• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 1. Alat alat yang digunakan untuk pembuatan dan pengukuran edible film. Gambar 1 Gambar 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lampiran 1. Alat alat yang digunakan untuk pembuatan dan pengukuran edible film. Gambar 1 Gambar 2"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 1. Alat – alat yang digunakan untuk pembuatan dan pengukuran edible

film

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5

Gambar 6 Gambar 7

Keterangan:

Gambar 1 : alat-alat untuk pembuatan edible film (dari kiri ke kanan beaker

glass,gelas ukur, magnetic stirer, sudip, pipet volumetrik, batang

pengaduk, thermometer, bulp dan plat kaca)

Gambar 2 : alat Tensile Strength and Elongation Tester Stograph-Mi Toyoseiki 49

(3)

Gambar 3 : oven merk Yamato Scientific PV-41 Gambar 4 : Digital Thickness Adamel Lhomargy

Gambar 5 : alat pencetak film sesuai dengan ukuran cup WVTR Gambar 6 : Moisture Pervios Cups Toyoseiki

(4)

Lampiran 2. Analisis proksimat buah lindur segar 1) Kadar air (AOAC 2007)

Cawan kosong yang akan digunakan terlebih dahulu dikeringkan dalam oven selama 15 menit atau sampai berat tetep, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang. Sampel kira-kira sebanyak 2 gr ditimbanga dan diletakkan dalam cawan kemudian dipanaskan dalam oven selama

3-4 jam paada suhu 1050 C -1100C. Cawan kemudian didinginkan dalam desikator

dan setelah dingin ditimbang kembali. Persentase kadar air (berat basah) dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan:

B = Berat sampel (gram)

B1 = Berat (sampel + cawan) sebelum dikeringkan B2 = Berat (sampel + cawan) setelah dikeringkan

2) Kadar abu (AOAC 2007)

Sampel basah sebanyak 4 gram ditempatkan dalam wadah porselen lalu

dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 60-1050C selama 8 jam. Kemudian

sampel yang sudah kering dibakar menggunakan hotplate sampai selama kurang

lebih ± 20 menit. Setelah itu diabukan dalam tanur bersuhu 6000C selama 3 jam

lalu ditimbang. Kadar abu dapat dihitung menggunakan rumus :

3) Kadar protein (AOAC 2007)

Sampel ditimbang sebanyak 0,1gram lalu dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 30 ml. Setelah itu ditambahkan 1,9 g K2SO4, 40 mg HgO dan 2,5 ml

H2SO4 serta beberapa tablet kjeldehl. Kemudian sampel dididihkan sampai cairan

jernih (sekitar 1-1,5 jam). Lalu larutan jernih ini dipindahkan ke dalam alat

% Kadar air = X 100%

% Kadar abu = X 100%

(5)

destilasi. Labu kjeldahl dibilas dengan air sebanyak 5-6 kali dengan akuades (20ml) kemudian air bilasan tersebut dimasukkan di bawah kondensor dengan ujung kondensor terendam di dalamnya. Lalu ke dalam tabung reaksi ditambahkan larutan NaOH 40% sebanyak 20 ml.

Setelah itu cairan dalam ujung kondensor ditampung dengan erlenmayer 125 ml yang berisi larutan H3BO3 dan 3 tetes indikator (campuran metil 0,2%

dalam alkohol dan metilen biru 0,25 dalam alkohol dengan perbadingan 2:1) yang ada di bawah kondensor. Destilasi dilakukan sampai diperoleh kira – kira 200 ml

destilat yang bercampur dengan H3BO3 dan indikator dalam erlenmayer.

Kemudian destilat dititrasi dengan menggunakan HCL 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah. Penetapan blanko dilakukan dengan prosedur yang sama, akan tetapi sampel diganti dengan akuades. Kadar protein dapat dihitung menggunakan rumus :

Faktor koreksi = 6,25

4) Kadar lemak (AOAC 2007)

Sampel sebanyak 0,5 gram ditimbang dan dibungkus dengan kertas saring lalu diletakkan pada alat ekstraksi soxhlet yang dipasang di atas kondensor serta labu lemak dibawahnya. Pelarut heksana dituangkan ke dalam labu lemak yang secukupnya sesuai dengan ukuran soxhlet yang digunakan dan dilakukan refluks selama minimal 16 jam sampai pelarut turun kembali ke dalam labu lemak. Pelarut di dalam labu lamak didestilasi dan ditampung. Labu lemak yang berisi lemak hasil hasil ekstraksi kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 5 jam. Labu lemak kemudian didinginkan dalam desikator kurang lebih selama 20-30 menit dan ditimbang. Kadar lemak dapat dihitung dengan rumus:

% Nitrogen = X 100%

% Protein = % N X Faktor konversi

(6)

5) Kadar karbohidrat (AOAC 2007)

Analisis karbohidrat dilakukan dengan cara by difference, yaitu hasil pengurangan dari 100% dengan kadar air, kadar abu, kadar protein, dan kadar lemak, sehingga kadar karbohidrat tergantung pada faktor pengurangannya. Hal ini karena karbohidrat sangat berpengaruh terhadapa zat gizi lainnya. analisis kadar karbohidrat dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Berat lemak = (berat labu + lemak) - berat labu

% Kadar karbohidrat = 100% - (kadar air + kadar abu + kadar lemak +

kadar protein)

(7)

Lampiran 3. Analisis histologi jaringan buah lindur segar

Pembuatan preparat dengan metode parafin dan pengamatan jaringan Pengamatan jaringan tanaman diawali dengan pembuatan preparat tanaman dan buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza) kemudian pengambilan gambar objek pada mikroskop. Pembuatan preparat dilakukan dengan metode parafin. Tahapannya terdiri atas fiksasi, pencucian, dehidrasi dan penjernihan, infiltrasi, pananaman dalam blok, penyayatan, perekatan dan pewarnaan. Bagian tanaman lindur yang diambil adalah daun, batang dan buah.

Fiksasi dilakukan selama >24 jam (5 hari) dalam larutan (Formalin, Alkohol, Asam asetat glasial) FAA , setelah itu larutan fiksasi dibuang dan sampel dicuci dengan etanol 50% sebanyak 4 kali dengan waktu penggantian masing-masing 30 menit. Kemudian dilakukan dehidrasi dan penjernihan secara bertahap melalui perendaman dalam larutan seri Johansen I-VII pada suhu ruang dengan perincian :

1) Johansen I selama 2 jam 2) Johansen II selama 24 jam 3) Johansen III selama 2 jam 4) Johansen IV selama 2 jam 5) Johansen V selama 2 jam

6) JohansenVI (TBA murni) selama 24 jam 7) JohansenVI (TBA murni) selama 2 jam 8) JohansenVI (TBA murni) selama 2 jam 9) JohansenVI (TBA murni) selama 2 jam 10) JohansenVII selama 4 jam

Proyek infiltrasi dimulai dari perendaman sampel dalam JohansenVII (TBA : minyak parafin 1:1 ) dan 1/3 parafin beku dan disimpan pada suhu kamar

selama 4 jam yang dilanjutkan dengan pengovenan pada suhu 58 °C selama

kurang lebih 18 jam. Kemudian pergantian parafin dilakukan setiap 5 jam sekali sebanyak 4 kali pergantian. Proses penanaman dilakukan dengan cara sampel dari tahap infiltrasi dimasukkan ke dalam blok kotak yang berisi parafin cair dan disimpan pada suhu ruang hingga benar-benar membeku. Proses penyayatan dilakukan dengan mengguanakan mikrotom putar setebal 10 μm. Blok parafin

(8)

terlebih dahulu dipotong dan dirapikan kemudian ditempel pada holder lalu disayat. Hasil sayatan direkatkan pada gelas objek yang telah diolesi albumin gliserin dan ditetesi air. Gelas berisi parafin kemudian dipanaskan pada hotplate

dengan suhu 45°C selama 3-5 jam.

Proses pewarnaan dilakukan dengan toludine blue 0,5 % dalam air dan fast

green 0,5% dalam etanol 95% serta safranin 2% dan aniline blue dalam alkohol

88%. pewarnaan diawali dengan perendaman gelas objek ke dalam larutan xilol 1 dan 2 masing-masing selama 15 menit, dilanjutkan perendaman dalam etanol absolut (100%, 95%, 70%, 50%, dan 30% masing-masing selama 3 menit. Setelah itu objek dibilas dengan akuades dan dimasukkan ke dalam safranin dengan konsentrasi 2% selama 2 hari. Selanjutnya, gelas objek dibilas ke dalam akuades dan dimasukkan ke dalam etanol 30%, 50%, 70%, 905 dan ke dalam etanol absolut masing-masing selama 3 menit. kemudian objek dimasukkan ke dalam pewarna fast green 0,5% selama 10 menit lalu etanol absolut 1 dan 2 selama kurang lebih 3 menit. Gelas objek kemudian direndam dalam xilol 1 dan xilol 2 selama 10 menit. Pewarnaan dengan aniline blue dilakukan sebagai pengganti fast

green. Gelas objek dimasukkan aniline blue + alkohol 88% selama 10 menit,

setelah etanol 70%. Kemudian objek dimasukkan ke dalam etanol 95% selama kurang lebih 3 menit, dan seterusnya.

Proses selanjutnya adalah penutupan dengan pemberian entellan atau

Canada balsam pada gelas objek dan ditutupi gelas penutup. Proses pengambilan

gambar dilakukan dengan mikroskop cahaya merk Olympus BH-2. Pembuatan preparat dapat dilihat pada diagram alir dibawah.

Daun, batang, buah lindur

Pemotongan bagian tanaman

Fiksasi dengan FAA

(9)

Pencucian dengan etanol 50%

Dehidrasi dan penjernihan dengan larutan seri Johansen

Infiltrasi dengan parafin

Penanaman dalam parafin

Penyayatan blok parafin

Perekatan pada gelas objek

Pewarnaan dengan tolidin blue 0.5 %

(10)

Lampiran 4. Analisa karakteristik tepung pati buah lindur 1) Total Gula (Metode Luff Schoorl, SNI-01-2892-1992)

Timbang bahan 2,5-25 gram sampel, dipindahkan dalam labu takar 100 ml

dan tambahkan 20 ml aquades, bubur Al(OH)3 dan larutan Pb asetat. Penambahan

bahan penjernih ini diberikan tetes demi tetes sampai penetesan reagensia tidak menimbulkan pengeruhan lagi, kemudian tambahkan aquades sampai tanda tera dan disaring.

Filtrat ditampung dalam gelas piala. Tambahkan Na2CO3 anhidrat atau

K/Na oksalat anhidrat atau Na fosfat secukupnya untuk menghilangkan kelebihan Pb. Diambil 50 ml filtrat bebas Pb, masukkan ke dalam erlenmayer, tambahkan 25 ml aquades dan 10 ml HCL 30 %. Panaskan di atas penanggas air pada suhu

67-70°C selama kurang lebih 10 menit lalu didinginkan secepatnya sampai suhu

20 °C. Netralkan dengan NaOH 45%, kemudian diencerkan sampai volume tertentu sehingga 25 ml air mengandung 15 - 60 mg gula pereduksi.

Sebanyak 25 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam erlenmayer dan ditambahkan 255 ml larutan Luff Schrool. Blanko dibuat dari 25 ml larutan Luff Schrool ditambahan dengan 25 ml aquades. Kemudian erlenmayer dihubungkan dengan pendingin balik lalu dididihkan (diusahakan 2 menit sudah mendidih). Pendidihan dipertahankan 10 menit lalu didinginkan dan ditambahkan dengan

larutan KI 20 5 sebanyak 15 ml dan 25 ml H2SO4 26,5%.

Yodium yang dibebaskan ditritasi dengan larutan Na-thiosulfat 0,1 N menggunakan indikator pati 2-3 ml. Penetapan berat glukosa dilakukan dengan membandingkan volume Na-thiosulfat yang diperlukan dalam tabel Luff Schrool.

2) Kadar amilosa dan Amilopektin (A0AC, 1995)

Pengukuran amilosa didasarkan padda metode spektofotometri. Kurva

standar dibuat dengan menggunakan amilosa murni sebagai standar. Diawali dengan menimbang 40 mg amilosa murni, tambahkan 2 ml etanol 95%, dan 9 ml

Kadar Gula (%) =

Kadar Pati (%) = kadar gula x 0,9

(11)

NaOH 1N. Panaskan dalam air mendidih selama 10 menit sampai tergelatinisasi. Pindahkan seluruh gel dalam labu takar 100 ml, tepatkan dengan air. Pipet masing-masing 1, 2, 3, 4, dan 5 ml larutan diatas, masukkan ke dalam labu takar 100 ml. Tambahkan masing-masing ke dalam labu takar tersebut 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 ml. Lalu tambahkan masing-masing 2 ml larutan iod. Tepatkan dengan aquades. Biarkan preparat selama 20 menit. Ukur absorbandi pada 625 nm.

Timbang 100 mg sampel dalam bentuk tepung, tambahkan 1 ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1N. Panaskan dalam air mendidih selama ±10 menit sampai terbentuk gel. Pindahkan seluruh gel dalam labu takar 100 ml, tepatkan dengan aquades. Pipet 5 ml larutan tersebut dan tambhakan 1 ml asam asetat 1N dan 2 ml larutan iod, lalu encerkan sampai 100 ml dengan aquades. Preparat kemudian dibiarkan selama 20 menit. Ukur absorbansi pada 625 nm. Hitung kadar amilosa dan amilopektin dalam sampel dengan rumus :

Keterangan :

C = Konsentrasi amilosa contoh (mg/ml)

V = Volume akhir contoh (ml)

FP = Faktor pengenceran

W = Berat contoh

Kadar amilopektin (%) = Kadar pati * - kadar amilosa

*) Kadar pati dihitung dengan menggunakan metode Luff Schrool

(12)

a. Tabel 6 Data hasil pengukuran karakteristik edible film

Kode Ulangan Ketebalan (mm) Rata2 Kuat tarik (kgf/cm2) Rata2 % Pemanjangan Rata2 WVTR g/m2/24jam Rata2 A 1 0,2 0,20 86,7 159,4795 27,25 52,2500 213,8099106 231,2347685 2 0,206 193,1067961 49 248,6596263 3 0,19 198,6315789 80,5 B 1 0,145 0,16 175,862069 164,7626 71,875 57,4167 279,8436231 273,2026807 2 0,166 159,7590361 46,125 266,5617384 3 0,18 158,6666667 54,25 C 1 0,173 0,17 102 165,5335 17,8 17,7667 246,1616572 246,0550366 2 0,1656 110,3004348 13,4 245,9484159 3 0,1822 113,3000549 22,1 D 1 0,136 0,13 127,5 132,8761 141,375 126,5417 258,3570268 259,5552396 2 0,117 122,0512821 112,25 260,7534525 3 0,13 149,0769231 126 E 1 0,122 0,14 167,2131148 168,3254 193,75 181,2083 217,4451665 255,9961413 2 0,152 167,7631579 173,625 294,5471162 3 0,156 170 176,25 F 1 0,117 0,14 148,2051282 167,7350 58,375 66,9167 268,3184403 298,8170187 2 0,12 187 76,375 329,3155971 3 0,17 168 66

Lampiran 5. Data uji karakterstik edible film

59 59

(13)

Keterangan

A : Pati buah lindur 4%, Gliserol 1%, Karagenan 2%, B : Pati buah lindur 4%, Gliserol 1%, Karagenan 2,5% C : Pati buah lindur 4%, Gliserol 1%, Karagenan 3% D : Pati buah lindur 4%, Gliserol 1,5%, Karagenan 2% E : Pati buah lindur 4%, Gliserol 1,5%, Karagenan 2,5% F : Pati buah lindur 4%, Gliserol 1,5%, Karagenan 3%

b. Tabel 7 Data hasil pengukuran laju transmisi uap air (WVTR)

Kode Ulangan H I (gr) H II (gr) H III (gr) H IV (gr)

A 1 94,6470 95,3569 96,0867 96,7526 2 97,7812 98,7985 99,5522 100,2300 C 1 103,5300 104,3083 105,1088 105,9542 2 94,5380 95,3147 96,1300 96,9601 B 1 96,6305 97,7809 98,6595 99,3864 2 95,7254 96,8296 97,7334 98,3505 D 1 90,7979 92,1399 93,0129 93,3422 2 94,2286 95,5961 96,4429 96,7965 E 1 90,5886 91,6093 92,3208 92,7300 2 93,9686 95,2141 96,2034 96,8693 F 1 96,6322 97,7722 98,7746 99,2746 2 94,5936 95,9239 97,0818 97,8367

(14)

61

Lampiran 6. Contoh perhitungan

a. Kuat tarik =

A = luas (lebar x tebal)

misal data uji kuat tarik = 1,734 Kgf

Ketebalan film = 0,02 cm Lebar film = 1 cm Kuat tarik = = 86,7 Kgf/cm 2 b. Persen pemanjangan (% E) :

misal panjang awal = 8 cm panjang akhir = 10,18 cm

% E = x 100%

= 27,25 %

c. WVTR (Laju transmisi uap air) =

misal bobot film H awal = 96,7526 gr

bobot film H akhir = 94,6470 gr

t (lama pengukuran) = 4 hari

WVTR =

= 213,8 gr/m2/24 jam

(15)

Lampiran 7. Foto edible film yang dihasilkan

Gambar

Gambar 6  Gambar 7

Referensi

Dokumen terkait

In this chapter, we explore what metrics will maximize the delivery of business value, support dealing honestly with ambiguity, foster trust and collaboration, and not take away

Majas sindiran adalah majas atau gaya bahasa yang digunakan untuk menyindir seseorang atau sesuatu dengan maksud dan tujuan tertentu. Berikut adalah jenis-jenis majas sindiran.

menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengemb angan dari yang dipelajari nya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif

a. Model Terintegrasi dalam Mata pelajaran. Penanaman nilai anti korupsi dalam pendidikan anti korupsi juga dapat disampaikan secara terintegrasi dalam semua mata

Menurut Kompas (19/6/2012), jika yang dimaksud dengan “negara kesejahteraan “adalah tata kenegaraan, di mana pemerintah menyediakan atau menyelenggarakan/ mengelola seluruh

Keputusan pendanaan adalah keputusan mengenai seberapa besar tingkat penggunaan hutang dibandingkan dengan ekuitas dalam membiayai investasi perusahaan atau keputusan

Berdirinya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) membuat masyarakat pedesaan mengalami perubahan pesat secara ekonomi, tata kelola manajemen yang profesional akan mampu

Daftar Gudang (TDG), Tanda Daftar Keagenan (TDK), Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUP-MB) dan rekomendai berlaku selama 1 (satu) tahun dan apabila usaha