• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Gaya Bahasa dalam Novel Bulan Lebam di Tepian Toba Karya Sihar Ramses Simatupang: Kajian Stilistika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Gaya Bahasa dalam Novel Bulan Lebam di Tepian Toba Karya Sihar Ramses Simatupang: Kajian Stilistika"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Dalam menyusun sebuah karya ilmiah, diperlukan sebuah konsep guna mempermudah penelitian danmemberikan gambaran yang jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian.Isi di dalam konsep adalah tentang istilah-istilah atau pengertian yang akan digunakan di dalam penelitian. Dalam hal ini konsep yang saya angkat adalah tentang pengertian novel, interpretasi serta gaya bahasa.

2.1.1 Novel

Kata novel mulai dikenal pada abad ke-14 dengan istilah novella dari bahasa Italia yang berarti “sebuah kisah”. Novel lebih panjang dan lebih kompleks dibandingkan dengan cerpen.Novel merupakan karya fiksi yang diceritakan secara panjang lebar oleh pengarang dengan menyuguhkan tokoh atau karakter, serangkaian peristiwa, serta latar yang biasanya terdiri dari 35.000 kata bahkan lebih.Novel juga merupakan hasil imajinasi pengarang yang mengandung nilai-nilai estetik dan nilai-nilai moral dari aspek-aspek kehidupan manusia.Dewasa ini, novel memiliki peran penting di dalam kehidupan manusia atau masyarakat di suatu Negara.Diantaranya, berperan sebagai media aspirasi masyarakat, media pendidikan, moral, dan budaya, serta sebagai hiburan di dalam masyarakat.

(2)

menit, (3) Jumlah halaman novel minimal 100 halaman, 4) Novel bergantung pada pelaku dan mungkin lebih dari satu pelaku, (5) Novel menyajikan lebih dari satu impresi, efek dan emosi, (6) Skala novel luas, (7) Seleksi pada novel lebih luas, (8) Kelajuan pada novel kurang cepat, (9)Unsur-unsur kepadatan dan intensitas dalam novel kurang diutamakan.

2.1.2 Interpretasi

Mengkaji sebuah karya sastra tidak bisa lepas dari interpretasi atau penafsiran.Untuk mendalami makna dari sebuah karya sastra melalui pendekatan atau teori tertentu, diperlukan sebuah penafsiran atau interpretasi.Interpretasi yang berarti menafsirkan, berhubungan dengan penjabaran, serta analisis makna yang terlihat ataupun yang tersembunyi di dalam sebuah karya, sehingga maksud sipengarang sastra tersebut dapat diketahui.

Teks sastra terkenal rumit untuk dipahami.Karena, bahasa yang cenderung bertele-tele dan banyaknya penggunaan ungkapan yang khas serta penggunaan gaya bahasa membuat teks sastra tersebut mesti diidentifikasi melalui interpretasi berdasarkan pemikiran yang matang. Sehingga, muncul ide pemaknaan pada sastra tersebut. Tingkat penafsiran yang optimal bergantung pada kecermatan interpreter (si penafsir). Untuk itu, seorang interpreter mesti mimiliki wawasan tentang tata bahasa, sastra, dan budaya secara mendalam

2.1.3 Gaya Bahasa

(3)

pastinya mengadungunsur-unsurgaya bahasa. Gaya bahasa banyak kitatemukan pada wacana sastra seperti novel atau cerpen.

Penggunaan gaya bahasa terhadap karya sastra mempunyai tujuan tertentu, dan tujuan tersebut tergantung pada pengarang karya sastra. Pengarang menyampaikan maksud tertentu dengan cara tertentu. Tujuannya bukan untuk memperumit penafsiran pembaca, namun lebih mengarah pada sisi keindahan karya. Karya sastra yang tanpa dibubuhi gaya bahasa maka akan tampak mati, monoton, dan tidak memiliki warna sehingga minat orang untuk membaca karya sastra tersebut tidak akan ada.

2.2Landasan Teori

Untuk mengetahui dan memahamigaya bahasa yang terdapat pada novelBulan Lebam di Atas Tepian Toba, saya sebagai peneliti menggunakan teori stilistika. Stilistika merupakan ilmu yang mengkaji cara pengarang dalam memanipulasi bahasa dengan tujuan tertentu sehingga pengarang diketahui memiliki ciri atau gaya khas tersendiri. Berdasarkan cakupannya, stilistika yang mengkajigaya bahasa memiliki bagian yaitu diksi (pilihan kata), struktur kalimat, majas dan citraan, pola rima, dan matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam sebuah karya sastra (Sudjiman, 1993:13-14).

2.2.1Stilistika

(4)

“Stilistika adalah suatu ilmu yang digunakan untuk mengkaji cara sastrawan memanipulasi, dengan arti memanfaatkan unsur dan kaidah yang terdapat di dalam bahasa dan efek apa yang ditimbulkan dalam penggunaanya itu. Stilistika juga meneliti ciri khas penggunaan bahasa dalam wacana sastra, ciri-ciri yang membedakannya, atau yang mempertentangkannya dengan wacana nonsastra, meneliti deviasi terhadap tata bahasa sebagai sarana literal. Singkatnya, menurut sudjiman stilistika meneliti fungsi puitik suatu bahasa.”

Satrawan terkadang menyatakan maksud tertentu dengan bahasa tertentu, pada situasi seperti inilah ilmu stilistika dibutuhkan. Sastrawan selalu bermain kata-kata, memanipulasi bahasa, menggunakan struktur bahasa yang tidak biasa bahkan menyimpang dari yang sudah biasa, sehingga pembaca terkadang sulit menyimak makna yang dimaksud pengarang dalam karyanya.Meskipun demikian semua hanya semata-mata demi keindahan karya sastra tersebut.

2.2.1.1Gaya Bahasa/Majas

Menurut Suparman (1986:73) “Gaya bahasa adalah pernyataan dengan pola tertentu, sehingga mempunyai efek tersendiri terhadap pemerhati. Dengan pola materi akan menimbulkan efek lahiriah, sedangkan pola arti akan menimbulkan rohaniah.” Sedangkan menurut Gorys keraf (2006:113) “gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang meperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).” Gaya bahasa sangat diperlukan di dalam karya sastra untuk menambah kesan dan nilai pada karya tersebut.

(5)

untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan baik secara lisan maupun tertulis.”Ada banyak jenis majas di dalam bahasa Indonesia.Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (2007) secara

sederhana majas terdiri dari empat macam, berikut penjelasannya. a. Majas Perbandingan

Majas perbandingan adalah majas atau gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan membandingkannya pada sesuatu yang lain. Majas perbandingan digunakan karena adanya kemiripan sifat, bentuk dan lain-lain. Berikut adalah jenis-jenis majas perbandingan.

1. Alegori adalah menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.

2. Alusio adalah pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena selain ungkapan itu sudah dikenal, pembicara atau penulis ingin juga menyampaikan maksud secara tersembunyi.

3. Simile adalah pengungkapan dengan menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung seperti layaknya, bagaikan, seperti, bagai.

(6)

5. Antropomorfisme adalah bentuk metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.

6. Sinestesia adalah bentuk metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan suati indra untuk dikenakan kepada indra yang lain.

7. Antonomasia adalah penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri sebagai nama jenis.

8. Aptronim adalah pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.

9. Metonemia adalah bentuk pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merk, ciri khas atau menjadi atribut.

10.Hipokorisme adalah penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib antara pembicara dengan yang dibicarakan.

11.Litotes adalah ungkapan berupa mengecilkan fakta dengan tujuan untuk merendahkan diri.

12.Hiperbola adalah cara pengungkapan dengan melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan itu menjadi tidak masuk akal.

13.Personifikasi atau penginsanan adalah cara pengungkapan dengan menjadikan bendamati atau tidak bernyawa sebagai manusia.

(7)

15.Pars prototo adalah sinekdoke berupa ungkapan sebagian dari objek untuk menunjuk keseluruhan objek tersebut.

16.Totum proparte adalah sinekdoke berupa mengungkapkan maksud keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian saja.

17.Eufimisme adalah menggantikan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus. 18.Disfemisme adalah mengungkapkan pernyataan tabu atau dirasa kurang

pantas sebagaimana adanya.

19.Fabel adalah menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.

20.Parabel adalah ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.

21.Perifrase adalah ungkapan yang panjang, sebagai pengganti pengungkapan yang lebih pendek.

22.Eponim adalah majas perbandingan dengan menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.

23.Simbolik adalah melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.

(8)

b. Majas Penegasan

Majas penegasan adalah majas atau gaya bahasa yang digunakan untuk menegaskan sesuatu sehingga menimbulkan kesan atau pengaruh kepada pembaca ataupun pendengar. Berikut ini adalah jenis-jenis majas penegasan.

1. Apofasis adalah penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.

2. Pleonasme adalah menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. 3. Repetisi adalah perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu

kalimat atau wacana.

4. Pararima adalah bentuk perulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.

5. Aliterasi adalah repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.6 6. Paralelisme adalah pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, klausa

yang sejajar.

7. Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berujud perulangan bunyi vokal yang sama.

8. Tautologi adalah gaya bahasa berupa pengulangan kata –kata dengan menggunakan sinonimnya.

9. Sigmatisme adalah pengulangan bunyi ”s” untuk efek-efek tertentu.

(9)

11.Klimaks (klimax: tangga) adalah pemaparan pikiran atau hal berturut-turut dari yang sederhana dan kurang penting meningkat kepada hal atau gagasan yang penting atau kompleks.

12.Antiklimaks (anti: menentang, klimax: tangga) adalah pemaparan hal atau gagasan yang penting atau kompleks menurun kepada pikiran atau hal sederhana dan kurang penting.

13.Inversi atau anastrof adalah menyebutkan terlebih dahulu predikat kalimat suatau kalimat, kemudian subjeknya.

14.Retoris adalah ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung dalam pernyataan tersebut.

15.Elipsis adalah penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal, unsur tersebut seharusnya ada.

16.Koreksio adalah ungkapan dengan menyebutkan hal-halyang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud sesungguhnya. 17.Sindenton (sundetos: kata penghubung) adalah pengungkapan suatu

kalimat atau wacana yang bagian-bagiannya dihubungkan dengan kata penghubung. Bila ungkapan tersebut menggunakan beberapa atau banyak kata penghubung, disebut polisidenton; bila dalam ungkapan tersebut tidak digunakan kata penghubung, disebut asidenton.

18.Interupsi ialah ungkapan berupa menyisipkan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.

(10)

20.Enumerasio adalah ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.

21.Preterito ialah ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnarnya

22.Alonim adalah penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.

23.Kolokasi adalah bentuk asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.

24.Silepsis adalah majas penegasan berupa menggunakan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.

25.Zeugma adalah variasi dari silepsis. Dalam zeugma kata yang digunakan tidak logis dan tidak gramatikal untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

Jenis-jenis majas penegasan telah dijelaskan di atas.jenis majas penegasan yang dipakai di dalam novel Bulan Lebam di Tepian Toba adalah (1) majas tautologi, (2) majas klimaks, (3) anastrof.

c. Majas Pertentangan

Majas pertentangan adalahgaya bahasa yang menyatakan pertentangan. Majas pertentangan mengambaran sesuatu yang berlawanan atau tidak selaras.Berikut adalah jenis-jenis majas pertentangan.

1. Paradoks adalah cara pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.

(11)

3. Antitesis adalah pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.

4. Kontradiksi interminus adalah pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya

5. Anakronisme adalah ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian antara peristiwa dengan waktunya.

Dari ke-5 majas pertentangan yang telah dijelaskan di atas, yang bisa kita temui pada novel BulanLebam di Tepian Toba adalah majas paradoks.

d. Majas Sindiran

Majas sindiran adalah majas atau gaya bahasa yang digunakan untuk menyindir seseorang atau sesuatu dengan maksud dan tujuan tertentu. Berikut adalah jenis-jenis majas sindiran.

1. Ironi adalah sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.

2. Sarkasme adalah sindiran langsung dan kasar.

3. Sinisme adalah ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia. Karena itu sinisme bersifat lebih kasar dibandingkan ironi.

4. Satire adalah ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dsb.

(12)

sindiran yang bisa kita jumpai pada novel tersebut adalah 1) sarkasme, 2) ironi, 3) inuendo.

2.2.1.2 Diksi

Menurut Gorys Keraf (2006:23) “Gaya bahasa adalah bagian dari diksibertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi.” Gaya bahasa dalam sebuah karya sastra tentu tidak lepas dari aspek diksi atau pilihan kata.Pemakaian kata atau bahasa harus bisa menyampaikan ide, atau gagasan yang dimaksudkan oleh pemakai bahasa tersebut, sehingga terjadi komunikasi yang baik serta terhindar dari kesimpangsiuran makna.

Menurut Gorys Keraf (2006:88) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai ketepatan diksi yaitu, sebagai berikut:

1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi,

2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir sama, 3. Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya,

4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri,

5. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang mengandung akhiran tersebut,

6. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatik,

7. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus mambedakan kata umum dan kata khusus,

(13)

9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal,

10.Memperhatikan kelangsungan pilihan kata. 2.3 Tinjauan Pustaka

Novel Bulan Lebam di Tepian Toba karya Sihar Ramses adalah salah satu novel yang cukup terkenal.Terbukti dari rating novel tersebut tinggi. Dengan begitu,tidak salah kalau kehadiran novel Bulan Lebam di Tepian Toba telah menarik perhatianbanyak ahli atau masyarakat untuk memberikan komentar atau pengulasan-pengulasan terhadap novel tersebut, serta pemaparan berupa kritik ataupun apresiasi yang dituliskan diberbagai situs blog dan media cetak.

Elida Sitorus (2012), didalam Blog-nya membahas adat, budaya dan nilai sosial yang terkandung pada novel Bulan Lebam di Tepian karya Sihar Ramses Simatupang. Munurut Elida, novel tersebut kaya akan nilai sosial serta budaya. Budaya yang dimaksud adalah budaya batak toba.menurutnya, pengarang membubuhi cerita dengan konteks budaya toba, sehingga banyak istilah-istilah bahasa toba yang melekat pada cerita novel tersebut.

Imam Muhtarom memberikan asumsinya lewat sebuah artikel yang dimuat di Koran Jawa Pos tanggal 16 Agustus 2009. Beliau mengatakan bahwa novel

Bulan Lebam diTepian Toba mencerminkan perjuangan individu dengan

mempercayakan kemampuan individunya untuk menjadi modern.

(14)

diTepian Toba memiliki keindahan bahasa yang mampu memberikan

penggambaran yang membawa imajinasi pembacanya menerawang, Menerawang kepada keindahan huta, menerawang keindahan danau, angin yang semilir bahkan rerumputan yang berbunga warna-warni.

Retno Dwi Dandayani, merupakan mahasiswa universitas Sebelas Maret yang mengangkat stilistika sebagai landasan teori pada skripsinya yang berjudul Kajian Stilistika Novel Sirah karya AY. Suharyana (2010). Retno

Referensi

Dokumen terkait

Dari rumusan tujuan pendidikan nasional kita dapat menyimpulkan bahwa manusia Dari rumusan tujuan pendidikan nasional kita dapat menyimpulkan bahwa manusia yang

Rancangan transducer sederhana dari bahan piezoelektrik ini secara berurutan adalah diawali de- ngan bahan backing material (pendukung , peredam), elektroda, bahan

Sebagai fungsi penelitian perpustakaan menyediakan berbagai jenis informasi sebagai penunjang kegiatan penelitian. Informasi yang disediakan sesuai dengan

dapat disimpangi oleh para pihak yang membuat perjanjian tersebut namun tidak menghilangkan pasal ini dari peredaran hukum para pihak. Pasal 1131 BW tidak serta

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian perancangan sistem kriptografi kurva eliptik terhadap data audio digital terkompresi menghasilkan sebuah sistem kriptografi

Objek Ilmu Hadis Riwayah ialah bagaimana cara menerima, menyampaikan kepada orang lain, memindahkan atau mendewankan, ilmu ini tidak membicarakan tentang syadz

Model yang dikembangkan oleh Van Dijk tersebut dapat digunakan untuk mengkaji sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui pemaknaan dari film religi

Oleh karena itu, penulis memberikan gagasan, argumentasi, dan buah pikiran terhadap permasalahan tersebut yang dituangkan dalam bentuk Penulisan Hukum (Skripsi) yang