• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Politi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Politi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Politik

Masyarakat Banten terhadap Kemenangan Ratu Atut

dalam Pemilihan Kepala Daerah Provinsi Banten 2011

DIBUAT DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

PERILAKU POLITIK

Dilla Novita Rizki 13/353522/SP/25989

JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang

Banten adalah provinsi yang memekarkan dirinya dari Jawa Barat pada 4 oktober 2000 karena beberapa alasan, diantaranya adalah jarak geografis yang terpakut jauh dari ibukota provinis yaitu Bandung, membuat pembangunan dan perkembangan di Banten tidak merata dan jauh dengan wilayah yang berada di sekitar ibukota provinsi. Sehingga Banten menginginkan pelepasan diri agar bisa mengatur sendiri daerahnya dan bisa mengembangkan potensi daerahnya lebih baik lagi agar mampu mengagregasi kepentingan-kepentingan masyarakatnya. Salah satu tokoh yang menjadi figur Godfather nya Banten adalah Tb. Mamas Chaerudin atau biasa disebut H. Chassan. Dengan posisinya yang kuat sebagai kader partai golkar, agamawan, pebisnis, serta backingan dari jawara, beliau mampu membuat dinasti politik di Banten. Anak, istri, cucu serta kerabatnya berhasil menempati jabatan-jabatan politik dan pemerintahan di Banten, ikatan darah menjadi latar belakang terpilihnya mereka. Ratu Atut Chosiyah merupakan salah satu anak dari H. Chassan yang diproyeksi untuk menjadi gubernur Banten, dimulai dari dorongan dan campur tangan H. Chassan yang menjadikan Atut sebagai wakil gubernur Banten dan plt gubernur Banten hingga akhirnya memegang jabatan sebagai gubernur Banten hingga dua periode.

(3)

bersumber dari latar belakang tokoh dan nama besar ayahnya sebagai Godfather of Banten yang mampu mempengaruhi perilaku politik banyak masyarakat Banten salah satunya pada pilkada provinsi Banten 2011.

2. Rumusan Masalah

a) Bagaimana faktor H.Chassan mempengaruhi perilaku pemilih sehingga Atut dapat memenangkan suara dalam pilkada provinsi Banten 2011?

b) Bagaimana strategi politik yang dilakukan oleh Atut dapat dianggap cara yang efektif untuk memenangkannya di pilkada provinsi Banten 2011?

3. Landasan Konseptual a) Local Strongmen

Migdal mencoba menerangkan tentang local strongmen yang berhasil melakukan kontrol sosial. Dalam konteks ini, Migdal mengatakan:

”... Mereka berhasil menempatkan diri atau menaruh anggota keluarga mereka pada sejumlah jabatan penting demi menjamin alokasi sumber-sumber daya berjalan sesuai dengan aturan mereka sendiri ketimbang menurut aturan-aturan yang dilontarkan dalam retorika resmi, pernyataan kebijakan, dan peraturan perundang-undangan yang dibuat di ibu kota atau dikeluarkan oleh pelaksana peraturan yang kuat”

b) Strategi Politik

(4)

B. Pembahasan

1. Local Strongmen Banten sebagai Pendorong Terpilihnya Ratu Atut

H.Chassan merupakan tokoh Banten yang berasal dari Ciomas dan terkenal karena merupakan kader partai golkar yang kuat, pemimpin jawara banten, tokoh agamis, pengusaha besar serta pendiri dinasti Banten yang terkenal itu. Kekuasaannya yang begitu besar di Banten dan kemampuannya untuk berjejaring serta mengontrol jalannya kegiatan sosial, politik, pemerintaha, ekonomi, kebudayaan dan keamanan di Banten membuatnya dapat dikatakan sebagai Local Strongmen Banten. Migdal mempunyai argumen mengenai local strongmen. Pertama, orang kuat lokal tumbuh subur di dalam masyarakat yang digambarkan sebagai sekumpulan campuran organisasi-organisasi sosial nyaris mandiri dengan kontrol sosial yang efektif ”terpecah-pecah”. Singkat kata, berkat struktur masyarakat yang seperti itu, orang kuat lokal memperoleh pengaruh signifikan jauh melampaui pengaruh para pemimpin negara dan para birokrat lokal. Di Banten sendiri masyarakatnya terdiri dari beberapa golongan masyarakat seperti para ulama yang merupakan tokoh-tokoh agamis, jawara yang terdiri dari para orang yang memiliki ilmu kekebalan dan bela diri, masyarakat adat, masyarakat kelas menengah kebawah, birokrat, pebisnis, dll yang secara kepentingan tentunya berbeda-beda. Namun disatu sisi H. Chassan rupanya mampu menjadi orang yang memobilisasi dan mendapat dukungan dari banyak golongan masyarakat yang ada di banten karena dirinya merupakan orang yang memiliki kemampuan dan jabatan di golongan serta oraganisasi-organisasi tersebut. Jaringan yang terbentuk inilah yang bukan hanya menguatkan kekuasaan dan keberadaan H. Chassan di Banten tetapi juga dinastinya.

(5)

Chassan dan perusahaannya tentunya banyak orang yang mendapatkan serpihan keuntungan tersebut baik itu di kalangan masyarakat dan juga para birokrat. Selain itu H. Chassan juga membantu banyak masyarakat Banten untuk mendapatkan pekerjaan, dan banyak juga orang-orang yang berada di dalam Jawara mendapatkan bantuan pekerjaan dari H. Chassan sehingga mendapatkan loyalitas dari para jawara ini. Dia juga mendapatkan legitimasi dari masyarakat karena sosok jawara merupakan sosok yang berada di pihak rakyat baik itu memberikan perlindungan ataupun memeberikan tekanan kepada masyarakat sehingga memiliki ikatan emosional yang kuat dengan masyarakat baik itu berupa simpati maupun rasa takut.

2. Strategi Politik Ratu Atut dalam Pemenangan pada Pilkada provinsi Banten 2011

Atut merupakan anak H. Chassan, yang sebelum terpilihnya dia menjadi gubernur Banten untuk kedua kali adalah wakil gubernur Banten dan plt gubernur Banten dari Djoko Munandar yang ketika itu terkena kasus korupsi. Kemenangan Atut selama ini juga merupakan pengaruh H.Chassan yang ikut campur tangan dan berpengaruh pada pilkada provinsi Banten tahun 2002 dimana Atut menjadi wakil gubernur Banten yang dipilih oleh DPRD serta pilkada provinsi Banten 2006. Meskipun H.Chassan meninggal pada 30 Juni 2011 tetapi tetap berpengaruh pada kemenangan Ratu Atut di pilkada provinsi Banten 2011. Selain mendapatkan bantuan dari ayahnya baik itu nama besar, moril dan materil Atut juga tentunya memiliki strategi-strategi politik yang nantinya juga berpengaruh pada perilaku politik masyarakat Banten untuk memilih Atut. Meskipun pada realitanya perilaku politik masyarakat Banten menjelang dan ketika pilkada provinsi Banten tidak hanya membentuk satu perilaku politik yang dominan saja melainkan menciptakan beberapa perilaku politik yang lainnya.

(6)

dilakukan Atut dalam rangka membangun dan memajukan Banten melalui media-media serta obrolan di tingkat birokrasi. Tim sukses Atut mengkalim bahwa ketika dipimpin oleh Atut, tingkat kemiskinan di provinsi Banten yang pada tahun 2002 saat provinsi ini baru berdiri mencapai 9,22 persen menurun menjadi 7,64 persen dari jumlah penduduk Banten sebanyak 9,7 juta jiwa pada tahun 2009. Selain itu mereka juga mengklaim bahwa investasi dan laju ekonomi di Banten juga mengalami peningkatan. Masyarakat banten pun cenderung langsung menerima informasi yang didapat tanpa menyaring dan mencari tahu lebih dalam terlebih dahulu

Ratu Atut yang merupakan putra daerah yang masih kurang memiliki nama di daerah Tangerang, padahal masyarakat di daerah Tangerang jumlahnya banyak dan suaranya sangat penting dalam pilkada provinsi Banten 2011. Sedangkan lawannya yaitu Wahidin yang masih menjabat sebagai walikota kota Tangerang dan tentunya mempunyai nama dan peluang lebih besar untuk diplih oleh masyarakat tangerang. Oleh karena itu Atut memilih calon wakil gubernurnya yang merupakan putra daerah dari Tangerang dan mempunyai public figure yang bagus di masyarakat. Rano Karno yang merupakan kader PDIP dianggap paling cocok untuk mendampingi Atut sebagai calon wakil gubernur, dia merupakan putra daerah dan wakil bupati Tangerang serta memiliki public figure yang bagus di masyarakat. Pertimbangan PDIP menduetkan Rano Karno dengan Ratu Atut juga dibekali hasil survei yang tinggi dibandingkan calon wakil gubernur yang lain. Maka jika dikombinasikan, pasangang ini dianggap akan unggul dimana Rano Karno mewakili suara Tangerang dan sekitarnya sementara Ratu Atut mewakili Lebak-Pandeglang-Serang. Sebelumnya Ratu Atut yang merupakan calon dari partai Golkar sudah didukung oleh PDIP dan PBB. Dengan adanya koalisi antara Atut dan Rano, status Atut yang incumbent dan kekuatan dari nama serta bisnisnya serta H. Chassan maka banyak partai-partai lain sebut saja Gerindra, Hanura, PKPB, PPD, PKB, PAN, PBB, PPNUI, dan PDS serta 20 partai non parlemen lainnya yang mendukung dan menjadi koalisi untuk memenangkan Atut sebagai Gubernur Banten periode 2012-2017.

(7)

Banten selama ini mengetahui money politic yang dijalankan oleh Dinasti H.Chassan termasuk Ratu Atut, namun kebanyakan dari mereka tidak berani bersuara karena besarnya kekuatan dari H. Chassan dan Jawara. Banyaknya kelompok masyarakat di Banten yang merasa telah di bantu oleh H. Chassan juga cenderung akan diam dan tetap memilih Ratu Atut pada pilkada provinsi Banten 2011 tersebut. Banyak pula masyarakat terutama masyarakat yang ada pada ekonomi menengah kebawah mendapat uang yang berikan oleh orang-orang H. Chassan agar memilih Ratu Atut. Mereka cenderung akan memilih yang memberikan mereka uang, karena mereka tidak punya niatan untuk mencari tahu misi dan visi serta isu yang dibawa oleh calon karena mereka cenderung beranggapan siapapun yang menjadi gubernur kelak , hidup mereka akan tetap statis dan tidak berubah.

Berkat campur tangan H. Chassan dan Strategi yang digunakan oleh Atut maka dirinya bersama Rano Karno terpilih menjadi gubernur Banten periode 2012-2017. Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan oleh KPU dari beberapa TPS di Banten menunjukkan hampir di semua wilayah Atut dan Rano Karno mendapatkan jumlah suara terbanyak. Di Kota Cilegon Atut-Rano mendapat 104.574 (61,55%) suara, di Kota Serang 142.916 (55,46%) suara, di Kota Tangerang Selatan 248.618 (61,09%) suara, di Kabupaten Serang 386.689 suara, di Kabupaten Lebak 340.435 (57,90%) suara dan di Kabupaten Tangerang pasangan tersebut mendapat 486.724 (48,07%) suara. Hanya di Kota Tangerang saja perolehan suara Atut kalah dengan lawannya yaitu Wahidin yang merupakan Walikota Tangerang. Barulah pada 30 Oktober 2011 KPU mengumumkan bahwa Ratu Atut-Rano Karno memenangkan pemilihan ini dengan meraih 2.136.035 suara atau 49,65 persen, Wahidin Halim-Irna Narulita memperoleh 1.674.957 suara atau 38,93 persen dan pasangan Jazuli Juwaini-Makmun Muzakki memperoleh 491.432 suara atau meraih 11,42 persen dari total suara sah 4.302.424 suara.

3. Perilaku Politik Masyarakat Banten dalam Memilih Ratu Atut sebagai Gubernurnya Periode 2012-2017

(8)

dalam pilkada provinsi Banten 2011 karena beberapa kendala seperti tidak adanya pendidikan politik dari partai politik, adanya pemilih yang masih memiliki perilaku praktis dan permasalahan klise lainnya seperti masih adanya masyarakat yang apatis. Dari pemaparan diatas dimana Atut dapat menang pada Pemilihan Gubernur Banten tahun 2011 yang lalu dilandasi oleh keberhasilan campur tangan H. Chassan dan juga strategi politik yang dijalankan oleh Ratu Atut sehingga mampu membuat beberapa perilaku pemilih Masyarakat Banten yang bisa dilihat menggunakan pendekatan sosiologis, psikologis dan rasional.

Pertama, pendekatan sosiologis menurut Colombia dimana pendekatan ini melihat pada aspek sosial seperti agama, ras, kelas sosial, kelompok etnik kedaerahan, dll. Dalam hal Pilkada provinsi Banten 2011 yang lalu masyarkat Banten cenderung memilih Ratu Atut karena melihat Atut adalah putra daerah yang dimana Ayahnya merupakan salah satu tokoh yang mendirikan Banten sehingga hal itu menjadi sesuatu yang terus diingat dan dijadikan alasan mereka memilih. H. Chassan dikenal juga sebagai tokoh agamawan di Banten karena pintar ilmu agamanya, di Banten sendiri banyak kelompok santri dan ulama dan mereka melihat Ratu Atut juga sebagai tokoh agamawan karena latar belakang ayahnya. Calon pejabat publik yang punya platform keagamaan yang sama dengan karakteristik keberagaman pemilih, cenderung akan didukung oleh pemilih oleh karena itu mereka cenderung memilih Atut pada pilkada provinsi Banten 2011.

(9)

satu-satunya perempuan di dalam pencalonan gubenur banten, Atut dianggap mencerminkan kekuatan perempuan.

Kedua, pendekatan psikolologis menurut Michigan dimana pendekatan ini melihat bahwa perilaku politik seseorang dilandasi oleh adanya ikatan psikologis dengan partai atau tokoh calon. Menurut model ini juga, seorang warga berpartisipasi dalam pemilu karena ia tertarik dengan politik, punya perasaan dekat dengan partai tertentu (identitas partai) serta punya informasi yang cukup untuk menentukan pilihan. Biasanya para pemilih ini akan merasa bersimpati kepada calon yang melakukan kegiatan-kegiatan sosial dan semacamnya, biasanya hal ini termasuk kedalam strategi politik yang dilakukan oleh calon agar dikenal dan mendapat simpati masyarakat sehingga mereka mau memilih calon tersebut. Hal ini pula yang dijalankan oleh Ratu Atut sebagai salah satu bentuk strateginya yaitu sering memberikan santunan kepada warga miskin, ikut pengajian warga dan lain sebagainya sehingga terbentuk ikatan psikologis antara dia dengan konstituennya . Atut juga menjabat pada beberapa organisasi di Banten, hal itu pula yang menjadikan dirinya semakin dikenal dan dianggap lebih dekat dengan konstituennya yang memiliki informasi yang cukup mengenai calon gubernurnya.

(10)

Selain adanya kedekatan dengan calon atau orang dari keluarga calon, salah satu aspek lain yang mendasari perilaku politik dengan pendekatan psikologis adalah adanya kedekatan atau kepemilikan identitas partai. Partisanship atau identitas partai adalah suatu keadaan psikologis, yakni perasaan dekat dengan, sikap mendukung atau setia pada, atau identifikasi diri dengan partai politik tertentu. Seorang partisipan adalah orang yang merasa dirinya bagian dari sebuah partai atau mengidentikkan dirinya dengna partai tertentu. Keberhasilan Atut menjadi calon gubernur dari partai golkar yang merupakan partai kuat dan memiliki banyak konstituen tentunya menjadikan Atut memiliki peluang yang besar. Ditambah dengan pasangan calon wakil gubernurnya yang merupakan kader dari partai PDIP, gabungnya PBB, Gerindra, Hanura, PKPB, PPD, PKB, PAN, PBB, PPNUI, dan PDS serta 20 partai non parlemen lainnya. Banyaknya partai yang bergabung menjadi koalisi pencalonan Atut tentu saja menambah jumlah suara yang didapat Atut. Mayoritas masyarakat di Banten adalah muslim, serta keadaan banten yang masih pada model “membangun” tentunya kehidupan ekonomi belum begitu stabil sehingga membuat masih banyaknya masyarakat Banten yang ada di garis kemiskinan. Partai-partai islam, Partai wong cilik dan partai-partai beraliran ideologi lainnya dapat menarik para calon pemilih yang mempunyai identitas kepemilikan terhadap partai tersebut untuk dapat memilih Atut.

(11)

memang meningkat tapi tidak dibarengi dengan pengurangan jumlah penduduk miskin, malah jumlah penduduk miskin di Banten terus meningkat.

Perilaku politik rational choice dipengaruhi tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan masyarakat yang rendah sehingga masyarakat akan cenderung selalu economy centric dan memilih calon yang akan lebih menguntungkan mereka dalam segi ekonomi. Banten dikatakan sebagai salah satu provinsi yang miskin serta masih rendah tingkat pendidikan masyarakat di sekitarnya, hanya sebagian saja yang mampu mengenyam pendidikan. Mayoritas masyarakat Banten yang berpendapatan dan berpendidikan rendah cenderung dijadikan sebagai peluang untuk memobilisasi mereka agar dapat memilih Atut sebagai gubernur Banten. Marak terjadinya money politic ketika sebelum masa kampanye, ketika masa kampanye dan ketika hari pencoblosan yang dilakukan oleh Atut dan timsesnya. Meskipun Atut tidak pernah mau mengaku, tapi banyak laporan dari beberapa sumber serta didapatkannya info hasil survey yang membuktikan bahwa telah jadi kecurangan yang dilakukan oleh Atut. Banyak masyarakat yang diberikan uang di dalam amplop serta bahan-bahan pokok, mereka cenderung akan memilih calon yang memberikan mereka hal-hal tersebut. Mereka memilih karena sudah diberikan uang untuk membantu mereka membeli kebutuhan hidup, mereka kurang peduli pada suaranya karena yakin siapapun yang menjadi gubernur Banten kelak, hidup mereka akan tetap susah.

C. Kesimpulan

(12)
(13)

Daftar Pustaka :

Hidayat, S. (2007). 'Shadow State'? : Business and Politics in the Province of Banten. In H. S. Nordholt, Renegotiating Boundaries : Local Politics in Post-Suharto Indonesia (pp. 203-224). Leiden: KITLV Press.

Joel S. Migdal. 1988. Strong Societies and Weak States: State-Society Relations and State Capabilities in the Third World. New Jersey: Princenton University Press. hal. 13.

Mujani, Saiful dkk, 2008. Kuasa Rakyat, Bandung: Mizan Publika.

Puspasari, Tri Setya, 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemilih dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Provinsi Banten Tahun 2011 di Kecamatan Karawaci Kota Tangerang, S1 thesis, Fakultas Ilmu Sosial Politik UNTIRTA.

Romli, Lili, 2008, Kecenderungan Pilihan Masyarakat dalam Pilkada, Jurnal Poelitik, Vol.1, No.1, pp 1-9.

Schroder, Peter, 2010. Strategi Politik, Jakarta: Friedrich-Naumann-Stiftung fuer die Freiheit.Hlm. 6

Sumber Lainnya :

(14)

http://www.merdeka.com/peristiwa/ulama-dan-jawara-banten-pun-tunduk-pada-dinasti-atut.html

diakses pada 1 Januari 2016

http://www.radarbanten.co.id/3-dari-4-wilayah-pilkada-di-banten-rawan-money-politic/ diakses pada 1 Januari 2016

http://politik.news.viva.co.id/news/read/231524-alasan-pdip-tak-diajukan-rano-di-pilkada gubernur Banten-dki diakses pada 2 Januari 2016

http://kabarpolitik.com/2011/08/22/koalisi-pendukung-ratu-atut-rano-karno-akan-kuasai-tangerang/ diakses pada 2 Januari 2016

http://www.antaranews.com/berita/282211/kpu-tetapkan-atut-rano-pemenang-pilkada gubernur Banten-banten diakses pada 2 Januari 2016

http://kabar-banten.com/news/detail/3170 Diakses pada 3 Januari 2016

Referensi

Dokumen terkait

(2) menyusun kurikulum yang berbasis kompetensi dasar sesuai dengan kebutuhan dan potensi pembangunan daerah, mampu meningkatkan kreativitas guru, inklusif dan tidak bias

Deskripsi Fungsi Sintaksis Frasa Preposisi dengan Modifikator an dalam roman Das Austauschkind karya Christine Nöstlinger dan Majalah Deutsch Perfekt edisi bulan

Analisis penyejajaran urutan nukleotida dan asam amino yang menggunakan program BLAST, menunjukkan bahwa fragmen GmMt2 sama dengan cDNA utuh dari AtMt2A (nomor akses

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Terkadang hati begitu berat melangkah dengan segla keadaan Namun aku tahu inilh duniamu yang tak seperti duniaku kemarin. Tapi apakah kamu mau merusak duniamu dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh dari Carbopol ® 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan pada level yang

penelitian mengenai karya seni lukis Moel Soenarko yang bertema heritage secara. rinci guna mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan dengan

Implikasi analisis kontrastif dalam pengajaran bahasa kedua, (1) membandingkan struktur bahasa ibu siswa dengan bahasa kedua yang akan dipelajari oleh siswa, (2) berdasarkan