BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah suatu studi tentang cara-cara individu berinteraksi dalam kelompok kecil. Komunikasi kelompok (group communication) termasuk komunikasi tatap muka karena komunikator dan komunikan berada dalam situasi saling berhadapan dan saling melihat. (Effendy, 1992:8)
Orientasi diskusi kelompok adalah pesan-pesan yang disampaikan pada pihak lain serta umpan balik yang mereka terima. Bentuk komunikasi kelompok masyarakat komunikasi tatap muka dalam melibatkan 3 individu atau lebih, anggotanya lebih suka dikenal dengan identitas kelompoknya dan mempunyai kesadaran mendalam akan tujuan kelompok. (Pratikto, 1987:22-24)
Komunikasi kelompok adalah komunikasi dengan sejumlah komunikan. Karena jumlah komunikan itu menimbulkan konsekuensi, jenis ini diklasifikasikan menjadi komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar. Dasar pengklasifikasiannya bukan pada jumlah yang dihitung secara matematis, melainkan kesempatan komunikan dalam menyampaikan tanggapannya. (Effendy, 1992:8)
orang. Sedangkan sebagian lainnya ditentukan oleh tujuan kelompok. (Curtis, Floyd, & Wonsor, 1996:149).
2.1.1. Komunikasi Kelompok Kecil
Suatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil apabila situasi komunikasi seperti itu dapat diubah menjadi komunikasi antar person dengan setiap komunikan. Dengan kata lain, antara komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog atau tanya jawab.
Menurut Shaw komunikasi kelompok kecil adalah sekumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peran, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka. (Muhammad, 1995:182)
Sedangkan F. Bales dalam bukunya Intraction Process Analysis mendefenisikan kelompok kecil sebagai sejumlah orang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat berhadapan wajah (face to face meeting), dimana setiap anggota mendapat kesan atau penglihatan antara satu sama lainnya yang cukup kentara, sehingga dia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sebagai perorangan. (Effendy,1992:57)
Effendy menyatakan keuntungan dan kerugian berkomunikasi dengan kelompok kecil sebagai berikut :
Keuntungan : - terdapat kontak pribadi
- umpan balik bersifat langsung
- suasana lingkungan komunikasi dapat diketahui
Kerugian : - Frame of Reference (FoR) komunikan tidak diketahui secara individual
- kondisi fisik dan mental komunikasi tidak dipahami secara individual
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melancarkan komunikasin kelompok kecil tatap muka sebagai berikut :
- Adakanlah persiapan yang seksama sebelum berkomunikasi. - Bangkitkan perhatian bergitu komunikasi dimulai.
- Pelihara kontak pribadi selama berkomunikasi. - Tunjukkan diri sebagai komunikator yang terpercaya. - Berbicaralah tepat, jelas dan meyakinkan.
- Kemukakan fakta dan opini dalam uraian yang sistematis dan logis. - Hadapi kritik komunikan.
- Jangan bersifat super. - Jangan mengkritik. - Jangan ngotot.
Komunikasi kelompok besar berlainan dengan situasi komunikasi kelompok kecil. Di sini kontak pribadi antara komunikator dengan komunikan jauh lebih kurang dibandingkan dengan kelompok kecil. Anggota kelompok besar, apabila menyampaikan tanggapannya kepada komunikator, arahan tanggapannya itu bersifat emosional. (Effendy, 1992:47)
Contoh : kampanye Pemilu, rapat raksasa,demonstrasi besar. Biasanya juru kampanye yang berpidato dalam kampanye Pemilu, orientasinya hanya membakar semangat masanya, agar lebih antusias.
Dibandingkan dengan komunikasi kelompok besar, komunikasi kelompok kecil lebih bersifat rasional. Ketika menerima suatu pesan dari komunikator, komunikan lebih banyak menggunakan pikiran daripada perasaan. Sebaliknya, dalam komunikasi kelompok besar, para komunikan menerima pesan lebih bersifat emosional. Karena kecil kemungkinan untuk terjadi dialog seperti halnya pada komunikasi kelompok kecil.
Banyak orang menyadari bahwa bekerja dalam lingkungan kelompok merupakan suatu hal yang menantang dan memuaskan. Mereka menikmati persahabatan kerja dalam kelompok kesadaran mengenai kelebihan berada dalam suatu kelompok akan membantu mendekati prospek dengan sikap positif serta membantu perkembangan iklim yang produktif dan menyenangkan anggota lain.
banyak informasi dibandingkan yang dimiliki individu tunggal, kelompok memiliki lebih banyak pengalaman bersama yang dapat digunakan. (Curtis, Floyd, & Winsor, 1996 : 152)
Dari uraian di atas yang telah dipaparkan serta definisinya, jelaslah bahwa komunikasi jaringan kelompok pada bisnis M-LM merupakansalah satu bentuk dari komunikasi kelompok kecil.
2.2.Fungsi dan Karakteristik Komunikasi Berkelompok 2.2.1. Fungsi Komunikasi Kelompok
Secara umum fungsi komunikasi dapat dilihat dari dua sudut yaitu : 1. Dari sudut individu
Fungsi komunikasi ditinjau dari sudut individu untuk memungkinkan diadakannya hubungan-hubungan sosial dan tambahnya pengetahuan tentang lingkungan-lingkungan sosial dan alam sehingga individu dalam masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat menyesuaikan diri pada lingkungan tersebut. Dengan demikian individu dapat mempertahankan diri dalam penghidupan.
2. Dari sudut kelompok/masyarakat
Jawabannya adalah sama, yaitu dilihat dari sudut kelompok sebagai suatu keseluruhan fungsi komunikasi yaitu untuk memungkinkan supaya kelompok yang bersangkutan dapat mempertahankan diri.
Meskipun demikian, ada empat komunikasi kelompok kecil yang sama, yaitu :
Kadang-kadang suatu kelompok dibentuk untuk memelihara hubungan sosial, misalnya : pertemuan keluarg, arisan.
b. Pendidikan
Kelompok ini secara formal maupun tidak formal bertujuan untuk mencapai pertukaran ilmu pengetahuan. Dengan demikian, maka akan dapat dipenuhi kebutuhan individu, masyarakat dan kelompok.
c. Persuasi
Mengkehendaki adanya perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan kehendak kelompok.
d. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
Ditujukan dengan jelas pada kebutuhan individu, kelompok dan masalah serta konflik dari yaitu perlu dijawab dan dipecahkan. (Pratikto, 1987:68)
2.2.2. Karakteristik Komunikasi Kelompok
Kelompok dalam suatu kondisi sosial tertentu, akan menimbulkan suatu efek atas individu dalam peningkatan motivasi. Dengan kata lain kehadiran orang-orang tertentu dapat menimbulkan kekuatan laten yang tidak mampu ditimbulkan oleh orang itu sendiri.
Triplett menyebutkan ada lima karakteristik yang menandai keunikan komunikasi kelompok :
1. Kepribadian kelompok
2. Norma kelompok
Norma kelompok mengidentifikasikan cara-cara anggota kelompok itu bertingkah laku, serta cara-cara yang menurut pertimbangan kelompok menetapkan sistem nilai mereka sendiri dan konsep tingkah laku yang normatif. 3. Koneksivitas kelompok
Koneksivitas yaitu kekuatan saling menarik anggota, kekuatan yang menahan mereka tinggal dalam suatu kelompok.
4. Memenuhi janji tugas
Memenuhi janji mengenai suatu tugas adalah dengan tujuan untuk mencapai keberhasilan atau kesuksesan serta menghindari kegagalan kelompok.
5. Pergeseran resiko
Keputusan kelompok akan lebih mengandung resiko daripada apabila keputusan diambil oleh seseorang anggota kelompok. (Pratikto, 1987:68)
2.2.3. Jaringan Komunikasi Dalam Kelompok
Faktor komunikasi merupakan faktor yang penting dalam mempertahankan kesatuan kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama. Setiap anggota dalam kelompok jadi sumber komunikasi, seperti misalnya sumber kata-kata, isyarat-isyarat, lambang-lambang, yang semuanya mengandung arti.
penghubung antara A dan B, antara A dan C, antara A dan D, tetapi juga antara B dan C,B, dan D, demikian pula seterusnya. Perhatikan skema di bawah ini :
A B
C D
Dengan demikian, garis-garis penghubung seluruhnya itu akan merupakan sebuah jaringan (network) daripada komunikasi dalam kelompok. (Pratikto, 1983: 22-24).
Ada lima macam jaringan komunikasi dalam kelompok, yaitu :
Roda Rantai Y Lingkaran Bintang
(Rakhmat, 1992:162-163) Berikut penjelasan kelima macam jaringan komunikasi dalam kelompok tersebut :
- Pada roda, seseorang – biasanya pemimpin – menjadi fokus perhatian. Ia dapat
berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi setiap anggota kelompok
hanya bisa berhubungan dengan pemimpinnya.
- Pada rantai, A dapat berhubungan dengan B, B dengan C, C dengan D, dan
- Pada Y, tiga orang anggota dapat berhubungan dengan orang-orang
disampingnya dengan pola rantai, tetapi ada dua orang yang hanya dapat
berkomunikasi dengan seseorang disampingnya saja.
- Pada lingkaran, setiap orang hanya dapat berkomunikasi dengan dua orang di
samping kiri dan kanannya. Disini tidak ada pemimpin.
- Pada bintang, disebut juga semua saluran (all channels), setiap anggota dapat
berkomunikasi dengan semua anggota kelompok yang lain. Yang terakhir ini
disebut juga common, semua saluran terbuka. (Rakhmat, 1992:162-163)
2.3. Kepemimpinan
Leadership asal katanya ialah to lead. Lead berasal dari bahasa Inggris anglo saxon yang berarti to go (pergi). To lead selanjutnya berarti go guide, to direct in action atau membimbing, mengarahkan dalam tindakan. Leadership menurut arti katanya adalah sifat yang dimiliki oleh pimpinan untuk membimbing dan mengarahkan tindakan orang lain. (Sukma, 1990:82)
Pengertian mengenai kepemimpinan lainnya adalah menurut Ordway Tead yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan. (Sutarto, 1995:12)
Kemudian George R.Terry mendefenisikan : “Leadership is relationshipin which one person, or the leader, influences other to work together willingly on
lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan pemimpin). (Sutarto, 1995:17)
Dari defenisi di atas dapatlah kita pahami bahwa kepemimpinan itu merupakan kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan administrasi yang dimaksud dengan orang lain sebagian besar adalah para bawahan.
Kepemimpinan yang berhasil memerlukan perilaku yang menyatukan dan merangsang pengikut untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam situasi tertentu. Ketiga unsur ini pemimpin, pengikut dan situasi adalah variabel-variabel yang mempengaruhi satu sama lain dalam menentukan perilaku kepemimpinan yang efektif. (Keith & Jhon, 1995:152)
Harold Koontz dan Cyrill O’Donnell dalam buku Principles of Management menyebutkan pendekatan terhadap kepemimpinan ada 3 (tiga) yaitu :
1. Pendekatan kepemimpinan ditinjau dari kondisi pemimpin yaitu bagaimana keadaan intelegensi, keseimbangan emosi, keuletan dan tanggung jawab serta kefasihan berbicara.
2. Pendekatan kepemimpinan ditinjau dari sudut pengikut pemimpin, dimana orang-orang yang mengikut pemimpin adalah karena merasakan adanya perhatian, kewibawaan, dan perlakuan yang baik dari pemimpin.
dan sifat-sifat psikisnya, pengikut dan persoalan-persoalannya, sikapnya dan kebutuhannya, situasi kelompok dimana pengikutdan pemimpin itu berhubungan satu sama lain. (Sukarno, 1990:90)
2.5. Gaya Kepemimpinan
Di dalam kehidupan manusia secara bersama-sama membutuhkan kepemimpinan dimana dimana harus ada pemimpin demi suksesdan efisiensi kerja. Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak, dan kepribadian sendiri yang unik khas, sehingga tingkah laku dan gayanyalah yang membedakan dirinya dari orang lain. Gaya atau style hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya.
Yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan adalah merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dia lihat. Dalam hal ini usaha untuk menselaraskan persepsi di antara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan orang yang perilakuanya akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.
Atasan yang berhasil sering dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang dianut orang tersebut. Menurut Miftah Thoha, istilah gaya atau style kepemimpinan dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh pemimpin dari dalam mempengaruhi para pengikutnya. (Thoha, 1983:292)
Ralph White dan Ronald Lippit mengemukakan tiga macam gaya kepemimpinan, yaitu :
1. Gaya otoriter 2. Gaya demokratis 3. Gaya laissez faire
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini perbedaan dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut. (Winardi : 2000, 78-79)
Tabel 1.1.
TIGA MACAM GAYA KEPEMIMPINAN
OTORITER DEMOKRATIS LAISSEZ-FAIRE
1. Pemimpin biasanya
mendikte tugas pekerjaan
khusus dan teman sekerja
setiap anggota
1.Semua “policies”
merupa-kan bahan pembahasan
kelompok dan keputusan
kelompok yang dirangsang
dan dibantu oleh pemimpin.
1. Kebebasan/lengkap untuk
2.Perspektif aktivitas dicapai
selama diskusi berlangsung.
Dilukiskan
langkah-langkah umum ke arah
tujuan kelompok dan
apabila diperlukan nasihat
teknis, maka pemimpin
menya-rankan dua atau
lebih prosedur-prosedur
alternatif yang dapat
dipilih.
2. Macam-macam bahan
disediakan oleh pemimpin,
yang dengan jelas
mengata-kan bahwa keterangan
apabila ada permintaan. Ia
tidak turut mengambil
bagian dalam diskusi
3. Pemimpin biasanya
men-dikte tugas pekerjaan
khusus dan temn sekerja
setiap anggota.
3.Para anggoya bebas untuk
bekerja dengan siapa yang
mereka kehendaki dan
pujian dan kritik pekerjaan
setiap anggot, ia tidak turut
serta dalam partisipasi
kelompok secara aktif
kecuali apabila ia
memberikan demonstrasi.
4.Pemimpin bersifat objektif
dan kritiknya dan ia
berusaha untuk menjadi
anggota kelompok secara
mental, tanpa terlampau
banyak melakukan
peker-jaan tersebut.
4. Komentar spontan yang
tidak frekuen atas
aktivtas-aktivitas anggota dan ia
tidak berusaha sama sekali
untuk menilai atau mengatur
kejadian-kejadian.
Sumber : Ralph White/Ronald Autocruky and Democracy, and Harper & Row, 1960.
Dari gaya kepemimpinan tersebut di atas, maka dapat diketahui kepemimpinan yang paling efektif adalah pemimpin yang mampu memilih gaya kepemimpinannya yang dibutuhkan dalam waktu, situasi dan tempat tertentu. Seorang pemimpin akan selalu dipengaruhi oleh latar belakang kehidupannya, pengetahuan, nilai dan pengalamannya. Demikian pula dengan para bawahan memiliki kekuatan tertentu, maka mereka perlu dipertimbangkan sebelum
pimpinan memilih gaya tertentu. Oleh sebab itu untuk memilih gaya kepemimpinan terutama harus dipertimbangkan situasi, gaya apa yang paling
disukai oleh organisasi tersebut.
Untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan dengan situasi yang menyenangkan, Diedler mengemukakan sebagai berikut :
2. Derajat dari struktur tugas, ini merupakan masukan yang amat penting dalam menentukan situasi yang menyenangkan.
3. Posisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otorita formal (Thoha, 1993:40). Selanjutnya perlu diketahui gaya kepemimpinan yang efektif dan gaya kepemimpinan yang tidak efekti. Empat gaya kepemimpinan yang efektif adalah sebagai berikut :
1. Eksekutif, gaya ini banyak memberikan perhatian pada tugas-tugas pekerjaan dan hubungan kerja.
2. Pecinta pengembangan (developer) gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap hubungan kerja, dan perhatian yang minimum terhadap tugas-tugas pekerjaan.
3. Otokratis yang baik, gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap tugas dan perhatian minimum terhadap hubungan kerja.
4. Birokrat, gaya ini memberikan perhatian yang minimum baik terhadap tugas maupun terhadap hubungan kerja.
Kemudian ada empat gaya kepemimpinan yang tidak efektif, yaitu :
1. Pencinta kompromi, gaya ini memberikan perhatian yang besar pada tugas dan hubungan kerja dalam situasi yang menekankan pada kompromi.
3. Otokrat, gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap tugas dan minimum terhadap hubungan kerja dengan perilaku yang tidak sesuai dari tugas. (Thoha, 1993:59-60)
Dari uraian di atas dapat diketahui ada empat gaya kepemimpinan yang efektif dan empat gaya yang tidak, secara garis besarnya ada tiga hal yang mendasari efektif tidak efektifnya suatu kepemimpinan yaitu hubungan pemimpin dengan tugas dan hubungan pemimpin dengan bawahan dan situasi.
2.6. Gaya Kepemimpinan Kepala Desa
Setiap pemimpin dapat memilih gaya kepemimpinan yang mana yang paling disukainya. Namun perlu diketahui bahwa setiap gaya kepemimpinan tersebut ada kelemahan dan ada kelebihannya. Karena itu tidak dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan yang satu lebih baik dari gaya kepemimpinan yang lainnya. Baik tidaknya gaya kepemimpinan yang diterapkan sangat tergantung kepada situasi dan kondisi organisasi yang ada.
Dengan demikian meneliti gaya kepemimpinan yang diterapka harus mempertimbangkan keadaan tersebut. Seperti pemerintahan desa dimana kepala desa merupakan pimpinan tertinggi yang dipilih oleh rakyatnya maka tingkat derajat yang tertinggi nilainya adalah gaa demokratis walaupun dalam memilih gaya kepemimpinan yang diterapkan, keadaan atau kondisi juga perlu dipertimbangkan.
Hal ini karena kepala desa secara demokratis langsung dipilih oleh penduduk desa dari calon-calon yang memenuhi syarat sebagai pencerminan dari aspirasi rakyat secara demokratis. Kepala desa terpilih harus melalui suatu acara pemilihan dan seorang terpilih menjadi kepala desa apabila mendapatkan dukungan suara terbanyak yang ditetapkan oleh Badan Perwakilan Desakem disahkan oleh Bupati. Selanjutnya mengenai istilah kepala desa dapat dalam sebutan lain sesuai dari sebutan budaya setempat.
Yang dapat dipilih menjadi kepala desa adalah penduduk desa warga negara Indonesia yang mempunyai persyaratan sebagai berikut :
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar1945
c. Tidak pernah terlibat langsung dalam kegiatan yang mengkhianati Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, G30S/PKI dan/atau kegiatan organisasi terlarang lainnya.
d. Berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan pertama dan atau berpengetahuan yang sederajat.
g. Nyata-nyata tidak terganggu jiwa/ingatannya. h. Berkelakuan baik, jujur dan adil.
i. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindakan pidana.
j. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
k. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di desa setempat. l. Bersedia dicalonkan menjadi kepala desa.
m. Memenuhi syarat-syarat lain yang sesuai dengan adat istiadar yang diatur dalam Peraturan Daerah.
Tugas dan kewajiban kepala desa adalah :
a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa. b. Membina perekonomian desa.
c. Membina kehidupan masyarakat desa. d. Memelihara perselisihan masyarakat di desa. e. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa.
Untuk mendamaikan perselisihan di desa, maka kepala desa dapat dibantu oleh Lembaga Adat Desa dan segala perselisihan yang telah didamaiikan oleh kepala desa yang bersifat mengikat pihak-pihak yang berselisih.
f. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukumnya. (Berutu, 1999:9)
Sebagai seorang pemimpin dalam suatu masyarakat desa, kepala desa juga mempunyai gaya tersendiri dalam melaksanakan kepemimpinannya di desa.
Jnanabrota Bhattacharyya mengartikan partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama. Mubyranto mendefenisikannya sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. (Ndraha, 1987:102)
Partisipasi dapat berupa partisipasi vertikal dan horizontal masyarakat. Disebut partisipasi vertikal karena bisa terjadi dalam kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program, dalam hubungan mana masyarakat berada pada posisi sebagai bawahan, pengikut atau klien disebut sebagai partisipasi secara horizontal karena pada suatu saat tidak mustahil masyarakat mempunyai kemampuan untuk berprakarsa, dimana setiap anggota/kelompok masyarakat berpartisipasihorizontal satu dengan yang lain, baik dalam bentuk usaha bersama, maupun dalam rangka mela kegiatan dengan pihak lain. Tentu saja partisipasi seperti ini merupakan suatu tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.
Mengenai bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dikemukakanoleh WHO sebagai berikut :
a. Konsultasi (consultation)
b. Sumbangan keuangan oleh masyarakat (A financial contribution by the community).
c. Proyek-proyek berdikari yang diselenggarakan oleh dermawan(self-help project by groups of beneficiaries).
d. Proyek-proyek berdikari yang melibatkan seluruh masyarakat (self-help project involving the whole community).
f. Aksi massa (mass action)
g. Perjanjian kolektif untuk mengubah tingkah laku(collective commitment toehaviour change).
h. Pembangunan yang bersifat endogaan (autonomous development) i. Proyek-proyek otonomi masyarakat (autonomous community projects)
j. Pendekatan untuk memenuhi kebutuhan sendiri (approachto selfsuggiciency). (Santoso S>, 1986:37)
Dalam hal partisipasi ternyata ada beberapa unsur yang penting yang dapat menentukan seperti :
1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif.
2. Perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengertian yang menumbuhkan kesadaran.
3. Kesadaran yang didasarkan oleh perhitungan dan pertimbangan.
4. Enthousiasme yang menumbuhkan spontanitas berupa kesediaan melakukan
sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri tanpa paksaan orang lain.
5. Adanya rasa tanggungjawab terhadap kepentingan bersama (Santoso S., 1986: 41).
Ruang lingkup partisipasi merupakan aspek yang luas apabila berorientasi pada pembangunan. Rumusan tentang ruang lingkup partisipasi yang dapat diselaraskan dengan mekanisme pembangunan desa yaitu :
1. Dalam proses perencanaan.
3. Dalam proses monitoring dan evaluasi terhadap program. (Prawoto, 2001: 237).
Bentuk atau tahapan-tahapan partisipasi dapat juga dilihat dari uraian sebagai berikut yaitu :
a. Partisipasi dalam melalui kontak dengan pihak lain (contact change) sebagai salah satu titik awal perubahan sosial.
b. Partisipasi dalam memperhatikan/menyerap dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima (mentaati, memenuhi,melaksanakan), mengiyakan, menerima dengan syarat, maupundal arti menolaknya.
c. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termask pengambilan keputusan (penetapan rencana). Perasaan terlibat dalam perencanaan perlu ditumbuhkan sedini mungkin di dalam masyarakat. Partisipasi ini disebut juga partisipasi dalam pengambilan keputusan, termasuk keputusan politik yang menyangkut nasib mereka, dan partisipasi dalam hal yang bersikap teknis.
d. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan.
e. Partisipasi dalam menerima, memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan (participation in benefits).
f. Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam menilai sejauhmana pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan sejauhmana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. (Ndraha, 1987:103-104).
mempunyai arti bahwa pembangunan berasal dari, oleh dan untuk masyarakat desa sendiri.
Dalam usaha untuk menggerakkan masyarakat agar dapat memperbaiki kondisi dan peningkatan taraf hidup dapat diusahakan dengan cara yaitu :
a. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata.
b. Dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban (respon) yang dikehendaki.
c. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi membangkitkan tingkah laku (behaviour) yang dikehendakisecara berlanjut.
Selanjutnya dengan cara-cara di atas, partisipasi masyarakat dapat digerakkan melalui :
a. Proyek pembangunan desa yang dirancang secara sederhana dan mudah dikelola oleh masyarakat.
b. Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerakkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
c. Peningkatan peranan masyarakat dalam pembangunan.
2.8. Pembangunan Desa
T.R. Batten mengemukakan bahwa pembangunan itu suatu proses dimana orangatau masyarakat desa, mulai mendiskusikan dan menentukan keinginan mereka, kemudian merencanakan dan menggerakkan bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. (Beratha, 19892:67)
Setelah dikemukakan beberapa pengertian dasar dari pembangunan maka pengertian pembangunan desa adalah pembangunan dari masyarakat pada unit sistematik dan terarah sebagai bagian penting dalam usaha pembangunan negara sebagai usaha yang menyeluruh. (Beratha, 1982:72)
Ditinjau dari segi istilahnya sebenarnya pembangunan desa adalah identik dengan pembangunan masyarakat desa, hal ini dilihat bahwa pembangunan itu tergantung dari manusia dan struktur sosialnya dalam arti pembangunan-pembangunan desa bukan semata-mata apa yang dikonsepsikan oleh pemerintah saja. Penyertaan pihak lain seperti masyarakat secara kreatif menjadi mungkin dalam proses pembangunan.
Dari pendapat di atas, dapatlah dikatakan bahwa pembangunan desa dipandang sebagai aktivitas yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat desa dan bertujuan untuk meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat ke arah yang lebih baik.
Tazidhuhu Ndraha mengemuukakan ciri-ciri dari pembangunan desa sebagai berikut :
2. Proses pembangunan desa adalah usaha berencana dan diorganisasikan guna membantu anggota masyarakat untuk memperoleh sikap, keterampilan dan pengertian yang diperlukan untuk mampu berpartisipasi aktif.
3. Membangun desa berarti membangun masyarakat.
4. Karena membangun desa juga membangun masyarakat, maka pembangunan masyarakat berarti membangun swadaya dan mengintensifkan partisipasi masyarakat. (Ndraha, 1982:71)
Keberhasilan suatu desa dapat dilihat dari :
a. Kondisi kehidupan yang dapat diperbaiki dan ditingkatkan yang berarti :
- Pemerintah berhasil membangun berbagai fasilitas kehidupan masyarakat di pedesaan sebagai modal dan sarana penggerak masyarakat desa, meliputi prasarana produksi, prasarana sosial.
- Pemerintah berhasil menggerakkan masyarakat dengan berbagai cara dan sarana sehingga mampu berswadaya dalam pembangunan desa.
b. Masyarakat telah mampu berkembang sendiri dan hidup dalam suasana sejahtera