• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Dasar Persepsi a. Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), persepsi diartikan sebagai : 1) pandangan dari orang/banyak orang akan hal/peristiwa yang didapat/diterima, 2) proses diketahuinya suatu hal pada seseorang melalui panca indra yang dimiliki. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2000).

Menurut Daviddof, persepsi adalah suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang diterima panca indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari yang diinderanya itu (Walgito, 2002).

Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri (Robbins , 2007).

Scherer yang dikutip Walgito (2000), mengatakan bahwa persepsi adalah suatu representasi fenomena tentang obyek distal sebagai hasil pengorganisasian obyek itu sendiri, medium dan rangsang progsimal.

(2)

commit to user

Persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan menunjukkan bagaiman kita melihat, mendengar, merasakan, memberi, serta meraba sesuatu yang ada disekitar kita (Widayatun, 1999).

b. Proses Terjadinya Persepsi

Menurut Widayatun, (1999) bahwa proses terjadinya persepsi adalah dimulai dari adanya obyek/stimulus yang ditangkap oleh panca indra, kemudian stimulus/obyek tadi dibawa ke otak, dari otak muncul respon yang akan dikembalikan ke indra dan muncul sebagai persepsi/tanggapan.

Menurut Jalaluddin Rakhmad (2000) proses terjadinya persepsi pertama karena adanya obyek/stimulus yang merangsang untuk ditangkap oleh panca indra (obyek tersebut perhatian panca indra), kemudian obyek/stimulus perhatian tadi dibawa ke otak dari otak terjadi adanya kesan atau jawaban (response) stimulus berupa kesan/respon yang dibalikkan kembali berupa tanggapan atau persepsi atau hasil kerja indra berupa pengalaman pengolahan otak.

Proses terjadinya persepsi ini perlu fenomena dan yang terpenting fenomena dari persepsi ini adalah perhatian/attention. Pengertian perhatian itu sendiri adalah suatu konsep yang diberikan pada proses persepsi yang menseleksi input-input tertentu untuk diikutsertakan dalam suatu pengalaman yang kita sadari/kenal dalam suatu waktu tertentu.

(3)

commit to user c. Tahap-Tahap Dalam Proses Persepsi

Menurut Parcek (Walgito, 2000 : 21), proses tersebut terdiri dari proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menyaji dan memberikan reaksi kepada rangsang panca indra.

1. Proses menerima

Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsang/data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra sehingga proses ini sering disebut dengan pengindraan/sensasi. Menurut Desiderato (Walgito, 2000 : 21), proses ini merupakan pengalaman elementer yang segera, tidak memerlukan penguraian secara verbal, simbolis atau konseptual dan terutama sekali berhubungan dengan panca indra.

Menurut Scherer yang dikutip Walgito (2000 : 22) mengemukakan bahwa rangsang itu terdiri dari 3 macam sesuai dengan elemen dari proses pengindraan. Pertama, rangsang merupakan obyek dalam bentuk fisiknya atau rangsang distal. Kedua, rangsang sebagai keseluruhan yang tersebar dalam lapangan progsimal, ini belum menyangkut proses sistem syaraf. Ketiga, rangsang sebagai representasi fenomena atau gejala yang dikesankan dari obyek-obyek yang ada di luar.

2. Proses menyeleksi rangsang

Setelah menerima, rangsang/data diseleksi. Anderson (Walgito, 2000 : 22), mengemukakan bahwa perhatian adalah proses mental ketika rangsang/rangkaian rangsang menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat yang lainnya melemah.

3. Proses pengorganisasian

Data atau rangsang yang diterima, selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk.

4. Proses pengambilan keputusan dan pengecekan

Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan menurut Burner (Walgito, 2000 : 24) adalah sebagai berikut : pertama, kategori primitif, dimana obyek/peristiwa yang diamati, diseleksikan dan ditandai

(4)

commit to user

berdasarkan ciri-ciri tersebut. Kedua, mencari tanda (cue search), pengamat secara cepat memeriksa (scanning) lingkungan untuk mencari tambahan informasi untuk mengadakan kategorisasi yang tepat. Ketiga, konfirmasi, ini terjadi setelah obyek mendapat penggolongan sementara. Pada tahap ini pengamat tidak lagi terbuka untuk sembarang masukan melainkan hanya menerima informasi yang memperkuat/ mengkonfirmasikan keputusannya, masukan-masukan yang tidak relevan dihindari.

d. Bentuk – Bentuk Persepsi

1. Ilusi : ada obyek tapi dikualifikasi salah

2. Halusinasi adalah kondisi persepsi dengan tidak adanya obyek (salah persepsi terhadap obyek)

3. Delusi adalah adanya obyek disekitar individu tapi ditanggap salah 4. Osilasi adalah salah persepsi karena perhatian yang beralih baik dengan

ada obyek maupun tidak.

5. Stereotipy adalah persepsi yang salah karena praduga yang miring atau buruk terhadap individu yang lebih sering diambil secara umum.

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Sertain yang dikutip Walgito, (2000) bahwa ada 3 faktor personal yang mempengaruhi persepsi yaitu : (1) motivasi, emosi dan sikap seseorang, (2) kerangka acuan perilaku (frame of reference) seseorang, (3) kemampuan penilaian dan evaluasi seseorang. Sedangkan Menurut Krech dan Kruchfield dikutip Walgito (2000), faktor personal itu meliputi kebutuhan (need), suasana hati (mood), pengalaman masa lalu dan sifat-sifat individu lain.

(5)

commit to user

Menurut Widayatun, (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut :

1) Cara berfikir, kesiapan mental, kebutuhan dan pendidikan 2) Faktor Ipoleksosbud Hankam

3) Faktor usia

4) Faktor kematangan 5) Faktor lingkungan sekitar 6) Faktor pembawaan

7) Faktor fisik dan kesehatan 8) Faktor proses mental

2. Konsep Dasar Sikap a. Pengertian

Menurut Soemadi Suryabrata (1996), sikap merupakan respon seseorang yang berhubungan dengan nilai, interes (perhatian), apresiasi (penghargaan), persepsi (perasaan).

Menurut Berkowitz yang dikutip Azwar S. (2002), mengatakan sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak ( favourable ) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak ( unfavourable ) pada objek tersebut.

Sikap didefinisikan sebagai suatu pola prilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan La Pierre dikutip Azwar, (2002). Sedangkan menurut Secord

(6)

commit to user

& Backman yang dikutip Azwar (2002), mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

b. Struktur Sikap

Menurut Azwar, (2002) struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu :

1) Komponen Kognitif (Cognitive).

Kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap.

2) Komponen Afektif (Affective).

Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.

3) Komponen Konatif (Conative)

Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi.

Apabila salah satu diantara ketiga komponen sikap ini tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi ketidak selarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap sedemikian rupa, sehingga konsistensi itu tercapai kembali (Azwar, 2002).

(7)

commit to user c. Pembentukan Sikap

Menurut Purwanto (1999) Pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja, melainkan melalui suatu proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu dengan individu lain di sekitarnya.

Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentu pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah :

1) Pengalaman pribadi 2) Kebudayaan

3) Pengaruh orang lain yang dianggap penting 4) Media masa

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama 6) Pengaruh faktor emosional

7) Pengetahuan (Azwar, 2002).

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2007) bahwa proses terbentuknya sikap manusia dapat digambarkan sebagaimana gambar berikut :

Proses Terbentuknya Sikap

Gambar 2.1 Proses terbentuknya Sikap (Sumber : Notoatmodjo, 2007) STIMULUS RANGSANGAN PROSES STIMULUS REAKSI TINGKAH LAKU (Terbuka) TINGKAH LAKU (Terbuka) SIKAP (Tertutup)

(8)

commit to user d. Pengukuran Sikap

Sikap merupakan respon evaluatif yang dapat berbentuk positif maupun negatif. Hal ini berarti bahwa dalam sikap terkandung adanya proferensi atau rasa suka tak suka terhadap sesuatu sebagai obyek sikap.

Azwar S (2002), menguraikan beberapa diantara banyak metode pengungkapan sikap yang secara historik telah dilakukan :

1). Observasi Perilaku

Kalau seseorang menampakkan perilaku yang konsisten ( berulang ), dapat ditafsirkan sikapnya dari bentuk perilaku yang tampak. Dengan kata lain untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indikator sikap individu.

2). Penanyaan langsung

Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung guna pengungkapan sikap, pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling tahu meengenai dirinya sendiri, dan kedua adalah asumsi keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya. Oleh karena itu dalam metode ini, jawaban yang diberikan oleh mereka yang ditanyai dijadikan indikator sikap mereka.

3). Pengungkapan langsung

Suatu pengungkapan langsung ( direct assemant ) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan sistem tanggal maupun sistem

(9)

commit to user

ganda. Responden diminta menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju.

4). Skala sikap

Metode pengungkapan sikap dalam bentuk skala report yang hingga kini dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab oleh individu. Dari respons subjek pada setiap pertanyaan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang.

5). Pengukuran terselubung

Metode terselubung (covert measures) sebenarnya berorientasi kembali ke metode observasi perilaku yang telah dikemukakan diatas, akan tetapi sebagai objek pengamatan bukan lagi perilaku yang disadari atau sengaja dilakukan oleh seseorang melakukan reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi lebih di luar kehendak orang yang bersangkutan.

e. Tingkatan Sikap

Syaifudin Azwar ( 2002), menguraikan beberapa tingkatan sikap diantaranya :

1) Menerima (Receiving) 2) Merespon (Responding) 3) Menghargai (Valuing)

(10)

commit to user

f. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah : 1. Faktor internal

Adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan seperti selektifitas, needs, keinginan, motif/motivasi dll. 2. Faktor eksternal yang merupakan faktor di luar manusia, yang

meliputi :

1) Sifat objek yang di jadikan sasaran sikap

2) Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap

3) Sikap orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut 4) Media komunikasi yang digunakan dalam penyampaian sikap 5) Situasi pada saat sikap terbentuk

Menunut Syaifuddin Azwar, faktor-faktor yang membentuk sikap manusia adalah sebagai berikut :

1. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikoligis. Apakah penghayatan itu kemudian akan membetuk sikap positif atau negatif tergantung dari berbagai faktor.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen yang ikut mempengaruhi sikap.

(11)

commit to user

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang lain yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang. Seseorang mempunyai pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan mendapat reinforcement (penguatan, ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut. Wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1990) ada tiga , diantaranya yaitu ; (1) suatu kompleks dari ide-ide , gagasan, nilai , norma-norma , peraturan dan sebagainya, dan (2) suatu kompleks aktivitas serta tindakan yang berpola dari manusia dalam masyarakat. Kebudayaan mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan harus dihadapi oleh masyarakat dan angota-anggotanya. Untuk menghadapi kekuatan yang buruk terpaksa manusia melindungi diri dengan cara mencepatkan kaidah-kaidah yang pada hakikatnya merupakan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berlaku dalm pergaulan hidup (Solita, 1997).

4. Media massa

Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.

(12)

commit to user

Dalam menyampaikan informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan berpikir kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal, sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. 5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

6. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk ditentukan situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai pengalaman frustasi atau peralihan bentuk mekanisme pertahan ego, sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih lama.

(13)

commit to user 3. Konsep Dasar Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Menurut Mc.Donald dalam Oemar Hamalik (2002), motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektifitas dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Mc. Donald dalam Soemanto (2003) bahwa motivasi dianggap sebagai perubahan dalam diri seseorang yang ditandai oleh adanya dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha untuk mencapai tujuan pada tingkatan tertentu.

Menurut Mc.Donald dalam Oemar Hamalik (2002), motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektifitas dan reaksi untuk mencapai tujuan. Oemar Hamalik (2002) menambahkan bahwa motivasi dapat timbul dari dalam diri seseorang (intrinsic factor atau inner component) dan timbul dari luar (extrinsic factor atau outer component). Robbins (1993) dalam Muchlas (1997) mendefinisikan motivasi dalam perilaku organisasi sebagai kemauan untuk berjuang atau berusaha ke tingkat yang lebih tinggi menuju tercapainya tujuan organisasi dengan syarat tidak mengabaikan kemampuannya untuk memperoleh kepuasan pemenuhan kebutuhan pribadi. Jadi ada tiga kunci pengertian penting definisi motivasi yaitu usaha, tujuan, organisasi dan kebutuhan pribadi.

Motivasi adalah apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan yang dilakukan

(14)

commit to user

seseorang selalu ada motif tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap kegiatan yang dilakukan individu selalu ada motivasinya (Ngalim Purwanto 2004 dalam Admin, 2008).

Dari beberapa definisi motivasi tersebut, dalam hal ini peneliti sependapat dengan Dadi Permadi (2000) yang dikutip Achmad (2007) yang mengatakan bahwa 'motivasi' adalah "dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif".

Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar (Nurhayati, 2008)

Seperti diungkapkan dalam Djaali (2007), yang menyatakan bahwa sehubungan dengan kebutuhan hidup manusia yang mendasari timbulnya motivasi, Maslow mengungkapkan bahwa kebutuhan dasar hidup manusia terbagi menjadi 5 tingkatan, yaitu:

1) Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dengan segera seperti keperluan untuk makan, minum, berpakaian, dan bertempat tinggal.

2) Kebutuhan keamanan adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh keselamatan, keamanan, jaminan atau perlindungan dari ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup dan kehidupan dengan segala aspeknya.

3) Kebutuhan sosial adalah kebutuhan seseorang untuk disukai dan menyukai, dicintai dan mencintai, bergaul, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(15)

commit to user

4) Kebutuhan akan harga diri adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh kehormatan, penghormatan, pujian, penghargaan dan pengakuan.

5) Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh kebanggaan, kekaguman, dan kemasyhuran sebagai pribadi dan mampu berhasil mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil prestasi yang luar biasa.

Motivasi adalah perilaku manusia yang berorientasi pada tujuan yang didorong oleh daya – daya yang ada dalam dirinya untuk bergerak (Utami, 2006).

Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku dalam aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan (Efendi, 2008). Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan pada diri siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan.

b. Teori Motivasi

Untuk memahami tentang motivasi, kita akan membahas tentang beberapa teori tentang motivasi, antara lain :

1. Teori Kebutuhan

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow, pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal

(16)

commit to user

dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs), (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

Kebutuhan yang pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat psikologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.

Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan

(17)

commit to user

seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi, yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.

Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa : (a) kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang; (b) pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya. (c) berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” yang mempunyai arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.

(18)

commit to user

Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fondasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.

2. Teori Kebutuhan Berprestasi

Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan dapat berdiri sendiri, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi, mencapai performa puncak untuk diri sendiri, mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain, serta meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”

Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

(19)

commit to user 3. Teori “ERG”

Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting.

Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow.

Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa : (a) makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya; (b) kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan; (c) sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.

Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia, artinya karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat

(20)

commit to user

menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan salah satunya memusatkan perhatiannya kepada beberapa hal yang mungkin dicapainya.

4. Teori Dua Faktor

Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi ialah Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.

Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan sekerjanya. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.

(21)

commit to user 5. Teori Keadilan

Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima, artinya apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu : (a) seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau (b) mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu : (a) harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya; (b) imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri; (c) imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis; (d) peraturan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai.

Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas,

(22)

commit to user

seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain.

6. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)

Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan mengatur upaya; (c) tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan menunjang strategi dan rencana kegiatan.

7. Teori Harapan

Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Hal ini bermaksud apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.

Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.

(23)

commit to user

Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan beberapa hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya.

8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku

Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut. Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi eksternal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.

Dalam hal ini berlakulah apa yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.

Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru ketik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru ketik

(24)

commit to user

tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru ketik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.

Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagai konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas.

Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.

9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.

Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti semua mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakatan di kalangan

(25)

commit to user

para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .

Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.

Istilah ”motif” dan ”motivasi” keduanya sukar dibedakan secara tegas. Dijelaskan bahwa motif menunjukan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah ”pendorongan” suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 2002: 71).

Berdasarkan hal tersebut di atas motivasi dapat diartikan sebagai sesuatu dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu (tujuan) yang terdiri dari faktor internal seperti: (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan.

(26)

commit to user

Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain: (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.

c. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Motivasi belajar menurut Oemar Hamalik (2002) dapat dibedakan menjadi dua jenis :

1) Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Motivasi ini bersifat riil dan motivasi sesungguhnya atau disebut istilah sound motivation. Misalnya keinginan untuk mendapat ketrampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, menyadari sumbangan terhadap usaha kelompok, keinginan diterima orang lain, dll.

2) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor – faktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, hukuman, dll. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar (Sutikno, 2008).

(27)

commit to user

d. Faktor–faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

Faktor–faktor yang mempengaruhi motivasi belajar menurut Anni (2005) antara lain :

1) Sikap

Sikap adalah kombinasi dari konsep, informasi, dan emosi yang dihasilkan di dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa atau obyek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap diperoleh melalui proses seperti pengalaman, pembelajaran, identifikasi, perilaku peran. Pengalaman belajar baru seorang guru mengajar berpengaruh terhadap sikap peserta didik. Sikap seorang guru akan memiliki pengaruh aktif terhadap motivasi belajar peserta didik pada awal pelajaran.

2) Kebutuhan

Kebutuhan adalah kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu kekuatan internal yang memandu peserta didik untuk mencapai tujuan. Semakin kuat seseorang merasakan kebutuhan, semakin besar peluangnya untuk mengatasi perasaan yang menekan di dalam memenuhi kebutuhannya. Apabila siswa membutuhkan atau menginginkan sesuatu untuk dipelajari, mereka cenderung sangat termotivasi.

3) Rangsangan

Rangsangan adalah perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif. Rangsangan

(28)

commit to user

yang ditimbulkan akan membuat pengalaman, apapun kualitasnya, stimulus yang unik akan menarik setiap perhatian orang dan cenderung memperlihatkan keterlibatan diri secara aktif terhadap stimulus tersebut. Rangsangan secara langsung membantu memenuhi kebutuhan belajar peserta didik, karena pembelajaran yang merangsang akan meningkatkan motivasi belajar mahasiswa oleh karena itu seorang pendidik harus memberikan rangsangan terhadap mahasiswanya, hal itu bisa pemberian hadiah, kuis, pretes dan dll.

4) Afeksi

Afeksi adalah pengalaman emosional/kecemasan, kepedulian dan pemilikan dari individu atau kelompok pada waktu belajar. Peserta didik merasakan sesuatu saat belajar, dan emosi peserta didik tersebut dapat memotivasi perilakunya kepada tujuan.

5) Kompetensi

Kompetensi adalah berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara efektif. Setiap orang secara genetik diprogram untuk menggali, menerima, berpikir, memanipulasi dan mengubah lingkungan secara efektif. Dalam penelitian psikologi ditemukan bahwa siswa cenderung termotivasi apabila mereka menilai aktivitas belajar secara efektif, karena kesadaran kompetensi memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku, siswa yang sedang belajar dan dapat merasakan kemajuan belajarnya merupakan siswa yang termotivasi dengan baik untuk melanjutkan usaha belajarnya.

(29)

commit to user 6) Penguatan.

Penguatan adalah peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon. Para pakar psikologi telah menemukan bahwa perilaku seseorang dapat dibentuk kurang lebih sama melalui penerapan penguatan positif atau negatif. Misal perhatian pendidik, hadiah, nilai yang baik, skor tes tinggi, dll.

7) Persepsi

Pada saat proses belajar mengajar siswa diharapkan memiliki persepsi yang positif terhadap segala sesuatu yang menyangkut aktivitas belajar mengajar. Persepsi seorang siswa akan mempengaruhi proses belajar (minat) dan mendorong siswa untuk melaksanakan sesuatu (motivasi) belajar. Oleh karena itu, persepsi merupakan kesan yang pertama untuk mencapai suatu keberhasilan (Walgito, 2002).

e. Tingkatan Motivasi Belajar

Berdasarkan tingkatannya, maka motivasi dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1) Motivasi yang didasarkan atas ketakutan (fear motivation). Seseorang melakukan sesuatu karena takut jika tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi, misalnya peserta didik tidak berani membolos karena takut jika ketahuan akan menerima hukuman.

2) Motivasi karena ingin mencapai sesuatu (achievement motivation). Motivasi ini jauh lebih baik dari motivasi yang pertama, karena sudah ada tujuan di dalamnya. Seseorang mau melakukan sesuatu karena ingin

(30)

commit to user

mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu. Contoh dalam dunia pendidikan adalah, peserta didik belajar saat mendekati ujian demi mendapatkan nilai yang baik.

3) Motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation), yaitu karena didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya. Seseorang yang telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values) yang diyakininya. Nilai-nilai itu bisa berupa rasa kasih (love) pada sesama atau ingin memiliki makna dalam menjalani hidupnya. Orang yang memiliki motivasi seperti ini biasanya memiliki visi yang jauh ke depan. Baginya bekerja bukan sekadar untuk memperoleh sesuatu (uang, harga diri, kebanggaan, prestasi) tetapi adalah proses belajar dan proses yang harus dilaluinya untuk mencapai misi hidupnya. Contoh dalam dunia pendidikan kesehatan adalah seorang peserta didik yang mengikuti pendidikan karena memang ingin belajar dan peningkatan pengetahuannya, bukan sekedar demi gelar atau segala sesuatu yang sifatnya formalitas.

f. Komponen – Komponen Motivasi (Hamalik, 2007) 1. Inner component

Merupakan komponen dalam, yaitu perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, ketegangan psiklogis dan kebutuhan – kebutuhan yang hendak dipuaskan.

(31)

commit to user 2. Outer component

Merupakan komponen luar, yaitu apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang hendak di capai.

g. Pengukuran Motivasi

Menurut Yusuf (2006), motivasi bukan merupakan benda yang langsung dapat diamati, tetapi merupakan suatu kekuatan dalam diri individu yang bersifat abstrak. Oleh karena itu dalam pengukurannya dilakukan dengan mengidentifikasi beberapa indikator, yaitu:

1) Durasi kegiatannya (berapa lama kemampuan menggunkan waktunya untuk melakukan kegiatan).

2) Frekuensi kegiatannya (sering tidaknya kegiatan tersebut dilakukan dalam periode waktu tertentu).

3) Persistensinya (ketetapan atau kelekatannya) pada tujuan kegiatan yang dilakukan.

4) Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, pikiran, bahkan jiwanya) untuk mencapai tujuan.

5) Ketabahan, keuletan dan kemauannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan.

6) Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita – citanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.

7) Tingkat kualifikasi dari prestasi, produk, atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).

(32)

commit to user

8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatannya (seperti : like or dislike dan positif atau negatif).

g. Penelitian Yang Relevan

1. Suyoto, 2002. Hubungan motivasi belajar dan sikap percaya diri dengan prestasi belajar IPS dan sejarah pada siswa kelas II sekolah lanjutan tingkat pertama negeri di Kabupaten Boyolali. Program Pascasarjana Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah “motivasi belajar dan sikap percaya diri secara bersama-sama dapat mengoptimalkan pencapaian prestasi belajar yang tinggi”.

2. Fitriatus Sururiyah, Hubungan antara persepsi siswa tentang seks bebas dengan sikap pacaran pada siswa di SMAN 1 Kabupaten Mojokerto; Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto tahun 2009. Hasil penelitian didapatkan p = 0,032, artinya Ho ditolak maka H1 diterima artinya ada

hubungan antara persepsi siswa tentang seks bebas dengan sikap pacaran yang tidak sehat.

3. Aulia Kurnianing Putri. 2012. Hubungan Lingkungan Belajar Di Institusi Pendidikan Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan STIKes ‘Aisyiyah Surakarta.

Hasil: Uji hipotesis menggunakan analisis regresi ganda dan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for Windows. Hasil analisis data regresi penelitian 52,401>3,06 (Fhitung > Ftabel). Simpulan: Ada hubungan positif dan signifikan antara lingkungan belajar di institusi

(33)

commit to user

pendidikan dan motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Prorgam studi DIII Kebidanan STIKES ‘Aisyiyah Surakarta.

B. Kerangka Berfikir

Persepsi merupakan proses yang terjadinya dimulai dari adanya obyek/stimulus yang ditangkap oleh panca indra, kemudian stimulus/obyek tadi dibawa ke otak, dari otak muncul respon yang akan dikembalikan ke indra dan muncul sebagai persepsi/tanggapan. Sikap merupakan respon seseorang yang berhubungan dengan nilai, interes (perhatian), apresiasi (penghargaan), persepsi (perasaan). Azwar (2002), mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi keenderungan bertindak (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

Motivasi didefinisikan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang ditandai oleh adanya dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha untuk mencapai tujuan pada tingkatan tertentu. Motivasi dapat timbul dari dalam diri seseorang (intrinsic factor atau inner component) dan timbul dari luar (extrinsic factor atau outer component). Sehingga motivasi belajar merupakan dorongan pada diri siswa (intrinsic dan extrinsic) dalam belajar untuk mencapai tujuan belajar. Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar individu adalah sikap, kebutuhan, rangsangan, afeksi, kompetensi, penguatan, dan persepsi.

Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka berfikir pada penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

(34)

commit to user

1. Hubungan Persepsi Mahasiswa dengan Motivasi belajar.

2. Hubungan Sikap Mahasiswa dengan Motivasi belajar.

3. Hubungan Persepsi dan Sikap Mahasiswa dengan Motivasi belajar.

C. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini hipotesis penelitiannya adalah :

1. Terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa tentang proses pembelajaran dengan motivasi belajar mahasiswa semester IV di Prodi D-3 Kebidanan Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto tahun 201D-3.

2. Terdapat hubungan antara sikap mahasiswa tentang proses pembelajaran dengan motivasi belajar mahasiswa semester IV di Prodi D-3 Kebidanan Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto tahun 2013.

3. Terdapat hubungan antara persepsi dan sikap mahasiswa tentang proses pembelajaran dengan motivasi belajar mahasiswa semester IV di Prodi D-3 Kebidanan Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto tahun 201D-3.

Persepsi Mahasiswa Motivasi Belajar

Sikap Mahasiswa Motivasi Belajar

Persepsi Mahasiswa

Motivasi Belajar Sikap Mahasiswa

Gambar

Gambar 2.1 Proses terbentuknya Sikap  (Sumber : Notoatmodjo, 2007) STIMULUS RANGSANGAN PROSES STIMULUS  REAKSI  TINGKAH LAKU (Terbuka) TINGKAH LAKU (Terbuka) SIKAP (Tertutup)

Referensi

Dokumen terkait

(1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil

Dalam melaksanakan program kesehatan yang berdasarkan kepada standar pelayanan minimal, puskesmas bekerja untuk mencapai target sesuai SPM pada setiap program.. Permasalahan

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang batas aman

“1) Penguasaan dasar-dasar ilmu kependidikan, 2)Penguasaan teoribelajar dan prinsip-prinsip pembelajaran serta penerapannya dalam proses pembelajaran, 2) Kemampuan memahami

Dari Definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah kumpulan sumber, seperti manusia dan peralatan yang didesain untuk mengubah

Dalam Dahar (2011) Piaget juga membagi tahap-tahap perkembangan kognitif.. Dari tahapan ini anak SMA masuk pada tahap operasional formal dimana anak sudah mampu