• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gangguan bahasa dan sosial anak usia din

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Gangguan bahasa dan sosial anak usia din"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

GANGGUAN PERKEMBANGAN BAHASA DAN EMOSI ANAK USIA DINI ISWI APSARI 1 , DADAN SURYANA 2

Pasca Sarjana Pendidikan Anak usia Dini Universitas Negeri Padang

Email : iswi_sastro@yahoo.co.id dan iswiapsari1978@gmail.com

Abstrak

Artikel ini memberikan gambaran bahwa anak usia dini itu mengalami petumbuhan dan perkembangan. Dimana untuk pertumbuhan itu akan melihat bagaimana pertumbuhan yang bersifat fisik dari diri anak itu sendiri, misalnya pertumbuhan tinggi dan berat badan anak. Sedangkan untuk perkembangan anak usia dini berdasarkan peraturan pemerintah nomor 137 tahun 2014 mencakup 6 aspek perkembangan anak usia dini yaitu (1) Perkembangan Moral dan agama (2) perkembangan fisik motorik (3) Perkembangan Bahasa (4) perkembangan Sosial Emosi (5)Perkembangan Kognitif dan (6) perkembangan Seni. Pada Artikel ini hanya dibahas bagaimana perkembangan bahasa dan perkembangan emosi anak usia dini. Tahap perkembangan bahasa dan Sosial anak usia dini pada setiap usianya akan terus mengalami perubahan dan perkembangan. Namun dalam hal ini kita menemukan adanya kasus anak usia dini yang perkembangan bahasa dan sosialnya tidak sesuai dengan usianya saat ini. Pada anak yang berusia 5 tahun seharusnya sudah bisa berkomunikasi dengan lancar dan dapat bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya, namun ada anak yang tidak bisa berbicara atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Ada beberapa factor yang menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan anak usia dini dari aspek bahasa dan social, salah satu diantaranya disebabkan oleh pola asuh dari orang tua.

Pendahuluan

Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Bagaimana masa depan anak itu tergantung dari bagaimana orang tua mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Setiap orang tua pasti mengharapkan mempunyai anak yang mempunyai kelebihan dari anak-anak lain seusianya.

(2)

untuk dikembangkan serta diaktualisasikan mencapai tingkat perkembangan potensi tinggi. Jumlah ini mencakup beberapa triliun jenis informasi dalam hidup manusia. (Sogan,1977, dalam Clark, 1986 dalam Semiawan, 2007). Sayang sekali bahwa riset membuktikan hanya tercapai 5% dari kemampuan tersebut (Ferguson, 1973 dalam Clark, 1986, dalam Semiawan, 2007). Sel-sel neuron ketika dihubungkan secara bersama-sama, jumlah koneksinya dapat diestimasi menjadi sekitar seratus triliun, yaitu kira-kira sebanyak angka sepuluh diikuti dengan jutaan angka nol di belakangnya (lebih dari estimasi jumlah atom di alam semesta yang telah dikenal). Angka tersebut memberikan gambaran tentang kapasitas dari otak manusia. (Eric Jensen: 2008:19). Pembelajaran anak usia dini hendaknya mengembangkan kecerdasan. Penelitian di bidang neuroscience (ilmu tentang syaraf) menemukan bahwa kecerdasan sangat dipengaruhi oleh banyaknya sel syaraf otak, hubungan antarsel syaraf otak, dan keseimbangan karena otak kanan dan otak kiri. Pada saat lahir sel syaraf otak sudah terbentuk semua yang banyaknya mencapai 100-200 miliar, di mana setiap sel dapat membuat hubungan dengan 20.000 sel syaraf otak lainnya, atau dengan kata lain membentuk kombinasi 100 miliar × 20.000. Berdasarkan hal tersebut, usia dini (0-8 tahun) merupakan usia yang sangat kritis bagi pengembangan kecerdasan anak, sehingga masa keemasan ini harus dioptimalkan dan dimanfaatkan sungguh-sungguh dengan menstimulasinya.

Ulwan (2016 : 55) mengatakan sudah diketahui dan tak terbantahkan, bahwa hati kedua orang tua pada fitrahnya diciptakan dengan perasaan sayang kepada anaknya. Hati mereka dilengkapi dengan perasaan-perasaan psikologis dan kasih sayang orang tua untuk melindungi, menyayangi, mengasihi dan memperhatikan semua urusan anak-anak mereka.

Kasih sayang dari orang tua itulah yang pada akhirnya mengakibatkan berbagai macam cara orang tua bagaimana dapat membuat anak nyaman dan tenang. Orang tua memberikan kebebasan pada anak tanpa adanya batasan dan aturan-aturan tertentu yang akan menjadi bekal pembetukan pribadi disaat anak dewasa kelak.

(3)

Didunia ini tidak ada manusia yang mempunyai karakter dan prilaku yang sama, hal inilah yang menjadi dasar bahwa semangkin banyaknya seorang anak di asuh oleh orang berbeda semangkin banyak pula cara mereka untuk menangani masalah-masalah yang dihadapi seorang anak.

Gangguan perkembangan bahasa dan emosi pada anak usia dini, diantaranya adalah diusia yang seharusnya anak sudah dapat berbicara namun masih belum dapat berbicara seperti teman lainnya dan disaat anak menginginkan sesuatu yang diinginkannya anak tidak dapat menahan emosinya sampai memukul dan menyakiti orang lain atau sebaliknya disaat anak di ganggu oleh orang lain anak tidak memberikan respon apapun.

Hakekat Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah sosok inidividu yang sedang mengalami proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0 – 8 tahun (http:www.naeyc.org). Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia ( Berk, 1992:18).

Suryana.D (2014 : 1.3) usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Masa ini ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamental dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi pencuri masa usia dini adalah periode keemasan. Banyak konsep dan fakta yang ditemukan memberikan penjelasan periode keemasan pada masa usia dini, yaitu masa semua potensi anak berkembang paling cepat. Beberapa konsep yang disandingkan untuk masa anak usia dini adalah masa eksplorasi, masa identifikasi/imitasi, masa peka, masa bermain, dan masa membangkang tahap awal. Namun, di sisi lain anak usia dini berada pada masa kritis, yaitu masa keemasan anak tidak akan dapat diulang kembali pada masa-masa berikutnya, jika potensi-potensinya tidak distimulasi secara optimal dan maksimal pada usia dini tersebut. Dampak dari tidak terstimulasinya berbagai potensi saat usia emas, akan menghambat tahap perkembangan anak berikutnya. Jadi, usia emas hanya sekali dan tidak dapat diulang lagi.

(4)

dan fundamental bagi kehidupan berikutnya. Selama ini orang dewasa mengidentikkan anak usia dini sebagai orang dewasa mini, masih polos dan belum bisa berbuat apa-apa karena belum mampu berpikir. Pandangan ini berdampak pada pola perlakuan yang diberikan pada anak, antara lain sering memperlakukan anak sebagaimana orang dewasa. Saat mendidik atau membimbing anak dipaksa mengikuti pola pikir dan aturan orang dewasa. Namun, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan banyaknya studi tentang anak usia dini, orang dewasa semakin memahami bahwa anak usia dini bukanlah orang dewasa mini, dan berbeda dengan orang dewasa.

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undang-undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak. Menurut Mansur (2005: 88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang. Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak berusia 8 tahun perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% (Slamet Suyanto, 2005: 6). Sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui Pendidikan anak usia dini (PAUD).

Perkembangan Bahasa

Penguasaan bahasa anak berkembang menurut hukum alami, yaitu mengikuti bakat, kodrat dan ritme yang alami. Menurut Lenneberg perkembangan bahasa anak berjalan sesuai jadwal biologisnya (Eni Zubaidah, 2003: 13). Hal ini dapat digunakan sebagai dasar mengapa anak pada umur tertentu sudah dapat berbicara, sedangkan pada umur tertentu belum dapat berbicara.

Perkembangan bahasa tidaklah ditentukan pada umur, namun mengarah pada perkembangan motoriknya. Namun perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Bahasa anak akan muncul dan berkembang melalui berbagai situasi interaksi sosial dengan orang dewasa (Kartini Kartono, 1995: 127).

(5)

berbicara dan sarana agar anak mampu membaca dan menulis. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan keinginan dan pendapatnya kepada orang lain.

Anak-anak usia 5 tahun telah mampu menghimpun 8000 kosakata. Mereka dapat membuat kalimat pertanyaan, kalimat negatif, kalimat tunggal, kalimat mejemuk, serta bentuk penyususunan lainnya. Mereka telah belajar menggunakan bahasa dalam situasi yang berbeda (Gleason dalam Slamet Suyanto, 2005: 74). Mansur (2005: 36), menyatakan bahwa kemampuan bahasa berkaitan erat dengan kemampuan kognitif anak, walaupun mulanya bahasa dan pikiran merupakan dua aspek yang berbeda. Namun sejalan dengan perkembangan kognitif anak, bahasa menjadi ungkapan dari pikiran. Ninio dan Snow seperti yang dikutip Caroll Seefelt dan Barbara A.Wasik (2008: 76) menambahkan bahwa, anak usia 5 tahun semakin pintar dalam kemampuan mereka mengkomunikasikan gagasan dan perasaan mereka dengan kata-kata.

Menurut Caroll Seefelt dan Barbara A.Wasik (2008: 74) karakteristik perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut:

1. Anak pada usia 4 tahun:

- Menguasai 4.000 – 6.000 kata

- Mampu berbicara dalam kalimat 5-6 kata

- Dapat berrpartisipasi dalam percakapan, sudah mampu mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapinya.

- Dapat belajar tentang kata mana yang diterima secara sosial dan mana yang tidak. 2. Anak pada usia 5 tahun:

- Perbendaharaan kosakata mencapai 5000 – 8.000 kata. - Stuktur kalimat menjadi lebih rumit.

- Berbicara dengan lancar, benar dan jelas tata bahasa kecuali pada beberapa kesalahan pelafalan.

- Dapat menggunakan kata ganti orang dengan benar. - Mampu mendengarkan orang yang sedang berbicara - Senang menggunakan bahasa untuk permainan dan cerita.

(6)

dengan cara meminta anak menjelaskan hasil gambar yang dibuatnya. Dengan demikian kemampuan bicara anak dapat diketahui.

Menurut Hurlock (1980:82-83) Berbicara merupakan sarana berkomunikasi . Untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain, semua individu harus dapat mengasai dua fungsi yang berbeda; kemampuan menagkap maksud yang ingin dikomunikasikan oaring lain dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain sedemikin rupa sehingga dapat dimengerti. Menurut Hurlock (1980:82-83), Tugas berbicara terbagi :

Usia 0 – 2 tahun :

1. Tugas pertama : dalam berkomunikasi dengan orang-orang lain berupa pemahaman akan perkataan orang lain. Dalam seteiap tahapan usia , anak-anak lebih dapat mengerti apa yang dikatakan orang lain dari pada mengutarakan pikiran dan perasaan-perasaan mereka sendiri dalam kata-kata, hal ini tampak lebih jelas pada masa bayi dari pada masa kanak-kanak. Ekspresi muka pembicara, nada suara dan isyarat-isyarat tangan membeantug anak untuk mengerti apa yang dikatakan kepadanya. Rasa senag, marah dan takut sudah dapat dimengerti sejak tiga bulan . Sampai bayi berusia delapan belas bulan, kata-kata harus diperkuat dengan isyarat, seperti menunjuk benda. Pada usia dua tahun, mennurut tes Inteligensi skala terman – Merrill, rata-rata bayi harus cukup dapat mengerti dan bereaksi terhadap dua dari enam perintah, seperti “ Berikan kucing itu kepada saya” dan “ masukkan sendok kedalam cangkir, “ kalau benda itu mudah diraih. Tetapi besarnya pengertiann tergantung sebagian pada rangsangan dan dorongan orang lain agar bayi berusaha mengerti apa yang merka katakana.

2. Dalam berkominukasi dengan orang lain adalah belajar berbicara. Karena belajar berbicara adalah tugas lama yang sulit, dan karena bayi-bayi belum cukup matang untuk belajar dalam hal yang sulit dan ruwet ini Selma tahun pertama, maka alam memberikan bentuk-bentuk pengganti komunikasi yang digunakan sampai mereka siap untuk bicara. Banyak bayi selama tahun pertama dan kedua, mencoba memberitahukan kebutuhanan dan keinginan dengan cara ini. Bentuk-bentuk kominikasi ini dekenal sebagai “bentuk-bentuk prabicara”.

Kalau bentuk komunikasi prabicara ternyata memuaskan dan merupakan pengganti berbicara yang efektif, motivasi untuk belajar berbicara akan melemah. Bayi akan terus menggunakan bentuk-bentuk komunikasi bayi bahkan samapai setelah ia sendiri mampu belajar berbicara.

Usia dua tahun sampai usia anak-anak akhir :

(7)

mudah berkomunikasi dengan teman sebaya akan lebih mudah mengadakan kontak sosial dan lebih mudah diterima sebagai anggota kelompok dari pada anak yang kemampuan berkomunikasinya terbatas. Anak –anak yang mengikuti kegiatan prasekolah akan mengalami rintangan baik dalam hal social mauun pendidikan kecuali bia ia pandai berbicara seperti teman-teman sekelasnya.

2. Belajar berbicara merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian. Anak-anak yang tidak dapat menegmukakan kinginan dan kebutuhannya, atau tidak dapat berusaha tidak diemngerti orang lain cenderung diperlukan sebagai bayi yang tidak berhasil memperoleh kemandirian yang dinginkan. Kalau anak-anak tidak dapat mengatakan kepada orangtua atau pengasuh bahawa mereka igin mencoba memotong daging atau menyisir rambut sendiri, orang-orang dewasa akan terus membantu karena ia diaanggap masih terlalu kecil untuk dapat melakuannya sendiri. Ini menghambat anak untuk menjadi percaya diri dan mandiri.

Dadan. S (2014:1.55-1.56) Perkembangan bahasa anak usia prasekolah, dapat diklasifikasikan ke dalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya) yaitu sebagai berikut :

1. Masa Ketiga (2.0-2.6) yang bercirikan anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna. Anak sudah mampu memahami perbandingan, misalnya burung pipit lebih kecil dari burung perkutut, anjing lebih besar dari kucing. Anak banyak menanyakan nama dan tempat; apa, di mana dan dari mana. Anak sudah banyak menggunakan kata-kata berawalan dan yang berakhiran.

2. Masa Keempat (2,6-6,0) yang bercirikan:

a. Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimat. b. Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal

waktu, sebab-akibat melalui pertanyaan-pertanyaan: kapan, ke mana, mengapa, dan bagaimana.

Lebih lanjut Dadan.S (2014:1.55-1.56) Untuk membantu perkembangan bahasa anak, atau kemampuan berkomunikasi, maka orang tua dan guru taman kanak-kanak seyogianya memfasilitasi, memberi kemudahan, atau peluang kepada anak dengan sebaik-baiknya. Berbagai peluang itu di antaranya sebagai berikut.

1. Bertutur kata yang baik dengan anak 2. Mau mendengarkan pembicaraan anak.

3. Menjawab pertanyaan anak (jangan meremehkannya)

4. Mengajak berdialog dalam hal sederhana, seperti memelihara kebersihan rumah, sekolah, dan memelihara kesehatan diri.

(8)
(9)

Perkembangan Emosi

Mashar (2011:15) defenisi mengenai emosi sangat beragam, sebagian orang memfokuskan emosi sebagai suatu komponenyang terdapat dalam perasaan atau ekadaan fisiologis. Sebagian lain menggambarkan emosi sebagai seperangkat komponen dengan suatu struktur yang deterministic atau probalbilistik, yang melihat emosi sebagai suatu keadaan atau proses yang dialami seseorang dalam merespon suatu peristiwa. Emosi dapat diartikan sebagi kondisi intrapersonal, seperti perasaan, keadaan tertentu, atau pola aktivitas motor.

Menurut Lazarus (1991) yang dikutib oleh Mashar (2011:16) , Emosi adalah suatu keadaan yang komplek pada diri organism, yang meliputi perubahan secara badaniah-dalam bernafas, detak jantung, perubahan kelenjer dan kondisi mental, seperti keadaan menggembirakan yang ditandai dengan perasaan yang kuat dan biasanya disertai dengan dorongan yang mengacu pada suatu bentuk perilaku. Jika emosi terjadi sangat intens, biasanya akan mengganggu fungsi intelektual. Variabel emosi terdiri dari dua bentuk yaitu :

(1) action, berupa perilaku menyerang, menghindar, mendekat atau menjauh dari tempat atau

orang, menangis, ekspresi wajah dan postur tubuh; serta (2) physiological reaction, berupa aktifitas sitem saraf otonomi, aktivitas otak, dan sekresi hormonal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa emosi lebih sebagai reaksi yang terpola ketimbang sekedar kejadian yang tidak terorganisasi dan emosi juga terkait erat dengan proses copingsebagai upaya pemecahan masalah dalam kehidupan invidu.

Menurut Suparini dan Wati (2017:66) perkembangan emosi anak berkaiatan dengan cara anak ketika berinteraksi dengan temannya, berinteraksi dengan mainannya, dan berinteraksi dengan orang dewasa di lingkungannya. Lebih dari itu, perkembangan social emosi anak juga merupakan suatu proses dimana anak belajar tentang nilai-nilai dan perilku yang diterima oleh masyarakat.

Supasrini dan Wati mengatakan (2017:66) tujuan perkembangan emosi anak adalah : 1. Anak memiliki konsep diri positif, yaitu anak mengetahui tentang dirinya dan cara

berinteraksi dengan orang lain.

2. Anak bertanggung jawab kepada dirinya dan kepada orang lain, yaitu anak mau mengikuti aturan yang sudah disepakati dan kegiayan rutin yang dilakukan sehari-hari, menghormati orang lain dan berinisiatif.

(10)

Lebih lanjut Suparsini dan Wati mengatakan (2017:66-67) beberapa indikator anak yang memiliki kesiapan emosi :

1. Anak memeiliki percaya diri, sikap bersahabat dan dapat bergaul dengan temannya dengan secara baik.

2. Anak dapat berkonsentrasi dan tekun dalam melaksanakan tugas yang diberikan guru/orang dewasa lain yang dekat dengan anak.

3. Anak mau mendengarkan dan memahami perintah yang diberikan.

Dadan.S (2014:1.52-1.56) Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan bukan aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalamannya, bahwa tidak setiap keinginannya dipenuhi oleh orang lain atau benda lain. Dia menyadari bahwa keinginannya berhadapan dengan keinginan orang lain, sehingga orang lain tidak selamanya memenuhi keinginannya. Bersamaan dengan itu, berkembang pula perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari lingkungannya. Jika lingkungannya (terutama orang tuanya) tidak mengakui harga diri anak, seperti memperlakukan anak secara keras, atau kurang menyayanginya, maka pada diri anak akan berkembang sikap-sikap: (1) keras kepala/menentang, atau (2) menyerah menjadi penurut yang diliputi rasa harga diri kurang dengan sikap pemalu.

Dadan.S (2014:1.52-1.54) beberapa jenis emosi berkembang pada masa anak, yaitu sebagai berikut.

1. Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap membahayakan. Rasa takut terhadap sesuatu berlangsung melalui tahapan: (a) mula-mula tidak takut, karena anak belum sanggup melihat kemungkinan bahaya yang terdapat dalam objek, (b) timbul rasa takut setelah mengenal adanya bahaya, dan (c) rasa takut bisa hilang kembali setelah mengetahui cara-cara menghindar bahaya.

2. Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada objeknya. Kecemasan ini muncul mungkin dari situasi-situasi yang dikhayalkan, berdasarkan pengalaman yang diperoleh, baik pelakuan orang tua, buku-buku bacaan/komik, radio, atau film. Contoh perasaan cemas: anak takut berada dalam kamar yang gelap, dan takut hantu.

(11)

rasa marah sering terjadi karena: (1) banyak stimulus yang menimbulkan rasa marah, dan (2) banyak anak yang menemukan bahwa marah merupakan cara baik untuk mendapatkan perhatian atau memuaskan keinginannya. Berbagai stimulus yang menimbulkan perasaan marah, di antaranya: rintangan atas kebutuhan jasmaniah, gangguan terhadap gerakan-gerakan anak yang ingin dilakukannya, rintangan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung, rintangan terhadap keinginannya, atau kejengkelan yang menumpuk. Sumber perasaan marah bisa berasal dari diri sendiri (seperti ketidakmampuan dan kelemahan/kecacatan diri), atau orang lain (orang tua, saudara, guru, dan teman sebaya).

4. Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang telah mencurahkan kasih sayang kepadanya. Sumber yang menimbulkan cemburu selalu bersifat situasi sosial, hubungan dengan orang lain. Seperti kakak cemburu kepada adiknya, karena dia telah merebut kasih sayang orang tuanya. Perasaan cemburu ini diikuti dengan ketegangan, yang biasanya dapat diredakan dengan reaksi-reaksi: (a) agresif atau permusuhan terhadap saingan; (b) regresif, yaitu perilaku kekanak- kanakan, seperti mengompol, atau mengisap jempol; (c) sikap tidak peduli; dan (d) menjauhkan diri dari saingan. 5. Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasaan yang positif, nyaman, karena

terpenuhi keinginannya. Kondisi yang melahirkan perasaan gembira pada anak, di antaranya terpenuhinya kebutuhan jasmaniah (makan dan minum), keadaan jasmaniah yang sehat, diperolehnya kasih sayang, ada kesempatan untuk bergerak (bermain secara leluasa), dan memiliki mainan yang disenanginya.

6. Kasih sayang, yaitu perasaan senang untuk memberikan perhatian, atau perlindungan terhadap orang lain, hewan atau benda. Perasaan ini berkembang berdasarkan pengalamannya yang menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain (orang tua, saudara, dan teman), hewan (seperti kucing dan burung), atau benda (seperti mainan). Kasih sayang anak kepada orang tua atau saudaranya, amat dipengaruhi oleh iklim emosional dalam keluarganya. Apabila orang tua dan saudara-saudaranya menaruh kasih sayang kepada anak, maka dia pun akan menaruh kasih sayang kepada mereka.

7. Phobi, yaitu perasaan takut terhadap objek yang tidak patut ditakutinya (takut yang

abnormal) seperti takut ulat, takut kecoa, dan takut air. Perasaan ini muncul akibat perlakuan orang tua yang suka menakut- nakuti anak. menghukum, atau menghentikan perilaku anak yang tidak disenangi.

(12)

objek-objek, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Perasaan ini ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak. Seperti anak bertanya tentang dari mana asal dia, siapa Tuhan, di mana Tuhan berada. Masa bertanya (masa haus nama) ini dimulai pada usia 3 tahun dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 6 tahun.

Dadan.S (2014:1.56) Perkembangan emosi yang sehat sangat membantu bagi keberhasilan anak belajar. Oleh karena itu, dalam rangka mengembangkan emosi anak yang sehat, guru-guru (di taman kanak-kanak) seyogianya membimbing mereka, agar mereka dapat mengembangkan hal-hal berikut.

1. Kemampuan untuk mengenal, menerima, dan berbicara tentang perasaannya. 2. Menyadari bahwa ada hubungan antara emosi dengan tingkah laku sosial.

3. Kemampuan untuk menyalurkan keinginannya tanpa mengganggu perasaan orang lain.

4. Kemampuan untuk peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain.

Gangguan Perkembangan Bahasa dan Sosial

Sujiono, Yuliani (2009:120) Ada perbedaan antara bicara dan bahasa. Bicara adalah pengucapan, yang menunjukkan keterampilan seseorang mengucapkan suara dalam suatu kata. Bahasa berarti menyatakan dan menerima informasi dalam suatu cara tertentu. Bahasa merupakan salah satu cara berkomunikasi.

Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti apa yang dilihat dan apa yang didengar. Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolis baik visual (menulis, memberi tanda) atau auditorik. Seorang anak yang mengalami gangguan berbahasa mungkin saja dapat mengucapkan suatu kata dengan jelas tetapi ia tidak dapat menyusun dua kata dengan baik.

Sebaliknya, ucapan seorang anak mungkin sedikit sulit untuk dimengerti, tetapi ia dapat menyusun katakata yang benar untuk menyatakan keinginannya. Masalah bicara dan bahasa sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah ini sering kali tumpang tindih.

Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, masalah suara, masalah kelancaran berbicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan katakata, biasanya akibat cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran.

(13)

serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme oralmotor dalam fungsinya untuk bicara dan makan.

Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu huruf sampai beberapa huruf. Sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi huruf itu sehingga menimbulkan kesan bahwa bicaranya seperti anak kecil. Selain itu juga dapat berupa gangguan dalam pitch, volume atau kualitas suara.

Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau kehilangan kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan baik. Anakanak dengan afasia didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal, dan memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain (sebagai contohnya kejang).

Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring. Terdapat kecenderungan adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.

Stimulasi yaitu kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan yang dapat dilakukan oleh ibu, ayah, pengasuh, maupun orangorang terdekat dalam kehidupan seharihari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan gangguan yang menetap.

Gangguan bicara menurut para ahli adalah sebagai berikut (http://hyugaanna.blogspot.co.id):

1. Menurut Van Riper

Berbicara dikatakan terganggu bila berbicara itu sendiri membawa perhatian yang tidak menyenangkan pada si pembicara, komunikasi itu sendiri terganggu, atau menyebabkan si pembicara menjadi kesulitan untuk menempatkan diri (terlihat aneh, tidak terdengar jelas, dan tidak menyenangkan).

2. Menurut Berry and Eisenson

(14)

kelamin, dan perkembangan fisik pembicara, dan (8) Terlihat tidak menyenangkan bila ia berbicara.

Etiologi Gangguan Bicara dan Bahasa

Sujiono, Yuliani (2009:115-156) penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai berikut:

1. Gangguan pendengaran

Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada keterlambatan bicara.

2. Kelainan organ bicara

Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring.

3. Retardasi Mental

Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain seusianya.

4. Genetik Heriditer

Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan.

5. Kelainan Kromosom

Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan.

6. Kelainan Sentral (Otak)

Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti pada pantomim. Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar.

7. Autisme

Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism. Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.

(15)

Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi.

9. Gangguan emosi dan perilaku lainnya

Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal, gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya

10. Alergi makanan

Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga mengakibatkan gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan bicara pada anak. Bila alergi makanan sebagai penyebab biasanya keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak tampak sangat pesat perkembangan bicaranya. 11. Deprivasi lingkungan

Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya. Berbagai macam keadaan lingkungan yang mengakibatkan keterlambatan bicara adalah :

a) Lingkungan yang sepi

Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi ketrampilannya melalui meniru. Bila stimulasi bicara sejak awal kurang, tidak ada yang ditiru maka akan menghambat kemampuan bicara dan bahasa pada anak.

b) Status ekonomi sosial

Menurut penelitian Mc Carthy, orang tua guru, dokter atau ahli hukum mempunyai anak dengan perkembangan bahasa yang lebih baik dibandingkan anak dengan orang tua pekerja semi terampil dan tidak terampil.

c) Tehnik pengajaran yang salah

Cara dan komunikasi yang salah pada anak sering menyebabkan keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa pada anak, karena perkembangan mereka terjadi karena proses meniru dan pembelajaran dari lingkungan.

(16)

e) Harapan orang tua yang berlebihan terhadap anak

Sikap orang tua yang mempunyai harapan dan keinginan yang berlebihan terhadap anaknya, dengan memberikan latihan dan pendidikan yang berlebihan dengan harapan anaknya menjadi superior. Anak akan mengalami tekanan yang justru akan menghambat kemampuan bicarnya.

f) Anak kembar

Pada anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang lebih buruk dan lama dibandingkan dengan anak tunggal. Mereka satu sama lain saling memberikan lingkungan bicara yang buruk, karena biasanya mempunyai perilaku yang saling meniru. Hal ini menyebabkan mereka saling meniru pada keadan kemampuan bicara yang sama –sama belum bagus.

g) Bilingual ( 2 bahasa)

Pemakaian 2 bahasa kadang juga menjadi penyebab keterlambatan bicara, namun keadaan ini tidak terlalu mengkawatirkan. Umumnya anak akan memiliki kemampuan pemakaian 2 bahasa secara mudah dan baik.

h) Keterlambatan fungsional

Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik, dan anak hanya mengalami gangguan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis lain.

Penutup

Perkembangan anak usia dini harus kita perhatikan dan jaga, bagaimana masa depan anak itu nanti berada dimasa emas ini. Banyak faktor dan banyak hal yang dapat dijadikan sebagai gangguan dalam perkembangan anak ini, namun kalau kita mampu menjaga dan memberikan hal yang terbaik maka perkembangan anak usia dini ini akan memperbaiki masa depan mereka kelak.

DAFTAR PUSTAKA

(17)

http://hyugaanna.blogspot.co.id/2011/02/gangguan-bicara-dan-bahasa-pada-anak.html http://www.naeyc.org NAEYC Early Childhood Program Standar, p2-3, 2004.

Hurlock, E.B. 1998. Psikologi Perkembangan Suatu pendekatan sepanjang rentang

Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Mashar, Riana. 2011. Emosi Anak usia Dini dan Strategi Pengembangannya. Jakarta: Prenada Media Group

Sujiono, Yuliani Nuriani, Konsep Dasar pendidikan Anak usia Dini. Jakarta : PT Indeks, 2009.

Suryana, D. (2014). Dasar-dasar Pendidikan TK.Padang

Suryana, D. (2014). Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Perkembangan Anak.

Jurnal Pesona: Jurnal Pendidikan Dasar dan Humaniora, 2(1), 65-72.

Ulwan, Nashih.A. 2016. Pendidikan Anak dalam Islam. Depok: Fathan Prima Media

Undang-undang Sisdiknas 2003

(18)
(19)

Referensi

Dokumen terkait

4 Ayi Sofyan, Etika Politik Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. Perlu diketahui bahwa prinsip yang kedelapan yang diteliti oleh Eva, menurut penulis, jika prinsip

[r]

Dari putusan Pengadilan Agama Jombang yang dibatalkan oleh putusan Mahkamah Agung tidak sesuai dengan KHI dan KUHPerdata karena pada pasal 210 ayat 1 KHI menjelaskan bahwa

Penyebab lain seringnya K-means terjebak pada solusi lokal optima adalah karena cara penentuan titik pusat baru untuk setiap iterasi dalam K-means dilakukan dengan menggunakan

Menurut Nursing Interventions Classification intervensi yang diberikan pada klien masalah keperawatan bersihan jalan tidak efektif yaitu: peningkatan manajemen batuk yaitu:

Dari pernyataan tersebut berarti pada sampel kelompok II perlakuan penambahan Ultrasound pada Latihan Neural Stretching dapat meningkatkan kemampuan fungsional wrist pada

Partus lama pada umumnya disebabkan oleh kelainan dari tiga aspek seperti kelainan tenaga (kelainan his), kelainan janin, serta kelainan jalan lahir dan dapat

itu 7 responden dari dunia usaha dan dunia industri bidang tata busana yang.. dijadikan tempat atau lokasi praktek