• Tidak ada hasil yang ditemukan

M. Yamin (Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian FP. UNSRI) ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "M. Yamin (Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian FP. UNSRI) ABSTRAK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN

TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENINGKATAN

LAPANGAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

(Analysis of Influence of Agricultural Development to Income

Distribution and Increasing Work Opportunity in South Sumatra

Province)

M. Yamin

(Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian FP. UNSRI)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) menganalisis pengaruh PDRB sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan, 2) menganalisis pengaruh PDRB sektor pertanian terhadap kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan. Data yang dikumpulkan dalam bentuk time series selama 21 tahun, dimulai dari tahun 1985 sampai dengan tahun 2005. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah (history study). Hasil penelitian ini adalah:1) pengaruh PDRB masig-masing sub-sektor dalam sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan masyarakat tidak berpengaruh nyata. 2) PDRB sub-sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesempatan kerja pada sektor pertanian di Provinsi Sumatera Selatan.

ABSTRACT

The objectives of this research are 1) to analyze influence of Agricultural PDRB (Gross Domestic Product) to income ditribution, and 2) to analyze influence of PDRB to increasing work opportunity. This research was conducted in South Sumatra Province by history study method. Data was collected in time series secondary data from 1985 until 2005 (21 years). The result shows that 1) income distribution was influenced by PDRB in every sub-sector (food crops, plantation, animal husbandry, forestry, and fishery) significantly, and 2) increasing work opportunity was not influenced by PDRB in every sub-sector significantly

(2)

PENDAHULUAN Latar belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencarian penduduknya, dengan demikian sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian, dan hampir 50 persen dari total angkatan kerja masih menggantungkan kebutuhan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, hal ini dikarenakan sektor pertanian berfungsi sebagai basis atau landasan pembangunan ekonomi. Keadaan seperti ini menuntut kebijakan pemerintah pada sektor pertanian disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan yang terjadi di lapangan dalam mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut kesejahteraan bangsa (Tambunan

dalam Setyabudi, 2005).

Sejak tahun 1990 perhatian pemerintah mulai diarahkan pada sektor industri, dan jasa seiring

dengan terjadinya transformasi ekonomi dari negara agraris menjadi negara industri sehingga peran sektor pertanian mulai menurun dalam menyebabkan struktur perekonomian, Produk Domestik Bruto (PDB), pembangunan ekonomi dan kebijakan politik mengarah pada sektor industri dan jasa. Fokus pembangunan ekonomi lebih banyak diarahkan pada sektor industri dan jasa, bahkan yang berbasis teknologi tinggi dan intensif capital. Namun pada tahun 1997/1998 krisis ekonomi menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki daya tahan yang cukup tinggi terhadap goncangan ekonomi dibandingkan sektor lain sehingga dapat menyelamatkan memerintahan dan negara dari kebangkrutan (Gerard and Ruf, 2001). Dari peristiwa tersebut membuktikan bahwa sektor pertanian harus tetap mendapatkan perhatian pemerintah karena memiliki dasar yang kuat sebagai penopang perekonomian nasional (Arifin, 2005; Ellis, 2000).

Sumatera Selatan merupakan provinsi yang sekitar 65 persen dari Kabupaten/Kota ekonominya masih berbasis pertanian, disamping itu sektor ini masih terus dituntut untuk dapat berperan penting dalam

(3)

menyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PRDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penciptaan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Pembangunan pertanian di Sumatera Selatan memiliki peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional dan regional. Peranan sektor pertanian bukan saja terhadap ketahanan pangan, tetapi juga memberikan andil yang cukup besar terhadap kesempatan kerja, sumber pendapatan, serta perekonomian regional. Berkaitan dengan hal tersebut, maka hasil pembanguan di sektor pertanian dapat diukur dari nilai PDRB yang dihasilkan oleh sektor tersebut (Dinas Perkebunan, 2005).

Peningkatan PDRB terus terjadi akibat peningkatan output dari berbagai lapangan usaha. Salah satu lapangan usaha yang mengalami peningkatan berarti adalah sektor pertanian. Sektor pertanian, pada tahun 2005, memberikan kontribusi terhadap PDRB Sumatera Selatan sebesar 18 persen, berada di peringkat ketiga setelah sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. PDRB

menunjukkan berapa besar output yang dihasilkan, dan biasanya dinyatakan dalam rupiah berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Tingginya PDRB suatu daerah dapat mengidentikkan besarnya pendapatan pada wilayah tersebut, namun belum tentu terjadi pemerataan pada pendapatan masyarakatnya (Todaro, 2000).

Revitalisasi sektor pertanian dalam arti luas, mulai dari sub-sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan sampai pada basis sumber daya alam lainnya diharapkan dapat

meniciptakan pemerataan pendapatan dan penyediakan

lapangan pekerjaan. Dengan revitalisasi pertanian, pemerintah mentargetkan akan terjadi penurunan jumlah pengangguran, meningkatkan distribusi pendapatan dan mengurangi angka kemiskinan dari 16,6 persen pada tahun 2003 hingga 7,2 persen pada tahun 2015. Pertumbuhan ekonomi pertanian dapat tercapai bila kebutuhan sumber-sumber dana yang merupakan modal pembangunan dapat terpenuhi, baik yang bersumber dari daerah maupun yang

(4)

bersumber dari pemerintah (Arifin, 2005).

Prospek pertumbuhan output di sektor pertanian, dapat berpengaruh kepada proyeksi kesempatan kerja untuk satu periode di masa yang akan datang pada sektor tersebut maupun sektor lain. Kondisi ini menyebabkan perlunya campur tangan dari pemerintah guna menitik beratkan program pembangunan daerah pada sektor pertanian yang berpotensi untuk dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. Prioritas tersebut diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja untuk mengurangi jumlah pengangguran yang cenderung semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah angkatan kerja, serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya (Tambunan, dalam

Setyabudi, 2005).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dikemukakan suatu permasalahan yaitu apakah PDRB sektor pertanian dapat berpengaruh terhadap pemerataan pendapatan dan kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Selatan.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis pengaruh PDRB sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan

masyarakat.

2. Menganalisis pengaruh PDRB sektor pertanian terhadap kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Selatan

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan. Data yang dikumpulkan dalam bentuk time

series selama 21 tahun, dimulai dari

tahun 1985 sampai dengan tahun 2005.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah (history study), yaitu dengan cara melihat kembali catatan-catatan atau laporan-laporan yang berhubungan dengan PDRB sektor pertanian, distribusi pendapatan dan kesempatan kerja selama kurun waktu 21 tahun.

(5)

Metode Pengolahan Data dan Analisis

Hubungan antara PDRB sektor pertanian dengan distribusi pendapatan dan kesempatan kerja dapat dilihat dengan mencari nilai regresi antara sub-sektor pertanian yang diwakili oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan dengan distribusi pendapatan dan kesempatan kerja sektor pertanian yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, model persamaan yang digunakan yaitu sebagai berikut :

1. Indikator yang digunakan untuk melihat pemerataan atau distribusi pendapatan adalah dengan menggunakan nilai Gini Ratio sebagai berikut:

GN = α + βPDRBsub-sektor i + ei

2. Kesempatan kerja dari sektor pertanian diregresikan terhadap PDRB masing-masing sub-sektor pertanian, dengan model persamaan sebagai berikut :

KKsub sektor i pertanian = α + βPDRB sub-sektor i + ei

Dimana :

KK = Kesempatan Kerja (orang) PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (Rp)

α = Intersep

β = Koefisien regresi penduga e = Kesalahan pengganggu i = Subsektor (tanaman panga, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan)

Pengujian statistik dilakukan dengan uji t-student dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel penjelas secara parsial terhadap variabel terikat dalam persamaan regresi penduga (Supranto, 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Ekonomi Makro Bidang Pertanian Provinsi Sumatera Selatan

1. Perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Selatan

Perkembangan dan kemajuan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat dengan indikator ekonomi makro. Indikator ekonomi makro yang sering digunakan untuk melihat kemajuan ekonomi suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pendapatan pemerintah, jumlah uang beredar, inflasi, keadaan ketenagakerjaan dan tingkat pengangguran serta aktivitas perdagangan internasional. PDRB

(6)

merupakan indikator yang digunakan dalam penelitian ini. Data dari BPS menunjukkan bahwa perkembangan PDRB sektoral Provinsi Sumatera

Selatan dari tahun 1985 sampai dengan tahun 2005, dapat dilihat pada Gambar 1. 0 5 10 15 20 25 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 TAHUN PD RB ( T R IL IUN R U P IA H )

PERTANIAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN LITRIK, GAS DAN AIR BERSIH

BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA

Gambar 1. Grafik Perkembangan PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1985-2005

PDRB Provinsi Sumatera Selatan cenderung meningkat setiap tahunnya. PDRB terbentuk dari kontribusi sembilan sektor yang ada di dalamnya. Empat sektor yang selalu memberikan kontribusi terbesar adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Data tahun 2005 menunjukan bahwa sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDRB Provinsi

Sumatera Selatan, yaitu sebesar 28 persen. Pendapatan sektor ini bersumber dari sub-sektor migas, sub-sektor non migas dan sub-sektor penggalian. Kontribusi kedua terbesar diberikan oleh sektor industri pengolahan, yaitu sebesar 22 persen. Pembagian PDRB sektoral untuk tahun 2005 dapat dilihat pada Gambar 2.

(7)

18% 28% 22% 1% 6% 11% 4% 3% 7% PERTANIAN

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH BANGUNAN

PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN

JASA-JASA

Gambar 2. Grafik Persentase PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005

Sektor industri pengolahan terdiri dari sub-sektor penggalian minyak bumi dan gas alam serta sub-sektor gas alam cair. Sektor pertanian dengan kelima sub-sektornya memberikan kontribusi sebesar 18 persen bagi PDRB, sedangkan sisanya merupakan kontribusi dari sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa.

2. Distribusi Pendapatan dan Kesempatan Kerja

Menurut BPS perkembangan nilai indeks gini Sumatera Selatan

dari tahun 1996 sampai 2006 berkisar antara 0,25 sampai dengan 0,30. Nilai ini menunjukkan bahwa tidak terjadi ketimpangan pendapatan yang mengkhawatirkan pada provinsi ini. Nilai gini ratio yang tinggi ditunjukkan pada tahun 1996 dan 2005 (lihat Lampiran 1). Nilai yang tinggi ini terjadi akibat adanya peningkatan jumlah penduduk yang berpendapatan tinggi. Nilai indeks gini ini masih jauh dari nilai satu, dengan kata lain distribusi pendapatan di Provinsi Sumatera Selatan ini relatif baik.

(8)

0 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 TAHUN KE S E M P A T AN K E R JA ( O RANG )

PERTANIAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM

BANGUNAN DAN KONSTRUKSI PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI BANK,LEMB.KEU, SEWA DAN JASA PRSHN

JASA-JASA

Gambar 3. Grafik Perkembangan Kesempatan Kerja di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1985-2005

Penyerapan tenaga kerja dari berbagai sektor didominasi oleh sektor pertanian dari tahun 1985 sampai dengan tahun 2005 (lihat Lampiran 2). Peranan sektor dari kurun waktu tersebut menyerap tenaga kerja lebih dari 50 persen dari kesempatan kerja yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Sektor pertanian pada tahun 2005 dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 63 persen dari total kesempatan kerja

berasal dari sektor ini. Perubahan kesempatan kerja sektoral di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Gambar 3.

Perkembangan kesempatan kerja sektor pertanian jauh lebih tinggi dari sektor-sektor lainnya. Lima puluh persen lebih kesemptan kerja berada pada sektor pertanian sedangkan empat puluh persen sisanya terbagi ke delapan sektor yang ada. Kesempatan kerja dari

(9)

delapan sektor yang ada ternyata didominasi oleh dua sektor, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor listrik, gas dan air minum. Kesempatan kerja dari tahun 1985 sampai tahun 2005 tidak mengalami perubahan yang berarti.

Pengaruh PDRB Sektor Pertanian Terhadap Distribusi Pendapatan

Pengaruh PDRB terhadap distribusi pendapatan dapat dilihat melalui uji korelasi antara kedua variabel. Pengaruh PDRB dilihat dari sektor pertanian dapat dirumuskan dalam model berikut :

GN SUMSEL = 0,247 +

5.64E-010 PDRBpertanian

Se (0,13) (0,0000038)

R2 1,90 persen

Hasil pengujian terhadap model yang digunakan menunjukkan bahwa pengaruh PDRB sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan tidak signifikan dengan taraf uji 30 persen. Nilai koefisien determinasinya (R2)

menunjukan bahwa pengaruh

variabel bebas yaitu kesempatan kerja total terhadap PDRB memiliki nilai R square hanya sebesar 1,90 persen. Nilai ini berarti bahwa variasi yang terjadi pada pertumbuhan kesempatan kerja total hanya 1,90 persen yang dipengaruhi oleh variasi jumlah PDRB yang tercipta pada sektor pertanian, sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain yang terdapat di luar model.

Pada model ini tidak terdapat autokorelasi dengan nilai Durbin Watson sebesar 1,978. Faktor lain di luar model yang mempengaruhi distribusi pendapatan adalah tingkat pendapatan itu sendiri dan banyaknya penduduk yang telah dikelompokan berdasarkan tingkat pendapatan.

Pengaruh PDRB sub-sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan dilihat dengan melakukan uji korelasi antara kedua variabel ini. Nilai indeks gini sebagai variabel terikat dan PDRB dari setiap sub-sektor sebagai variabel bebas. Hasil uji korelasi tersebut menghasilkan lima model persamaan yang nilainya dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

(10)

Tabel 1. Hasil Uji Statistik PDRB Sub-Sektor Pertanian Terhadap Distribusi Pendapatan

Sub-Sektor

Hasil Uji Statistik

R Square thitung Coef. Regresi Keterangan Tanaman Pangan 0,028 0,381 0,719 Tidak signifikan Perkebunan 0,033 0,412 0,697 Tidak signifikan Peternakan 0,01 0,229 0,828 Tidak signifikan Kehutanan 0,041 0,463 0,663 Tidak signifikan Perikanan 0,006 -0,172 0,870 Tidak signifikan Sumber : data sekunder telah diolah

Tabel hasil uji statistik di atas menunjukan nilai koefisien determinasi yang kecil, yaitu antara 0,6 persen sampai dengan 4,1 persen. Sama halnya dengan sektor pertanian secara keseluruhan, ternyata kelima sub-sektor tidak berpengaruh terhadap distribusi pendapatan pada taraf uji 30 persen, dan tidak terdapat autokorelasi pada model tersebut. PDRB masing-masing sub-sektor dalam sektor pertanian memiliki nilai yang cukup kecil dari total PDRB. Sedangkan nilai indeks gini yang digunakan

adalah distribusi pendapatan seluruh masyarakat Provinsi Sumatera Selatan. Akibatnya variasi distribusi pendpatan tidak dipengaruhi atau tidak dapat dijelaskan secara signifikan oleh PDRB masing-masing sub-sektor dalam sektor pertanian, hal ini terlihat dari nilai koefisien regresi yang rendah.

(11)

Pengaruh PDRB Sektor Pertanian terhadap Kesempatan Kerja

Model analisis pengaruh pertumbuhan PDRB sub-sektor tanaman pangan, perkebunan,

peternakan, kehutanan dan perikanan terhadap kesempatan kerja sektor pertanian di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil regresi pengaruh PDRB terhadap kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Selatan.

No. Sub-sektor Intercept Coef. Regresi Coef. Determinasi DW

1. Tanaman Pangan -0,107 1,047*** 0,956 1,453 (0,040) (0,052) 2. Perkebunan -0,208 1,024)*** 0,939 1,962 (0,047) (0,060) 3. Peternakan -0,149 1,166*** 0,981 1,895 (0,028) (0,030) 4. Kehutanan -0,128 1,089*** 0,931 1,870 (0,051) (0,068) 5. Perikanan -0,158 1,117*** 0,937 2,019 (0,049) (0,066) Sumber : data sekunder telah diolah

Persamaan di atas menunjukan bahwa, koefisien determinasi (R2)

untuk masing-masing sub-sektor cukup besar, yaitu diatas 0,90. Ini berarti bahwa model pertumbuhan PDRB pada semua sub-sektor dalam sektor pertanian di daerah ini mampu menjelaskan kesempatan kerja sektor pertanian sebesar lebih dari 90

persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel yang terdapat di luar model ini. Permasalahan outokorelasi yang biasa terdapat pada data time series telah diatasi sehingga menghasilkan nilai uji Durbin Watson pada kondisi yang aman.

(12)

Koefisien penduga pada setiap sub-sektor menunjukkan nilai sebesar lebih kurang antara satu sampai dua, artinya adalah setiap kenaikan satu sampai dua juta rupiah PDRB, maka akan membuka kesempatan kerja sejumlah satu sampai dua orang pada sektor pertanian. Setelah dilakukan perhitungan uji t, ternyata t hitung masing-masing sub-sektor lebih besar dari t tabel dengan tingkat kepercayaan 99%. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa subsektor peternakan memiliki respon yang paling besar terhadap penambahan lapangan kerja terhadap kenaikan PDRB sektor pertanian, sedangkan paling kecil adalah subsektor perkebunan. Hal ini dapat dimengerti karena peternakan di Provinsi Sumatera Selatan sebagian besar di usahakan di tingkat rumahtangga dan usaha kecil sehingga menyerap tenaga kerja yang lebih banya. Sedangkan perkebunan banyak diusahakan oleh perusahaan besar, sehingga jumlah tenaga kerja yang dapat diserap lebih sedikit.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat siambil dari hasil penelitian ini adalah: 1. Distribusi pendapatan masyarakat Provinsi Sumatera selatan relatif baik dengan indeks gini yang jauh lebih rendah dari satu.

2. Pengaruh PDRB masig-masing sub-sektor dalam sektor pertanian terhadap ditribusi pendapatan masyarakat tidak berpengaruh nyata.

3. PDRB sub-sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesempatan kerja pada sektor pertanian di Provinsi Sumatera Selatan.

(13)

Arifin, Bustanul. 2005. Pembangunan Pertanian Paradigma Kebijakan dan Strategi

Revitalisasi, PT. Grasindo Pustaka Utama. Jakarta.

BPS. 1997. Idikator Sosial Sumatera Selatan. BPS Provinsi Sumatera Selatan. Palembang.

BPS. 2005. Sumatera Selatan dalam Angka 2005/2006. BPS Provinsi

Sumatera Selatan. Palembang.

Ellis Frank. 2000. Rural Livelihoods and Diversity in Developing Countries. Oxford University Press. New York.

Garerd F. and Ruf F., 2001. Agriculture in Crisis: People, Commodities and Natural

Resources in Indonesia, 1996-2000. Curzon Press. Richmond. UK.

Perkebunan. 2005. Laporan Tahunan. Kantor Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan. Palembang.

Setyabudi, Heru. 2005. Pengaruh Pertumbuhan PDRB Terhadap Elastisitas Kesempatan

Kerja di Sumatera Selatan. Tesis. Program Pascasarjana. UNSRI. Palembang.

(Tidak dipublikasikan).

Supranto, J. 2000. Metode Peramalan Kuantitatif untuk

Perencanaan Bisnis dan Ekonomi. Rineka Cipta. Jakarta.

Todaro, 2000, Pembangunan Ekonomi Dunia Ke Tiga, Erlangga. Jakarta.

(14)

Lampiran 1. Perkembangan Nilai Gini Ratio Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1985-2005 (Per 3 Tahun)

TAHUN GINI RATIO 1987 0.270 1990 0.260 1993 0.297 1996 0.300 1999 0.260 2002 0.257 2005 0.297

GRAFIK PERKEMBANGAN NILAI GINI RATIO PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 1985-2005 (PER 3 TAHUN) 0.230 0.240 0.250 0.260 0.270 0.280 0.290 0.300 0.310 1987 1990 1993 1996 1999 2002 2005 TAHUN NI L A I G INI RA T IO GINI RATIO

(15)

Lampiran 2. Keadaan Penduduk Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1 2 3 4 5 6 7 1985 5,458,312 2,096,369 3,361,943 2,104,300 1,257,643 96.02 3.98 1986 5,671,615 2,121,831 3,549,784 2,164,600 1,385,184 95.31 4.69 1987 5,783,751 2,147,603 3,636,148 2,180,185 1,455,963 96.64 3.36 1988 6,017,593 2,173,687 3,843,906 2,287,300 1,556,606 94.08 5.92 1989 5,377,569 2,200,088 3,177,481 2,342,071 835,410 93.86 6.14 1990 5,501,482 2,221,167 3,280,315 2,346,963 933,352 94.43 5.57 1991 5,636,970 2,247,567 3,389,403 2,450,254 939,149 90.58 9.42 1992 5,792,992 2,258,375 3,534,617 2,585,863 948,754 94.01 5.99 1993 5,955,095 2,314,150 3,640,945 2,683,683 957,262 97.53 2.47 1994 6,117,198 2,369,925 3,747,273 2,681,057 1,066,216 94.43 5.57 1995 6,280,190 2,336,353 3,943,837 2,735,310 1,208,527 93.20 6.80 1996 6,394,902 2,396,658 3,998,244 2,765,290 1,232,954 94.23 5.77 1997 6,510,014 2,403,253 4,106,761 2,776,144 1,330,617 94.22 5.78 1998 7,511,400 2,454,733 5,056,667 2,810,529 2,246,138 89.91 10.09 1999 7,633,800 2,334,984 5,298,816 3,044,639 2,254,177 91.96 8.04 2000 7,757,300 2,441,193 5,316,107 3,036,601 2,279,506 94.03 5.97 2001 6,343,100 2,567,267 3,775,833 3,243,356 532,477 91.53 8.47 2002 6,430,188 2,523,348 3,906,840 3,297,958 608,882 94.84 5.16 2003 6,518,791 2,589,454 3,929,337 3,386,998 542,339 95.16 4.84 2004 6,646,800 2,620,527 4,026,273 3,478,447 547,826 88.87 11.13 2005 6,755,900 2,651,974 4,103,926 3,572,365 531,561 84.57 15.43 Keterangan : 1. Penduduk

2. Penduduk bukan usia kerja 3. Penduduk usia kerja 4. Angkatan kerja 5. Bukan angkatan kerja

6. Tingkat penyerapan angkatan kerja 7. Tingkat pengangguran

Gambar

Gambar 1.  Grafik Perkembangan PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Selatan  Tahun 1985-2005
Gambar 2. Grafik Persentase PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Tahun  2005
Gambar  3.  Grafik Perkembangan Kesempatan Kerja di Provinsi Sumatera  Selatan Tahun 1985-2005
Tabel 1.  Hasil Uji Statistik PDRB Sub-Sektor Pertanian Terhadap Distribusi    Pendapatan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian secara terminologis yang berdasarkan pada pendapat para ahli bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar penyelenggara negara dalam bidang hukum yang akan, sedang dan

Menurut Jhon Elliot bahwa yang dimaksud dengan PTK adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan didalamnya (Elliot,

Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian antara lain:.. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Tahun 2000- 2015) ROA berpengaruh

- Pada pertemuan berikutnya siswa diminta menyiapkan diri, menguasai dialog, dan mampu mengembangkan keterampilan berbicara sesuai dengan topik diskusi yang akan disampaikan

TULISKAN “K" DI KOLOM 1 PADA KALENDER BULAN TERAKHIR UNTUK KEHAMILAN YANG BERAKHIR DENGAN KEGUGURAN, "A" UNTUK KEHAMILAN YANG BERAKHIR DENGAN DIGUGURKAN,

Dengan menggunakan sistem secara terkomputerisasi akan membantu dalam pengolahan data maupun pencatatan persediaan barang, dan membuat laporan lebih cepat dan tepat,

2) Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 3 orang siswa secara heterogen dengan kemampuan berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah). 3) Guru mengatur kelompok tersebut di

6. Informed consent yang sudah di tanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien disimpan dalam rekam medic.. Bila informed consent yang diberikan oleh pihak lain atau pihak ke