• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETETAPAN BESCHIKKING MAKALAH Makalah in

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KETETAPAN BESCHIKKING MAKALAH Makalah in"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KETETAPAN (BESCHIKKING)

MAKALAH

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Hukum Administrasi Negara

Ibu Fitria S.H.,M.H

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JAMBI

201 6

(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ………

NAMA ANGGOTA ………....

KATA PENGANTAR ………

DAFTAR ISI ………

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ………

1.2. Rumusan Masalah ………

1.3. Tujuan

……….

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ketetapan ………

2.2. Syarat-syarat Pembuatan ketetepan ……… 2.3. Unsur-unsur Ketetapan ……….. 2.4. Macam-Macam Ketetapan………..

2.5. Batalnya Suatu KTUN ………

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN ……….

SARAN ………..

DAFTAR PUSTAKA ………..

(3)

Kelompok 3

1. Sehrenetta Bella Fiona (B10015065) 2. Ade Dia Andriyani (B10015291) 3. Andre Syahanov (B10015110) 4. Ayu Larasati (B10015086) 5. Bangun Darojat (B10013350) 6. Cecep Priyayi (B10012067) 7. Eldy Wiranta (B10015267) 8. Imam Dhawawi (B10015176)

9. M. Farez (B10015109)

10. M. Reza Syaputra (B10015214) 11. Muhammad Romadoni (B10015058) 12. Nurendhi Heryatna (B1001504) 13. Rahmad Yazir (B10015112) 14. Resi Indah (B10015177) 15. Rizky Al. Fajri (B10015087) 16. Wahyu Pratama K. (B10015288)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, Karena berkat rahmat dan nikmatNyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini, yang diberikan oleh ibu Fitria S.H.,M.H selaku dosen pembimbing Hukum Administrasi Negara. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas kelompok agar memenuhi tugas yang telah ditetapakan, dan juga agar setiap mahasiswa dapat memahami topik dalam makalah ini. Makalah ini berjudul “Ketetapan (Beschiking)”.

Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini didapatkan dari berbagai macam media pembelajaran mulai dari buku-buku hingga internet. Kami sebagai penyusun makalah ini sangat berterimakasih terhadap para penyedia sumber walau tidak dapat langsung mengucapkannya.

(5)

Jambi, 10 Mei 2016

Kelompok 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketetapan Tata Usaha Negara pertama kali diperkenalkan oleh seorang sarjana Jerman, Otto Meyer, dengan istilahverwaltungsakt. Istilah ini diperkenalkan di negeri Belanda dengan nama beschikking oleh Vollenhoven dan C.W. van der Pot, yang oleh beberapa penulis, seperti AM. Donner,H.D. van Wijk/Willemkonijnenbelt, dianggap sebagai“de vader van het modern beschikkingsbegrip,” (bapak dari konsep beschikking yang modern).

Di Indonesia istilah Beshikking diperkenalkan pertama kali oleh WF. Prins. Ada yang menerjemahkan istilah beshikking ini dengan “ketetapan”, seperti E.Utercht, Bagir Manan, Sjachran Basah, dan lain lain , dan dengan “keputusan” seperti WF. Prins dan SF. Marbun, dan lain lain.

Meskipun penggunaaan istilah keputusan dianggap lebih tepat, namun dalam buku Ridwan HR, akan digunakan istilah ketetapan dengan pertimbangan untuk membedakan dengan penerjemahan “besluit” (keputusan) yang sudah memiliki pengertian khusus, yaitu sebagai keputusan yang bersifat umum dan mengikat atau sebagai peraturan perundang-undangan.

(6)

keputusan-keputusan/tindakan-tindakan tertentu sebagai keputusan administrative. Dan hal itu diperlukan, karena hukum positif mengikatkan akibat-akibat hukum tertentu pada keputusan-keputusan tersebut, misalnya suatu penyelesaian hukum melalui hakim tertentu. Sifat norma hukum keputusan adalah individual-konkrit

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apa yang dimaksud ketetapan?

1.2.2. Apa syarat-syarat membuat Ketetapan? 1.2.3 Apa Unsur-Unsur Ketetapan ?

1.2.4 Macam-macam Ketetapan? 1.2.5. Batalnya Suatu KTUN?

1.3 Tujuan

1.3.1. Untuk mengetahui pengertian Ketetapan.

1.3.2. Untuk Memahami syarat-syarat untuk membuat Ketetapan. 1.3.3. Untuk memahami unsur-unsur Ketetapan.

1.3.4. Untuk mengetahui macam-macam Ketetapan. 1.3.5. Untuk mengetahui penyebab Batalnya suatu KTUN.

BAB II

(7)

2.1. Pengertian Ketetapan (Beschikking)

 W.F PRINS; Beschikking adalah suatu tindakan hukum sepihak dibidang pemerintahan, dilakukan oleh penguasa berdasarkan kewenangan khusus.

 E. UTRECIIT; Beschikking adalah suatu perbuatan berdasarkan hukum publik yang bersegi satu, ialah dilakukan oleh alat-alat pemerinah berdsarkan sesuatu kekuasaan istimewa.

 VAN DER POT; Beschikking adalah perbuatan hukum yang dilakukan alat-alat pemerintahan itu dalam menyelenggarakan hal khusus, dengan maksud mengadakan perubahan dalam lapangan bidang hukum.

 VAN POELJE; Beschikking adalah pernyataan tertulis kehendak suatu alat perlengkapan pemerintah daripenguasa pusat yang sifatnya sepihak yang ditujukan keluar, berdasarkan kewenangan atasdasar suatu peraturan HTN atau hukum Tata Pemerintahan dan yang tujuannya ialahperubahan atau suatu pembatalan suatu hubungan hukum yang ada atau penetapansesuatu hubungan hukum yang baru ataupun yang memuat suatu penolakan pemerintahpenguasa terhadap hal-hal tersebut.

 CORNELIS VAN VOLLENHOVEN; Beschikking adalah suatu penetapan atau keputusan yang bersifat legislatif yangmempunyai arti berlainan.

 Sumber Undang-Undang( UU No . 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara )Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badanatau pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan Hukum Tata Usaha Negaraberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkrit, individualdan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

2.2.

Syarat-Syarat Pembuatan Ketetapan

Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pembuatan ketetapan ini mencakup syarat-syarat material dan syarat formal.

 Syarat Material terdiri dari:

- Organ Pemerintahan yang membuat ketetapan harus berwenang. - Ketetapan tidak boleh mengandung kekurangan-kekurangan yuridis. - Ketetapan harus berdasarkan suatu keadaan tetrtentu.

- Ketetapan harus dapat dilaksanakan dan tanpa melanggar peraturan lainnya, serta isi dan tujuannya harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan dasarnya.

(8)

- Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan persiapan dibuatnya ketetapan dan berhubung dengan cara dibuatnya ketetapan harus dipenuhi.

- Ketetapan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya ketetapan itu.

- Syarat-syarat berhubung dengan pelaksanaan ketetapan itu harus dipenuhi.

- Jangka waktu harus ditentukan antara timbulnya hal hal yang menyebabkan dibuatnya dan

diumumkannya ketetapan itu harus diperhatikan.

2.3.

Unsur-Unsur Ketetapan

Ada beberapa unsur yang terdapat yang terdapat dalam beshikking menurut beberapa para sarjana, yaitu:

· Penetapan tersebut tertulis dan dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.

· Berisi tindakan hukum dalam bidang Tata Usaha Negara.

· Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

· Bersifat konkrit, individual dan final.

· Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

Berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU No.5 Tahun 1986, ketetapan memiliki definisi yang mengandung unsur-unsur dalam KTUN yaitu sebagai berikut:

· Penetapan Tertulis

(9)

· Dikeluarkan oleh Pemerintah

Hampir semua organ kenegeraan dan pemerintahan berwenang untuk mengeluarkan ketetapan atau keputusan. Tetapi ketetapan yang dimaksudkan disini hanyalah ketetapan yang dikeluarkan oleh pemerintah selaku administrasi negara. Ketetapan yang dikeluarkan oleh organ-organ kenegaraan tidak termasuk dalam pengertian beschikking berdasarkan hukum administrasi.

· Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku

Pembuatan dan penetapan ketetapan harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku atau harus didasarkan pada wewenang pemerintahan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.

· Bersifat Konkret, Individual, dan Final

Ketetapan memiliki sifat norma hukum yang individual-konkrit dari rangkaian norma hukum yang bersifat umum-abstrak.

 KTUN bersifat Konkrit berarti objek yang diputuskan dalam KTUN itu tidak abstrak, tetapi berwujud,tertentu atau dapat ditentukan. Dalam hal apa dan kepada siapa keputusan itu dikeluarkan,harus secara jelas disebutkan dalam keputusan. Atau dalam rumusan lain,objek dan subjek dalam keputusan harus disebut secara tegas.

 KTUN bersifat individual artinya tidak ditujukan untuk umum, tetapi tertentu baik alamat maupun hal yang dituju. Kalau yang dituju lebih dari seorang,tiap-tiap nama orang yang terkena disebutkan. Tindakan Tata Usaha dalam menyatakan kehendaknya- dengan maksud terjadi perubahan pada lapangan hukum publik yang bersifat umum,seharusnya dituangkan dalam bentuk Peraturan (regeling).

 KTUN bersifat final berarti sudah definitif sehingga dapat menimbukan akibat hukum. Ketetapan yang masih memerlukan persetujuan instansi atasan atau instansi lain belum bersifat final sehingga belum dapat menimbulkan suatu hak atau kewajiban pada pihak yang bersangkutan.

(10)

Ketetapan merupakan wujud konkrit dari tindakan hukum pemerintahan. Secara teoritis, tindakan hukum berarti tindakan-tindakan yang berdasarkan sifatnya dapat menimbulkan akibat hukum tertentu. Dengan demikian, tindakan hukum pemerintahan merupakan tindakan hukum yang dilakukan oleh organ pemerintahan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu khususnya dibidang pemerintahan atau administrasi negara.

· Seseorang atau Badan Hukum Perdata

Subjek hukum terdiri dari manusia dan badan hukum. Berdasarkan hukum keperdataan, seseorang atau badan hukum yang dinyatakan tidak mampu seperti orang yang berada dalam pengampuan atau perusahaan yang dinyatakan pailit tidak dapat dikualifikasi sebagai subjek hukum. Ketetapan sebagai wujud dari tindakan hukum publik sepihak dari organ pemerintahan ditujukan pada subjek hukum yang berupa seseorang atau badan hukum perdata yang memiliki kecakapan untuk melakukan tindakan hukum.

2.4.

Macam-Macam Ketetapan

Dalam buku-buku hukum administrasi berbahasa Indonesia, dapat dibaca beberapa pengelompokan keputusan. E.Utrecht menyebutnya “ketetapan”, sedangkan Prajudi Atmosudirjo menyebutnya “penetapan”. Pengelompokkan tersebut antara lain oleh: E.Utrecht dan Prajudi Atmosudirjo.

Pertama-tama disini diketengahkan dulu pengelompkkan E.Utrecht membedakan keputusan atas:

- Ketetapan Positif dan Negatif

Ketetapan positif menimbulkan hak atau kewajiban bagi yang dikenai ketetapan. Sedangkan ketetapan negatif tidak menimbulkan perubahan dalam keadaan hukum yang telah ada. Ketetapan negatif dapat berbentuk: pernyataan tidak berkuasa, pernyataan tidak diterima atau suatu penolakan.

(11)

Ketetapan deklaratur hanya menyatakan bahwa hukumnya demikian. Ketetapan konstitutif adalah membuat hukum.

- Ketetapan Kilat dan Ketetapan yang Tetap

- Menurut Prins, ada empat macam ketetapan kilat: ketetapan yang bermaksud mengubah redaksi ketetapan lama.

- Suatu ketetapan negatif.

- Penarikan atau pembatalan suatu ketetapan.

- Suatu pernyataan pelaksanaan.

Dispensasi, izin, Lisensi dan konsesi

Prof. van der Pot mengadakan pembagian dalam tiga pengertian : dispensasi-izin-konsesi. Yang dimaksud dengan “dispensasi” adalah keputusan administrasi negara yang membebaskan suatu perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan itu.

Bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asalsaja diadakan secara yang ditentukan masing-masing hal konkrit maka keputusan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning).

Kadang-kadang pembuat peraturan beranggapan bahwa suatu perbuatan yang penting bagi umum, sebaik-baiknya dapat diadakan oleh suatu subjek hukum partikelir, tetapi dengan turut campur dari pihak pemerintah. Suatu keputusan administrasi negara yang memperkenankan ya g bersangkutan mengadakan perbuatan tersebut, membuat suatu konsensi ( concessive). Sedangkan Prajudi Atmosudirdjo membedakan dua macam penetapan yaitu penetapan negatif (penolakan) dan penetapan positif (permintaan dikabulkan). Penetapan negatif hanya berlaku satu kali saja, sehingga permintaannya boleh diulangi lagi.

Penetapan positif terdiri atas lima golongan yaitu:

(12)

- Yang menciptakan keadaan hukum baru hanya terhadap suatu objek saja

- Yang membentuk atau membubarkan suatu badan hukum

- Yang memberikan beban (kewajiban)

- Yang memberikan keuntungan. Penetapan yang memberikan keuntungan adalah: dispensasi, izin, lisensi dan konsesi.

2.5.

Batalnya suatu Keputusan Tata Usaha Negara

Apabila suatu Keputusan Tata Usaha Negara (beschikking) tidak memenuhi persyaratan diatas dapat dinyatakan batal. Batal menurut Prof. Muchsan ada 3 (tiga), yaitu:

a. Batal mutlak.

Batal mutlak adalah semua perbuatan yang pernah dilakukan dianggap belum pernah ada. Aparat yang berhak menyatakan adalah hakim melalui putusannya.

b. Batal demi Hukum.

Terdapat 2 (dua) alternatif batal demi hukum, yaitu:

1) Semua perbuatan yang pernah dilakukan dianggap belum pernah ada.

2) Sebagian perbuatan dianggap sah, yang batal hanya sebagiannya saja. Aparat yang berhak menyatakan adalah yudikatif dan eksekutif.

c. Dapat dibatalkan.

Dapat dibatalkan adalah semua perbuatan yang dilakukan dianggap sah, pembatalan berlaku semenjak dinyatakan batal. Aparat yang berhak menyatakan adalah umum (eksekutif, legislatif dan lain-lain).

Menurut teori functionare de faite, suatu Keputusan Tata Usaha Negara tetap dianggap berlaku walaupun tidak memenuhi syarat diatas (formil dan materiil), apabila memenuhi 2 (dua) syarat yang bersifat komulatif, yaitu:

a. Tidak absahnya keputusan itu karena kabur, terutama bagi penerima keputusan.

(13)

3. Hapusnya Suatu Keputusan Tata Usaha Negara

Suatu keputusan Tata Usaha Negara dapat dinyatakan hapus jika memenuhi unsur-unsur dibawah ini:

a. Apabila sudah habis masa berlakunya;

b. Dicabut atau dinyatakan tidak berlaku oleh aparat yang berwenang (yudikatif, eksekutif dan legislatif);

c. Apabila dikeluarkan suatu Keputusan Tata Usaha Negara baru yang substansinya sama dengan Keputusan Tata Usaha Negara yang lama;

d. Apabila peristiwa hukum yang menjadi motifasi lahirnya keputusan tersebut sudah tidak relevan lagi. Hal ini didasarkan pada pendapat Van poe lie dalam teori rebus sic stantibus yang menyatakan bahwa setiap peristiwa hukum terjadi karena adanya motifasi-motifasi tertentu.

BAB III

(14)

3.1. Kesimpulan

1. Ketetapan atau Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan Hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkrit, individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

2. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk membuat ketetapan diantaranya syarat formil maupun materil.

3. Unsur-unsur dari sebuah ketetapan antara lain adalah Penetapan tersebut tertulis dan dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. Berisi tindakan hukum dalam bidang Tata Usaha Negara. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bersifat konkrit, individual dan final. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

3.2. Saran

1. kami mengharapkan kritikan untuk makalah ini yang membangun dan dapat menyelesaikan masalah agar kedepananya makalah ini bisa menjadi makalah yang seutuhnya.

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian Keputusan tata usaha negara menurut pasal 1 angka 3 uu No. 9 Tahun 2004 ialah Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat tata usaha negara

Pengertian Keputusan tata usaha negara menurut pasal 1 angka 3 uu No. 9 Tahun 2004 ialah Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat tata usaha negara yang

Keputusan TUN adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan

TESIS FIGUR HUKUM NOTA SOFIA YUSTI adalah suatu penetapan tertulis, yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata

Bahwa yang dimaksud dengan Keputusan tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau pejabat tata usaha negara yang berdasrkan

Keputusan TUN merupakan suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan

1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan bahwa Keputusan Tata Usaha Negara (Keputusan TUN) adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat

Pengertian Keputusan tata usaha negara menurut pasal 1(3) UU. 5 Tahun 1986 ialah "Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat tata usaha negara yang