• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Potensi Ekonomi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Potensi Ekonomi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pembangunan Ekonomi

Menurut Sukirno (2002), pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Di sini ada dua aspek penting yang saling berhubungan erat yaitu pendapatan total atau yang lebih dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk.

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional yang melibatkan kepada seluruh perubahan besar baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan (disparitas) dan pengangguran (Todaro, 2011).

Ada empat model pembangunan (Suryana, 2000) yaitu model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, penghapusan kemiskinan dan model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan atas model pembangunan tersebut, semua itu bertujuan pada perbaikan kualitas hidup, peningkatan barang dan jasa, penciptaan lapangan kerja baru dengan upah yang layak, dengan harapan tercapainya tingkat hidup minimal untuk setiap rumah tangga.

(2)

nasional. Hal tersebut sangat ditentukan keadaan pembangunan secara kedaerahan.

2.2 Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Dalam Teori Klasik Adam Smith menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan penduduk. Jumlah penduduk yang bertambah akan memperluas pangsa pasar, dan perluasan pasar akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Lebih lanjut, spesialisasi akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga meningkatkan upah dan keuntungan. Dengan demikian, proses pertumbuhan akan terus berlangsung sampai seluruh sumber daya termanfaatkan.

Sementara itu David Ricardo, mengemukakan pandangan yang berbeda dengan Adam Smith. Menurutnya, perkembangan penduduk yang berjalan cepat pada akhirnya akan menurunkan kembali tingkat pertumbuhan ekonomi ke taraf yang rendah. Pola pertumbuhan ekonomi menurut Ricardo berawal dari jumlah penduduk rendah dan sumber daya alam yang relatif melimpah.

(3)

menerapkan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter serta pengawasan secara langsung.

Pertumbuhan ekonomi dapat dinilai sebagai dampak kebijaksanaan pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan (Sirojuzilam, 2008).

Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor penting (Arsyad, 2010) yaitu:

1. Akumulasi Modal

Akumulasi modal adalah semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal dan sumber daya manusia (human resources), akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang. Akumulasi modal akan menambah sumber daya yang telah ada.

2. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Namun kemampuan merangsang pertumbuhan ekonomi tergantung pada kemampuan sistem ekonomi yang berlaku dalam menyerap dan mempekerjakan tenaga kerja yang ada secara produktif.

(4)

Menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional.

2.3 Produk Domestik Regional Bruto

Informasi hasil pembangunan ekonomi yang telah dicapai dapat dimanfaatkan sebagai bahan perencanaan maupun evaluasi pembangunan. Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah adalah melalui penyajian angka-angka pendapatan regional (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat didefenisikan sebagai estimasi total produk barang dan jasa yang diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya (Harahap, 2014).

Dalam perhitungan pendapatan nasional, terdapat dua metode yaitu:

1. Metode langsung, yaitu perhitungan nilai tambah dari suatu lapangan usaha/sektor atau subsektor suatu wilayah dengan cara mengalokasikan angka pendapatan nasional.

2. Metode tidak langsung, yaitu metode alokasi pendapatan nasional dengan memperhitungkan nilai tambah sektor/subsektor suatu wilayah dengan cara mengalokasikan angka pendapatan nasional berdasarkan jumlah produksi fisik, nilai produksi fisik, nilai produksi bruto atau neto, tenaga kerja dan alokator tidak langsung.

(5)

1. Pendekatan Produksi (Production Approach), yaitu menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya tiap sektor/subsektor.

2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach), yaitu menghitung nilai tambah suatu kegiatan ekonomi dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor-faktor produksi seperti upah/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto.

3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu menghitung nilai tambah suatu kegiatan ekonomi yang bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi.

Metode umum perhitungan pendapatan nasional di Indonesia adalah dengan metode langsung dan pendekatan produksi. Perlu diperhatikan bahwa dalam menjumlahkan hasil produksi barang dan jasa, haruslah dicegah perhitungan ganda (Double Counting). Hal ini penting karena sering terjadi bahan mentah suatu sektor dihasilkan oleh sektor lain, sehingga nilai bahan mentah tersebut telah dihitung pada sektor yang menghasilkannya.

2.4 Pembangunan dan Pertumbuhan Daerah

(6)

Pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu daerah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di daerah tersebut (Tarigan, 2005).

Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat dalam era otonomi daerah. Hal ini dikarenakan dalam otonomi daerah masing-masing daerah berlomba-lomba meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya, guna meningkatkan kemakmuran masyarakatnya. Oleh karena itu, pembahasan tentang struktur dan faktor penentu pertumbuhan daerah akan sangat penting artinya bagi pemerintah daerah dalam menentukan upaya-upaya yang dapat dilakukan bagi mendorong pertumbuhan ekonomi di daerahnya (Sjafrizal, 2008).

Perhitungan pendapatan daerah pada awalnya dibuat pada harga berlaku, namun agar dapat melihat dari kurun waktu ke waktu berikutnya harus dinyatakan dengan nilai riil, artinya dinyatakan dalam nilai konstan. Pendapatan daerah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu daerah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di daerah tersebut oleh seberapa besar terjadinya transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar daerah atau mendapat aliran dari luar daerah (Septa, 2007).

2.5 Sektor Unggulan dan Kriteria Sektor Unggulan

Menurut Ambardi dan Socia (2002), kriteria komoditas unggulan yang bisa menjadi motor penggerak pembangunan suatu daerah, diantaranya:

(7)

yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan, maupun pengeluaran.

2. Komoditas unggulan mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang kuat, baik sesama komoditas unggulan maupun komoditas lainnya.

3. Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi, kualitas pelayanan, maupun aspek-aspek lainnya.

4. Komoditas unggulan daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lain, baik dalam hal pasar (konsumen) maupun pemasokan bahan baku (jika bahan baku di daerah sendiri tidak mencukupi atau tidak tersedia sama sekali).

5. Komoditas unggulan memiliki status teknologi yang terus meningkat, terutama melalui inovasi teknologi.

6. Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksinya.

7. Komoditas unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai dari fase kelahiran, pertumbuhan, puncak hingga penurunan. Di saat komoditas unggulan yang satu memasuki tahap penurunan, maka komoditas unggulan lainnya harus mampu menggantikannya.

8. Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal. 9. Pengembangan komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai bentuk

dukungan. Misalnya, dukungan keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentif/disinsentif, dan lain-lain.

(8)

2.6 Tipologi Klassen

Menurut Widodo (2006), teknik Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan sektoral daerah. Menurut Tipologi Klassen, masing-masing sektor ekonomi di daerah dapat diklasifikasikan sebagai sektor yang prima, berkembang, potensial dan terbelakang. Analisis mendasarkan pengelompokan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi sektor tertentu terhadap total PDRB suatu daerah. Dengan menggunakan analisis Tipologi Klassen, suatu sektor dapat dikelompokkan ke dalam 4 kategori, yaitu:

a. Sektor Prima b. Sektor Potensial c. Sektor Berkembang d. Sektor Terbelakang

Penentuan kategori suatu sektor ke dalam 4 kategori tersebut didasarkan pada laju pertumbuhan kontribusi sektoralnya dan rerata besar kontribusi sektoralnya terhadap PDRB, seperti dalam Tabel berikut.

Tabel 2.1 Matrik Tipologi Klassen

Rerata Kontribusi sektoral trhdp PDRB Rerata Laju

Pert Sektoral

Y sektor ≥ Y PDRB Y sektor < Y PDRB

(9)

Keterangan:

Y sektor = nilai sektor ke i Y PDRB = rata-rata PDRB

r sektor = laju pertumbuhan sektor i r PDRB = laju pertumbuhan PDRB

2.7 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang terkait berdasarkan judul dan variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

No. Penulis /

Sektor jasa menjadi sektor maju dan tumbuh pesat sekaligus sektor basis dan unggulan di tiap Kabupaten/Kota kawasan Mebidangro. Selama periode penelitian, sektor ekonomi

mengalami pergeseran kuadran. Kabupaten Deli Serdang merupakan kabupaten yang memiliki indeks gravitasi paling kuat dengan Kota Medan.

2. Tri (2014)

Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Jepara Tahun 2011

(10)

Kabupaten Jepara (13 Kecamatan), kemudian sektor pertanian (10 kecamatan), sektor industri

pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor jasa (7

Kecamatan). 3. Putra

(2013)

Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Kabupaten/kota mempunyai potensi masing-masing sesuai dengan kondisinya. Sektor Petanian, Sektor pertambangan dan penggalian, sektor Industri pengolahan serta sektor jasa-jasa merupakan sektor basis yang dominan di Provinsi DIY karena 3 Kabupatennya mempunyai

basis/unggulan di sektor ini;

sedangkan sektor lainnya bervariasi khusus sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pengangkutan dan komunikasi hanya dimiliki Kota Yogyakarta sekaligus sebagai Kota yang paling banyak memiliki sektor basis sama seperti Kabupaten Sleman (5 Sektor basis).

4. Abidin

Kabupaten Asahan mempunyai tiga sektor unggulan yaitu sektor

pertanian, sektor industri dan sektor listrik gas dan air. Sektor Pertanian mempunyai LQ sebesar 1,64 secara konsisiten setiap tahun penelitian. Dengan demikian 64% hasil pertanian Kabupaten Asahan di ekspor keluar dari Kabupaten Asahan. Sektor industri mempunyai LQ rata-rata tiap tahun yaitu sebesar 1,3 yang berararti bahwa output dari sektor industri dapat di ekspor ke daerah lain sebesar 30%. Sektor listrik gas dan air

mempunyai lQ sebesar rata-rata per tahun 1,6 artinya sektor ini menjual keluar daerah sebesar 60 %.

5. Nudiatulhuda (2007)

Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota Di Provinsi Sulawesi Tengah

(11)

LQ, Shift-Share, Tipologi daerah dan pertumbuhan sektoral, dapat ditentukan Kabupaten/Kota yang menjadi prioritas pengembangan sektor-sektor unggulan yang dimiliki. Kabupaten Tojo Una-Una

mempunyai prioritas pertama untuk pengembangan wilayah semua sektor basis yang dimilikinya.

Sumber : kumpulan jurnal ilmiah, 2014

2.8 Kerangka Konseptual

Kerangka berfikir menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Menurut Sugiyono (2012), kerangka konseptual atau kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.

(12)

Maka, kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat seperti di bawah ini.

Potensi Ekonomi Wilayah Kecamatan di

Kabupaten Nias Selatan Analisis

Geografi

Batas Wilayah Administrasi

Pendekatan MFEP

Analisis Demografi & Ketenagakerjaan

Proyeksi Penduduk

Ketersediaan TK

Mapping Potensi Ekonomi Daerah

Perkembangan Ekonomi Makro

(PDRB)

Struktur Pert. Sektor Daerah Kab. Nias Selatan

(Tipologi Klassen)

Gambar

Tabel 2.1 Matrik Tipologi Klassen
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

SOAL DAN PEMBAHASAN TRANSFORMASI

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir Menguasai bahasa Madura lisan dan tulis, reseptif Menilai penggunaan bahasa Madura pada Tingkat keilmuan yang mendukung mata

Anak- anak tersebut mungkin dapat menjadi sangat sensitifatau bahkan tidak responsif terhadap rangsangan- rangsangan dari kelima panca inderanya (pendengaran, sentuhan, penciuman,

Serta memberikan kontribusinya terhadap pengguna internet dapat mengakses dan berlangganan Voucher Pulsa Celluler untuk keperluan pribadi maupun untuk komersil dan terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemerolehan kata ulang bahasa Indonesia lisan pada anak autistik ringan serta mendeskripsikan hubungan teori behaviorisme Watson

Penelitian ini memberi dua kontribusi, pertam a, bagi literatur akuntansi internasional, penelitian ini memperluas penelitian sebelumnya (yaitu A li and Wong 2000; Bali

Pola Gotong Royong Dan Model Revitalisasinya Pada Masyarakat Batak Toba.Medan : Lembaga Penelitian Universitas Sumatera

atau marsirumpa yang berarti mengerjakan suatu kegiatan secara bersama-sama secara tanpa mengharapkan sebuah upah. Hampir semua aspek kehidupan orang Batak Toba pada zaman