BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pemberian ASI eksklusif merupakan investasi terbaik bagi kesehatan
dan kecerdasan anak (Depkes, 2007). Manfaat pemberian ASI eksklusif sesuai dengan salah satu tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs)
yaitu mengurangi tingkat kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu, WHO (2009) menyatakan bahwa sekitar 15% dari total kasus kematian anak dibawah usia lima tahun di Negara berkembang disebabkan oleh pemberian
ASI tidak eksklusif. Berbagai masalah gizi kurang maupun gizi lebih juga timbul akibat dari pemberian makanan sebelum bayi berusia 6 bulan (Baker,
et al, 2004).
Inisiasi Menyusui Dini maupun ASI Eksklusif yaitu berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997, cakupan
ASI eksklusif (pemberian air susu ibu kepada bayi sampai dengan usia 4 bulan) di Indonesia baru mencapai 52% dari yang ditetapkan sebesar 80%
pada tahun 2005. Meskipun pencapaian tersebut lebih baik dari Brazil, yaitu 42% pada tahun 1996, tetapi masih lebih rendah bila dibandingkan dengan Cuba yang telah mencapai 72% pada tahun 1996 (Maryunani, 2012 : 3 - 4).
Menurut data SDKI tahun 2002 -2003, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 4 bulan hanya 55%, dan sampai usia 6 bulan
sebesar 39,5%, padahal target Indonesia Sehat 2010 sebesar 80%, bayi diberi ASI eksklusif sampai 6 bulan (Maryunani. 2012 hlm. 4).
Menurut Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes tahun 2003
hanya 8,3%, 4-36% pada satu jam pertama bayi baru lahir, 3,7% bayi yang
memperoleh ASI pada hari pertama (Maryunani, 2012 hlm. 4).
Dalam penelitian Wahyuni (2013) mengatakan bahwa setelah mengkonsumsi jantung pisang batu rata-rata peningkatan produksi ASI
menjadi 9,75 kali dengan standard deviasi sedangkan yang tidak mengkonsumsi jantung pisang batu rata-rata frekuensi menyusui adalah 5,7
kali dengan standard deviasi. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan rancangan sebelum dan sesudah intervensi. Desain penelitian menggunakan one group before and after intervention design, atau pre and
post design, dengan jumlah populasi adalah 60 ibu post partum <40 hari yang
menyusui padasetiap BPS di Wilayah Puskesmas Srikuncoro Kabupaten
Bengkulu Tengah. Pengambilan sampel menggunakan tehnik random sampling 33% dari jumlah populasi, maka diperoleh jumlah sampel 20 orang
(Wahyuni et al, 2012).
Produksi Air Susu Ibu (ASI) dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi kelenjar payudara, adapun salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi produksi ASI antara lain status gizi ibu (Maryunani, 2012).
Agar ibu berhasil dalam memberikan ASI secara eksklusif, maka ibu
yang sedang menyusui bayinya harus mendapat tambahan makanan untuk menghindari kemunduran dalam pembuatan dan produksi ASI. Jika makanan
ibu terus menerus tidak memenuhi asupan gizi yang cukup, tentu kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam payudara ibu tidak akan bekerja dengan sempurna dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI
Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati nya, mempunyai potensi
yang sangat besar untuk menyediakan obat alami, mengingat banyak tumbuhan obat yang tumbuh dengan baik. Sejak dulu, bangsa Indonesia telah mengenal tanaman obat dan memanfaatkan untuk menjaga kesehatan dan
mengobati penyakit (Murtiana, 2011).
Salah satu jenis keanekaragaman hayati tersebut adalah susu kedelai
yang terbuat dari kacang kedelai. Dipilihnya susu kedelai untuk dapat meningkatkan produksi ASI karena kedelai mengandung protein 35% bahkan pada varietas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40-43%.
Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih
tinggi hampir menyamai kadar protein susu skim kering (Soetjiningsih, 1997).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh konsumsi susu kedelai terhadap
produksi ASI (Air Susu Ibu) ? C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh mengkonsumsi susu kedelai terhadap produksi ASI di klinik Wipa
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik ibu yang mengkonsumsi susu kedelai
b. Menguji perbedaan produksi ASI pada ibu menyusui berdasarkan
berat badan bayi saat lahir dan berat badan bayi setelah 1 bulan kontrol di Klinik Wipa.
c. Menguji perbedaan produksi ASI pada ibu menyusui berdasarkan
berat badan bayi saat lahir dan berat badan bayi setelah 1 bulan intervensi di Klinik Wipa.
d. Menguji perbedaan berat badan bayi setelah sebulan penelitian
terhadap kelompok kontrol dan kelompok intervensi di Klinik Wipa. D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan menambah dan memperluas pengetahuan
peneliti mengenai pengaruh konsumsi susu kedelai terhadap produksi ASI dan dapat digunakan dalam penelitians selanjutnya.
b. Bagi Pelayanan Kebidanan
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah informasi, pengembangan ilmu asuhan kebidanan nifas bahwa kacang kedelai dapat
dapat mempengaruhi produksi ASI. c. Bagi Masyarakat (Ibu Menyusui)
Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai pengaruh
konsumsi susu kedelai terhadap produksi ASI, sehingga masyarakat khususnya ibu menyusui dapat memanfaatkan susu kedelai untuk upaya
meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif. d. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai intervensi
tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kepada ibu yang menyusui