• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Simposium Fisika Nasional XXV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Prosiding Simposium Fisika Nasional XXV"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP SISWA SEKOLAH MENENGAH MALAYSIA DAN INDONESIA

TERHADAP SAINS DAN TEKNOLOGI

A.Halim

1

, M.Hasan

1

, Muhibuddin

1

, Nasrullah Idris

2

, T.Subahan B Meerah

3

,

Lilia Halim

3

, and Kamisah Othman

3

1

Department of Science Education, Training Teacher and Education Faculty, Syiah Kuala University

2

Department of Physics, Mathematic and Science Faculty, Syiah Kuala University 3

Department of Science Education, Education Faculty, National University of Malaysia Email: subhan@ukm.my; bdlhalim@yahoo.com

ABSTRAK

Kajian ini bersifat survei dengan menggunakan Instrumen Pengukuran Budaya Sains dan Teknologi (IPBST) pada 467 siswa Sekolah Menengah di Indonesia dan 784 siswa Sekolah Menengah di Malaysia. Hasil kajian menunjukkan siswa SM Malaysia memiliki sikap yang lebih beretika terhadap Sains dan Teknologi, sikap lebih positif terhadap penggunaan hewan percobaan dan terhadap sifat dan praktek ilmiah. Sedangkan siswa SM Indonesia memiliki tingkat kesadaran yang lebih baik terhadap lingkungan, sikap lebih positif terhadap Sains dan Teknologi. Secara keseluruhan profil sikap terhadap Sains dan Teknologi antara siswa SM Malaysia dan SM Indonesia tidak terdapat perbedaan yang berarti pada taraf signifikansi 1% (t = 0.04). Berdasarkan interprestasi skala yang disarankan oleh Green & Akey, hasil kajian ini (rata-rata 2.023 dan 2.009) termasuk kategori tinggi, artinya siswa SM Malaysia dan Indonesia sama-sama memiliki sikap positif terhadap Sains dan Teknologi.

Kata kunci: budaya, sains dan teknologi, sikap siswa, indikator budaya S&T

ABSTRACT

This study is a survey using Instruments of Science and Technology Culture Measurement (IPBST) on 467 high school students in Indonesia, and 784 high school students in Malaysia. The study results indicate Malaysian high school students has a more ethical attitude towards Science and Technology, more positive attitudes towards the use of experimental animals and the nature and practice of science. While, Indonesian high school students has a better level of awareness of the environment, more positive attitudes towards Science and Technology. Overall profile of attitudes towards science and technology among students SM SM Malaysia and Indonesia there is no significant difference at 1% significance level (t = 0.04). Based on the interpretation of scales suggested by Green & Akey, the results of this study (average of 2,023 and 2,009) were high, it means that Malaysian and Indonesia high school students both have a positive attitude towards Science and Technology.

Keywords: culture, science and technology, student attitudes, indicators of S & T culture

PENDAHULUAN

Berbagai bentuk definisi tentang sikap (attitude) yang telah dikemukan oleh pakar

pendidikan dan psikologi. Menurut Webster’s New World Telecom Dictionary (2008) sikap

(2)

244 |Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

kecenderungan seseorang terhadap suatu objek atau suatu kejadian. Sedangkan menurut The

American Heritage Dictionary (2007) sikap didefinisikan sebagai suatu keadaan minda

(mind) atau suatu perasaan kecenderungan terhadap kerja. Dalam konteks pendidikan dan

psikologi sikap didefinisikan sebagai satu bentuk respon dari hasil evaluasi, biasanya

dibedakan dengan kepercayaan yang terkait langsung dengan motivasi dan tingkah laku

(Philosophy Dictionary 2005). Kutipan langsung dari artikel Jung (1995) menunjukkan

definisi sikap seperti berikut:

Attitude is a hypothetical construct that represents an individual’s like or dislike for an item. Attitudes are positive, negative or neutral views of an “attitude object”: i.e. a

person, behaviour or event. People can also be “ambivalent” towards a target, meaning

that they simultaneously possess a positive and a negative bias towards the attitude in

question. Attitudes are composed from various forms of judgments. Attitudes develop on

the ABC model (affect, behavioral change and cognition). The affective response is a

physiological response that expresses an individual’s preference for an entity. The

behavioral intention is a verbal indication of the intention of an individual. The cognitive

response is a cognitive evaluation of the entity to form an attitude. Most attitudes in

individuals are a result of observational learning from their environment (Jung 1995).

Berdasarkan beberapa kutipan di atas itilah sikap (attitude) dapat didefinisikan secara ringkas

dalam bentuk susunan kalimat berikut: ”Sikap (attitude) adalah bentuk respon, tindakan, atau

prilaku sebagai manifestasi terhadap pandangan atau kecenderungan mental seseorang

terhadap satu masalah (attitude object), yang terkait dengan proses sains”. Pemahaman

dengan istilah sikap akan lebih mudah dengan melihat kata-kata yang memiliki arti sama atau

kata-kata sinonim dari istilah sikap. Perkataan yang semakna dengan istilah sikap adalah:

State of mind: mood, opinion, idea about, viewpoint, point of view, standpoint, outlook, perspective, belief, air, demeanor, manner, condition of mind, habitual mode of regarding

something, disposition of mind, state of feeling, mindset, manner of thinking, way of looking at

things, position, reaction, bias, slant, set, leaning, proclivity, bent, inclination, propensity,

cast, emotion, temper, temperament, sensibility, disposition, mental state, notion, philosophy,

view, approach, stance, stand, orientation, nature, makeup, frame of mind, character.

Dengan demikian istilah sikap terhadap sain dan teknologi dapat dipahami sebagai

(3)

kecenderungan mental seseorang terhadap satu masalah (attitude object), yang terkait dengan

Sains dan Teknolohaagi. Secara garis besar (secara umum) istilah sikap terdapat sains dan

teknologi juga dapat dipahami sebagai kenyakinan dan motivasi terhadap sains dan teknologi.

Disamping itu sikap terhadap sains dan teknologi juga sebagai salah satu dimensi budaya

sains dan teknologi yang lebih mewarnai budaya sains dan teknologi suatu komunitas

akademik dan masyarakat biasa dibandingkan terhadap dimensi-dimensi yang lain.

Oleh karena itu, sikap (siswa) terhadap sains dan teknologi sangat dipengaruhi oleh

pengetahuan, pengalaman, dan opini siswa terhadap sumber rujukan dan lingkungan tempat ia

belajar. Dalam konteks yang lebih umun sikap siswa terhadap sains dan teknologi sangat

tergantung pada wawasan dan program dari sistem pendidikan suatu negara. Beberapa

penelitian terdahulu menunjukkan bahwa lingkungan kelas dan lingkungan rumah

mempengaruhi sikap siswa terhadap sains dan teknologi. Simpson dan Oliver (1990)

menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan kepribadian siswa,

sekolah dan keluarga. Beberapa peneliti menemukan hubungan antara keluarga (orang tua)

dengan sikap dan ketertarikan remaja terhadap sains (Talton & Simpson, 1986).

Sebaliknya Ebenezer and Zoller (1993) menemukan bahwa siswa lebih suka mengambil

bagian dalam pembelajaran sains dan teknologi daripada menyelesaiankan studi berorientasi

ceramah dalam ruang kelas. Lebih jauh beberapa kajian dalam konteks negara Malaysia

menunjukkan kemerosotan tingkat kesadaran dan penghargaan terhadap sians dan teknologi

pada masyarakat biasa dan masyarakat akademik. Tingkat kesadaran (awareness) yang terkait

dengan sains dan isu umum tentang teknologi didapati rendah dan menurun dari 2,29 pada

tahun 1996 menjadi 2.23 pada tahun 1998, dan terus turun menjadi 2.18 pada tahun 2000

sesuai dengan skala indeks 4 berarti maksimun (Rosilawati Othman 2007).

Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu tersebut menunjukkan bahwa sikap

siswa atau masyarakat biasa terhadap sains dan teknologi sangat dipengaruhi oleh

pengetahuan, pengalaman, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan kelompok belajar

siswa. Khusus terkait dengan sikap siswa terhadap sains dan teknologi perlu dikaji lebih

mendetail, karena ia akan berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum dan sistem

pendidikan sains dan teknologi pada suatu negara. Malaysia dan Indonesia masih mempunyai

kesamaan, terutama dalam sektor pendidikan, khususnya pendidikan sains dan teknologi.

(4)

246 |Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

METODOLOGI

Pengukuran tahapan eksistensi sikap siswa terhadap sains dan teknologi secara

menyeluruh memerlukan instrumen yang reliabel dan valid. Oleh karena itu, dalam penelitian

sebelumnya telah dikembangkan satu bentuk instrumen budaya sains dan teknologi yang

terdiri dari tiga dimensi utama; sikap, pengetahuan, dan karakteristik saintis. Dalam penelitian

sekarang ini akan difokuskan pada indikator sikap siswa terhadap sains dan teknologi yang

terdiri dari 10 item seperti ditunjukkan dalam tabel 1 berikut.

Tabel 1. Item untuk indikator A: Sikap terhadap sains dan teknologi

No Item Indikator A: Sikap Terhadap Sains dan Teknologi SS S TP TS STS A1 Saya pikir sains menyenangkan

( I think science is enjoyable) 1 2 3 4 5

A2 Saya rasa sains sangat penting.

(I think science is very important) 1 2 3 4 5

A3 Sains membantu saya untuk meningkatkan kemampuan berfikir saya

(Science helps me to improves my thinking ability) 1 2 3 4 5 A4 Sains membantu saya menyelesaikan masalah

(Science helps me to solve problem) 1 2 3 4 5

A5 Sains dan teknologi penting untuk masyarakat

(Science and technology are important for society) 1 2 3 4 5 A6 Saya suka mempelajari sains di sekolah.

(I like to study science in school) 1 2 3 4 5

A7 Saya berminat dengan pekerjaan yang terkait dengan sains

(I am interested in jobs relating to science) 1 2 3 4 5 A8 Saya harap lebih banyak waktu diberikan untuk belajar sains

(I wish more time is given for study science) 1 2 3 4 5 A9 Saya berminat menjadi saintis (ilmuan)

(I would like to be a scientist) 1 2 3 4 5

A1 0

Apa yang saya belajar tentang sains adalah penting untuk kehidupan

saya. (What I learn about science is important for my life) 1 2 3 4 5 SS = Sangat Setuju; S = Setuju; TP = Tidak Pasti; TS = Tidak Setuju; STS = Sangat Tidak Setuju.

Setiap item dalam tabel 1 untuk indikator A telah dilakukan validitasi dan reliabilitas dalam

penelitian sebelumnya (Halim 2008) dan didapat nilainya seperti dalam tabel 2 berikut.

(5)

Hasil analisis item menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas rata-rata untuk 10 item

adalah 0.8011. Dengan melihat nilai :alpha if item deleted” didapat bahwa jika item 8

dihilangkan, maka koefisien kebolehpercayaan alpha Cronbach akan meningkat menjadi 0.86.

Dalam peleksanaan penelitian item 8 tetap dipertahankan, tetapi dalam analisis data item 8

dipisahkan karena kurang memberi kontribusi terhadap keseluruhan item. Kesemua item

tersebut diberikan kepada 467 siswa Sekolah Menengah di Indonesia dan 784 siswa Sekolah

Menengah Kebangsaan di Malaysia berumur 16 tahun. Untuk pengambilan sampel digunakan

teknik cluster sampling berdasarkan kemampuan akademik respondensi (rendah, sedang, dan

tinggi) yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru bidang studi.

Untuk mendapatkan informasi secara menyeluruh tentang sikap siswa Malaysia dan

Indonesia digunakan metode statitik deskriptif. Sedangkan untuk mengetahui sifat komperatif

antara siswa Malaysia dan Indonesia digunakan metode statitik inferensi dengan formulasi

uji-t. Perbedaan sikap terhadap sains dan teknologi antara laki-laki dan perempuan juga

dianalisis dengan menggunakan formulasi uji t. Selanjutnya untuk mengetahui item yang

paling berpengaruh terhadap sikap terhadap sains dan teknologi digunakan statistik inferensi

dengan formulasi koefisien korelasi (r).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Terdapat tiga jenis informasi yang ingin didapat melalui penelitian ini. Pertama, gambaran

deskriptif secara menyeluruh tentang sikap siswa terhadap sains dan teknologi, Kedua,

perbendaan sikap antara siswa Sekolah Menengah di Malaysian dan Indonesia.

a) Deskriptif Sikap terhadap Sains dan Teknologi

Secara keseluruhan sikap siswa Sekolah Menengah di Malaysian dan Indonesia ditunjukkan

oleh grafik dalam gambar 1 berikut.

(6)

248 |Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

Grafik sebelah kanan (dalam gambar 1 diatas) menggambarkan sikap siswa Sekolah

Menengah Malaysia, sedangkan grafik sebelah kiri menunjukkan sikap siswa Sekolah

Menengah Indonesian terhadap sains dan teknologi. Kategori respon siswa dimulai dari SS

(Sangat Setuju) dengan indeks 1 sampai dengan STS (Sangat Tidak Setuju) dengan indeks 5.

Rata-rata untuk sikap siswa SM Indonesia 1.99, sedangkan sikap siswa SM Malaysia 2.12. Ini

memberi gambaran secara kasar bahwa siswa SM Indonesia lebih cenderung memilih sikap

setuju dan sangat setuju dibadingkan sikap siswa SM Malaysia yang cenderung memilih

setuju dan tidak memahami (netral) terhadap item-item dalam indikator sikap terhadap sains

dan teknologi. Apakah angka ini memang menujukkan beda secara statistik atau tidak ada

perbedaan secara signifikansi akan dikaji dengan menggunakan uji t pada bagian selanjutnya.

Tingkat penyembaran respon siswa lebih menonjol pada siwa SM Malaysia (0.53)

dibandingkan sengan penyebaran respon siswa SM Indonesia (0.43). Ini memberi gambaran

bahwa siswa SM Indonesia lebih seragam dalam memberi respon terhadap sains dan

teknologi dibandingkan dengan siswa SM Malaysia.

b) Perbedaan Sikap Siswa SM Malaysia dan Indonesia

Secara lebih mendetail respon siswa terhadap sains dan teknologi dapat diuji dengan

menggunakan formulasi uji-t. Keseluruhan indikator budaya sains dan teknologi, perbedaan

budaya sains dan teknologi siswa SM Malaysia dan Indonesia ditunjukkan dalam tabel 2

berikut.

Tabel 3. Perbedaan respon rata-rata antara siswa SM Malaysia dan SM Indonesia Subscales Mean Standard deviations t T Reject P

M(1) M(2) Sd(1) Sd(2) statistic tables Ho

A 2.120 1.990 0.539 0.443 4.616 2.580 Yes 0.0000 B 1.909 1.667 0.460 0.365 9.700 2.580 Yes 0.0004 C 2.528 2.436 0.457 0.413 3.561 2.580 Yes 0.0000 D 2.538 2.874 0.484 0.573 -11.06 2.580 Yes 0.0000 E 2.739 2.941 0.611 0.662 -5.473 2.580 Yes 0.0000 F 2.107 2.044 0.542 0.425 2.136 2.580 No 0.0330 G 2.266 2.263 0.466 0.445 0.118 2.580 No 0.9060 H 1.874 2.002 0.554 0.453 -4.219 2.580 Yes 0.0000 I 2.478 2.232 0.597 0.528 7.350 2.580 Yes 0.0000 J 1.689 1.655 0.252 0.337 2.073 2.580 No 0.0380

Totality 2.023 2.009 0.745 0.787 0.04 2.845 No 0.968

(7)

A : Sikap terhadap Sains dan Teknologi F : Memahami Keterbatasan Akal Manusia B : Kesadaran terhadap Lingkungan G : Pandangan Siswa Terhadap Indikator Sains

dan Teknologi

C : Sifat Pengetahuan Sains H : Kebiasaan Siswa Berpemikiran Ilmiah D : Etika Sains dan Teknologi I : Kegiatan Siswa Sains di luar Sekolah E : Sikap Siswa Terhadap Penggunaan Hewan Percobaan J : Pengetahuan Dasar Siswa tentang Sains.

Berdasarkan tabel 3 dapat dipahami bahwa siswa SM Malaysia dan Indonesia memiliki sikap

yang berbeda secara statistik (t = 4.616 dan T = 2.580) pada taraf signifikansi 0.05. Ini dapat

dipahami bahwa sikap siswa SM Indonesia lebih cenderung ke arah setuju dan sangat setuju

(rata-rata = 1.99) dibandingkan sikap siswa SM Malaysia (rata-rata = 2.12) yang lebih

cenderung ke arah setuju dan tidak memahami. Secara lebih mendetail dapat dianalisis untuk

mengetahui item mana saja (dalam indikator sikap) yang berbeda secara statistik antara siswa

SM Malaysia dan Indonesia. Hasil analisis ditunjukkan dalam tabel 4 berikut.

Tabel 4.

Items Mean Standard deviations t T Reject P M(1) M(2) Sd(1) Sd(2) Statistic tables Ho

A1 1.83 1.87 0.77 0.66 -0.940 2.580 No 0.347 A2 1.43 1.42 0.75 0.56 0.289 2.580 No 0.773 A3 1.74 1.67 0.77 0.63 1.676 2.580 No 0.094 A4 2.05 2.43 0.87 0.77 -7.751 2.580 Yes 0.000 A5 1.60 1.43 0.82 0.61 3.849 2.580 Yes 0.000 A6 2.05 2.03 0.89 0.67 0.325 2.580 No 0.745 A7 2.24 2.12 1.06 0.93 1.939 2.580 No 0.053 A8 3.64 2.41 1.09 0.88 20.300 2.580 Yes 0.000 A9 2.15 2.68 0.98 1.01 -8.957 2.580 Yes 0.000 A10 2.89 1.82 1.12 0.74 18.076 2.580 Yes 0.000

Ket: (1): Siswa Sekolah Menengah Malaysia; (2): Siswa Sekolah Menengah Indonesia. A1 : Saya pikir sains menyenangkan A6 : Saya suka mempelajari sains di sekolah A2 : Saya rasa sains sangat penting. A7 : Saya berminat dengan pekerjaan yang

terkait dengan sains A3 : Sains membantu saya untuk meningkatkan

kemampuan berfikir saya

A8 : Saya harap lebih banyak waktu diberikan untuk belajar sains

A4 : Sains membantu saya menyelesaikan masalah A9 : Saya berminat menjadi saintis (ilmuan) A5 : Sains dan teknologi penting untuk masyarakat A10 : Apa yang saya belajar tentang sains

(8)

250 |Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

Berdasarkan data dalam tabel 4 dapat dipahami bahwa siswa SM Malaysia dan

Indonesia memiliki sikap yang sama terkait dengan (i) kegunaan sains dan teknologi dan (ii)

keinginan mempelajari dan pekerjaan yang terkait dengan sains dan teknologi. Sebaliknya

kedua kelompok siswa berbeda pandangan tentang (i) pentingnya sains dan teknologi bagi

mansyarakat dan (ii) pentingnya sains dan teknologi bagi diri siswa. Berdasarkan rata-rata

untuk item A10 dapat dipahami bahwa siswa SM Indonesia lebih cenderung kearah ”setuju”

dan ”sangat setuju” dengan penyataan bahwa mempelajari sains merupakan sesuatu yang

sangat penting bagi diri siswa (M(2) = 1.43). Sebaliknya peranan sains dan teknologi dalam

penyelesaian masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari, siswa SM Indonesia melihat

kurang peranan dan siswa cenderung kearah tidak memahami (TP) atau tidak melihat peranan

sains dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari (M(2) = 2.89).

KESIMPULAN

Item-item indikator yang mewakili sikap siswa terhadap sains dan teknologi yang

sangat dominan dan besar sumbangannya adalah item A2 : Saya rasa sains dan teknologi

sangat penting dan item A6 : Saya suka mempelajari sains di sekolah. Sedangkan item A8

agak kurang bermakna sumbangannya terhadap indikator sikap terhaap sains dan teknologi.

Item A8 lebih banyak siswa memilih tidak paham dan tidak setuju, tambahan pula kalau item

ini digugurkan dalam instrumen sikap, indeks reliabilitas intrumen meningkat menjadi 0.856.

Siswa Sekolah Menengah Malaysia dan Indonesia memiliki pandangan yang sama

terhadap kegunaan sains dan teknologi. Secara keseluruhan mereka setuju dan sangat setuju

dengan pernyataan bahwa sains dan teknologi sangat penting dan menyenangkan. Kedua

kelompok siswa juga memiliki minat yang tinggi dengan perkerjaan yang terkait dengan sains

dan teknologi. Mengenai peranan sains dan teknologi dalam kehidupan siswa dan masyarakat,

kedua kelompok siswa memiliki pandangan yang berbeda. Siswa SM Indonesia lebih

cenderung kearah ”sangat setuju” (M(2) = 1.43) dengan peranan sains dan teknologi untuk

masyarakat, sedangkan siswa SM Malaysia lebih kearah ”setuju” (M(1) = 1.60). Selanjutnya

kepentingan sains dan teknologi, juga kedua kelompok siswa memiliki pandangan yang

berbeda.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pelaksanaan penelitian menggunakan dana Hibah Penelitian Kerjasama Luar Negeri

(9)

karena itu kepada semua sponsor dan pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian ini

kami ucapkan banyak terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Ebenezer, J.B., & Zoller, U. (1993). Grade 10 students’ perceptions of attitudes toward

science teaching and school science. Journal of Research in Science Teaching,

30(2),175-186.

Green, S.B., Salkind, N.J. & Akey, T.M. 1997. Using SPSS For Windows, Analyzing and

Understanding Data. New Jersey: Prentice-Hall.

Jung, C.G. 1995. Two Essays on Analytical Psychology, Collected Works, Volume 7,

Princeton, NJ: Princeton University Press.

Philosophy Dictionary.2005. The Oxford Dictionary of Philosophy. Copyright © 1994, 1996,

2005 by Oxford University Press

Simpson, R.D., & Oliver, J.S. (1990). A summary of major influences on attitude toward

science and achievement in science among adolescent students. Science

Education, 7(1), 1-18.

Talton, E.L., & Simpson, R.D. (1986). Relationships of attitudes toward self, family and

school with attitude toward science among adolescents. Science Education, 7(4),

365-374.

The American Heritage® Dictionary of the English Language,. 2007. Edition Copyright ©

2007., Published by Houghton Mifflin Company.

Webster's New World Telecom Dictionary Copyright © 2008 by Wiley Publishing, Inc.,

Indianapolis, Indiana.

Dr Sue Collins, Michael Reiss and Dr Shirley Simon (2006) A literature review of research

conducted on young people’s attitudes to science education and biomedical

science, Institute of Education, University of London

TANYA JAWAB:

Nama Penanya, Pertanyaan dan Jawaban

1. Abdul Faqih: Bagaimana Pembelajaran Sains dan Teknologi berbasis al-quran ini kita

(10)

252 |Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

Jawaban: Persamasalahan yang ada disekolah selama ini, guru agama dan guru sains

berbeda orangnya, bukan satu satu individu, sehingga pembelajaran Sain dan Teknologi

terpisah atau ada gab dengan agama. Salah satu cara yang paling efektif adalah setiap

guru yang ditugaskan mengajar Fisika, Kimia, dan Biologi juga memahami asal usul

setiap pengetahuan (sumber al-quran dan hadist)

2. Sri Astuti: Bagaimana kita ajarkan siswa sehingga mereka menyadari pentingnya

memahami Sains dan teknologhi serta mereka sadar akan lingkungan.

Jawaban: Kalau memungkinkan kita buat satu modul yang isinya menyetuh fenomena

akibat dari ketidakpedulian kita terhadap lingklungan. Diberikan pengetahuan tentang

(11)

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI

PADA MATA PELAJARAN IPA

1

Abdul Faqih, 2Dwikoranto

1

Unit Program Belajar Jarak Jauh UT Surabaya, 2FMIPA Unesa E-mail: faqih@ut-surabaya.net, dwi_bsc.saja@yahoo.co.id

ABSTRAK

Untuk dapat memperbaiki suatu proses pembelajaran, kita perlu mengoreksi proses pembelajaran. mengakifkan siswa dalam proses pembelajaran agar bermakna bagi siswa sehingga pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan peneliti berkolaborasi dengan guru SD Mojoruntut Sidoarjo.Penelitian ini menggunakan PTK diharapkan sebanyak II siklus telah berhasil. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas VI SDN Mojoruntut. Data diambil menggunakan instrumen berupa lembar observasi kegiatan belajar mengajar, lembar kerja siswa, dan soal evaluasi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini adalah: (1) memotivasi siswa melalui tanya jawab tentang materi pembelajaran; (2) menyampaikan tujuan pembelajaran; (3) menjelaskan materi dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui kegiatan eksperimen; (4) melakukan kegiatan eksperimen; (5) berdiskusi membahas hasil eksperimen; (6) membimbing membuat kesimpulan; (7)mengerjakan soal evaluasi; (8) menindak lanjuti hasil pembelajaran. Dari hasil analis didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II. Hasil belajar siswa dilihat dari rata-rata kelas yaitu, siklus I (60,00) dan siklus II (87,89). Simpulan dari penelitian ini adalah pendekatan keterampilan proses dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa Kelas VI Sekolah Dasar. Pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.

Kata Kunci: Pendekatan keterampilan proses, hasil belajar IPA

ABSTRACT

(12)

254 |Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

natural student of improvement of cycle of I until cycle of II. Result learn student seen from class mean that is, cycle of I (68,00) and cycle of II (87,89). Node of this research is approach of skill of process can improve result learn student. Approach of this study can be used as one of the alternative in study of IPA in Elementary School.

Keyword: Approach of process skill, result of learning.

PENDAHULUAN

Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara global telah mengalami

perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan

sehari-hari yang terjadi di lingkungan kita. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ditunjang

oleh ilmu pengetahuan alam yang menjadi dasar dan penunjang teknologi-teknologi baru.

IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep

yang terorganisasi secara logis sistematis tentang alam sekitar yang diperoleh dari

pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti: pengamatan, penyelidikan,

penyusunan hipotesis, dan yang diikuti pengujian gagasan-gagasan.

Pendidikan ilmu pengetahuan alam di sekolah dasar bertujuan untuk menyiapkan

peserta didik agar tanggap menghadapi lingkunganya, karena dengan belajar ilmu

pengetahuan alam siswa dapat belajar memahami fenomena-fenomena alam yang terjadi di

lingkungannya. Oleh sebab itu pembelajaran ilmu pengetahuan alam di Sekolah Dasar

menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung sehingga pembelajaran

yang diterima dapat bertahan lebih lama yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

Seperti yang kita ketahui bersama hampir di semua sekolah, pembelajaran ilmu

pengetahuan alam hanya dengan mengutarakan suatu konsep secara tulisan saja sehingga

pembelajaran bagi peserta didik sangat membosankan, seperti yang dikatakan oleh Uzer

Usman (2000) bahwa“pengajaran yang menggunakan banyak verbalisme tentu akan cepat

membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira belajar karena

merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya”.

Bruner (1977) menyatakan bahwa “proses pembelajaran di kelas bukan untuk

menghasilkan perpustakaan hidup untuk suatu subjek keilmuwan, tetapi untuk melatih siswa

berfikir kritis, mempertimbangkan hal-hal yang ada di sekitarnya, dan berpartisipasi aktif

(13)

Guru tidak hanya menyampaikan materi saja tetapi guru haruslah dapat merangsang

perkembangan siswa. Peran guru dalam pembelajaran bukan sebagai pemberi informasi

melainkan sebagai penuntun untuk mendapatkan informasi.

Adam dan Decey (2003) mengemukakan “peranan guru dalam proses belajar

mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola

kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai evaluator”.

Dalam kurikulum KTSP (2006) mata pelajaran ilmu pengetahuan alam di Sekolah

Dasar, pembelajaran ilmu pengetahuan alam harus dapat menumbuhkan kemampuan berpikir,

bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan

hidup.

Seorang guru hendaknya memandang pembelajaran ilmu pengetahuan alam tidak

hanya menekankan pada hasil saja, melainkan juga menekankan pada proses untuk

memahami proses dan konsep tersebut, sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Jika guru dalam mengajarkan konsep

ilmu pengetahuan alam lebih menekankan pada proses dimana siswa mengkonstruksikan

pengetahuanya sendiri untuk memahami masalah atau objek yang diamati, dapat membawa

dampak yang positif bagi kemajuan belajar siswa yang berorientasi pada peningkatan hasil

dan prestasi belajar siswa.

Secara psikologis, siswa sekolah dasar akan dengan mudah memahami konsep-konsep

yang abstrak dan rumit jika disertai contoh-contoh konkrit melalui konsep yang telah siswa

miliki sebelumnya dan berlangsung wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

Pemahaman siswa akan lebih bermakna dan dapat mengingat lebih lama, lebih-lebih jika

siswa mendapat kesempatan mempraktekkan sendiri, melakukan penemuan konsep melalui

perlakuan terhadap kenyataan fisik dan penanganan benda-benda.

Guru perlu merancang dan melaksanakan suatu pembelajaran yang memungkinkan

siswa mengkonstruksikan pemikiranya sendiri untuk menemukan konsep dan prinsip ilmu

pengetahuan alam tersebut serta mengetahui untuk apa konsep tersebut dipelajari. Dengan

memberikan kesempatan kepada siswa mengkonstruksikan pemikiranya sendiri, siswa dapat

belajar lebih aktif, kreatif, menumbuhkan kesan bermakna dan menarik bagi siswa, sehingga

hasil belajar yang diharapkan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam dapat tercapai.

Dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan alam harus menggunakan suatu

(14)

256 |Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan cara

mendorong siswa meningkatkan kemampuan berfikir kreatif dalam menyusun rencana

penyelesaian dan melibatkan serta mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan

guru hanya sebagai fasilitator.

Bila meninjau cara pembelajaran yang diharapkan itu maka salah satu pendekatan

pembelajaran yang memiliki sifat dan karakter tersebut adalah pembelajaran dengan

pendekatan keterampilan proses. Pada pelaksanaan mata pelajaran ilmu pengetahuan alam

tentang sumber-sumber energi, siswa Kelas VI SDN Mojoruntut Sidoarjo menunjukkan sikap

pasif dan terlihat masih kurang termotivasi terhadap pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari

hasil belajar siswa yang rendah dengan rata-rata kelas yaitu 51,58.

Berdasarkan kenyataan di atas, penelitian perlu dilaksanakan, sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dalam

mempelajari sumber-sumber energi. Setelah mengadakan diskusi dengan Teman Sejawat,

ternyata ditemukan faktor-faktor penyebab rendahnya pemahaman siswa dalam materi

sumber-sumber energi, diantaranya:

1. Metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran kurang bervariasi.

2. Siswa tidak dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran sehingga siswa hanya

sebagai penerima informasi dari guru.

3. Guru kurang memberi bimbingan dan latihan kepada siswa.

Dengan menyadari harapan dan kenyataan tersebut, maka perlu perbaikan

pembelajaran dengan mengimplementasi Pendekatan Keterampilan Proses Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

Rumusan masalah penelitian yang akan dijawab adalah “Apakah Implementasi

pendekatan keterampilan proses pada pembelajaran IPA tentang sumber-sumber energi

berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SDN Mojoruntut

Sidoarjo? ”.

Sesuai dengan permasalahan yang terdapat di atas, tujuan penelitian ini adalah

”Untuk mendeskripsikan apakah Implementasi pendekatan keterampilan proses pada

pembelajaran IPA tentang sumber-sumber energi berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa Kelas VI SDN Mojoruntut Sidoarjo.

Manfaat Penelitian bagi Guru; untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme

(15)

dapat lebih baik, Untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelola sehingga dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Bagi Siswa; dapat meningkatkan pemahaman

siswa dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam tentang sumber-sumber energi, Dapat

meningkatkan minat belajar ilmu pengetahuan alam tentang sumber-sumber energi. Bagi

Sekolah; Memberikan masukan dalam mengektifitaskan pembinaan dan pengelolaan proses

belajar mengajar di sekolah, Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan

sekolah.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian adalah di SDN Mojoruntut Sidoarjo. Waktu pelaksanaan penelitian

adalah pada bulan Maret 2009. Mata pelajaran eksakta yang diteliti sebagai subyek penelitian

adalah Ilmu Pengetahuan Alam. Kelas yang dijadikan ruang pelaksanaan praktek perbaikan

baik siklus I dan siklus II adalah kelas VI. Jumlah siswa sebanyak 19 orang. Terdiri dari

12 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Karakteristik siswa ditinjau dari sudut usia

berkisar 10-12 tahun. Karena usia rata-rata adalah 10-12 tahun dan kemampuan siswa

dianggap homogen maka dalam pembelajaran dilaksanakan sistem klasikal. Karakteristik

siswa yang merupakan subyek penelitian ditinjau dari segi usia cukup homogen, tetapi dari

segi ekonomi dan latar belakang orang tua cukup heterogen.

Prosedur Penelitian Siklus I

Perencanaan:

Langkah-langkah yang ditempuh dalam perencanaan perbaikan pembelajaran IPA untuk

siklus I adalah sebagai berikut:

1). Membuat rencana perbaikan pembelajaran siklus I (terlampir) beserta skenario

tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam

2). Menyiapkan materi pembelajaran ilmu pengetahuan alam tentang sumber-sumber

energi yang tersusun secara sistematis

3). Menyiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam pelaksanaan

pembelajaran ilmu pengetahuan alam tentang sumber-sumber energi

4). Menyiapkan instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi guru, lembar

observasi siswa dan lembar evaluasi sebagai umpan balik dalam mengetahui

(16)

258 |Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 Pelaksanaan

Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:

1) Kegiatan awal

a) Membuka pelajaran dengan mengucap salam

b)Berdo’a

c) Mengabsen siswa

d)Mempersiapkan materi ajar dan alat peraga

e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

2) Kegiatan inti

a) Siswa memperhatikan cerita guru tentang bermain mobil-mobilan

b)Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang mengapa mobil dapat bergerak

merupakan hasil dari energy tertentu.

c) Siswa memperhatikan petunjuk guru sebelum melakukan eksperimen

d)Siswa dibagi menjadi 3 kelompok

e) Setiap kelompok diberi lembar kerja siswa

f) Siswa melakukan eksperimen sesuai dengan lembar kerja yang telah diberikan

g)Siswa berdiskusi mencatat hasil pengamatan pada eksperimen yang telah

dilaksanakan

3) Kegiatan penutup

a)

Siswa mengerjakan tugas dari guru

b)

Guru menutup pelajaran dengan salam. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan guru kelas dibantu oleh Supervisor dan peneliti. Jenis

pengamatannya adalah melihat kesesuaian antara penggunaan pendekatan keterampilan

proses dalam melakukan pengamatan terhadap hasil belajar siswa. Hasil pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan lembar observasi guru, lembar observasi siswa dan soal

evaluasi siswa pada pembelajaran siklus I.

Refleksi

Berdasarkan dari data yang dikumpulkan selama kegiatan pembelajaran siklus I

kemudian dilakukan analisis data. Berdasarkan analisis data kemudian dilakukan refleksi

dengan merenungkan apa yang telah dilakukan dan bagaimana dampaknya terhadap proses

(17)

diskusi dengan Supervsor untuk membuat rencana perbaikan belajar berikutnya, dengan

mempertahankan kekuatan dan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I

sebagai acuan dalam pelaksanaan perbaikan pada siklus II.

Prosedur Penelitian Siklus II

Perencanaan:

Langkah-langkah yang ditempuh dalam perencanaan perbaikan pembelajaran IPA untuk

siklus II adalah ditempuh sebagai berikut:

1). Membuat rencana perbaikan pembelajaran siklus II (terlampir) beserta skenario

tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam

2). Menyiapkan materi pembelajaran ilmu pengetahuan alam tentang sumber-sumber

energi yang tersusun secara sistematis

3). Menyiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam pelaksanaan

pembelajaran ilmu pengetahuan alam tentang sumber-sumber energi

4). Menyiapkan instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi guru, lembar

observasi siswa dan lembar evaluasi sebagai umpan balik dalam mengetahui

pemahaman siswa tentang sumber-sumber energi

Pelaksanaan

Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut :

1) Kegiatan awal

Membuka pelajaran dengan mengucap salam, Berdo’a, Mengabsen siswa,

Mempersiapkan materi ajar dan alat peraga, Guru Menggali pengetahuan awal

(apersepsi). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Kegiatan inti

a) Siswa memperhatikan cerita guru tentang bermain mobil-mobilan

b) Siswa dan guru bertanya jawab tentang isi cerita

c) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang sumber energy dan aplikasinya

dalam kehidupan.

d) Siswa memperhatikan petunjuk guru sebelum melakukan eksperimen

e) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok

f) Setiap kelompok diberi lembar kerja siswa

g) Siswa melakukan eksperimen sesuai dengan lembar kerja yang telah diberikan

(18)

260 |Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

i) Siswa berdiskusi mencatat hasil pengamatan pada eksperimen yang telah

dilaksanakan

3) Kegiatan penutup

Siswa bersama guru membuat kesimpulan secara bersama-sama.Siswa mengerjakan

tugas dari guru. Guru memberikan pekerjaan rumah sebagai tindak lanjut, Guru menutup

pelajaran dengan salam.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti, guru kelas dibantu oleh Supervisor. Jenis

pengamatannya adalah melihat kesesuaian antara penggunaan pendekatan keterampilan

proses dalam melakukan pengamatan terhadap hasil belajar siswa. Hasil pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan lembar observasi guru, lembar observasi siswa dan soal

evaluasi siswa pada pembelajaran siklus II.

Refleksi

Berdasarkan analisis data kemudian dilakukan refleksi dengan merenungkan apa yang

telah dilakukan dan bagaimana dampaknya terhadap proses belajar siswa untuk mengetahui

tingkat keberhasilan dan kegagalan yang dicapai selama tindakan perbaikan pembelajaran.

Hasil refleksi pada siklus II menunjukkan adanya keberhasilan penelitian sehingga tidak

perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Siklus I

Dari hasil penelitian dan berdasarkan data-data yang diperoleh, menunjukkan bahwa

hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang sumber-sumber

energi pada awalnya rendah dengan rata-rata kelas 51,58 Akan tetapi setelah diadakan

perbaikan mulai ada peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I, rata-rata kelas telah

mencapai 68.

Dari segi presentase tingkat keberhasilan siswa. Setelah diadakan perbaikan ada

siklus I mengalami peningkatan dari 42,11% siswa yang mendapat nilai 60 keatas menjadi

(19)

Tabel 1 Daftar Hasil Evaluasi pada Siklus I

No Kode Siswa Nilai

Sebelum Perbaikan Perbaikan siklus I

1 2 3 4

1 AS 30 40

2 AH 50 60

3 A.F 60 60

4 AM 40 50

5 MT 50 60

6 NA 80 90

7 NR 20 30

8 OA 70 80

9 RN 40 50

10 RP 60 70

11 RD 70 80

12 SW 30 40

13 UW 50 60

14 US 60 70

15 VM 50 50

16 DN 60 70

17 NM 50 60

18 MD 70 70

19 MR 40 50

Jumlah 980 1292

Rata-rata 51,58 68

Tabel 2 Distribusi Hasil Evaluasi Sebelum Perbaikan

No Nilai ( N )

Frekuensi

(f) % N X f

1 100 0 0 0

2 90 0 0 0

3 80 1 5,26 80

4 70 3 15,79 210

5 60 4 21,05 240

6 50 5 26,32 250

7 40 3 15,79 120

8 30 2 10,53 60

9 20 1 5,26 20

10 10 0 0 0

(20)

262 |Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

Tabel 3 Distribusi Hasil Evaluasi Siklus I

No Nilai

Tabel 4 Hasil Observasi Guru pada Siklus I

No Aspek yang diobservasi Muncul Komentar Y T

I

PERSIAPAN

Menentukan bahan pembelajaran dan merumuskan tujuan pembelajaran

Mengorganisasikan materi dan alat bantu pembelajaran

Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran Merencanakan prosedur, jenis dan menyiapkan alat penilaian

Melaksanakan pembelajaran secara individu, kelompok dan klasikal

Melaksanakan pembelajaran sesuai tujuan dan urutan yang logis

Menggunakan media/ alat peraga Menggunakan waktu yang efisien.

(21)

√ dirumah

Berdasarkan data yang diperoleh pada table 4 dan setelah dilakukan diskusi dengan

Superviror dapat disadari, terdapat kekurangan seperti guru tidak memberitahukan tujuan

pembelajaran yang akan dilakukan pada kegiatan awal, siswa tidak diberikan kesempatan

untuk bertanya ketika guru bercerita dan menjelaskan perkalian sebagain penjumlahan

berulang, siswa tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi, guru tidak

menyimpulkan hasil diskusi setelah kegiatan eksperimen berakhir dan anggota kelompok

eksperimen terlalu banyak sehingga ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam melakukan

eksperimen. Untuk itu perlu diadakan perbaikan kembali pada siklus II dengan penambahan

penekanan yaitu dengan menerangkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan pada

kegiatan awal, guru memberikan kesempatan untuk bertanya pada siswa, guru memberikan

kesempatan pada siswa untuk menyampaikan hasil diskusi, guru menyimpulkan hasil diskusi

setelah kegiatan eksperimen berakhir dan mengurangi anggota kelompok dalam melakukan

eksperimen. Hal tersebut dilakukan untuk lebih mengaktifkan siswa dalam proses

pembelajaran.

Tabel 5 Hasil Observasi Siswa pada Siklus I

No Aspek Yang Diobservasi

Muncul

Komentar

Ada Tidak

1 Termotivasi dengan kegiatan yang dilakukan guru 2 Memperhatikan penjelasan guru √

3 Aktif bertanya saat pembelajaran

berlangsung √

4 Bersemangat dalam kegiatan

pembelajaran √

5 Bekerja dalam kelompok untuk

mengerjakan LKS √

6 Berdiskusi antar siswa dan guru √

7 Berdiskusi antar siswa √

8 Menyajikan hasil diskusi √

9 Menyimpulkan pembelajaran bersama guru

(22)

264 |Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada Siklus I sudah ada peningkatan hasil belajar

siswa. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1. Siswa lebih bersemangat dalam mengerjakan

eksperimen. Siswa lebih antusias dalam mempelajari sumber-sumber energi dengan

melakukan eksperimen dalam kelompok. Sudah ada peningkatan hasil belajar siswa. Masih

ada siswa yang kurang aktif dalam melakukan eksperimen. Sedangkan siswa yang

kemampuannya ada di bawah rata-rata masih perlu banyak bimbingan guru. Aktivitas siswa

dalam pembelajaran dapat dilihat pada tabel 5.

Hasil Siklus II

Dari hasil penelitian, hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

tentang sumber-sumber energi diadakan perbaikan, yang semula rata-rata kelas pada siklus I

adalah 68 pada perbaikan siklus II mengalami peningkatan menjadi 87,89.

Tabel 6 Daftar Hasil Evaluasi pada Siklus II

No Nama Siswa Nilai

Perbaikan Perbaikan

1 2 3 4

1 AS 40 50

2 AH 60 60

3 A.F 60 70

4 AM 50 60

5 MT 60 70

6 NA 90 100

7 NR 30 40

8 OA 80 90

9 RN 50 50

10 RP 70 80

11 RD 80 90

12 SW 40 50

13 UW 60 70

14 US 70 80

15 VM 50 60

16 DN 70 70

17 NM 60 60

18 MD 70 80

19 MR 50 60

Jumlah 1292 1669

(23)

Dari segi presentase tingkat keberhasilan siswa. Setelah diadakan perbaikan pada

siklus II mengalami peningkatan dari 63,16% siswa yang mendapat nilai 60 keatas menjadi

78,95% siswa yang mendapat nilai 60 keatas.

Tabel 3 Distribusi Hasil Evaluasi pada Perbaikan siklus I

No Nilai ( N ) Frekuensi % N X F

1 100 0 0 0

2 90 1 5,26 90

3 80 2 10,53 160

4 70 4 21,05 280

5 60 5 26,32 300

6 50 4 21,05 200

7 40 2 10,53 80

8 30 1 5,26 30

9 20 0 0 0

10 10 0 0 0

Jumlah 19 100 1292

Tabel 7 Distribusi Hasil Evaluasi sesudah Perbaikan Siklus II

No Nilai ( N ) Frekuensi

(F) % N X F

1 100 1 5,26 100

2 90 2 10,53 180

3 80 3 15,79 240

4 70 4 21,05 280

5 60 5 26,32 300

6 50 3 15,79 150

7 40 1 5,26 40

8 30 0 0 0

9 20 0 0 0

10 10 0 0 0

Jumlah 19 100 1669

Berdasarkan data-data yang diperoleh pada tabel dan setelah melakukan diskusi

dengan supervisor setelah melaksanakan tindakan perbaikan dalam siklus II, ternyata

berdampak positif terhadap hasil belajar siswa . Pada perbaikan siklus II ini siswa sangat

sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan eksperimen, sehingga semua siswa aktif dalam

pembelajaran siswa. Nilai rata-rata siswa mencapai 87,89 dan ketuntasan belajar siswa

(24)

266 |Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

berhasil sesuai dengan rencana semula tanpa mengadakan penambahan perbaikan pada siklus

berikutnya.

Tabel 8 Hasil Observasi Guru pada Siklus II

No Aspek Yang Diobservasi Kemunculan Komentar Ada Tidak ada

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada Siklus II sudah berjalan dengan baik hal

tersebut dapat diketahui dari peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada tabel

4.4. Siswa sudah aktif dalam pembelajaran. Siswa tampak antusias mengikuti pembelajaran

dengan pendekatan keterampilan proses pada pelajaran IPA tentang sumber-sumber energi.

(25)

Tabel 9 Hasil Observasi Siswa pada Siklus II

No Aspek Yang Diobservasi Kemunculan Komentar Ada Tidak ada

1 Termotifasi dengan kegiatan yang

dilakukan guru √ Siswa

sudah aktif dalam pembelaja ran 2 Memperhatikan penjelasan guru √

3 Aktif bertanya saat pembelajaran berlangsung

4 Bersemangat dalam kegiatan

pembelajaran √

5 Bekerja dalam kelompok untuk mengerjakan LKS

6 Berdiskusi antar siswa dan guru √

7 Berdiskusi antar siswa √

8 Menyajikan hasil diskusi √

9 Menyimpulkan pembelajaran bersama guru

10 Mengerjakan tugas dari guru √

Pembahasan

Dari hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan terhadap hasil

belajar siswa. Dengan Implementasi pendekatan keterampilan proses dalam perbaikan

pembelajaran, membuktikan dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran yang

berdampak langsung pada hasil belajar siswa.

Siklus I

Dengan memperhatikan hasil perbaikan pembelajaran pada siklus I, sudah ada peningkatan

hasil belajar siswa. Nilai rata-rata kelas yang sebelum perbaikan hanya 51,58 pada

pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I sudah menunjukkan adanya peningkatan yaitu

68. Siswa yang mendapat nilai 60 ke atas sebelum perbaikan hanya 42,11 %, setelah

(26)

268 |Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

%. Siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 5 orang, Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak

4 orang, Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 2 orang, dan siswa yang mendapat nilai 90

sebanyak 1 orang. Hal itu dimungkinkan karena pembelajaran yang dilaksanakan sudah

menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui kegiatan eksperimen. Gambaran Hasil

nilai yang didapat pada Siklus I dapat dilihat pada Grafik 4.10 dibawah ini.

Situasi belajar pada siklus I ini juga mengalami peningkatan. Semuanya dapat

dibuktikan pada saat pembelajaran berlangsung, siswa berani berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran. Meskipun masih ada siswa yang kurang aktif .

Siklus II

Dengan memperhatikan hasil perbaikan pembelajaran pada siklus II sudah

menunjukkan adanya peningkatan yang cukup pesat . Nilai rata-rata kelas pada pelaksanaan

perbaikan pembelajaran siklus I 68. Pada siklus II rata-rata kelas menjadi 87,89. Siswa yang

mendapat nilai 60 ke atas pada siklus I 63,16%. Pada siklus II siswa yang mendapat nilai 60

ke atas mencapai 78,95%. Siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 4 orang, Siswa yang

mendapat nilai 70 sebanyak 5 orang, Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 4 orang, Siswa

yang mendapat nilai 90 sebanyak 2 orang, Siswa yang mendapat nilai 100 sebanyak 1 orang.

Semua itu di mungkinkan karena pembelajaran yang dilaksanakan sudah didukung dengan

menerapkan pendekatan keterampilan proses Melalui kegiatan eksperimen. Gambaran

Hasil nilai yang didapat pada Siklus II dapat dilihat pada Grafik 4.11 dibawah ini. 00

Grafik 4.10 : Distribusi Hasil Evaluasi Pra Siklus dan Siklus I

(27)

Pada perbaikan siklus II ini siswa sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan

eksperimen, sehingga semua siswa aktif dalam pembelajaran hal tersebut sudah ditunjukkan

dengan keberhasilan siswa yaitu 84,21% dari siswa telah mencapai nilai 60 ke atas.

Keseluruhan hasil nilai siswa sebelum perbaikan pembelajaran, sesudah perbaikan

pembelajaran siklus 1 dan sesudah perbaikan pembelajaran siklus 2 dapat dilihat pada grafik

4.12.

Pada grafik terlihat bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang baik

selama proses perbaikan pembelajaran. Dengan demikian pendekatan keterampilan proses

yang digunakan pada mata pelajaran IPA tentang sumber-sumber energi di kelas VI SDN

Mojoruntut Sidoarjo telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa.

PENUTUP

Grafik 4.12 : Distribusi Hasil Evaluasi Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Grafik 4.11 : Distribusi Hasil Evaluasi Siklus I dan Siklus II

(28)

270 |Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

Hasil belajar siswa dilihat dari nilai rata-rata pembelajaran pada siklus I sebesar

55,79, pada siklus II meningkat sebanyak 14,74 sehingga rata-rata kelas pada siklus II

menjadi 87,89. Siswa yang mendapat nilai 60 ke atas pada siklus I sejumlah 52,63%.

Sedangkan siswa yang mendapat nilai 60 ke atas pada siklus II meningkat sebanyak 31,58%

sehingga siswa yang mendapat nilai 60 ke atas sebanyak 84,21 %. Pendekatan keterampilan

proses melalui kegiatan eksperimen mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI

tentang sumber-sumber energi di SDN Mojoruntut Sidoarjo.

Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam upaya

meningkatkan kualitas pembelajaran IPA tentang sumber-sumber energi yaitu: dalam

menggunakan guru pendekatan keterampilan proses guru harus mampu membimbing siswa

melakukan kegiatan eksperimen, guru harus mampu mengkoordinir dan mengefektifkan

alat-alat peraga di sekolah yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan proses melalui

kegiatan eksperimen.

DAFTAR PUSTAKA

Adam dan Decey. 2000. Dalam Nono Sutarno, dkk. 2007. Strategi Belajar dan Mengajar

Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru.

Azhar. 1993. Dalam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surabaya. 1999. Belajar dan

Pembelajaran. Surabaya: Unversity Press Unesa.

Benyamin S. Blomm. 1980. Dalam Nono Sutarno, dkk. 2007. Strategi Belajar dan Mengajar

Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru.

Bruner, J. 1977. The Proces of Education. A Landmark in Educational Theory. Harvard

University Press

Carin, A. A. 1993. Teaching Science Through Discovery. New York-Oxford-

Singapore-Sydney: Maxwell Macmillan. International.

Chaerul, R. 1994. Dalam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surabaya. 1999. Belajar dan

Pembelajaran. Surabaya : Unversity Press Unesa.

Conny. 1990. Dalam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surabaya. 1999. Belajar dan

Pembelajaran. Surabaya : Unversity Press Unesa.

Darmodjo dan Kaligis. 1992. dalam Drs. Noehi Nasution, M.A., dkk. 2006. Pendidikan

(29)

Djaja Badjuri. 2005. Dalam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surabaya. 1981.

Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM. Jakarta : CV Rajawali.

Djamarah. 2002. Dalam Nono Sutarno, dkk. 2007. Strategi Belajar dan Mengajar

Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru.

Hamalik, Oemar. 1994. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan

CBSA. Bandung: Sinar Baru

Karso. 1993. Dalam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surabaya. 1999. Belajar dan

Pembelajaran. Surabaya : Unversity Press Unesa.

Muhammad Ali. 1992. Dalam Suryobroto, B. 1986. Mengenal Metode Pengajaran di Sekolah

dan Pendekatan Baru dam Proses Belajar-Nengajar. Yogyakarta : Amarta.

Muhammad Nur. 1988. Dalam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surabaya. 1999.

Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unversity Press Unesa.

Nana Sudjana dan Daeng Arifin. 1988. CBSA dalam proses Belajar Mengajar. Bandung :

Sinar Baru.

Nash. 1992. dalam Drs. Noehi Nasution, M.A., dkk. 2006. Pendidikan IPA di SD.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Paolo dan Marten. 1993. dalam Drs. Noehi Nasution, M.A., dkk. 2006. Pendidikan IPA di

(30)

272 |Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

APPLICATION OF PROBLEM BASED INSTRUCTION LEARNING

MODEL ON SCIENCE CLASS: AN EFFORT TO INCREASE RSBI

STUDENTS’ CREATIVITY IN DESIGNING SCIENCE WORK

Ani Rusilowati1, Langlang Handayani, Ellianawati

1

Universitas Negeri Semarang rusilowati@yahoo.com

ABSTRACT

This researced is aimed to increase the students’ creativity by designing science work which is suitable with the criteria set out in SJHS 1 Ungaran. The research is carried out into two cycles with two meetings for each cycle. In cycle I, the students’ creativity is growing but not maximum, their activity during learning process is still in medium category. That is why there are several aspects of students activity that need to be concern. They are the students’courage to ask the teacher, their seriousness to do the assignments, and their readiness to learn as well as to prepare the question prior learning. Assessment of the students’ science work, simple water purification aid, reached the maximum criteria except for its functional which is still not maximum. The students’ average cognitive learning outcomes are not very satisfied. The result of the cycle II show a significant improvements. All groups have categorized as creative group, though the students’ activity during learning process is still in medium level. Activity aspects which improve in cycle II are the students’ willing to ask the teacher and seriousness in doing the task. Assessment to the students’ science work of simple filtration chomatography obtained several category such as using the useless materials, the product have a potential advantage, the product’s performance and its aesthetics is very good as well as its functional. The average of cognitive learning outcames has mastery outcomes reached 78% which is higher than the one determined for the class, 75%. The result of teacher activity observation reports that based learning model which focus on stressing in essential concepts before organizing students to make a science work can increase the mastery learning individually and classically. In the other hand, the students’ activity and creativity still develop without reduction in students’ cognitive ability.

Keywords: Problem Based Instruction, science work, students’ activity

INTRODUCTION

Science is one of the main subjects delivered in Junior High School which has been

included in the subject group evaluated by national examination since 2007/2008. This subject

consists of mathematical concept and logical reasoning material leading to the technology

development. Studying science is not only memorising of particular formulas, but also

applying the scientific concept on daily life activities.

State Junior High School (SJHS) 1 Ungaran is one of RSBI located in the district

capital of Semarang (Ungaran). As an RSBI school, it is widely expected that its quality is

(31)

relatively high with the minimum score is 75. However, its student’s creativity is reported to

be low. Interviews with teachers and students of SJHS 1 Ungaran shows that learning science

is carried out 70% by lecturing method and less than 10% is carried out by using instrument

or learning media. Students were never trained to create a science work. Although students of

SJHS 1 Ungaran has a high potential to be the outstanding students, their creativity for

making science work has not been explored. Teachers still give information to students in a

form of lecturing. They have not been explored student’s creativity to apply the concept

accepted by the students.

The increase of students' creativity is influenced by learning process. In order to

increase students’ creativity, there is a need of learning desain which can accomodate these

students’ creativity. One of learning model which can increase students’ creativity is Problem

Based Instruction (PBI). This model enables students to organize their assignment given by

the teacher. This model also enables students to plan to create a particular work used for

discussing problem given by the teacher. By having this kind of learning model, students can

have opportunities to create a work related to science. Based on the above background, the

problems are stated as follows.

1) What is the Problem Based Instruction learning model which can increase students’

creativity to design science work which is suitable with the criteria set out in SJHS 1

Ungaran?

2) What is the increase of activity, creativity in designing science work and student’s

achievement in every research cycle?

The solution alternative can be planned in this research is by giving training to the

students to be able to think creatively through the application of Problem Based Instruction

learning model.

Learning model shows the form of learning process from initial to final. This is a

frame of application of a particular approach, method and learning technique.There is no

learning model which can solve every problems in a class.The variation of learning process

and its flexibility are expected can keep students’ attention and increase the students’

achievement. The learning model which can increase the students’ creativity in designing

science work is Problem Based Instruction.

The Problem Based Instruction learning model provides authentic and maeningfull

(32)

274 |Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012

2008)[2]. The roles of teacher in this model are stating a problem, fasilitating the exploration

and student dialog and supporting student learning process. This model is very effective to be

used to teach the process of high level thinking ability, help students to process information

gathered and support the students to build their social and physical surrounding knowledge.

This model is also suitable with the principles of Contextual Teaching and Learning (CTL),

those are inquiry, constructivism, and focussing on the high level thinking process. The main

characteristics of Problem Based Instruction are proposing problem or question, focusing

interdiciplinary of study field, authentic exploration, cooperation of work, designing a work

and presenting the work.

Problem Based Instruction is not designed to help teacher to give to much information

to the students. Problem Based Instruction is mainly developed to help students to develop

their thinking, problem solving and intelectual abilities. This learning model is also developed

to help students to learn how to be an adult through their involvement in real or simulation

experience and to be a self and otonom learner.

Creativity means an ability to create or design a new product (Munandar, 1999)[3]. The

product does not mean that it is a new one in every component, but it might be new only in its

part. It might also be the combination of other product components. For example, the first

discovere of a skateboard is a creative person who can combine a board and wheels. So in this

case, creativity is the ability to transform and create new combinations, or seeing new

relationships between elements, data, or things that already exists. Creativity lies in the ability

to see associations between things or objects that previously did not exist or does not seem to

do.

By designing the science work, the students' creativity can be expressed through the

products of students. Creative behavior can be expressed to create a work of science to

develop creativity. In other words, creativity will arise if a person did a lot of creativity or

exercise. Chung, et al. (2004)[4], said that solving the problem using the instructions in the

long term may impact on creativity.

The stages of students’ creativity improvement refer to stetement of Slavoha, et al..

(2007)[5], namely the seedling stage, the preparatory stage, the consolidation stage, the

developing stage, the perfectible stage and creative activity stage.

There are several elements and values to know the students’ creativity improvement

(33)

a. Simplicity of equipment / materials used to create the work.

b. Benefits of the students' work.

c. Appearances of students' work.

d. Performance of the work, whether it can work well or not.

RESEARCH METHOD

This research is a classroom action research with three cycles; each cycle consisting of

the planning, action, observation, and reflection phases (Mundilarto, 2004). The subjects in

this study are eighth grade students of Ungaran SJHS in 2010/2011 school year consisting of

32 students. Class VIII H is chosen as research subjects because it is an RSBI class that needs

to be accelerated its potential for creativity.

The procedures of each cycle are as follows.

a. Planning

Activities undertaken at the planning stage are as follows: (1) Preparation and

compilation of Lesson Plan (RPP) consisting of setting learning goals, determining the model

and learning method in accordance with the material, (2) designing the worksheet, (3)

designing instruments assessment, preparing a questionnaire, designing observation sheet, and

(4) preparing equipment and materials used in the learning process.

b. Acting

In this stage, the activity will be done is applying the learning model of Problem

Based Instruction.

c. Observing

In order to know the success rate of actions taken, teacher observes the students in the

learning process. In observing process, teacher is assisted by colleagues. Student performance

is observed using the observation sheet. Aspects would be observed are:

1) Readiness of students in following the lesson,

2) Activity of students in the lesson,

3) Students’ creativity in designing or making the science work, and

4) Cooperation of students in group work.

Observer also observes teacher performance when teaches Element, Compound and Mixture

(34)

276 |Palangkaraya, 19-20 Oktober 2012 d. Reflection

Activity in this reflection phase is to analyze the data gathered during the action phase

in both qualitative and quantitative one. The result of this analysis is used to determine or

design the activities to be carried out on the next cycle.

In the second cycle, activities of designing, implementing, observing and evaluating,

as well as analyzing and reflecting are still being done, but for different material.

Implementation on the second cycle will consider the weakness occurred in cycle I. So forth,

the cycle will stop when the target has been achieved.

Data collection techniques used in this research is observation, interviews, daily notes,

and science tests. The success of these actions will be done by analyzing data taken by the

observers in the learning process and then discussing the observation with the observer to

determine the action on the next cycle. Data are collected using test and non-test techniques.

Test technique is used to determine students' level of understanding of the concept of

Element, Compound and Mixture Instrument material. The data collection instrument for this

is in the form of formative test item. Formative test form is a description/essay test suitable

with the concept being studied. Non-test technique is carried out by using two ways, namely:

1) Observation, using the observation sheet to know things related to the creativity of

students in learning. Observations are carried out on each cycle of a number of cycles to

be performed. Cycle I as the beginning of the cycle gives the action, followed by a second

cycle and so on, until the reach of the target set. Last cycle is performed as strengthening

of the use of action.

2) Student opinion polls, using a questionnaire sheet. This technique is used to determine the

impression of students towards the presented lesson.

In this data collection the researcher was assisted by teacher/peers who make

observations/observations during the action or learning activities both in the first cycle and

subsequent cycles. In addition, peers also provide input or suggestions from observations

when the researcher engaged in reflection.

Data analysis techniques used are set based on the research problems to be solved is

central tendency and percentage.

Instrument of the research used are as follows.

a. Teacher observation sheet for measuring teachers’ performance, whether it is suitable with

Gambar

Tabel 1. Item untuk indikator A: Sikap terhadap sains dan teknologi
Gambar 1. Sikap siswa Indonesia (kiri) dan Malaysian (kanan) terhadap sains dan teknologi
Tabel 1 Daftar Hasil Evaluasi pada Siklus I
Tabel 4 Hasil Observasi Guru pada Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

hidayah, dan karunia- Nya sehingga skripsi yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Kemandirian dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Permainan Monopoli Dengan Menggunakan

Metode kontrak selesai digunakan perusahaan dalam pengakuan pendapatan, karena kontrak yang dimiliki perusahaan dengan klien adalah kontrak jangka pendek serta

Penilaian atau evaluasi merupakan langkah evaluasi dari proses keperawatan atau kemajuan klien kearah pencapaian tujuan ( potter & perry, 2005).Evaluasi yang yang

Gambar 3 menunjukkan bahwa nilai kesukaan panelis terhadap tekstur dendeng sayat daging ayam tertinggi diperoleh dari rata-rata perlakuan penambahan ekstrak asam jawa

Kondisi akhir dari tahap pembentukan norma ini adalah terciptanya suasana penuh keharmonisan dalam kelompok, sehingga hubungan antar pribadi yang semula penuh dengan keraguan

Dihararapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan memberikan pengetahuan sebagai pengembangan ilmu khususnya mengenai hubungan antara Banking Ratio

2 Pemberian buah pare dalam bentuk sediaan fruit pulp mempengaruhi penurunan kadar gula darah dari obat pioglitazone sebagai akibat dari pemberian terapi

Suasana penceriteraan banyak gelak tertawa, terutama pada waktu menceriterakan bagaimana tingkah laku mereka berempat waktu ada jurig (mahluk halus). Di samping itu