajda adalah11 : “Keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur kehidupan manusia

dalam masyarakat termasuk lembaga dan proses di dalam mewujudkan hukum itu dalam kenyataan”.

Filsafat hukum relevan untuk membangun kondisi hukum yang sebenarnya, sebab tugas filsafat hukum adalah menjelaskan nilai dasar hukum secara filosofis yang mampu memformulasikan cita-cita keadilan, ketertiban di dalam kehidupan yang relevan dengan pernyataan-kenyataan hukum yang berlaku, bahkan merubah dengan tekanan hasrat manusia

9

SahatMaruliTuaSitumeang, PenahananTersangka, CetakanPertama, Logoz Publishing, Bandung, 2017, hlm.27.

10

Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan konstitusional indonesia, Cetakan Keempat, Sinar Grafika, Jakarta, 2017, hlm.57.

11

Mochtar Kusumaatmajda, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan, Alumni, Bandung, 2013, hlm.vii.

(9)

melalui paradigma hukum baru guna memenuhi perkembangan hukum pada suatu masa dan tempat tertentu12.

Aliranfilsafatyang dipakaiadalahaliran positivisme.Positivisme adalah aliran yang bependirian bahwa filsafat itu hendaknya semata-mata mengenai dan berpangkal pada peristiwa-peristiwa positif. Positivisme ini

erat kaitannya dengan hukum positif,hukum

positifmemandangperlusecarategasmemisahkanantarahukumdan moral (antarahukum yang berlakudanhukum yang seharusnya, antaradas seindandas

sollen).Positivismehukumdapatdibedakandalamduacorakyaitualiranhukump ositifanalisitisdanaliranhukummurni.

1. AliranHukumPositifAnalistis (Analitycal Jurisprudence)13.

Menurutaliraninihukumadalahperintahdaripenguasanegara.H akekathukumterletakpadaunsur “perintah” itu.Hukumdipandangsebagaisuatusistem yang tetap, Logis, dantertutup.

2. AliranHukumMurni14

Menurutaliraninihukumharusdibersihkandarianasir-anasir non hukum, sepertisosiologis, politis, historisbahkanetis.Itulahsebabnyaaliraninidisebutaliranmurnitenta

12Bambang Hermoyo, „Peranan Filsafat Hukum Dalam Mewujudkan Keadilan‟ (2010),

Jurnal Hukum- FHUNISRI,hlm.29.

13

Jhon Austin dikutip dalam Otje Salman S, Filsafat Hukum (perkembangan & Dinamika Masalah), Refika Aditama, Bandung, 2012, hlm 12.

14

Hans Kelsen dikutip dalam Otje Salman S, Filsafat Hukum (perkembangan & Dinamika Masalah), Refika Aditama, Bandung, 2012, hlm 13.

(10)

nghukum.Hukumadalahkategorikeharusan (sollenskatagorie) bukanseinkatagorie

(kategoriFaktual).Hukumadalahsuatukeharusan yang mengaturtingkahlakumanusia.Dalamhalini yang dipersoalkanolehhukumbukanlahbagaimanahukumituseharusnya (what the law ought to be), tetapiapahukumnya (what the law is).

Aliran yang digunakan selanjutnya adalah aliran hukum alam. Aliaran hukum alam ini memandang manusia bagian dari alam, oleh karena itu manusia tunduk pada hukum alam, yaituhukum yang menetapkan apa yang harus dilakukan oleh setiap bagian alam, baik untuk dirinyasendiri maupun dalam hubungan dan keterkaitannya dengan yang lain atau dengan seluruh alam.Hal ini berarti bahwa manusia sebagai bagian dari alam harus hidup sesuai kodratnya sebagaimanatelah digariskan oleh alam. Hak asasi manusia tidak bisa dilepaskan dari pandangan penganut hukum alam tentang hak asasi itu sendiri. “Human Rights” atau “The Right of man” seperti yang kita kenal saat ini pada awalnya adalah produk pemikiran mazhab hukum alam 15. Salah satu hak asasi manusia adalah hak untuk mendapat lingkungan baik dan sehat, terdapat dalam Pasal 25 Ayat (1) Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia Tahun 1948, menyatakan :

“Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan,

15

Masyhur Effendi dan Taufani, HAM Dalam Dinamika/Dimensi Hukum, Politik , Ekonomi dan Sosial, Ghalia Indonesia, 2014, Bogor, hlm 17.

(11)

dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkannya kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya”.

Pasal ini sejalan dengan Pasal 28H Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, menyatakan :

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

Pasal 65 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan juga mengenai hal yang sama bahwa :

“Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia”.

Permasalahan Hak Asasi Manusia dan lingkungan hidup saling berhubungan satu sama lain. Masalah lingkungan hidup yang terdjadi dan dirasakan oleh masyarakat merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia.

Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan :

“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya”.

(12)

Lingkungan hidup erat kaitannya dengan keseimbangan ekosistem, termasuk di dalamnya manusia. Upaya dalam mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah hak setiap orang, dan setiap orang berhak memperjuangkan haknya. Sebagaimana terdapat dalam Pasal 66 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa :

“Setiap orang yang memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dapat dituntun secara pidana maupun secara perdata”.

Pengelolaan dan pengawasan sangatlah penting dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Namun demikian, pencemeran lingkungan hidup masih saja tetap terjadi baik itu dari kelalaian maupun kesadaran masyarakat ataupun pengawasannya.

Mengenai baku mutu lingkungan hidup terdapat dalam Pasal 1 Ayat (13) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan :

“Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup”.

Pasal 1 Ayat (14) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan mengenai pencemaran lingkungan hidup:

(13)

“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditentukan”.

Faktor utama dalam Pencemaran lingkungan hidup sangatlah dipengaruhi oleh perbuatan manusia. Manusia harus dapat menggunakan sumber daya alam dengan sebijak mungkin dalam pemanfaatannya, serta melihat dampak apa yang akan ditimbulkan terutama terhadap lingkungan hidup.

Perkembangan perusahaan tekstil juga sangat berpengaruh terhadap pencemaran terhadap lingkungan. Pencemaran yang terjadi bisanya berpengaruh terhadap kualitas air, udara, dan tanah. Sehingga dampaknya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.

Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air, menyatakan bahwa :

“Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat”.

Pasal 1 Ayat (19) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, menyatakan bahwa :

“Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun ke tingkat

(14)

tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya”.

Pencemaran air yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan industri khususnya perusahaan-perusahaan tekstil biasanya dalam bentuk air limbah. Pasal 1 Ayat (20) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan :

“Limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan”.

Setiap perusahaan tekstil, yang mau membuang limbahnya harus melalui Instalasi Pengelolaan Air Limbah dan harus mempunyai izin, Pasal 1 Ayat (27) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran air, menyatakan bahwa :

“Izin Pembuangan Air Limbah adalah izin yang harus dibuat oleh setiap orang atau badan badan yang menggunakan sumber air dan atau tanah sebagai tempat pembuangan air limbah”.

Pasal 1 Ayat (15) Peraturan Pemerintah Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, menyatakan :

“Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemran yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan”.

(15)

Penegakan hukum terkait dengan hukum lingkungan, ada tiga jenis sarana penegakan hukum, yaitu:

1. Administratif.

Penegakan sanksi administratif terapat dalam Pasal 76 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan :

“Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan”.

2. Perdata,

Ketentuan jalur perdata terdapat dalam Penjelasan Umum Poin 5 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Penegelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan :

“Ketentuan hukum perdata meliputi penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dan di dalam pengadilan. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di dalam pengadilan meliputi gugatan perwakilan kelompok, hak gugat organisasi lingkungan, ataupun hak gugat pemerintah. Melalui cara tersebut diharapkan selain akan menimbulkan efek jera juga akan meningkatkan kesadaran seluruh pemangku kepentingan tentang betapa pentingnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup demi kehidupan generasi masa kini di masa depan”.

(16)

3. Pidana.

Ketentuan jalur pidana terdapat dalam Penjelasan Umum Poin 6 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan :

“Penegakan hukum pidana dalam Undang-Undang ini memperkenalkan ancaman hukuman minimum di samping maksimum, perluasan alat bukti, pemidanaan bagi pelanggaran baku mutu, keterpaduan penegakan hukum pidana, dan pengaturan tindak pidana korporasi. Penegakan hukum pidana lingkungan tetap memperhatikan asas ultimum remedium yang mewajibkan penerapan penegakan hukum pidana sebagai upaya terakhir setelah penerapan penegakan hukum administrasi dianggap tidak berhasil. Penerapan asasultimum remedium ini hanya berlaku bagi tindak pidana formil tertentu, yaitu pemidanaan terhadap pelanggaran baku mutu air limbah, emisi, dan gangguan”.

Berkaitan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup, tentunya tidak akan terlepas dari peran masyarakat dimana setiap orang atau masyarakat mempunyai hak yang sama atas kondisi lingkungan hidup yang layak dan baik untuk bertempat tinggal dan melangsungkan hidupnya.

F. Metode Penelitian.

1. Spesifikasi penelitian yang dilakukan adalah secara deskriptif analisis, yaitu suatu metode penelitian dengan cara menggambarkan secara sistematis dan menggambarkan fakta-fakta berupa :

a. Data sekunder bahan hukum primer (Peraturan Perundang-Undangan),

1). Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia Tahun 1948. 2). Undang-Undang Dasar 1945.

(17)

3). Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.

4). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

5). Peraturan Pemerintah Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Peraturan.

6). Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

7). Peraturan Menteri Nomor 3 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri.

b. Data sekunder bahan sekunder (doktrin atau pendapat para ahli),

c. Data sekunder bahan baku tersier yaitu berupa bahan-bahan yang peneliti dapatkan dari media cetak dan media elektronik. 2. Metode pendekatan dalam penyusunan skripsi yang dilakukan

peneliti adalah metode pendekatan dengan cara yuridis normatif yaitu hukum dikonsepsikan sebagai norma, asas, atau dogma-dogma. Penafsiran hukum gramatikal yaitu penafsiran yang dilakukan dengan cara melihat arti kata pasal dalam Undang-Undang, menjadi metode pendekatan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Tahap Penelitian.

(18)

Penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk mendapatkan data skunder bahan hukum primer berupa Peraturan Perundang-Undangan, data sekunder bahan hukum sekunder berupa doktrin atau pendapat para ahli hukum, data sekunder bahan hukum tersier berupa bahan-bahan-bahan yang peneliti dapatkan dari media cetak maupun media elektronik.

b. Peneliti Lapangan (Field Research).

Penelitian lapangan yang dilakukan untuk menunjang serta melengkapi studi kepustakaan dengan cara langsung melakukan penelitian di lapangan dan wawancara dengan pihak-pihak terkait.

4. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penyusunan skripsi ini adalah terdiri dari :

a. Studi Dokumen.

Studi Dokumen yaitu teknik dengan cara mengumpulkan data primer, data sekunder dan data tersier yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang di teliti.

b. Wawancara.

Wawancara yaitu dengan cara mengadakan tanya jawab dengan para pihak terkait dengan terlebih dahulu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan terkait permasalahan yang sedang di teliti.

(19)

5. Peneliti menggunakan lokasi penelitian untuk mengumpulkan dan mendapatkan data yang peneliti butuhkan dalam proses penyusunan skripsi ini yaitu terdiri dari :

a. Perpustakaan.

1). Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia, Jalan Dipatiukur No.112 Bandung.

2). Perpustakaan Universitas Pasundan, Jalan Lengkong Dalam No.17 Bandung.

b. Instansi.

1). Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Daerah Kota Bandung.

2). Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Daerah Bandung Barat.

c. Website.

1). http://www.kemenperin.go.id/artikel/9664/Jabar-Jantung-Industri-Nasional.html,

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan dalam pengujian terhadap 135 sampel perusahaan manufaktur hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

Датим Изменама и допунама Плана, а на основу Одлуке о изради Измена и допуна Плана генералне регулације насеља Раковац

Dari hasil tersebut citra uji masukan memiliki koefisien korelasi yang tinggi dengan jenis motif Star Biege DF dengan nilai 0.826264 yang juga menandakan nilai

Dokumen Rancangan Awal Perubahan Rencana Kerja (RENJA-P) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu Tahun 2019 merupakan salah satu dokumen

Metode Penulisan yang digunakan oleh Penulis merupakan yuridis normatif yang akan dilakukan dengan cara melakukan studi kepustakaan dalam melakukan Analisis

Pada lubang- lubang up-stream orifice atau lubang awal jarak penempatan dari lubangnya terhadap plat orifice itu sendiri adalah sama dengan besar diameter dari pipa aliran

Setelah hasil analisis kinerja lalu lintas simpang tidak bersinyal Rungkut Madya-Gununganyar Sawah pada tahun eksisting diketahui, maka dapat dianalisis perkiraan kinerja

Nutricia Indonesia Sejahtera 6 Distributor Berisi informasi mengenai daftar nama distributor 7 Penjualan Berisi informasi mengenai total penjualan produk 8 Promosi