• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Pada Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Pada Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Landasan Teori

Landasan teori ini dijelaskan teori-teori yang mendukung perumusan hipotesis, serta sangat membantu dalam analisis hasil-hasil penelitian nantinya.

2.1.1. Kualitas Audit

Sampai saat ini belum ada definisi yang pasti mengenai apa dan bagaimana kualitas audit yang baik itu. Tidak mudah untuk menggambarkan dan

mengukur kualitas audit secara obyektif dengan beberapa indikator. Hal ini dikarenakan kualitas audit merupakan sebuah konsep yang kompleks dan sulit dipahami, sehingga sering kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat dan

kualitasnya. Hal ini terbukti dari banyaknya penelitian yang menggunakan dimensi kualitas audit yang berbeda-beda.

De Angelo (dalam Alim dkk, 2007) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada

sistem akuntansi auditee. Sedangkan Deis dan Groux (dalam Alim dkk, 2007) menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung

pada independensi auditor.

Kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor atau akuntan pemeriksa

menemukan penyelewengan dalam sistem akuntansi suatu unit atau lembaga, kemudian melaporkannya dalam laporan audit (Nasrullah Djamil). Probabilitas menemukan adanya penyelewengan tergantung pada kemampuan teknikal dari

(2)

profesionalisme dan struktur audit perusahaan. Sedangkan probabilitas melaporkan penyelewengan tersebut dalam laporan audit tergantung pada

independensi auditor dalam menjaga sikap mentalnya.

Kualitas audit pada sektor publik lebih rendah dibandingkan dengan

kualitas audit pada sektor swasta. Rendahnya kualitas audit pada auditor pemerintah, menurut Brown & Raghunandan, karena mereka dihadapkan pada litigation risk yang rendah. Dan perbedaan tersebut kemungkinan dikarenakan:(1) tipe auditor firm dan auditee yang berbeda, (2) sifat industri dan proses audit yang berbeda, (3) tipe kualitas yang melakukan review, dan (4) metode pemilihan audit

untuk melakukan review yang berbeda.

Dalam sektor publik, Government Accountability Office (GAO) mendefinisikan kualitas audit sebagai ketaatan terhadap standar profesi dan ikatan kontrak selama

melaksanakan audit (Lowenshon et al, 2005). Standar audit menjadi bimbingan dan ukuran kualitas kinerja auditor (Messier et al, 2005). Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor PER/05/M.PAN/03/2008, pengukuran kualitas audit atas laporan keuangan, khususnya yang dilakukan oleh APIP, wajib

menggunakan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

Audit yang berkualitas adalah audit yang dapat ditindaklanjuti oleh auditee. Kualitas ini harus dibangun sejak awal pelaksanaan audit hingga pelaporan dan

pemberian rekomendasi. Dengan demikian, indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas audit antara lain kualitas proses, apakah audit dilakukan dengan

cermat, sesuai prosedur, sambil terus mempertahankan sikap skeptis.

2.1.2. Kompetensi

(3)

ahli. Dimana ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari

pelatihan dan pengalaman. Saifuddin (2004) mendefinisikan bahwa seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan

dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Lee dan Stone (1995), mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara

objektif. Sri lastanti (2005) mengartikan keahlian atau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas

yang ditunjukkan dalam pengalaman audit.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan auditor untuk dapat

melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Hayes-Roth mendefinisikan keahlian sebagai pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman

terhadap masalah yang timbul dari lingkungan tersebut, dan keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut (Mayangsari, 2003).

Dalam standar audit APIP disebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh orang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. Dengan demikian, auditor belum memenuhi persyaratan jika ia tidak memiliki pendidikan

dan pengalaman yang memadai dalam bidang audit. Dalam audit pemerintahan, auditor dituntut untuk memiliki dan meningkatkan kemampuan atau keahlian bukan

hanya dalam metode dan teknik audit, akan tetapi segala hal yang menyangkut pemerintahan seperti organisasi, fungsi, program, dan kegiatan pemerintah.

(4)

penguasaan terhadap standar akuntansi dan auditing, namun juga penguasaan terhadap objek audit. Selain dua hal di atas, ada tidaknya program atau proses

peningkatan keahlian dapat dijadikan indikator untuk mengukur tingkat kompetensi auditor.

2.1.3Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja adalah proses pembentukan pengetahuan atau keterampilan tentang metode suatu pekerjaan karena keterlibatan karyawan tersebut dalam

pelaksanaan tugas pekerjaan Manulang (1984). Dalam pekerjaan profesional auditing, pendidikan formal saja tidak cukup untuk menghasilkan auditor yang profesional dan

berkualitas tinggi. Dibutuhkan adanya pengalaman kerja dalam mendukung kesuksesan sebagai auditor yang berkualitas. Pengalaman bagi auditor merupakan nilai tambah bagi dirinya dan dapat mendukung terciptanya kualitas audit yang diharapkan.

Menurut Libby dan Trotman dalam jurnal Maksi Vol 1 (2002:5), seorang auditor professional harus mempunyai pengalaman yang cukup tentang tugas dan

tanggung jawabnya. Pengalaman auditor akan menjadi bahan pertimbangan yang baik dalam mengambil keputusan.

Menurut Loeher (2002) dalam Elfarini (2007), pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama benda alam, keadaan, gagasan,

dan penginderaan. Libby dan Frederick (1990) dalam Elfarini (2007) menemukan bahwa auditor yang lebih berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik

(5)

berdasarkan tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari.

2.1.4. Latar belakang Pendidikan

Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk membekali individu dengan pengalaman dan keterampilan sehingga individu tersebut dapat

mengembangkan potensi yang dimilikinya (Dwiyogi, 2008).

Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebaiknya disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi yang

dilaksanakan, sebagaimana yang disyaratkan dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/ 03/2008 tanggal 31 Maret

2008 poin 2210 tentang standar umum dijelaskan bahwa latar belakang pendidikan Aparat pengawasan intern Pemerintah mempunyai tingkat pendidikan formal minimal strata satu (S-1) atau yang setara. Subhan (2011) menjelaskan bahwa semakin tinggi

tingkat latar belakang pendidikan pemeriksa/pengawas maka kualitas hasil audit dan kinerja pemeriksa/pengawas tersebut akan meningkat.

2.1.5. Motivasi

Terry (dalam Moekijat, 2002) mendefinisikan motivasi sebagai keinginan di

dalam seorang individu yang mendorong ia untuk bertindak. Sedangkan menurut Panitia Istilah Manajemen Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, motivasi adalah proses atau faktor yang mendorong orang untuk bertindak atau

berperilaku dengan cara tertentu; yang prosesnya mencakup: pengenalan dan penilaian kebutuhan yang belum dipuaskan, penentuan tujuan yang akan memuaskan

(6)

hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Ahli yang mencoba merumuskan kebutuhan-kebutuhan manusia, di antaranya adalah Abraham Maslow. Maslow telah menyusun “tingkatan kebutuhan manusia”, yang pada

pokoknya didasarkan pada prinsip, bahwa (Wahjosumidjo, 1987):

1) Manusia adalah “ binatang yang berkeinginan”;

2) Segera setelah salah satu kebutuhannya terpenuhi, kebutuhan lainnya akan muncul; 3)Kebutuhan-kebutuhan manusia nampak diorganisir ke dalam kebutuhan yang

bertingkat-tingkat;

4)Segera setelah kebutuhan itu terpenuhi, maka mereka tidak mempunyai pengaruh

yang dominan, dan kebutuhan lain yang lebih meningkat mulai mendominasi Maslow merumuskan lima jenjang kebutuhan manusia, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut (Wahjosumidjo, 1987):

1) Kebutuhan mempertahankan hidup (Physiological Needs). Manifestasi kebutuhan ini tampak pada tiga hal yaitu sandang, pangan, dan papan.

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan primer untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan biologis.

2) Kebutuhan rasa aman (Safety Needs). Manifestasi kebutuhan ini antara lain adalah kebutuhan akan keamanan jiwa, di mana manusia berada, kebutuhan keamanan harta, perlakuan yang adil, pensiun, dan jaminan hari tua.

3) Kebutuhan social (Social Needs). Manifestasi kebutuhan ini antara lain tampak pada kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain (sense of belonging), kebutuhan untuk maju dan tidak gagal (sense of achievement), kekuatan ikut serta (sense of participation).

(7)

semakin tinggi pula prestisenya.

5) Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja (self actualization), kebutuhan ini bermanifestasi pada keinginan mengembangkan kapasitas mental dan kerja melalui seminar, konferensi, pendidikan akademis, dan lain-lain.

Menurut Suwandi (2005), dalam konteks organisasi, motivasi adalah pemaduan antara kebutuhan organisasi dengan kebutuhan personil. Hal ini akan mencegah terjadinya ketegangan / konflik sehingga akan membawa pada

pencapaian tujuan organisasi secara efektif.

Sehubungan dengan audit pemerintah, terdapat penelitian mandiri mengenai

pengaruh rewards instrumentalities dan environmental risk factors terhadap motivasi partner auditor independen untuk melaksanakan audit pemerintah. Penghargaan (rewards) yang diterima auditor independen pada saat melakukan audit pemerintah

dikelompokkan ke dalam dua bagian penghargaan, yaitu penghargaan intrinsik (kenikmatan pribadi dan kesempatan membantu orang lain) dan penghargaan

ekstrinsik (peningkatan karir dan status). Sedangkan faktor risiko lingkungan (environmental risk factors) terdiri dari iklim politik dan perubahan kewenangan.

2.2 Review Penelitian Terdahulu

(8)

Tabel 2.1

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 Independensi, dan Motivasi Terhadap kualitas audit aparat Inspektorat dalam pengawasan keuangan

Independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, sehingga independensi yang dimiliki aparat inspektorat tidak menjamin apakah yang bersangkutan akan melakukan audit secara berkualitas.

2 Batubara (2008)

Analisis Pengaruh Latar Belakang, pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil audit (studi empiris pada bawasko medan)

V. Dependen : Kualitas hasil audit V.Independen:

Latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan dan independensi pemeriksa

Latar belakang pendidikan tidak berpengaruh secara parsial terhadap kualitas hasil audit tentang proses audit internal, instuisi, pemahaman

terhadap SAP dan

pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah terhadap peran inspektorat dalam review laporan keuangan daerah

V. Dependen :

peran inspektorat dalam review laporan keuangan V.Independen:

pengetahuan tentang proses audit internal, instuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah

Pemahaman terhadap

SAP berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap peran inspektorat dalam review laporan keuangan daerah

4 Mayang

sari (2005)

Analisis Pengaruh independensi kualitas audit, serta mekanisme corporate audit, serta mekanisme corporate governance

Spesialisasi auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan dan Keahlian Profesional Auditor Internal terhadap kualitas audit dengan pengalaman kerja sebagai variabel moderating

Pengalaman kerja tidak mampu memoderating pengaruh independensi dan keahlian professional dalam melaksanakan tugasnya

Pengaruh gangguan pribadi, ekstern dan organisasi terhadap independensi pemeriksa (studi empiris pada inspektorat kabupaten Deli Serdang) dan gangguan pribadi, gangguan yang disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan yang mungkin mengakibatkan pemeriksa membatasi pemeriksaan.

(9)

7

Sari Zawitri

(2009)

Analisis Faktor-faktor penentu kualitas audit yang dirasakan dan kepuasaan auditee di Pemerintahan Daerah conduct of audit field work, involvement of audit committee, member characteristics, dan skeptical attitude.

3 variabel atribut kualitas Audit (responsivenes, conduct of audit field work, dan member characteristics) berhubungan positif dan signifikan terhadap perceived audit quality (kualitas audit yang dirasakan).

8 Diani

(2006)

Pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan terhadap kualitas hasil kerja auditor

V. Dependen :

kualitas hasil kerja auditor

V.Independen: akuntabilitas

Untuk kompleksitas pekerjaan rendah pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor sedangkan untuk kompleksitas pekerjaan tinggi kualitas hasil kerja auditor dapat ditingkatkan dengan akuntabilitas tinggi yang didukung oleh pengetahuan audit yang tinggi.

9

Nizanul dan Trisni

(2006)

Pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dan etika auditor sebagai variabel moderasi

Kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan Auditor terhadap kualitas audit laporan keuangan pemerintah

V. Dependen : Kualitas audit V.Independen: Profesionalisme

Gambar

Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Sentra ikan Bulak Surabaya merupakan Pusat Wisata Kampung Nelayan Bulak Surabaya, yang kurang diminati oleh para pedagang di sekitar Kampung Nelayan

Dari Tabel 7 didapat hasil pengukuran kandungan bahan organik dari tiga perlakuan, dimana perlakuan K1 (pemberian air 100% kapasitas lapang) memiliki kandungan bahan organik

Laporan Capaian Kompetensi atau Rapor adalah kumpulan nilai dan deskripsi penguasaan kompetensi seluruh mata pelajaran masing-masing peserta didik, yang merupakan rekaman

Effect of range of soil water characteristic curve measurements on estimation of permeability function.. Formulasi Efek Sifat Fisik Tanah Terhadap Permeabilitas dan Suction Head

Fahmi, F., 2014, “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Kayu Untuk Pembuatan Gitar Menggunakan Metode Simple Additive Weighting Berbasis WEB”, Laporan Skripsi Program

Sehingga dari latar belakang masalah tersebut peneliti memberikan solusi dengan cara membuat animasi yang menggambarkan dan menceritakan permainan yang ada di museum

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas limpahan berkah dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Tugas

Salah satu Sub Modul dalam penelitian ini adalah Sumber Daya Alam yang merekap data dan informasi tentang pertanian, kehutanan, kelautan, pertambangan, energi,