• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya Ilmiah Pengolahan Pempek dari Ampa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Karya Ilmiah Pengolahan Pempek dari Ampa"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Kami menyatakan bahwa karya ilmiah ini merupakan karya ilmiah asli buah pemikiran penulis dan tidak mencantumkan pemikiran orang lain kecuali yang telah dituliskan dalam kutipan dan daftar pustaka.

Stevanie Honadi Yenni Saputri

Penulis 1 Penulis 2

DAFTAR ISI

(2)

Abstraksi...4

Bab I Pendahuluan...5

1.1. Latar Belakang...5

1.2. Rumusan Masalah...6

1.3. Manfaat...6

1.4. Tujuan...7

Bab II Kajian Teori...8

2.1. Pengolahan Limbah Industri Pangan...8

2.2. Pengolahan Makanan...10

2.3. Asal Usul Ampas Tahu...12

Bab III Metodologi Penelitian...17

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian...17

3.2. Jenis Penelitian...17

3.3. Populasi dan Sampel...18

3.4. Teknik Pengumpulan Data...18

3.5. Teknik Analisis data...18

Bab IV Hasil Penelitian...19

4.1. Proses Pembuatan Pempek Ampas Tahu...19

4.2. Tabel Hasil Uji Organoleptik...20

Bab V Pembahasan...22

Bab VI Penutup...24

6.1. Kesimpulan...24

6.2. Saran...24

Daftar Pustaka...25

Lampiran...26

Tentang Penulis 1...29

Tentang Penulis 2...3 BAB I

PENDAHULUAN

(3)

Subkhi (http://eprints.undip.ac.id, diunduh pada 19 Februari 2011) mengemukakan, “Pada masa pembangunan sekarang ini, bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melakukan pembangunan, salah satunya di bidang ekonomi.” Beberapa tahun terakhir ini muncul berbagai industri kecil maupun menengah di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis barang, baik barang produksi maupun barang konsumsi. Namun, yang paling banyak diminati masyarakat Indonesia adalah industri pangan. Hal ini karena makanan selalu dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga secara umum penjualannya juga konstan.

Banyaknya limbah yang dihasilkan oleh industri pangan di Indonesia khususnya Palembang dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya. Hal ini dikarenakan limbah tersebut mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, dan garam-garam mineral yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Pada umumnya, limbah industri pangan tidak membahayakan kesehatan masyarakat, karena tidak terlibat langsung dalam perpindahan penyakit. Akan tetapi, penanganan yang salah terhadap limbah dapat menimbulkan masalah. Dalam jumlah yang besar, limbah berpotensi mengganggu keseimbangan ekologi, meracuni kehidupan air, mematikan ikan-ikan dan biota sungai. Oleh karena itu, dibutuhkan teknik pengolahan limbah yang tepat sebagai upaya untuk mengurangi kerusakan lingkungan.

Pengolahan limbah industri pangan bisa berarti multifungsi. Pertama, berfungsi menanggulangi limbah. Kedua, fungsi produktif dengan menghasilkan barang-barang bernilai jual.

Salah satu limbah industri pangan yang paling kita kenal adalah limbah industri tahu, yaitu ampas tahu. Tahu merupakan salah satu jenis makanan yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Hal ini terjadi karena industri tahu di Indonesia sudah menjamur. Maraknya industri tahu di Indonesia ini menyebabkan limbah industri pengolahan tahu pun juga melimpah.

(4)

payudara dan aterosklerosis. Isoflavon yang dikandungnya terbukti dapat berperan sebagai antioksidan alami dan mengurangi proses penuaan dini.

Memperhatikan zat gizi yang terkandung dalam ampas tahu tersebut, maka sangat memungkinkan ampas tahu dapat diolah menjadi makanan yang beragam variasinya. Untuk itulah, penulis ingin meneliti apakah ampas tahu tersebut dapat diolah menjadi makanan. Pengolahan ampas tahu menjadi makanan selain berfungsi mengurangi limbah industri juga dapat menghasilkan variasi olahan makanan baru.

1.2. Rumusan Masalah

Bertitik tolak pada sub bab sebelumnya, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.2.1. Apa saja kandungan gizi yang terdapat dalam ampas tahu? 1.2.2. Bagaimanakah cara mengolah ampas tahu menjadi pempek?

1.2.3. Bagaimanakah tingkat penerimaan responden terhadap pempek ampas tahu ?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut: 1.3.1. Mendeskripsikan kandungan gizi yang terdapat dalam ampas tahu. 1.3.2. Mendeskripsikan cara mengolah ampas tahu menjadi pempek.

1.3.3. Mendeskripsikan tingkat penerimaan responden terhadap pempek ampas tahu.

1.4. Manfaat

Manfaat dari penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: 1.4.1. Bagi masyarakat:

1.4.1.1. Memberikan informasi mengenai sumber makanan alternatif baru. 1.4.1.2. Memberikan informasi mengenai salah satu upaya mengurangi

sampah organik lingkungan.

1.4.1.3. Sebagai bahan referensi tentang pengolahan limbah industri pangan bagi pihak yang membutuhkan.

1.4.2. Bagi penulis:

1.4.2.1. Menjawab rasa ingin tahu penulis.

1.4.2.2. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber. 1.4.2.3. Meningkatkan pengorganisasian fakta atau data secara jelas dan

sistematis.

(5)

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengolahan Limbah Industri Pangan

Limbah industri pangan pada umumnya ditandai dengan adanya kandungan benda padat yang tinggi dalam hubungannya dengan bahan buangan dari industri. Limbah industri pangan dapat berupa limbah padat maupun limbah cair, dan keduanya harus dibuang atau didaur ulang sehinga dapat berguna dan memiliki nilai.

Buckle (2007:224) mengemukakan, “Pengambilan kembali dan pengubahan limbah bahan pangan menjadi semakin penting dilihat dari segi ekonomi pada industri pangan. Hal ini memungkinkan pemanfaatan maksimal dari bahan mentah dan memperkecil persoalan polusi dan penanganan limbah.” Apabila diolah dengan cara yang baik, limbah industri pangan dapat menghasilkan keuntungan di sisi ekonomis, yaitu dengan cara mengurangi jumlah atau kekuatannya.

(6)

Pengurangan kekuatan dari limbah dapat dilakukan dengan cara menghilangkan benda-benda yang tersuspensi, padat atau terapung (misalnya minyak) dari arus pembuangan pada tahap awal, dengan memisahkan saluran yang penuh kotoran sisa dari air yang tidak tercemar. Atau dengan cara

Penyaringan limbah pangan dilakukan sebelum limbah dibuang ke jaringan saluran pembuangan atau ditangani secara mikrobiologis. Benda-benda padat yang tersaring mudah membusuk, oleh karena itu harus dibuang dengan menggunakan teknik yang memadai. Limbah yang mengandung bahan sayuran dan buah-buahan tertentu harus disaring secara efektif untuk mencegah larutnya benda-benda organik secara berlebihan. Jika tidak dilakukan, beban pada unit-unit penanganan biologis akan bertambah.

2. Pengendapan, pengapungan dan penghilangan minyak

Cara penanganan ini dapat digunakan pada saluran-saluran pembuangan limbah yang banyak mengandung benda-benda padat yang terendap dan mengapung. Minyak dan lemak yang didapat dari tangki-tangki minyak dapat digunakan untuk makanan ternak dan sebagainya. Pemberian udara pada saluran-saluran yang mengandung bahan-bahan halus tersuspensi (campuran larutan yang mengandung partikel padat halus dan berpotensi menimbulkan endapan) atau bahan-bahan berminyak dapat digunakan untuk membentuk lumpur yang mengapung yang dengan mudah dapat disingkirkan, terutama jika digabung dengan cara pengendapan secara kimiawi.

3. Penyaringan biologis

(7)

dihancurkan (dengan kedalaman 1—3m) telah banyak digunakan, akan tetapi alat-alat dari plastik pada kedalaman sampai 10m atau lebih menjadi lebih populer untuk menangani limbah pangan dengan muatan yang secara organik dan hidrolik berada di atas tingkatan yang biasa.

4. Disinfeksi

Disinfeksi/penyucihamaan limbah pangan biasanya dilakukan dengan cara klorinasi (salah satu bentuk pengolahan air yang bertujuan untuk membunuh kuman dan mengoksidasi bahan-bahan kimia dalam air). Klorinasi diperlukan apabila air dari limbah tersebut mengandung organisme penyakit, dan bila air limbah digunakan kembali sebagai air pengolahan, misalnya untuk pendinginan kaleng, pencucian hasil akhir, pembersihan, dan sebagainya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembuangan limbah industri pangan dengan cara yang baik bertujuan untuk memisahkan limbah dari kotoran berupa padatan, minyak, dan lemak serta bertujuan untuk menghilangkan bibit penyakit. Jika kotoran tidak dipisahkan maka kotoran tersebut dapat membusuk dan mengendap di saluran-saluran pembuangan limbah sehingga mengakibatkan saluran menjadi terhambat dan timbulah pencemaran lingkungan. Pemisahan limbah dari kotoran juga bertujuan agar bagian limbah yang masih bermanfaat dapat diolah kembali.

2.2. Pengolahan Makanan

(8)

Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa pengerat, serangga, dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan, serta pengeringan.

3. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang dapat menimbulkan penyakit yang dihantarkan oleh makanan.

4. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki.

Dalam proses pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian (Pranata, http://www.halim91.co.cc, diunduh pada 18 Februari 2011), yaitu:

1. Tempat pengolahan makanan

Tempat pengolahan makanan adalah tempat dimana makanan diolah yang sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang penting dalam proses pengolahan makanan, itu sebabnya kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan sanitasi (usaha pencegahan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu kesehatan, mulai dari proses produksi, pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai makanan siap untuk dikonsumsi).

2. Tenaga pengolah makanan

(9)

aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan, kuman Clostridium perfringens, Streptococcus, dan Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu pengolah makanan harus selalu dalam keadan sehat dan terampil.

3. Cara Pengolahan Makanan

Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikui kaidah atau prinsip-prinsip higienis (upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya) dan sanitasi yang baik. Perlakuan-perlakuan pada proses pengolahan bahan makanan yang dapat menurunkan nilai gizinya adalah pemotongan, pencucian, penggorengan, pemanasan, perebusan, suhu tinggi, cahaya, oksidasi, dalam keadaan asam atau basa. Semakin lama suatu bahan makanan dimasak maka semakin banyak vitamin yang hilang dari bahan tersebut, terutama vitamin yang sifatnya tidak tahan terhadap panas, seperti vitamin C (Priyatni, 2008:215).

2.2. Asal Usul Ampas Tahu

Tahu merupakan makanan yang berasal dari penggumpalan protein kedelai yang diambil sarinya. Tahu bukan merupakan makanan asli dari Indonesia melainkan berasal dari Cina. Pada dasarnya proses pembuatan tahu terdiri dari dua bagian, yaitu pembuatan susu kedelai dan penggumpalan proteinnya.

Bayuputra.com (http://bayuputra.com, diunduh pada 18 Februari 2011) mengememukakan,

(10)

Skema Pembuatan Tahu

Sumber: Astawan (1991:105).

Berdasarkan skema di atas maka dapat diuraikan cara pembuatan tahu sebagai berikut:

(11)

menyerap air sehingga menjadi lebih lunak dan memudahkan penggilingan.

2. Setelah dikupas kulitnya, kedelai digiling dengan penambahan air panas dengan perbandingan 1 bagian kedelai: 8 bagian air. Penambahan air panas ini dimaksudkan untuk menginaktifkan enzim lipoksinegase dalam kedelai yang menyebabkan timbulnya bau langu.

3. Bubur kedelai yang diperoleh sebagai hasil penggilingan, selanjutnya dimasak selama 15 menit untuk menginaktifkan pula zat antinutrisi kedelai (trypsin inhibitor), juga untuk meningkatkan nilai cerna. Bubur ini kemudian disaring. Bungkilnya dapat digunakan untuk pembuatan oncom atau makanan ternak.

4. Hasil saringannya dipanaskan kembali selama 30 menit dan digumpalkan dengan cara ditambahkan batu tahu atau “biang”. Setelah menggumpal, disaring kembali. Bagian yang cair (whey) dibuang (merupakan susu kedelai), sedangkan bagian yang padat (curd) dipres dengan alat pengepres. Selanjutnya dilakukan pemotongan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. 5. Tahu yang diperoleh, umumnya didiamkan dahulu

selama satu malam, lalu direbus kembali sebelum dipasarkan. Pada saat perebusan ini, dapat pula dilakukan penambahan garam atau pewarna dengan kunyit masing-masing sejumlah 2 persen berat kedelai.

Akibat proses pembuatan tahu, protein yang semula terkandung dalam biji kedelai menjadi terbagi-bagi. Sebagian protein terbawa atau menjadi produk tahu, sementara sisanya terbagi menjadi dua, yaitu terbawa dalam limbah padat (ampas tahu) dan limbah cair (whey) (requestartikel.com, http://requestartikel.com, diunduh pada 20 Februari 2011).

(12)

ternak, tetapi nilai nutrisinya rendah. Nilai nutrisi yang lebih tinggi dapat diperoleh dengan cara fermentasi (Hadiyanto, http://id.shvoong.com, diunduh pada 19 Februari 2011).

Jumlah ampas tahu yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu berselang dari 25% sampai 67% dengan rata-rata adalah 39,02%. Ampas tahu berasal dari kedelai dan anti nutrisinya sama dengan kedelai. Ampas tahu tidak memiliki sifat pencahar, tapi penanganan ampas tahu harus segar (cisaruafarm.com, http://cisaruafarm.com, diunduh pada 19 Februari 2011).

Kadar unsur gizi dan kalori dalam whey sangat bervariasi, tergantung dari jumlah air yang ditambahkan atau digunakan dalam proses pembuatan tahu. Begitu pula dengan kadar protein dalam whey (requestartikel.com, http://requestartikel.com, diunduh pada 20 Februari 2011).

Kadar protein masing-masing dalam tahu dan ampas tahu dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Su

Sumber: requestartikel.com (http://requestartikel.com, diunduh pada 20 Februari 2011).

No. Unsur Gizi Kadar/100 g Bahan

Kedelai Basah Tahu Ampas Tahu

1 Energi (kal) 382 79 393

2 An (g) 20 84,8 4,9

3 Protein (g) 30,2 7,8 17,4

4 Lemak (g) 15,6 4,6 5,9

5 Karbohidrat (g) 30,1 1,6 67,5

6 Mineral (g) 4,1 1,2 4,3

7 Kalsium (mg) 196 124 19

8 Fosfor (mg) 506 63 29

9 Zat besi (mg) 6,9 0,8 4

10 Vitamin A (mcg) 29 0 0

(13)

BAB III Metodologi Penelitian 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1. Pembuatan pempek ampas tahu tahap I dilaksanakan di rumah Stevanie Honadi di Jalan Dempo Dalam Lrg. Rotan Lebat No. 431 Palembang, pada tanggal 7 Januari 2011.

3.1.2. Pembuatan pempek ampas tahu tahap II dilaksanakan di rumah Yenni Saputri di Jalan Dr. M. Isa Lrg. Cinta Damai No. 61 Palembang, pada tanggal 12 Januari 2011.

3.1.3. Pengumpulan ampas tahu dilakukan di salah satu industri rumahan pembuat tahu yang terletak di Jalan Dr. M. Isa Lrg. Cinta Damai Gg. Saudara No. 57.

3.1.4. Uji organoleptik (cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk) untuk mengetahui tingkat penerimaan responden terhadap pempek ampas tahu dilaksanakan di SMA Xaverius 1 Palembang di Jalan Bangau No. 60/1258 pada tanggal 8 dan 12 januari 2011.

3.2. Jenis Penelitian

(14)

penelitian ini juga merupakan penelitian kuantitatif karena penelitian ini menggunakan data berupa angka dalam bentuk persentase yang diperoleh melalui penyebaran angket.

3.3. Populasi dan Sampel

Para responden dalam penelitian ini berasal dari masyarakat yang berada di SMA Xaverius 1 Palembang, yang dipilih secara acak meliputi para guru, murid serta karyawan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara studi literatur, uji organoleptik, dan penyebaran angket. Data yang didapat dengan studi literatur berasal dari beberapa website di internet dan beberapa buku, yang kemudian digabungkan dan ditulis pada bab II.

Percobaan membuat pempek ampas tahu dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, pada tanggal 7 Januari 2011, adalah saat pertama kali membuat pempek ampas tahu. Percobaan kedua dilakukan pada tanggal 12 Januari 2011. Responden kemudian diberi angket untuk diisi. Data yang diperoleh dari angket kemudian dikumpulkan dan ditulis dalam bentuk persentase untuk memudahkan pembaca dalam memahami data kualitatif.

3.5. Teknik Analisis Data

Cara menghitung persentase sebagai berikut :

X X

x

100%

Keterangan :

X = Jumlah responden yang memilih ∑X = Jumlah total responden

BAB IV

(15)

4.1. Proses pembuatan pempek ampas tahu 4.1.1. Alat :

4.1.1.1. Talenan 4.1.1.2. Pisau 4.1.1.3. Kuali 4.1.1.4. Kompor 4.1.1.5. Panci

4.1.1.6. Tirisan atau saringan 4.1.1.7. Spatula

4.1.1.8. Sendok dan garpu 4.1.1.9. Baskom

4.1.1.10. Mangkuk

4.1.2. Bahan :

4.1.2.1. 150 gram gandum 4.1.2.2. 400 gram ampas tahu 4.1.2.3. 200 gram sagu 4.1.2.4. Garam secukupnya 4.1.2.5. Merica secukupnya 4.1.2.6. Air secukupnya

4.1.2.7. Satu ikat daun kucai dicacah halus 4.1.2.8. Telur ayam 1 butir

4.1.2.9. Bawang putih 1 siung dicacah halus

4.1.3. Langkah Kerja (lihat gambar di lampiran halaman 27—28): 4.1.3.1. Masukkan 400 gram ampas tahu ke dalam baskom. 4.1.3.2. Tambahkan 150 gram gandum dan aduk rata. 4.1.3.3. Masukkan 1 butir telur, garam, dan merica

4.1.3.4. Kemudian aduk rata dan tambahkan 200 gram sagu dan daun kucai.

4.1.3.5. Aduk rata kembali sampai adonan kalis.

(16)

4.1.3.7. Rebus air hingga mendidih kemudian masukkan adonan yang telah dibentuk, tunggu hingga matang kemudian tiriskan. 4.1.3.8. Panaskan minyak kemudian masukkan pempek yang telah

direbus dan goreng hingga kecoklatan kemudian tiriskan. 4.1.3.9. Pempek ampas tahu siap dinikmati.

4.2. Tabel hasil uji organoleptik tentang tingkat penerimaan responden terhadap pempek ampas tahu. Jumlah responden pada percobaan 1 sebanyak 42 orang, sedangkan pada percobaan 2 sebanyak 53 orang.

Tabel 4.1 Tabel Spesifikasi Aroma Percobaan 1 dan 2

No. Kategori Aroma Percobaan 1 Percobaan 2

1 Agak bau 2,38% 1,89%

2 Bau 9,52% 0,00%

3 Biasa saja 78,57% 84,90%

4 Harum 9,52% 13,20%

Tabel 4.2 Tabel Spesifikasi Rasa Percobaan 1 dan 2

No. Kategori Rasa Percobaan 1 Percobaan 2

1 Asin 40,47% 15,09%

2 Aneh 4,76% 9,43%

3 Hambar 26,19% 32,08%

4 Pas 28,57% 43,39%

Tabel 4.3 Tabel Spesifikasi Tekstur Percobaan 1 dan 2

Tabel 4.4 Tabel Spesifikasi Penampilan Percobaan 1 dan 2

No.

Kategori

Penampilan Percobaan 1 Percobaan 2

1 Biasa saja 69,04% 49,06%

2 Kurang menarik 7,14% 33,96%

No. Kategori Tekstur Percobaan 1 Percobaan 2

1 Biasa saja 7,14% 35,85%

2 Lembut 2,38% 54,77%

3 Keras 61,90% 9,43%

(17)

3 Menarik 21,42% 16,98%

4 Sangat Menarik 2,38% 0,00%

Pada percobaan I, rata-rata saran yang diberikan oleh para responden hampir serupa, yaitu sebaiknya tekstur pempek ampas tahu tersebut jangan terlalu keras. Responden juga bependapat agar pempek ampas tahu tersebut diberi tambahan bumbu sehingga rasanya lebih enak dan tidak terlalu hambar. Selain itu, responden juga menyarankan agar bentuk pempek ampas tahu dibuat lebih menarik agar responden tertarik untuk mencicipinya.

Pada percobaan II sebagian responden berpendapat bahwa pempek ampas tahu tersebut rasanya terlalu asin, sehingga sebaiknya penambahan garam tidak terlalu banyak. Sebagian lagi berpendapat bahwa pempek ampas tahu pada percobaan II masih kurang diberi bumbu dan tidak adanya rasa yang khas, yang mencirikan pempek ampas tahu tersebut. Penampilan pempek ampas tahu tersebut juga disarankan untuk diperbagus lagi, karena masih kurang menarik.

BAB V PEMBAHASAN

Jumlah responden pada percobaan I lebih sedikit daripada jumlah responden pada percobaan II. Hal ini terjadi karena pada percobaan I para responden kurang tertarik untuk mencicipi pempek ampas tahu yang diteliti dan jumlah angket yang dikembalikan tidak sama dengan jumlah angket yang disebar. Sedangkan pada percobaan II, para responden lebih tertarik untuk mencicipi pempek ampas tahu yang dibuat karena mereka ingin tahu apakah ada perubahan pada pempek ampas tahu pada percobaan II dibandingkan dengan pempek ampas tahu pada percobaan sebelumya. Sehingga, jumlah responden pada percobaan II lebih banyak daripada percobaan I.

Setelah dilakukan uji organoleptik dan responden diminta mengisi angket, didapatkan data sebagai berikut :

(18)

menyatakan agak bau. Pada percobaan II sebanyak 84,90% responden menyatakan aroma pempek ampas tahu biasa saja, 13,20% menyatakan harum, 1,89% menyatakan agak bau, dan tidak ada responden yang menyatakan bau.

1.2 Pada percobaan I dalam kategori rasa pada pempek ampas tahu tersebut 40,47% menyatakan asin, 28,57% menyatakan pas, 26,19% menyatakan hambar, dan sebanyak 4,76% responden lain menyatakan aneh. Sedangkan pada percobaan II, 43,39% responden menyatakan rasa pempek ampas tahu tersebut pas, 32,08% menyatakan rasanya hambar, 15,09% menyatakan asin, dan 9,43% menyatakan aneh.

1.3 Untuk percobaan I, 61,90% responden menyatakan bahwa tekstur pempek ampas tahu keras, 28,57% menyatakan sangat keras, 7,14% menyatakan biasa saja, sedangkan 2,38% menyatakan tekstur pempek ampas tahu lembut. Untuk percobaan II, mayoritas responden (54,77%) menyatakan bahwa tekstur pempek ampas tahu yang dibuat lembut, 35,85% menyatakan biasa saja, 9,43% menyatakan keras. Tidak ada responden yang menyatakan bahwa tekstur pempek ampas tahu sangat keras.

(19)

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan

Dari data-data yang berhasil dihimpun dan berdasarkan hasil percobaan yang telah penulis lakukan, dapat penulis simpulkan bahwa:

6.1.1. Kandungan gizi dalam ampas tahu masih cukup banyak sehingga layak dikonsumsi.

6.1.2. Ampas tahu yang selama ini dibuang dan menjadi salah satu sampah organik dapat diolah mernjadi alternatif sumber makanan baru.

6.1.3. Tingkat penerimaan responden terhadap pempek ampas tahu cukup baik. 6.2. Saran

Setelah melakukan penelitian dan percobaan, maka penulis menyarankan:

6.2.1. Pengolahan pempek ampas tahu sebaiknya disosialisasikan kepada masyarakat luas, mengingat kandungan gizi dari ampas tahu yang masih layak dikonsumsi sangat disayangkan bila hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

6.2.2. Sebaiknya penelitian mengenai pemanfaatan limbah yang memiliki nilai guna seperti ampas tahu semakin sering dilakukan mengingat limbah pada saat sekarang ini telah menjadi permasalahan besar yang seringkali mengganggu keseimbangan lingkungan.

(20)

6.2.4. Sebaiknya pemerintah semakin aktif untuk menyokong atau memberi dorongan kepada para peneliti dalam berbagai bidang, khususnya biologi.

DAFTAR PUSTAKA

Astawan, Made dan Mita Wahyuni Astawan. 1991. (1). Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. Jakarta: CV. Akademika Pressindo.

Bayuputra.com. 2011. “Perbandingan Kandungan Gizi Pada Tahu dan Ampas Tahu”. http://bayuputra.com. Diunduh pada 18 Februari 2011.

Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. Wootton. 2007. Food Science; Ilmu Pangan. Hari Purnomo dan Adiono (Terj.). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Cisaruafarm.com. 2009. “Ampas Tahu”. http://cisaruafarm.com. Diunduh pada 19 Februari 2011.

Docstoc.com. 2010. “MANAKAN”. http://www.docstoc.com. Diunduh pada 18 Februari 2011.

Hadiyanto. 2010. “Perbandingan Nilai Nutrisi Ampas Tahu Terfermentasi oleh Aspergillus”. http://id.shvoong.com. Diunduh pada 19 Februari 2011.

Pranata, Halim. 2010. “Hygine dan Sanitasi Makanan”. http://www.halim91.co.cc. Diunduh pada 18 Februari 2011.

Priyatni, Endah Tri, Titik Harsiati, Ary Anugrahany, dan Andri Irawati. 2008. (1). Bahasa dan Sastra Indonesia 2 SMA/ MA Program Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial Kelas XI. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Requestartikel.com. 2010. “Kandungan ampas tahu dan kegunaannya”. http://requestartikel.com. Diunduh pada 20 Februari 2011.

Subkhi, Rizkon. 2010. “SHOPPING MALL DI KOTA TEGAL”. http://eprints.undip.ac.id. Diunduh pada 19 Februari 2011.

(21)

1. Bagaimana aroma dari pempek ampas tahu ini?

 Agak bau

 Bau

 Biasa saja

 Harum

2. Bagaimana rasa dari pempek ampas tahu ini?

 Asin

 Aneh

 Hambar

 Pas

3. Bagaimana tekstur dari pempek ampas tahu ini?

 Biasa saja

 Lembut

 Keras

 Sangat keras

4. Bagaimana penampilan dari pempek ampas tahu ini?

 Biasa saja

 Kurang menarik

 Menarik

 Sangat menarik

5. Apakah komentar dan saran anda tentang pempek ampas tahu buatan kami?

(22)
(23)

Gambar

Tabel 4.2 Tabel Spesifikasi Rasa Percobaan 1 dan 2

Referensi

Dokumen terkait

Limbah yang diolah oleh instalasi pengolahan air limbah PT SIER berasal dari limbah domestik atau limbah industri dari berbagai perusahaan/industri yang berada di

Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa air limbah pengolahan tempe dan tahu telah memenuhi baku mutu air limbah industri pengolahan

Sampah merupakan barang yang tidak berguna atau merupakan barang yang terbuang dari aktifitas manusia baik itu limbah industri maupun limbah dari pembuangan kotoran manusia.

Selain itu, pengolahan secara anaerobik adalah metode yang paling banyak digunakan dalam pengolahan limbah organik karena kinerjanya tinggi dalam pengurangan volume

• cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri.. Premi untuk asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,

Pengolahan tepung darah dengan cara penyerapan biasa dilakukan dengan menyerapkan darah ke dalam limbah industri pertanian agar proses pengeringan lebih mudah,

Air limbah yang dihasilkan dari aktifitas produksi kecap diolah dengan melalui serangkaian proses pengolahan baik secara kimiawi yaitu proses koagulasi dan

Pada sektor pengolahan limbah industri, proses membran terbukti berhasil menghasilkan efluen dengan kualitas di atas standar baku mutu yang memungkinkan untuk