EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KUALITAS LINGKUNGAN FISIK PADA INDUSTRI SEMEN PASCA IMPLEMENTASI AMDAL DAN ISO 14001
Oleh: Febrianti Lestari1)
ABSTRACT
Cement industry based on in its production process is categorized as industries that significantly pollute the environment, as well as a source of environmental degradation in the surroundings areas. In this regard, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (PT.ITP) has conducted an AMDAL study and has implemented an international standard, Environmental Management System ISO 14001, as an effort to mitigate and prevent environmental pollution and degradation. This research is aimed to analyze the level of effectivity of environmental management particularly for physical parameters implemented by PT.ITP as required in the AMDAL documents and ISO 14001 requirements. The results of this research indicated that environmental management activities for dust emission and ambient air quality has implemented effectively by PT.ITP. Dust emission and ambient air quality in the period of 1997-2003 was below the Emission Standard as stated in the Decree of the Environmental Ministry No. 13/1995 and Government Regulation No. 41/1999, and tended to decrease time by time. Effective environmental management was also performed for SO2 and NO2parameters, as the value for those parameters
were below the standard. Ineffective environmental management was performed for noise parameter in the cement facilities area, while environmental management for the same parameter in the surrounding communities was effective, as indicated by the level of noise that tended to decrease.
Key words: Effectivity analysis, environmental management, air quality and noise management, cement industry
PENDAHULUAN
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah instrumen pengelolaan lingkungan yang bersifat wajib (mandatory) yang dilakukan pada tahap pertama dalam mengelola lingkungan pada suatu perusahaan dan merupakan kebijakan pemerintah dalam upaya mengendalikan laju kerusakan lingkungan akibat aktivitas pembangunan. Sebagai instrumen dalam pengelolaan lingkungan AMDAL dapat mengevaluasi potensi dampak dan resiko kegiatan yang ada ataupun yang akan direncanakan terhadap lingkungan, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Sarana ini merupakan upaya terbaik dalam memprediksi dampak lingkungan yang mungkin akan terjadi pada lingkungan dan masyarakat yang tinggal di sekitar daerah rencana kegiatan. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 (SML ISO-14001) merupakan suatu perangkat pengelolaan lingkungan yang bersifat sukarela (voluntary) bertujuan untuk secara berkelanjutan mencapai perbaikan pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan, dengan prinsip kerja yang mengutamakan pencegahan polusi, taat dengan
peraturan dan perbaikan berkelanjutan (Hadiwiardjo, 1997).
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (PT.ITP) yang merupakan produsen semen terbesar kedua di Indonesia, dalam proses produksinya selain berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan, juga menggunakan sumberdaya alam yang sangat besar untuk menghasilkan satu ton semen dibutuhkan 110-140 Kwh tenaga listrik, 800-900 Kcal energi panas dan 1-1,5 ton air. Menurut PEMDA Bogor (2000) bahwa keberadaan pabrik semen PT. ITP,Tbk., menimbulkan adanya dampak penting terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini berkaitan erat dengan wilayahnya yang luas dan lokasinya yang berada di daerah kecamatan Citereup yang berpenduduk sangat padat yakni 154.280 orang dengan luas 165,81 km2.
Berkaitan dengan masalah dampak pencemaran yang ditimbulkan dari kegiatan industri semen yang berimplikasi kepada penurunan kualitas lingkungan, maka pabrik semen PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk., telah melaksanakan studi AMDAL dan menerapkan SML ISO-14001 yang merupakan suatu sistem pengelolaan lingkungan dengan
membuat program dan rancangan-rancangan yang bertujuan untuk mengurangi beban limbah yang masuk ke lingkungan. Ini dimaksudkan agar masalah penurunan kualitas lingkungan dapat diatasi dengan tepat. Dengan demikian dirasa perlu untuk diketahui efektivitas pengelolaan kualitas lingkungan yang telah diterapkan di industri semen, guna terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan.
Mengetahui efektivitas pengelolaan lingkungan fisik di industri semen setelah implementasi AMDAL dan SML ISO-14001.
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada bulan September 2003 sampai Juli 2004. Lokasi penelitian adalah di pabrik semen PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (Pt. ITP), terletak di Kecamatan Citeureup, Kecamatan Cilengsi dan Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor - Jawa Barat.
Pengumpulan Data dan Informasi
Observasi lapangan dilakukan di dalam pabrik untuk melihat lima tahap proses produksi semen, yang dimuali dari tahap proses di Raw
Mill, Suspension Preheater, Rotary kiln, Cooler
dan terakhir di Finish Mil (Cement Mill). Observasi lapang ini bertujuan untuk mengamati secara visual penanganan limbah yang terbentuk dari hasil kegiatan produksi semen, serta upaya-upaya yang dilakukan dalam kegiatan pengelolaan lingkungan.
Bersumber dari rekaman audit internal SML ISO 14001 dan penelusuran data-data hasil pengukuran kualitas lingkungan yang terdapat pada dokumen RKL/RPL pabrik, dan data yang dilakukan oleh LAB HIPERKES Bandung selama periode tahun 1997 sampai 2003, serta data-data dari laporan internal pabrik yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan. Data-data untuk penentuan efektivitas pengelolaan kualitas lingkungan fisik yang akan dikumpulkan terdiri dari: data kebisingan, partikel debu, gas SO2,dan NO2.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Analisis linieritas dilakukan untuk mengetahui kecenderungan pengelolaan kualitas lingkungan setelah pabrik menerapkan AMDAL dan SML ISO 14001. Untuk mengetahui tingkat efektivitas maka masing-masing parameter dilihat perkembangannya berdasarkan urutan waktu (time series) dan kemudian dibandingkan dengan Baku Mutu untuk udara emisi dan ambien yang berlaku di negara Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN Efektivitas Pengendalian Debu Emisi dan Ambien
Berdasarkan hasil pengumpulan data RKL-RPL periode tahun 1997 sampai 2003, ditemukan data sebanyak 22 data (26,50%) debu yang melebihi nilai Baku Mutu Emisi (BME) berdasarkan Kep.Men.L.H. No.13 tahun 1995 untuk baku mutu emisi debu untuk sumber tidak bergerak yaitu 80 mg/m3. Sedangkan data yang nilainya di bawah Baku Mutu Emisi ditemukan 73,50%, hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan untuk debu emisi sudah cukup efektif.
Hasil Trend Analyisis untuk debu emisi di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, menunjukkan kecendrungan emisi debu makin menurun dari tahun 1997 sampai 2003. Hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan kualitas udara untuk debu emisi di pabrik semen semakin baik (Gambar 1).
Menurunnya kadar debu emisi di pabrik semen ini disebabkan karena pabrik mulai memodifikasi alat penangkap debu (ElektrostaticPraecipitator) sesuai program manajemen lingkungan dan menetapkan SOP (Standar Operation Procedur) untuk pengendalian debu emisi mengikuti standar ISO 14001, termasuk merespon gejala gangguan operasi dengan cepat dan tepat. Disamping itu pabrik juga melakukan program maintenance atau perawatan masing-masing alat pengendali debu emisi yang dilakukan secara rutin sesuai dengan kegiatan proses produksi.
Gambar 1. Kecendrungan Pengelolaan Debu emisi dan debu ambien
Berdasarkan hasil pengumpulan dari data pengukuran Lab HIPERKES Bandung periode tahun 2000 sampai 2003 untuk debu ambien, ditemukan data debu yang melebihi Baku Mutu Lingkungan (BML) hanya sebanyak 2 data (20%) berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia N0.41 tahun 1999 untuk debu ambien yaitu 150 μg/m3. dan 80% data sudah memenuhi BML, maka pengelolaan lingkungan untuk debu ambien bisa dikatakan efektif. Hasil analisis kecenderungan untuk pengendalian debu ambien menunjukkan bahwa dari tahun 2000 sampai tahun 2003 kecenderungannya makin menurun. Hal ini membuktikan bahwa pengendalian debu ambien semakin baik, dimana jumlah debu yang masuk ke lingkungan semakin berkurang.
Data pengukuran debu ambien pada bulan juli tahun 2000 nilainya berada sangat tinggi dibandingkan data yang lain dan di atas BML yang ditetapkan oleh pemerintah (150 μg/m3
). Tingginya hasil pengukuran debu ambien pada bulan juli tahun 2000 tersebut disebabkan karena pengaruh debu jalanan tanah sepanjang jalur conveyor Hambalang dan juga
diduga karena pengaruh pengayakan sisa clinker dan semen yang berada di sekitar Quary A.
Efektifitas Pengendalian Gas SO2
Emisi dan Ambien
Berdasarkan hasil pengumpulan data RKL-RPL perusahaan periode tahun 2000 sampai 2003, ditemukan sebanyak 7 data (100%) data gas SO2 emisi berada di bawah nilai baku mutu emisi berdasarkan Kep.Men.L.H. No.13 tahun 1995 untuk gas SO2 emisi yaitu: 800 mg/m3.
Hasil trend analyisis menunjukkan adanya kecenderungan meningkat (Gambar 2). Hal ini desebabkan karena Sumber dari terbentuknya Gas SO2 adalah dari pembakaran batu bara. Naik nya nilai emisi gas SO2 di sebabkan karena kualitas batubara yang dipakai untuk pembentukan klinker kurang bagus (kualitas batu baranya rendah), sehinggga pembakaran di Suspension Preheater dan di
Rotary Kiln tidak berjalan sempurna, akibatnya
gas SO2yang dihasilkan cukup tinggi.
Gambar 2. Kecendrungan pengelolaan gas SO2emisi dan ambien
y = -0,6646x + 88,393 R2 = 0,7028 0 20 40 60 80 100 120 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
IM PLEM ENTASI A M DA L IM PLEM ENTASI SM L ISO 14001 Debu emisi BME Linear (Debu emisi)
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Jan Mart Juli Nov Feb Okt Mart Des Mart Okt
2000 2001 2002 2003
IMPLEMENTASI AMDAL IMPLEMENTASI SML ISO 14001 Debu Ambien NAB
Linear (Debu Ambien)
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli
2000 2001 2002 2003 IMPLEMENTASI AMDAL IMPLEMENTASI SML ISO 14001 SO2 emisi BME Linear (SO2 emisi)
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Mart Juli Nov Feb Okt Mart Des Mart Okt
2000 2001 2002 2003
IMPLEMENTASI AMDAL IMPLEMENTASI SML ISO 14001 SO2 Ambien NAB
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari pengukuran Lab HIPERKES bandung periode tahun 2000 sampai 2003, ditemukan sebanyak 9 data (100%) dari data gas SO2 ambien berada dibawah Nilai Ambang Batas (NAB) berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 yaitu; 365 μg/m3.
Sedangkan hasil trend analysis
menunjukkan adanya kecendrungan meningkat. Hal ini disebabkan karena nilai dari gas SO2 emisi yang dihasilkan terdapat peningkatan setiap tahunnya.
Efektifitas Pengendalian Gas NO2
Emisi dan ambien
Berdasarkan hasil pengumpulan data RKL-RPL periode tahun 2000 sampai 2003,
ditemukan sebanyak 7 data (100%) dari data gas NO2 emisi berada di bawah nilai Baku Mutu Emisi (BME) berdasarkan kep.Men.L.H. No.13 tahun 1995 untuk gas NO2 emisi yaitu: 1000 mg/m3. Hal ini menunjukkan bahwa pengendalian gas emisi NO2di pabrik semen PT. ITP masih cukup efektif.
Hasil trend analyisis menunjukkan bahwa pengendalian gas NO2 emisi kecendrungannya meningkat untuk setiap tahunnya. Maka diperkirakan bila pengelolaan lingkungan untuk emisi gas NO2tidak dilakukan secara intensive maka ada kemungkinan untuk beberapa tahun yang akan datang nilai gas emisi yang keluar dapat melibihi Baku Mutu Emisi yang ditetapkan oleh pemerintah.
Gambar 3. Kecendrungan pengendalian gas NO2 emisi dan ambien
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari Lab HIPERKES Bandung periode tahun 2000 sampai 2003, ditemukan sebanyak 9 data (100%) dari data gas NO2 ambien berada dibawah Nilai Ambang Batas (NAB) berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 yaitu; 100 μg/m3.
hal ini menunjukkan bahwa pengendalian gas NO2ambien masih cukup efektif.
Hasil trand analisys dari gas NO2 ambien menunjukkan kecendrungan yang makin meningkat untuk setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena gas NO2 emisi yang keluar dari stack yang merupakan sumber NO2 di lingkungan nilainya juga meningkat.
Efektifitas Pengendalian Kebisingan di Raw Mill dan Kiln
0 200 400 600 800 1000 1200
Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli
2000 2001 2002 2003 IMPLEMENTASI AMDAL IMPLEMENTASI SML ISO 14001 NO2 emisi BME Linear (NO2 emisi)
0 20 40 60 80 100 120
Mart Juli Nov Feb Okt Mart Des Mart Okt
2000 2001 2002 2003
IMPLEMENTASI AMDAL IMPLEMENTASI SML ISO 14001 NO2 Ambient NAB
Gambar 4. Kecendrungan pengelolaan kebisingan di Raw Mill dan Kiln
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari Dept Hazard and Monitoring (laporan internal pabrik) untuk kebisingan di Raw Mill periode tahun 1995 sampai tahun 2003, dari 18 data yang ditemukan semuanya (100%) berada diatas Baku Mutu Lingkungan (BML) yang di tetapkan oleh kep.Men.L.H. No.13 tahun 1995 untuk lingkungan pabrik, yaitu: 80 dBA, maka pengendalian kebisingan di raw mill belum efektif. Hasil trend analysis menunjukkan bahwa kecendrungan nilai kebisingan dari tahun ke tahun terlihat turun, tetapi hasil uji F menunjukkan bahwa kecendrungannya tidak signifikan karena F hitung (3,521) < F tabel (4,49). Hal ini disebabkan karena teknologi pengendalian kebisingan yang dilakukan di Raw
Mill belum mampu mengendalikan tingkat kebisingan di bawah BML yang ditetapkan pemerintah.
Di unit Kiln ditemukan hasil data kebisingan sebanyak 18 data (100%) dari data kebisingan nilainya berada di atas BML (80 dBA), hal ini mengindikasikan bahwa pengendalian kebisingan di kiln belum efektif. Hasil trend analysis terlihat bahwa pengelolaan kebisingan dari tahun 1995 sampai 2003 memiliki kecendrungan yang semakin naik, dan hasil uji F membuktikan kenaikannya cukup signifikan karena F hitung (6,368) > F tabel (4,49). Tingginya tingkat kebisingan yang ada di unit kiln dapat menyebabkan dampak negatif terhadap karyawan yang bekerja di lokasi tersebut, maka salah satu upaya yang telah dilakukan pihak pabrik untuk sefty yaitu dengan mewajibkan setiap pekerja menggunakan alat pelindung diri (ABD).
Pengendalian Kebisingan di Finish Mill dan Kompresor
Gambar 5. pengelolaan kebisingan di Finish Mill dan Kompresor
Hasil pengukuran tingkat kebisingan di Finish Mill rata-rata semua titik pengukuran
diatas Baku Mutu Lingkungan yang ditetap oleh pemerintah. Namun demikian hasil analisi trend
0 20 40 60 80 100 120
Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
IMPLEMENTASI AMDAL IMPLEMENTASI SML ISO 14001 Raw Mill BML Linear (Raw Mill)
0 20 40 60 80 100 120
Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
IMPLEMENTASI AMDAL IMPLEMENTASI SML ISO 14001 Kiln BML Linear (Kiln) 0 20 40 60 80 100 120
Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
IMPLEMENTASI AMDAL IMPLEMENTASI SML ISO 14001 Finish Mill BML Linear (Finish Mill)
0 20 40 60 80 100 120
Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
IMPLEMENTASI AMDAL IMPELEMENTASI SML ISO 14001 Compresor BML Linear (Compresor)
menunjukkan bahwa pengendalian kebisingan di area Finish Mill menunjukkan kecendrungan menurun, hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan kebisingan di Finish Mill ada upaya untuk perbaikan. Upaya pengelolaan kebisingan yang dilakukan parik adalah dengan mengganti reduser udara Finish Mill, sehingga dapat menurunkan bising lebih kurang 5 dBA.
Efektifitas pengendalian kebisingan di kompresor masih belum memenuhi nilai Baku Mutu Lingkungan yang ditetapkan
oleh pemerintah (80 dBA). Dari hasil pengukuran tingkat kebisingan di kompresor mulai tahun 1996 sampai tahun 2003 selalu berada di atas baku mutu. Hasil analisis
kecendrungan menunjukkan bahwa
kecendrungan pengendalian kebisingan di kompresor semakin meningkat tiap tahunnya. Namun tingkat kebisingan di kompresor relatif berfluktuasi, hal ini disebabkan kerena tingkat kebisingan di kompresor dapat dikendalikan dengan membuat ruangan yang kedap suara.
Pengendalian Tingkat Kebisingan di Coal Mill dan Lingkungan Masyarakat
Gambar 6. pengelolaan kebisingan di Coal Mill dan lingkungan masyarakat
Tingkat pengendalian kebisingan di area
Coal Mill masih belum efektif, karena semua
titik hasil pengukuran tingkat kebisingan berada diatas Baku Mutu Lingkungan yaitu; 80 dBA. Hasil analisis kecenrungan menunjukkan bahwa tingkat kebisingan di Coal Mill cendrung meningkat untuk sitiap tahunnya. Upaya pengelolaan kebisingan di coal mill dari pihak pabrik adalah dengan cara melaksanakan perawatan sumber bising secara rutin.
Berdasarkan pengumpulan data hasil pengukuran dari Lab. HIPERKES Bandung untuk kebisingan di lingkungan masyarakat terlihat bahwa tingkat kebisingan yang diterima oleh masyarakat yang ada di sekitar pabrik nilainya masih berada di bawah Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkan oleh Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor: 660.31/SK/694-BKPMD/82, yaitu 60 dBA, maka pengendalian kebisingan untuk lingkungan masyarakat dapat dikatakan cukup efektif.
Hasil analisis kecendrungan untuk tingkat kebisingan di lingkungan masyarakat menunjukkan bahwa kecendrungannya menurun.
Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan lingkungan untuk tingkat kebisingan reklatif lebih baik, walaupun tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh mesin-mesin unit produksi nilainya masih diatas BML tetapi tingkat kebisingan yang sampai ke masyarakat sudah dapat di kurangi. Hal ini diduga karena pada lokasi pabrik sudah terdapat kumpulan ruang terbuka hijau yang memadai, sehingga dapat membantu meredam kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-mesin produksi. Disamping itu penggunaan dinding pembatas yang kedap suara, juga dapat membantu meredam kebisingan yang ada.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Pengelolaan kualitas udara untuk debu emisi dan ambien di pabrik semen cukup efektif dengan kecendrungan pengendalian debu emisi
0 20 40 60 80 100 120
Jan Juli Jan Juli Jan JuliJan Juli JanJuli Jan Juli Jan Juli Jan Juli Jan Juli
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
IMPLEMENTASI AMDAL IMPLEMENTASI SML ISO 14001 Coal Mill BML Linear (Coal Mill)
0 10 20 30 40 50 60 70
Mart Juli Nov Feb Okt Mart Des Mart Okt
2000 2001 2002 2003
IMPLEMENTASI AMDAL IMPLEMENTASI SML ISO 14001 Kebisingan NAB Linear (Kebisingan)
dan ambien yang makin menurun. Sedangkan Pengelolaan kualitas udara untuk gas SO2 dan NO2 (emisi dan Ambien) masih cukup efektif, tetapi hasil analisis kecendungan menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Pengelolaan kualitas lingkungan untuk pengendalian kebisingan di pabrik semen masih belum efektif. Namun Pengendalian kebisingan di lingkungan masyarakat sudah cukup efektif dengan hasil analisis kecendrungan menunjukkan penurunan.
Saran
Pengelolaan kualitas lingkungan di industri semen, khususnya untuk parameter kualitas udara (gas SO2 dan NO2) dan pengendalian tingkat kebisingan di lingkungan pabrik perlu ditingkatkan lebih kondusif, mengingat dampak negatif yang ditimbulkan cukup besar terhadap karyawan maupun masyarakat yang bermukim disekitar industri semen. Dengan demikian, upaya mewujudkan industri semen yang berwawasan lingkungan dapat terwujud dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Azhar, S. 2000. Pembangunan Berwawasan Lingkungan di Tengah Isu Global. Jurnal Lingkungan Manajemen Ilmiah, 2 (6): 5-9. Djajadiningrat, S. T. 2001. Untuk Generasi Masa
Depan Pemikiran, Tantangan dan Permasalahan Lingkungan. Studi Tekno Ekonomi, Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri ITB, Bandung. Hamner, P. B. 1997. A strategic Approach to ISO
14001. Jurnal Asean Institute of
Management, http://www. Cleaner-production.com.
Hadiwiarjo, B.H. 1997. ISO 14001 Panduan Penerapan Sistem Manajemen lingkungan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kuhre, W. L. 1996. Sertifikasi ISO 14001: Sistem Manajemen Lingkungan. Prenhallindo, Jakarta. Maya, G. penerjemah. Terjemahan dari: ISO 14001 Certification: Environmenal Management System.
Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia. 2003. Status Lingkungan Hidup Indonesia. Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta. Noor, E., dan I. Sailah. 1989. Dasar Teknik Kimia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Istitut Pertanian Bogor.
Ropke, I. 2001. The Environmental Impact of Changing Consumption Patterns: A Survey. International Journal Environmental and Pollution, 15 (2): 127-145.
Russo,M. V, Harrison, N.S. 2001. An Empirical Study of Impact of ISO 14001 Registration on Emissions Performance. Journal Departement of Management University of Oregon, 12 (3): 4-9.
Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. 2000. Neraca Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor Tahun 2000. Pemerintah Daerah Bogor, Bogor. Yeo, S.H. and W.M. Ang. 2001. Trade-off Analysis
Between Business and Environmental Strategies. Int. J. Environmental and Management, 1 (1): 1-12.
PENINGKATAN MUTU BENIH TOMAT LOKAL MUNA MELALUI APLIKASI TEKNIK INVIGORASI BENIH PLUS AGENS HAYATI