• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN ALAT BANTU GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN KAYU PADA JALAN LICIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN ALAT BANTU GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN KAYU PADA JALAN LICIN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN ALAT BANTU GUNA MENINGKATKAN

PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN KAYU PADA JALAN LICIN

Using of auxiliary tools for increasing productivity of hauling on slipper road

Yuniawati & Dulsalam

Peneliti pada Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan,

JL. Gunung Batu No. 5 BOGOR 16610.

ABSTRACT. Hauling have purpose issued wood from the forest to the industry or directly to consumers. Because of these purpose, the activities of hauling is expected to distribute the wood quickly and smoothly. But the reality on the field, hauling will be constrained the slip, especially on slippery roads. In addition to slippery roads, road conditions have a certain slope is a distinct problem for truck drivers to control the pace of his truck. As a result of the slip could cause a decline in the productivity of timber transportation and the high cost of production of timber transport. Therefore, auxiliary tools are needed to reduce slippage. This paper aims to determine the productivity and cost of production of timber transport by using a auxiliary tool to reduce the occurrence of slip on truck tires. The research method is the measurement of slip that occurs, the measurement of the volume of timber transported, mileage, and transportation times. The experiment was conducted in 2013, in KPH Sukabumi Perhutani Unit III West Java and Banten. The results showed that the average slip that occurred on slopes 18% higher than the slope of 8% and 12%. With high slip, then the average productivity of the slope 18% lower than the slope of 8% and 12% is 24.638 m3km/jam. The low average productivity of hauling on slope 18% followed by a higher average cost of production hauling is Rp 9.578,43/m3.km.

Keywords: hauling, slip, produktivity, cost

ABSTRAK. Kegiatan pengangkutan kayu memiliki tujuan utama yaitu mengeluarkan kayu dari dalam hutan menuju

industri atau langsung ke konsumen. Karena tujuan tersebut, maka kegiatan pengangkutan kayu diharapkan dapat mendistribusikan kayunya dengan cepat dan lancar. Tetapi kenyataan di lapangan, kegiatan pengangkutan kayu akan mengalami kendala terjadinya selip terutama pada jalan yang licin. Selain jalan yang licin, kondisi jalan yang memiliki kelerengan tertentu merupakan kendala tersendiri bagi supir truk untuk mengendalikan laju truknya. Akibat selip tersebut dapat menyebabkan turunnya produktivitas pengangkutan kayu dan tingginya biaya produksi pengangkutan kayu. Oleh karena itu dibutuhkan alat bantu yang dapat mengurangi selip. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas dan biaya produksi pengangkutan kayu dengan menggunakan alat bantu untuk mengurangi terjadinya selip pada ban truk. Metode penelitian yaitu pengukuran selip yang terjadi, pengukuran volume kayu yang diangkut, jarak tempuh, dan waktu pengangkutan. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2013, di KPH Sukabumi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rata-rata slip yang terjadi pada kelerengan 18% lebih tinggi daripada kelerengan 8% dan 12%. Dengan slip yang tinggi, maka rata-rata produktivitas pada kelerengan 18% menjadi lebih rendah daripada kelerengan 8% dan 12% yaitu 24,638 m3km/jam. Rendahnya rata-rata produktivitas pengangkutan kayu pada kelerengan 18% diikuti oleh

tingginya rata-rata biaya produksi pengangkutan kayu yaitu Rp 9.578,43/m3.km.

Kata kunci : pengangkutan kayu, selip, produktivitas, biaya Penulis untuk korespondensi, surel: yunia_las@yahoo.co.id

(2)

PENDAHULUAN

Agar kayu dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomis sangat dibutuhkan kegiatan pengangkutan kayu. Pengangkutan kayu sebagai salah satu rangkaian kegiatan pemanenan kayu memiliki peranan sangat penting. Tujuan pengangkutan kayu adalah agar kayu dapat sampai di tempat tujuan dengan waktu yang tepat secara kontinyu dengan biaya minimal. Kayu akan turun kualitasnya jika terlalu lama dibiarkan di dalam hutan. Teknik dan jarak pengangkutan kayu dari tempat panen sampai tiba ke tempat pengolahan sangat menentukan kualitas kayu.

Pengangkutan kayu di hutan tanaman lahan kering menggunakan truk. Truk adalah alat khusus yang digunakan sebagai alat angkut karena kemampuannya, dapat bergerak cepat, kapasitas besar, luwes dalam jarak angkut dekat dan mudah mengemudikannya. Tetapi karena truk menggunakan ban karet seringkali memiliki kendala selip terutama jika dioperasionalkan di jalan tanah yang licin.

Jalan pengangkutan kayu untuk truk di Perhutani Jawa umumnya masih merupakan jalan dengan permukaan berupa tanah, terutama dari areal TPn (dipetak tebang) dimana kayu akan segera diangkut menuju keluar hutan. Jalan tanah tersebut berpotensi terjadinya selip pada roda truk. Menurut Elias (2008) tipe jalan diperkeras penuh pada umumnya merupakan jalan utama, sedangkan jalan tapak roda dan jalan tanah di hutan jati merupakan jalan cabang dan jalan ranting yang juga berfungsi sebagai alur pembatas kompartemen hutan dalam penataan hutan jati.

Adhi, et al., (2013) menyebutkan bahwa salah satu performa yang penting adalah kemampuan kendaraan untuk melakukan percepatan, melawan gaya tanjakan dan kemampuan untuk menarik suatu beban (truk yang bermuatan). Gaya yang timbul pada roda penggerak merupakan gaya traksi. Gaya traksi yang terjadi pada bidang kontak roda penggerak dan jalan dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya karakteristik kontak roda

dengan jalan. Kondisi jalan tanjakan harus menjadi perhatian serius dalam menentukan kelayakan suatu truk angkutan bisa beroperasi.

Ada dua jenis kontak yang terjadi antara ban dan permukaan jalan, yaitu static contact dan dynamic contact. Static contact artinya bahwa ban dan permukaan jalan tidak mengalami selip relatif satu dengan yang lainnya. Dimana koefisien gesek dari static contact adalah lebih tinggi daripada dynamic contact, sehingga static contact di sini berfungsi untuk mempersiapkan traksi yang lebih baik. Sedangkan dynamic contact artinya ban mengalami selip relatif terhadap permukaaan jalan. Koefisien geseknya lebih rendah, sehingga memiliki traksi yang lebih tidak mencukupi (Siahaan, 2013).

Selip yang terjadi pada kegiatan pengangkutan kayu dapat menghambat pekerjaan. Akibatnya produktivitas pengangkutan dapat menurun dengan biaya produksi yang meningkat. Tidak jarang kecelakaan kerja sering terjadi akibat selip. Banyak truk yang bermuatan kayu terguling karena selip. Bahkan keselamatan supir dan kernet truk juga dapat terancam. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas dan biaya produksi pengangkutan kayu dengan menggunakan alat bantu untuk mengurangi terjadinya slip pada ban truk.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada tahun 2013, di KPH Sukabumi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Kondisi topografi di KPH Sukabumi cukup variasi khususnya pada kelas perusahaan pinus yang cenderung berada pada daerah dataran rendah dan tinggi. Secara keseluruhan kondisi topografi lapangan terdiri dari hutan dataran rendah dan hutan pegunungan. Pada umumnya bentuk lapangan bergelombang dan berbukit-bukit dengan kelerengan curam, miring sampai landai berkisar antara 500-775 mdpl. Plot ukur penelitian dilakukan pada kelerengan 8%, 12% dan 18% dengan tekstur tanah lempung berliat. Kondisi jalan angkutan berupa tanah yang basah.

(3)

Bahan yang digunakan adalah truk pengangkut kayu, alat yang digunakan adalah alat bantu rangkaian besi siku, meteran, stopwatch dan alat tulis. Metode penelitian yaitu :menetapkan petak ukur terpilih dilakukan dengan cara purposif,yang mewakili kondisi tanah licin, menetapkan perlakuan pada tiga kelerengan yaitu pada jalan angkut dengan kelerengan 8%, 12% dan 18%, masing-masing perlakuan dengan 5 ulangan pada kondisi truk bermuatan dan tidak bermuatan. Yang diamati terdiri dari panjang plot ukur (m), waktu pengangkutan pada plot ukur tersebut (detik) dan jarak 5 perputaran roda truk, melaksanakan pengamatan dan pengukuran selip pada roda truk dengan cara memberi tanda pada roda truk menggunakan cat putih, pada saat truk berjalan dan tanda tersebut menyentuh tanah dihitung jumlah putaran rodanya, melaksanakan pengukuran selip pada roda truk dengan cara mengukur selisih jarak tempuh truk tanpa muatan kayu dengan truk bermuatan kayu pada 5 putaran roda yang sama, dan melaksanakan pencatatan jarak tempuh, volume kayu, waktu tempuh dan 5 perputaran roda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Selip (%) Pada Penggunaan Alat Bantu Rangkaian Besi Siku

Rata-rata selip yang terjadi pada penggunaan alat bantu rangkaian besi siku disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata selip yang paling besar terjadi pada kelerengan 18% yaitu sebesar 7,99%. Pada saat truk mendaki jalan pada kelerengan 18% membutuhkan daya tarik atau traksi maksimal untuk menjaga keseimbangan antara gerakan maju truk dengan kelerengan. Truk merupakan kendaraan yang berat dan terkadang membawa muatan di dalam bak truknya. Kondisi muatan yang penuh dengan kelerengan 18% menyebabkan kecepatan truk akan berkurang. Sedangkan pada kelerengan kurang dari 18% kendala terhadap gerak maju truk tidak begitu nyata untuk terjadinya selip. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan kelerengan 18% dan

tekstur tanah lempung berliat yang basah dapat menyebabkan selip yang besar.

Tabel 1. Rata-rata selip pada penggunaan alat bantu rangkaian besi siku

Table 1. Average slip to use auxiliary tools of angle iron series Lereng (slope) (%) Muat/ kosong (contain/ empty) Jarak tempuh (milage) (m) Muat/kosong (contain/ empty) Jarak tempuh (milage) (m) Selip (slip) (%) 8 Muat (Contain) 3,98 Kosong (Empty) 4,04 1,49 Muat (Contain) 2,76 Kosong (Empty) 2,82 2,12 Muat (Contain) 2,99 Kosong (Empty) 3,08 2,92 Muat (Contain) 3,47 Kosong (Empty) 3,61 3,88 Muat (Contain) 2,13 Kosong (Empty) 2,22 4,05 Rata-rata (Average) 3,07 3,15 2,89 12 Muat (Contain) 4,19 Kosong (Empty) 4,39 4,55 Muat (Contain) 3,89 Kosong (Empty) 4,12 5,58 Muat (Contain) 3,22 Kosong (Empty) 3,34 3,59 Muat (Contain) 4,78 Kosong (Empty) 4,93 3,04 Muat (Contain) 3,89 Kosong (Empty) 4,15 6,27 Rata-rata (Average) 3,99 4,19 4,61 18 Muat (Contain) 4,26 Kosong (Empty) 4,61 7,59 Muat (Contain) 4,05 Kosong (Empty) 4,35 6,89 Muat (Contain) 4,33 Kosong (Empty) 4,66 7,08 Muat (Contain) 4,29 Kosong (Empty) 4,69 8,53 Muat (Contain) 4,12 Kosong (Empty) 4,57 9,85 Rata-rata (Average) 4,21 4,58 7,99

Menurut Lan et al., (2003) Kemampuan kendaraan pada kondisi jalan yang landai umumnya ditentukan oleh kekuatan mesin dan bagian-bagian mekanis kendaraan yang lainnya. Untuk mobil penumpang dilengkapai dengan mesin yang memiliki tenaga yang cukup besar, sehingga dalam keadaan normal mobil tersebut mampu mendaki sampai kelandaian 10% tanpa mengalami selip. Berbeda halnya dengan truk. Truk memiliki berat relatif besar yang berpengaruh terhadap kekuatan

(4)

mesinnya, sehingga sering pengurangan kecepatan pada saat mendaki. Sedangkan hasil penelitian Pinanyungan (2009) menyebutkan bahwa untuk mengatasi kelandaian jalan, supir truk akan mempercepat laju truknya sebesar-besarnya, keadaan dimana sering menimbulkan bahaya keselamatan jiwa. Dalam menghadapi jalan landai tersebut truk akan kehabisan momentum yang dimiliki truk. Akibatnya truk akan berjalan dengan kecepatan rendah. Kemampuan kendaraan truk pada jalan mendaki tergantung dari perbandingan antara berat dan tenaga truk yang bersangkutan.

Truk dapat bergerak maju kedepan karena adanya gaya gesek yang diberika oleh tanah dan tanah memberikan gaya reaksi pada roda truk (gaya normal yang memberikan traksi tersebut bekerja sepanjang jalan yang dilewati oleh truk). Ketika roda memberikan gaya aksi pada jalan maka gaya akan mempengaruhi jalan (Akbar et al., 2012). Kondisi tanah dan kelerengan merupakan faktor luar yang menyebabkan terjadinya slip pada truk. Beberapa tekstur tanah memiliki sifat fisik tersendiri yang turut memperbesar slip. Tanah yang bertekstur pasir memiliki luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap atau menahan air dan unsur hara. Lain halnya dengan tanah yang bertekstur liat, luas permukaan lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan unsur hara tinggi. Tanah yang bertekstur halus akan lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar.

Produktivitas Pengangkutan Kayu

Rata-rata produktivitas pengangkutan dengan menggunakan alat bantu rangkaian besi siku untuk setiap kelerengan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata produktivitas pengangkutan kayu Table 2. The average productivity of hauling

Lereng (Slope), % Volume kayu, (Volume of wood) m3 Waktu tempuh (Travel time) jam Jarak tempuh (Milage) Jarak total (Total distance) km Produktivitas (Productivity) m3km/jam 5 putaran roda (5 wheel rotation) m Ke TPK km 8 Rata-rata (Average) 0,114 0,114 0,114 0,114 0,114 0,114 0,007257 0,006978 0,007235 0,007469 0,007399 0,007267 3,98 2,76 2,99 3,47 2,13 3,06 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,50309 2,50276 2,50299 2,50347 2,50213 2,53066 39,3349 40,8877 39,4389 38,2106 38,5515 39,2847 12 Rata-rata (Average) 0,114 0,114 0,114 0,114 0,114 0,114 0,01027 0,01019 0,01029 0,01028 0,01027 0,01026 4,19 3,89 3,22 4,78 3,89 3,99 2,9 2,9 2,9 2,9 2,9 2,9 2,90419 2,90389 2,90322 2,90478 2,90389 2,90390 32,2153 32,4584 32,1483 32,1906 32,2120 32,2449 18 Rata-rata (Average) 0,114 0,114 0,114 0,114 0,114 0,114 0,01521 0,01374 0,01523 0,01495 0,01511 0,01482 4,26 4,05 4,33 4,29 4,12 4,21 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,20426 3,20405 3,20433 3,20429 3,20412 3,20421 24,0161 26,5838 23,9851 24,4340 24,1740 24,6386

Pada kelerengan 8%,12% dan 18% memiliki rata-rata produktivitas dan biaya pengangkutan masing-masing sebesar 39,284 m3km/jam,

32,244 m3km/jam dan 24,638 m3km/jam. Pada

kelerengan 18% rata-rata produktivitas yang dihasilkan lebih rendah daripada kelerengan yang lain, hal ini dikarenakan pada kelerengan tersebut menghasilkan rata-rata nilai slip yang tinggi dimana jarak tempuh 5 perputaran roda pada saat pengukuran lebih panjang. Dengan jarak tempuh 5 putaran roda yang panjang memiliki waktu tempuh lebih lama, hal tersebut mengakibatkan rata-rata produktivitas akibat slip menjadi menurun. Slip ikut mempengaruhi rata-rata produktivitas pengangkutan kayu. Pada penggunaan alat bantu rangkaian besi siku, operator tidak banyak menemui kendala saat mengendarai truk. Slip yang terjadi juga rendah. Hal tersebut disebabkan karena bentuk rangkaian besi siku memiliki kemampuan untuk mencengkeram

(5)

ban truk sehingga dapat menahan laju ban saat supir truk melakukan kegiatan penginjakan gas untuk mencari traksi. Kemampuan besi siku yang dapat mencengkeram ban truk tersebut merupakan traksi bagi truk, sehingga laju truk dapat terkendali tanpa mengalami slip. Dengan slip yang rendah, waktu yang digunakan saat pengangkutan menjadi lebih cepat. Slip dapat dikatakan sebagai kendala tersendiri bagi lajunya ban truk dalam mengangkut kayu.

Jika slip dapat diatasi maka waktu yang digunakan untuk pengangkutan menjadi lebih cepat. Tetapi jika terjadi slip maka waktu banyak habis terbuang dengan tidak bergeraknya roda truk. Bahkan dengan terjadinya slip pemborosan bahan bakar terlihat nyata. Slip menyebabkan operator truk melakukan penginjakan gas dan rem secara terus menerus, sehingga bahan bakar menjadi terbuang sia-sia dan ban truk menjadi cepat aus akibat gesekan dengan tanah atau landasan permukaan.

Hasil uji Anova terhadap pengaruh kelerengan dan alat bantu terhadap produktivitas pengangkutan kayu dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Anova pengaruh kelerengan dan alat bantu terhadap produktivitas pengangkutan kayu Table 3. Anova the effect of slope and auxiliary

tools to productivity of hauling

Sumber variasi (Source of variant) Jumlah Kuadrat (Sum of Squares) Derajat bebas (Degree of freedom) Kuadrat Tengah (Mean Square) F hitung (F-calculated) Probabilitas (Sig.) Corrected Model 1371.135a 5 274.227 578.942 .000 Intercept 21699.531 1 21699.531 45811.556 .000 Kelerengan (slope) 423.210 2 211.605 446.735 .000 Besi (iron) 799.150 1 799.150 1687.147 .000 kelerengan * besi (slope *Iron) 148.776 2 74.388 157.046 .000 Error 11.368 24 .474 Total 23082.035 30 Corrected Total 1382.503 29

a. R Squared = .992 (Adjusted R Squared = .990)

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai probabilitas 0.000 lebih kecil dari 0,005 sehingga kelerengan dan alat bantu berpengaruh nyata terhadap produktivitas pengangkutan kayu. Hal ini menunjukkan bahwa

produktivitas pengangkutan kayu dipengaruhi oleh kelerengan, artinya kelerengan 8%, 12% dan 18% memberikan pengaruh terhadap produktivitas pengangkutan kayu. Demikian juga dengan faktor alat bantu juga mempengaruhi produktivitas pengangkutan kayu. Untuk mengetahui pengaruh faktor kelerengan dan alat bantu dilakukan uji lanjut. Tabel 4 berikut ini disajikan uji lanjut Tukey.

Tabel 4. Hasil uji Tukey pengaruh kelerengan dan alat bantu terhadap produktivitas pengangkutan

Table 4. Tukey test result influence of slope and auxiliary tools to productivity of hauling

Kelerengan (Slope) N Subset 1 2 3 Tukey HSDa,b dimension1 18% 10 22.1846 12% 10 27.1229 8% 10 31.3762 Sig. 1.000 1.000 1.000

Dari Tabel 4 uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa pengaruh kelerengan 8% tidak sama dengan kelerengan 12% dan 18%, kelerengan 12% tidak sama dengan kelerengan 18%. Setiap kelerengan memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap produktivitas pengangkutan kayu. Produktivitas yang terjadi pada kelerengan 18% ternyata lebih rendah dibandingkan pada dua kelerengan yang lain.

Biaya Pengangkutan Kayu

Hasil perhitungan rata-rata biaya produksi pengangkutan kayu dengan menggunakan alat bantu rangkaian besi siku pada setiap kelerengan disajikan pada Tabel 5.

Rendahnya rata-rata produktivitas turut mempengaruhi rata-rata biaya produksi pengangkutan. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi pengangkutan pada kelerengan 18% lebih tinggi daripada dua kelerengan yang lain, yaitu Rp 9.578,43/m3.km. Perhitungan

biaya produksi dilakukan dengan membagi jumlah biaya yang dikeluarkan terhadap produktivitas pengangkutan, sehingga dengan rata-rata

(6)

produktivitas pengangkutan kayu yang rendah akan diikuti oleh biaya produksi pengangkutan kayu yang tinggi. Untuk menurunkan biaya produksi tersebut maka perlu adanya peningkatan produktivitas pengangkutan kayu melalui pengurangan terjadinya slip.

Tabel 5. Rata-rata biaya produksi pengangkutan kayu

Table 5. The average of cost hauling

Lereng (Slope) % Produktivitas (Productivity) m3km/jam Biaya pengangkutan (Cost of hauling) Rp/m3km 8 Rata-rata (Average) 39,3349 40,8877 39,4389 38,2106 38,5515 39,2847 5.990,59 5.763,20 5.974,79 6.166,97 6.112,42 6.001,59 12 Rata-rata (Average) 32,2153 32,4584 32,1483 32,1906 32,2120 32,2449 7.314,60 7.259,84 7.329,84 7.320,28 7.315,28 7.307,97 18 Rata-rata (Average) 24,0161 26,5838 23,9851 24,4340 24,1740 24,6386 9.811,79 8.864,31 9.824,47 9.643,93 9.747,66 9.578,43

Hasil uji Anova terhadap pengaruh kelerengan dan alat bantu terhadap biaya pengangkutan kayu dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Anova pengaruh kelerengan dan alat bantu terhadap biaya produksi pengangkutan kayu

Table 6. Anova the effect of slope and auxiliary tools to cost hauling

Sumber variasi (Source of variant) Jumlah Kuadrat (Sum of Squares) Derajat bebas (Degree of freedom) Kuadrat Tengah (Mean Square) F hitung (F-calculated) Probabilitas (Sig.) Corrected Model 70.069a 5 14.014 293.698 .000 Intercept 2234.152 1 2234.152 46822.722 .000 besi 30.058 1 30.058 629.948 .000 kelerengan 35.418 2 17.709 371.138 .000 besi * kelerengan 4.593 2 2.297 48.134 .000 Error 1.145 24 .048 Total 2305.366 30 Corrected Total 71.214 29

a. R Squared = .984 (Adjusted R Squared = .981)

Tabel 6 menunjukkan bahwa probablitas 0,000 lebih kecil dari 0,005 sehingga kelerengan dan alat bantu berpengaruh nyata terhadap biaya produksi pengangkutan kayu. Hal ini menunjukkan bahwa biaya produksi pengangkutan kayu dipengaruhi oleh kelerengan, artinya kelerengan 8%, 12% dan 18% memberikan pengaruh terhadap biaya produksi pengangkutan kayu. Demikian juga dengan faktor alat bantu juga mempengaruhi biaya produksi pengangkutan kayu. Untuk mengetahui pengaruh faktor kelerengan dan alat bantu dilakukan uji lanjut. Tabel 7 berikut ini disajikan uji lanjut Tukey.

Tabel 7. Hasil uji Tukey pengaruh kelerengan dan alat bantu terhadap biaya produksi pengangkutan

Table 7. Tukey test result influence of slope and auxiliary tools to cost hauling

Kelerengan (slope) N Subset 1 2 3 Tukey HSDa,b dimension1 8% 10 7.4379 12% 10 8.3856 18% 10 10.0656 Sig. 1.000 1.000 1.000

Dari Tabel 7 uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa pengaruh kelerengan 8% tidak sama dengan kelerengan 12% dan 18%, kelerengan 12% tidak sama dengan kelerengan 18%. Setiap kelerengan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap biaya

(7)

produksi pengangkutan kayu. Biaya produksi pengangkutan yang terjadi pada kelerengan 18% ternyata lebih tinggi dibandingkan pada dua kelerengan yang lain. Artinya pada kelerengan 18% biaya produksi pengangkutan menjadi lebih mahal daripada dua kelerengan lainnya. Dengan kata lain, kegiatan pengangkutan kayu pada kelerengan 18% tersebut tidak efektif dimana pengeluaran biaya produksi pengangkutan kayu menjadi mahal. Hal tersebut dikarenakan kegiatan truk yang berjalan di atas jalan menanjak banyak melakukan pengereman dan injak gas, ini berakibat pada semakin berkurangnya bahan bakar, ban yang cepat aus dan biaya lainnya.

SIMPULAN

Rata-rata slip yang terjadi pada kelerengan 18% lebih tinggi daripada kelerengan 8% dan 12%. Dengan slip yang tinggi, maka rata-rata produktivitas pada kelerengan 18% menjadi lebih rendah daripada kelerengan 8% dan 12% yaitu 24,638 m3km/jam.

Rendahnya rata-rata produktivitas pengangkutan kayu pada kelerngan 18% diikuti oleh tingginya rata-rata biaya produksi pengangkutan kayu yaitu Rp 9.578,43/m3.km.

DAFTAR PUSTAKA

Adhi, C, IGAK., AAIA Sri Komaladewi, I Ketut Adi Atmika, dan IGAK Suriadi. 2012. Analisis traksi untuk kendaraan truk angkutan barang jalur Denpasar-Gilimanuk. Universitas Udayana. Denpasar.

Akbar Y, Darusman, Syawan AA. 2012. Pemadatan tanah dan hasil kedelai (Glycinemax L merill) akibat pemupukan urea dan tekanan ban traktor. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan 1(1): 94-101. Program Studi magister Konservasi Sumberdaya Lahan (KSDL). Pascasarjana Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala dan Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) Aceh. Aceh.

Elias. 2008. Pembukaan Wilayah Hutan. IPB Press. Bogor.

Lan J, Chang, Monica M. 2003. Truck speed profile models for critical length of grade. J of Transportation Engineering. 10: 23-28. ASCE. Washington.

Pinanyungan E. 2013. Bab II Tinjauan Pustaka. http://eprints.undip.ac.id/34673/6/2042_ chapter_II.pdf. [12 September 2013].

Siahaan, H. 2013. Kajian Wheel’s Slip Angle (α) pada Model Traktor Semi trailer akibat tekanan rem di jalan menikung. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri-Universitas Kristen Petra Surabaya. Lab Pengaturan dan Uji konstruksi. Fportfolio. petra.ac.id/user_files/03-005/TE-015-doc (diakses pada 15 Juli 2013).

Lampiran foto

Gambar 1. Alat bantu rangkaian besi siku

Gambar 2. Alat bantu diletakkan di atas tanah sisi kiri dan kanan ban truk

Gambar

Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata selip  yang paling besar terjadi pada kelerengan 18%
Tabel 2. Rata-rata produktivitas pengangkutan kayu Table 2. The average productivity of hauling
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai probabilitas  0.000 lebih kecil dari 0,005 sehingga kelerengan dan  alat bantu berpengaruh nyata terhadap produktivitas  pengangkutan kayu
Gambar 2.   Alat bantu diletakkan di atas tanah sisi  kiri dan kanan ban truk

Referensi

Dokumen terkait

,engingatkan kembali ke"ada ibu tentang "ers/nal $ygiene "ada balita  dengan membiasakan kebiasaan 9u9i tangan setela$ melakukan aktiitas?.

bahwa kebijakan dividen tidak relevan dengan nilai perusahaan dan dividen yang rendah.. akan meningkatkan nilai

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa masih rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap upaya pencegahan DBD, yang akhirnya berpengaruh pada sikap dan perilaku

karan kecamatan, Luas wilayah Ke- camatan Air Hitam sesuai dengan kriteria syarat teknis pemekaran kecamatan, Rentang kendali Kecamatan Air Hitam menjadi lebih dekat ke pusat

Berdasarkan data dan hasil yang telah diperoleh dari diskusi, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jerami padi hasil fermentasi dengan menggunakan probion berpeluang sebagai pakan pengganti rumput Gajah dan mampu mempertahankan

Menurut ketentuan Pasal 19 UUPA tersebut, sudah dinyatakan bahwa pemerintah akan memberikan jaminan perlindungan hukum dan kepastian hak atas tanah yang didaftar dengan

Pada saat bubuk cokelat di buat maka lemak nabati dari biji kakao bernama mentega kakao akan dihilangkan, sedangkan untuk membuat cokelat yang dapat dimakan maka lemak nabati